Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

1.

Pengertian Anamnesis
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu

percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan
orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data
pasien beserta permasalahan medisnya.
2.

Tujuan Anamnesis
Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang

permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis
dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga
bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang
dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70%
kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan
anamnesis yang benar.
Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan
yang baik antara seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang
baru pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan merasa canggung, tidak
nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk
mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka
atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat
mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap
pemeriksaan selanjutnya.
3.

Jenis Anamnesis
Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan

Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan


dengan tehnik autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap
pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan
menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien

sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia
rasakan.
Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat
dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk
menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk
menceritakan permasalahnnya. Anamnesis yang didapat dari informasi orag lain
ini disebut Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Tidak jarang dalam praktek
sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan alloanamnesis.
4.

Persiapan untuk anamnesis


Anamnesis yang baik hanya dapat dilakukan apabila dokter yang

melakukan anamnesis tersebut menguasai dengan baik teori atau pengetahuan


kedokteran. Tidak mungkin seorang dokter akan dapat mengarahkan pertanyaanpertanyaannya dan akhirnya mengambil kesimpulan dari anamnesis yang
dilakukan bila dia tidak menguasai dengan baik ilmu kedokteran. Seorang dokter
akan kebingungan atau kehilangan akal apabila dalam melakukan anamnesis tidak
tahu atau tidak mempunyai gambaran penyakit apa saja yang dapat menimbulkan
keluhan atau gejala tersebut, bagaimana hubungan antara keluhan-keluhan
tersebut dengan organ-organ tubuh dan fungsinya. Umumnya setelah selesai
melakukan anamnesis seorang dokter sudah harus mampu membuat kesimpulan
perkiraan diagnosis atau diagnosis banding yang paling mungkin untuk kasus
yang dihadapinya. Kesimpulan ini hanya dapat dibuat bila seorang dokter telah
mempersiapkan diri dan membekali diri dengan kemampuan teori atau ilmu
pengetahuan kedokteran yang memadai.
Meskipun demikian harus disadari bahwa tidak ada seorang dokterpun
yang dapat dengan yakin menyatakan bahwa dia pasti selalu siap dan mampu
mendiagosis setiap keluhan pasiennya. Bahkan seorang dokter senior yang sudah
berpengalaman

sekalipun

pasti

pernah

mengalami

menghadapi pasien dengan keluhan yang sulit dianalisa.

kebingungan

ketika

5.

Cara melakukan anamnesis


Dalam melakukan anamnesis ada beberapa hal yang harus diperhatikan

oleh seorang dokter, antara lain :


1) Tempat dan suasana
Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup
nyaman bagi pasien. Anamnesis akan berjalan lancar kalau tempat dan
suasana mendukung. Suasana diciptakan agar pasien merasa santai, tidak
tegang dan tidak merasa diinterogasi.
2) Penampilan dokter
Penampilan seorang dokter juga perlu diperhatikan karena ini akan
meningkatkan kepercayaan pasiennya. Seorang dokter yang tampak rapi dan
bersih akan lebih baik dari pada yang tampak lusuh dan kotor. Demikian juga
seorang dokter yang tampak ramah, santai akan lebih mudah melakukan
anamnesis daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.
3) Periksa kartu dan data pasien
Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau
data pasien dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup
kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau mungkin juga
kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu datanya milik pasien B,
atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang sama persis. Untuk pasien
lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya.
Informasi data kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis
dan pemeriksaan saat ini.
4) Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya
Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien
dapat dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien
bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus
memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat pasien bercerita, apabila
diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau
informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa
cerita pasien sehingga melantur kemana-mana.
5) Gunakan bahasa/istilah yang dapat dimengerti
Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang
dapat dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya dalam

bahasa Indonesia atau sulit dimengerti, berikan penjelasan atau deskripsi dari
istilah tersebut.
6) Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil saat
seorang dokter melakukan anamnesis, terutama bila pasien yang mempunyai
riwayat penyakit yang panjang.
7) Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak
gerik pasien. Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis,
apakah dalam posisi bebas atau posisi letak paksa, apakah tampak santai atau
menahan sakit, apakah tampak sesak, apakah dapat bercerita dengan kalimatkalimat panjang atau terputus-putus, apakah tampak segar atau lesu, pucat
dan lain-lain.
8) Gunakan metode yang sistematis
Anamnesis yang baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut kerangka
anamnesis yang baku. Dengan cara demikian maka diharapkan tidak ada
informasi yang terlewat.
Sistematika Anamnesis
Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau
sistematika yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama
melakukan anamnesis seorang dokter tidak kehilangan arah, agar tidak ada
pertanyaan atau informasi yang terlewat. Sistematika ini juga berguna dalam
pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja yang membacanya.
Sistematika tersebut terdiri dari :
1) Data umum pasien
a. Nama pasien
Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
b. Jenis kelamin
Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya
c. Umur
Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang
digunakan untuk menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk
memperkirakan kemungkinan penyakit yang diderita, beberapa penyakit
khas untuk umur tertentu.
d. Alamat

Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan


hanya alamat sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa
sakit untuk pertama kalinya. Data ini kadang diperlukan untuk
mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau untuk data
epidemiologi penyakit.
e. Pekerjaan
Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit
pasien dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan
sekarang tetapi juga pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.
f. Perkawinan
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien
g. Agama
Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak
boleh (pantangan) seorang pasien menurut agamanya.
h. Suku bangsa
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan ras/suku bangsa tertentu.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat
sehingga mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis.
Tidak jarang pasien datang dengan beberapa keluhan sekaligus, sehingga
seorang dokter harus jeli dan cermat untuk menentukan keluhan mana yang
merupakan keluhan utamanya. Pada tahap ini sebaiknya seorang dokter sudah
mulai

memikirkan

beberapa

kemungkinan

diagnosis

banding

yang

berhubungan dengan keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan membantu


dalam mengarahkan pertanyaan-pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya.
Pertanyaan diarahkan untuk makin menguatkan diagnosis yang dipikirkan
atau menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis banding.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting untuk
menegakkan diagnosis. Tahapan ini merupaka inti dari anamnesis. Terdapat 4
unsur utama dalam anamnesis riwayat penyakit sekarang, yakni : (1)
kronologi atau perjalanan penyakit, (2) gambaran atau deskripsi keluhan

utama, (3) keluhan atau gejala penyerta, dan (4) usaha berobat. Selama
melakukan anamnesis keempat unsur ini harus ditanyakan secara detail dan
lengkap.
Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien
merasakan munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu
ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya apakah cenderung
menetap, berfluktuasi atau bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya
datang mencari pertologan medis. Apakah munculnya keluhan atau gejala
tersebut bersifat akut atau kronik, apakah dalam perjalanan penyakitnya ada
faktor-faktor yang mencetuskan atau memperberat penyakit atau faktor-faktor
yang memperingan. Bila keluhan atau gejala tersebut bersifat serangan maka
tanyakan seberapa sering atau frekuensi munculnya serangan dan durasi atau
lamanya serangan tersebut.
Keluhan atau gejala penyerta adalah semua keluhan-keluhan atau gejala yang
menyertai keluhan atau gejala utama. Dalam bagian ini juga ditanyakan usaha
berobat yang sudah dilakukan untuk penyakitnya yang sekarang. Pemeriksaan
atau tindakan apa saja yang sudah dilakukan dan obat-obat apa saja yag sudah
diminum.
4) Riwayat Penyakit dahulu
Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang riwayat
penyakit dahulu secara lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang
sedang diderita pasien saat ini merupakan kelanjutan atau akibat dari
penyakit-penyakit sebelumnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter terkadang
tidak cukup hanya menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja, tetapi
juga riwayat kakek/nenek, paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain. Untuk
beberapa penyakit yang langka bahkan dianjurkan untuk membuat susunan
pohon keluarga, sehingga dapat terdeteksi siapa saja yang mempunyai potensi
untuk menderita penyakit yang sama.
6) Riwayat Kebiasaan/Sosial

Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat


menjadi penyebab penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Biasakan untuk
selalu menanyakan apakah pasien mempunyai kebiasaan merokok atau
minum alkohol. Tanyakan sudah berapa lama dan berapa banyak pasien
melakukan kebiasaan tersebut. Pada masa kini bila berhadapan dengan pasien
usia remaja atau dewasa muda harus juga ditanyakan ada atau tidaknya
riwayat penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba, ekstasi dan lailain.
7) Anamnesis Sistem
Anamnesis sistem adalah semacam review dimana seorang dokter secara
singkat dan sistematis menanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin ada
dan belum disebutkan oleh pasien. Keluhan ini mungkin saja tidak
berhubugan dengan penyakit yang sekarang diderita tapi mungkin juga
merupakan informasi berharga yang terlewatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Markum HMS. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2011.
Redhono D, Putranto W, Budiastuti VI. Komunikasi III History Taking
Anamnesis. series on the internet [cited : 2013 April 10] available from :
http://fk.uns.ac.id/static/file/Manual_Semester_II-2012.pdf
Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar edisi ke-10. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2012

Anda mungkin juga menyukai