Noviyanti Soleha Xii Ipa3 Babi
Noviyanti Soleha Xii Ipa3 Babi
melaksanakan
Dengan
pembangunan
pembangunan
tersebut,
untuk
menata
tercapai
kehidupan
kemajuan
dalam
Dalam
kondisi
ekonomi
yang
parah,
para
demonstran
Menghadapi
aksi
mahasiswa,
Presiden
Soekarno
menyerukan
presiden
merombak
kabinet
Dwikora
menjadi
kabinet
untuk
mengambil
tindakan
yang
dianggap
perlu
untuk
menjamin
keselamatan
presiden.
Bagi
bangsa
Indonesia
pidato
pertanggungjawaban
Presiden
Soekarno
tidak
menyinggung
masalah PKI atau peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965.
Selanjutnya MPRS melaksanakan Sidang Istimewa tanggal 7 12 Maret
1967. Dalam Sidang Istimewa ini MPRS menghasilkan empat Ketetapan
penting berikut.
1. Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan
kekuasaan dari Presiden Soekarno dan mengangkat Jenderal Soeharto
sebagai Pejabat Presiden sampai dipilihnya presiden oleh MPRS hasil
Pemilu.
2. Ketetapan MPRS No. XXXIV/MPRS/1967 tentang peninjauan
kembali Ketetapan MPRS No. I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik
Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara.
3. Ketetapan MPRS No. XXXV/MPRS/1967 tentang pencabutan
Ketetapan MPRS No. XVII/MPRS/1966 tentang Pemimpin Besar Revolusi.
4. Ketetapan MPRS No. XXXVI/MPRS/1967 tentang pencabutan
Ketetapan MPRS No. XXVI/MPRS/1966 tentang pembentukan panitia
penelitian ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.
Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 maka dibentuk
Kabinet Ampera pada tanggal 25 Juli 1966. Pembentukan Kabinet Ampera
merupakan upaya mewujudkan Tritura yang ketiga, yaitu perbaikan
ekonomi. Tugas pokok Kabinet Ampera disebut Dwi Dharma yaitu
menciptakan stabilitas politik dan stabilitas ekonomi. Program kerjanya
disebut Catur Karya, yang isinya antara lain:
1. memperbaiki kehidupan rakyat terutama sandang dan pangan,
2. melaksanakan Pemilu,
3. melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk
kepentingan nasional, dan
Baru,
stabilitas
politik
nasional
dapat
terjaga.
Lamanya
pemilihan
umum.
Pemilu
pertama
pada
masa
kemenangan dalam pemilu selalu diraih oleh Golkar. Hal ini disebabkan
Golongan Karya mendapat dukungan dari kaum cendekiawan dan ABRI.
Untuk memperkuat kedudukan Golkar sebagai motor penggerak
Orde Baru dan untuk melanggengkan kekuasaan maka pada tahun 1973
diadakan fusi partai-partai politik. Fusi partai dilaksanakan dalam dua
tahap berikut.
1. Tanggal 5 Januari 1963 kelompok NU, Parmusi, PSII, dan Perti
menggabungkan diri menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
2. Tanggal 10 Januari 1963, kelompok Partai Katolik, Perkindo, PNI,
dan IPKI menggabungkan diri menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Di samping membina stabilitas politik dalam negeri, pemerintah
Orde Baru juga mengadakan perubahan-perubahan dalam politik luar
negeri. Berikut ini upayaupaya pembaruan dalam politik luar negeri.
1. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB
Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi
anggota PBB. Sebelumnya pada masa Demokrasi Terpimpin Indonesia
pernah keluar dari PBB sebab Malaysia diterima menjadi anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB. Keaktifan Indonesia dalam PBB ditunjukkan
ketika Menteri Luar Negeri Adam Malik terpilih menjadi ketua Majelis
Sidang Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974.
2. Membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina
(RRC)
Sikap politik Indonesia yang membekukan hubungan diplomatik
dengan RRC disebabkan pada masa G 30 S/PKI, RRC membantu PKI dalam
melaksanakan kudeta tersebut. RRC dianggap terlalu mencampuri urusan
dalam negeri Indonesia.
3. Normalisasi hubungan dengan Malaysia
Pada
tanggal
11
Agustus
1966,
Indonesia
melaksanakan
dan
Thailand
menandatangi
kesepakatan
yang
disebut
berbagai
masyarakat
adil
aspek
dan
kehidupan.
makmur
yang
Tujuannya
merata
adalah
materiil
terciptanya
dan
spirituil
internasional
IMF
berperan
penting.
Dengan
adanya
para
pengusaha
besar
yang
dekat
dengan
penguasa.
terus
memburuk.
KKN
semakin
merajalela,
sementara
kemudian
diberi
gelar
sebagai
Pahlawan
Reformasi.
pada
tanggal
21
Mei
1998
Presiden
Soeharto