Anda di halaman 1dari 8

Pengenalan dan Pencegahan Penyakit Rabies pada Manusia

Olivia Bernadi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia

Abstrak
Macam-macam penyakit terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Asal dari penyakit
yang ditularkan kepada manusia dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk hewan. Rabies
adalah penyakit hewan yang dapat ditularkan kepada manusia, yang di sebabkan oleh virus,
sehingga rabies dapat dikategorikan sebagai penyakit zoonotik. Virus rabies merupakan salah
satu anggota rabdovirus yaitu virus rabies klasik. Penyakit rabies tidak memiliki pengobatan
yang efektif sehingga pencegahan harus dilakukan sebelum terinfeksi oleh virus rabies. Penyakit
rabies umumnya ditularkan kepada manusia oleh gigitan hewan, terutama anjing. Pencegahan
terbaik yang dapat dilakukan adalah pemberian vaksin dan pembatasan kontak dengan hewan.
Pengetahuan tentang penyakit-penyakit zoonotik seperti rabies diberikan terutama untuk
kelompok orang yang memiliki keseharian yang melibatkan aktivitas-aktivitas dengan hewan,
baik kegiatan yang berhubungan langsung maupun tidak langsung karena besarnya resiko
penularan penyakit lebih besar pada orang-orang tersebut dibandingkan dengan kelompok lain.
Kata kunci: Rabies, rabdovirus, zoonotik
Abstract
Various diseases continue to evolve over time. The origin of the disease that is transmitted to
humans can come from a variety of sources, including animal. Rabies is a disease of animals that
can be transmitted to humans, which is caused by a virus, so that rabies can be categorized as
zoonotic diseases. The rabies virus is a member rabdovirus that classical rabies virus. Rabies
disease has no effective treatment so prevention must be done prior to being infected by rabies
virus. Rabies disease is generally transmitted to humans by the bite of animals, especially dogs.
The best prevention is the vaccine can be done and limits contact with animals. Knowledge of
zoonotic diseases such as rabies are given primarily to groups of people who have daily activities

[Document title]

involving animals, both activities that relate directly or indirectly because of the greater risk of
disease transmission to people is compared to the other groups.

[Document title]

Pendahuluan
Kehidupan manusia tidak hanya melingkup interaksi antara sesama manusia, akan tetapi juga
mencakup interaksi antara mahkluk hidup lain yakni hewan dan tumbuhan. Mahkluk hidup
rentan akan penyakit dan dapat terganggu kesehatannya bila tidak dijaga dengan baik. Suatu
penyakit yang di tularkan dari kelompok hewan bertulang belakang kepada manusia disebut
Zoonosis.1 Dengan demikian peran terbesar dalam penularan penyakit zoonosis dipegang oleh
hewan-hewan yang menderita penyakit tersebut.
Penularan penyakit secara zoonotik dapat terjadi dibawah kondisi dimana manusia terlibat dalam
aktivitas yang menyertakan hubungan langsung dengan hewan dan juga lewat hubungan tidak
langsung jika virus di bawa oleh arthropoda atau melalui makanan dan minuman yang telah
tercemar. 2,3 Zoonosis dapat ditularkan berupa patogen dalam bentuk bakteri, virus, parasit, dan
juga melibatkan agen konvensional yang dapat menyebabkan produksi makanan dari hewan
yang tidak efisien dan menciptakan hambatan bagi perdagangan internasional produk-produk
hewani.4 Virus zoonosis jauh lebih sulit untuk diberantas dan infeksi oleh beberapa virus ini
dapat menyebabkan kematian.5
Tidak sedikit penyakit-penyakit yang dapat ditularkan dari hewan-hewan, namun salah satu
penyakit zoonotik yang marak didengar adalah penyakit rabies. Penyakit ini telah dikenal dari
jaman dahulu dan bisa dicegah bila pengenalan serta tindakan pencegahan dilakukan dengan baik
dan benar.6 Selain istilah rabies, penyakit ini juga dikenal dengan istilah-istilah lain, berbedabeda pada tiap negara. Istilah-istilah tersebut antara lain Canine madness (Inggris); Rage
(Peraneis); Handsnwut (Jerman); Rabbia (Italla); Oulou fato (Afrika Barat); Makupa Mazimu
(Zaire); Rabiosa (Esperanto); Lyssa, Lytta (Yunani); Beshenstva (Rusia); Pollar madness (kutub
Utara), Derringue/limping illness, mal de caderas/hip ilIness, Rabie parasiente (Amerika Tengah
dan Selatan), Ironbuang (Filipina), dan anjing gila (Indonesia).7
Virus-virus, termasuk virus rabies, mampu menyebar ke daerah-daerah baru bersama dengan
pergantian iklim dan perubahan lingkungan.5 Penyakit ini dapat ditemukan di sekitar 100 negara,
baik pada binatang liar maupun domestik, yang diperkirakan menyebabkan 50.000 kematian tiap
tahun pada manusia walau 10 juta orang menerima vaksin paparan.8 Penulisan ini bertujuan

[Document title]

untuk memberi pengetahuan tentang penyakit rabies pada manusia serta tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan karena lebih baik mencegah dari pada mengobati. 9

[Document title]

Rabies
Kata rabies pada awal mulanya diperkirakan berasal dari bahasa Sansekreta kuno rabhas yang
berarti mengamuk oleh karena gejala klinis, terutama pada anjing, yang ditandai dengan
keganasan namun sebenarnya berasal dari bahasa latin rabere atau rabbia yang kemudian
berkembang menjadi sebutan rabies.7 Penyakit ini adalah ensefalomielitis fatal pada sebagian
besar pejamu berdarah panas, termasuk manusia, yang disebabkan oleh anggota genus
Lyssavirus dari famili rabdovirus yaitu virus rabies klasik, European bat lyssavirus (EBL) 1,
EBL 2, Australian bat virus dan African duvenhage virus.10
Virus rabies dapat menular dari satu mahkluk hidup ke mahkluk hidup lain, seperti contohnya
dari anjing ke manusia. Di bawah mikroskop elektron, virus ini seperti peluru, dengan ukuran
panjang sekitar 180 nm dan lebar 65 nm seperti terlihat pada gambar 1, dengan envelope yang
tersusun atas 50% lemak dan 50% protein pada lapis permukaan virus, mempunyai afinitas erat
dengan sel syaraf dan juga berkembang biak dalam kelenjar ludah hewan terserang.6 Louis
Pasteur mcnemukan pusat infeksi rabies adalah pada otak dan sumsurn tulang belakang
sehinggahampir selalu menyebabkan kematian pada penderita.

Gambar 1 Bentuk virus rabies

[Document title]

Kasus-kasus rabies pada manusia umumnya disebab oleh gigitan anjing. Saat telah terjadi
gigitan, amplifikasi awal virus terjadi di otot-otot dekat lokasi gigitan yang kemudian diikuti
dengan perlekatan melalui glikoprotein ke ujung saraf dan transport aksonal retrograd sepanjang
saraf perifer dan menyebar secara sentrifugal melalui saraf perifer tersebut ke sebagian besar
jaringan, termasuk kelenjar saliva, dimana terjadi perkembangbiakan virus.10
Setelah masa inkubasi yang bisa berjalan selama beberapa hari sampai beberapa tahun, namun
biasanya sekitar 30 sampai 90 hari, penyakit ini biasanya menghasilkan rasa sakit lokal atau pun
non-lokal, perasaan seperti terbakar, sensasi dingin dan rasa tidak nyaman pada bagian gigitan. 11
Diagnosis
Ketika mendapatkan gigitan dari hewan, harus dicurigai apakah hewan tersebut membawa virus
rabies atau tidak. Diagnosis rabies yang umumnya dilakukan adalah dengan menemukan adanya
badan inklusi (inclusion body) pada sel otak yang dikenal sebagai Badan Negri (Negri body).
Pemeriksaan ini memerlukan preparat sentuh jaringan otak hewan yang menggigit, kemudian
diwarnai dengan metoda Seller. Metoda ini memiliki keuntungan dari segi ekonomi karena
murah dan cepat, tetapi mempunyai kelemahan berupa sensitivitas yang kurang tinggi.6
Pencegahan
Dikarenakan tidak tersedianya pengobatan yang efektif bagi penderita rabies, tindakan
pencegahan harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemungkinan tinggi untuk tertular
penyakit ini, seperti pekerja dibidang hewani, turis-turis yang akan melakukan perjalanan ke
negara lain dan orang-orang yang memiliki hobi menelusuri alam bebas, karena penanganan
setelah terinfeksi tidak akan membawa kesembuhan total.12
Seperti yang telah diketahui bahwa rabies adalah virus yang ditularkan oleh hewan kepada
manuasia, tindakan pencegahan sebenarnya tidaklah rumit. Hindari kontak terhadap hewanhewan yang tidak terawat atau tidak jelas status kesehatannya merupakan tahap awal yang baik
untuk penghindaran infeksi virus rabies. Selain itu, pemberian vaksin juga mampu mengurangi
kemungkinan penularan virus. 11
Kesimpulan
Penyakit zoonotik adalah penyakit yang ditularkan oleh hewan kepada manusia. Rabies adalah
salah satu contoh dari penyakit zoonotic yang mematikan namun dapat dicegah. Penyebaran

[Document title]

penyakit ini adalah oleh virus, yang umumnya bisa ditularkan kepada manusia lewat gigitan
hewan pada manusia. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari kontak
dengan hewan dan penggunaan vaksin.

[Document title]

Daftar Pusaka
1. Toy EC, Debord C, Wanger A, Castro G, Kettering JD, Briscoe D. Case files
microbiology. 2nd ed. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008.
2. White DO, Fenner FJ. Medical virology. 4th ed. United States: Academic Press Limited.
1994.
3. GOV.UK. England: Guidelines for the investigation of zoonotic disease (England and
Wales). [cited 2015 Oct 30]. Available from:
https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/322374/In
vestigation_of_Zoonotic_Disease_-_guidelines.pdf
4. World Health Organization. Health topic: Zoonoses. [cited 2015 Oct 31]. Available from:
http://www.who.int/topics/zoonoses/en/
5. Kallio-Kokko H, Uzcategui N, Vapalahti O, Vaheri A. Viral zoonoses in Europe. FEMS
[serial on the internet]. 2005 June [cited 2015 Oct 31]; 29: 1051-77. Available from:
http://femsre.oxfordjournals.org/content/femsre/29/5/1051.full.pdf
6. Soeharsono. ZOONOSIS penyakit menular dari hewan ke manusia. Vol 1. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius. 2006.
7. Akoso BT. Pencegahan & pengendalian RABIES. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2007.
8. Cahyono JBSB, Lusi RA, Verawati, Sitorus R, Utami RCB, Dameria K. Vaksinasi cara
ampuh cegah penyakit infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2010.
9. Alhamda S, Sriani Y. Buku ajar ilmu kesehatan masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.
2014: h.23
10. Surapsari J. Lecture notes: penyakit infeksi. Diterjemahkan dari Mandal BK, Wilkins
EGL, Dunbar EM, Mayon-White RT. Lecture notes on infectious diseases. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2008: h.265
11. Kluwer W. Professional guide to diseases. 9th ed. United States: Lippincott Williams &
Wilkins. 2009.
12. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick & Adelbergs medical
microbiology. 24th ed. United States: The McGraw Hill Companies, Inc. 2007.
13. Tinia SH. Zoonosis. Diterjemahkan dari Gillespie S, Bamford K. Zoonosis. Dalam: Medical
microbiology and infection at a glace. Ed 3. 2007

Anda mungkin juga menyukai