Jam Praktikum
: 14.30-17.00
LAPAROTOMI
Anggota Kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jannatul Ajilah
Kanti Rahmi Fauziyah
Sarah Minarni Tampubolon
Noor Ihsan Anzary
Devy Nur P
Crisna Kemala
Maria Magdalena Widya
(B04120124)
(B04120125)
(B04120126)
(B04120127)
(B04120128)
(B04120130)
(B04120131)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laparotomi merupakan suatu tindakan bedah (prosedur pembedahan)
untuk membuka rongga abdomen. Laparotomi berasal dari kata laparo dan tome.
Laparo yang memiliki arti bagian yang lunak tubuh diantara tulang rusuk dan
pinggil (ruang abdomen) sedangkan tome berarti penyayatan. Laparotomi biasa
dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari rongga abdomen pada ascites,
pemyumbatan atau adanya corpus alinea dalam usus, ataupun tindakan bedah
terkait reproduksi (Fossum 2002).
Laparotomi terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan
paramedianus. Masing-masing jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan
fungsi, organ target yang akan dicapai, dan jenis hewan yang akan dioperasi.
Umumnya pada hewan kecil laparotomi yang dilakukan adalah laparotomi
medianus dengan daerah orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea
alba. Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital
dan saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen.
Semua organ tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi
laparotomi.
Keuntungan teknik laparotomi sentral adalah tempat penyayatan mudah
ditemukan karena adanya linea alba sebagai penanda, sedikit terjadi perubahan,
dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian yang dapat
terjadi adalah mudah terjadinya hernia jika proses penjahitan atau penanganan
post operasi kurang baik dan persembuhan relatif lebih lama.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menemukan letak anatomis atau
orientasi dari organ-organ viscera yang ada di dalam rongga abdomen secara
langsung dan sekaligus dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa.
TINJAUAN PUSTAKA
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo
sendiri berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga
laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau
peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah Celiotomi. Laparotomi terdiri dari
tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan paramedianus. Masing-masing
jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan fungsi, organ target yang akan
dicapai, dan jenis hewan yang akan dioperasi. Umumnya pada hewan kecil
laparotomi yang dilakukan adalah laparotomi medianus dengan daerah orientasi
pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea alba. (Fossum 2002).
Tindakan bedah biasa dilakukan untuk menangani kasus-kasus yang terjadi
pada hewan kesayangan diantaranya dilakukan di daerah abdomen. Jenis-jenis
tindakan bedah yang sering dilakukan diantaranya adalah laparotomi, cystotomi,
histerektomi, ovariohisterektomi, kastrasi, caudektomi, enterektomi dan lain
sebagainya.
Banyak kasus bedah yang ditangani dengan melakukan tindakan
laparotomi, baik medianus, paramedianus anterior maupun posterior, serta
laparotomi flank. Masing-masing posisi memiliki kelebihan dan kekurangannya
tersendiri. Pemilihan posisi penyayatan laparotomi ini didasarkan kepada organ
target yang dituju. Hal ini untuk menegakkan diagnosa berbagai kasus yang
terletak di rongga abdomen.
METODOLOGI
2. Persiapan peralatan
Satu set peralatan bedah minor disiapkan yang terdapat 4 towel
clamp, 2 pinset anatomis dan syrorgis, 1 ganggang scalpel dan blade, 3
gunting, 4 tang arteri lurus anatomis, 2 tang arteri bengkok anatomis, 2
tang arteri lurus syrorgis, dan 1 needle holder.
Alat-alat tersebut kemudian disterilisasi dengan cara sebagai
berikut yaitu pertama peralatan yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan
ditata dalam wadah mulai dari needle holder, tang arteri, gunting, scalpel,
pinset syrorgis, pinset anatomis, dan towl klaim. Kemudian wadah berisi
perlatan tersebut dibungkus dengan dua lapis kain. Selanjutnya, kain lapis
pertama disiapkan dan wadah diposisikan di tengah kain dengan posisi
sejajar. Sisi kain yang dekat dengan tubuh kita dilipat hingga menutupi
wadah dan ujung lainnya dilipat mendekati tubuh. Sisi kanan dilipat
dilanjutkan dengan sisi yang kiri. Kain lembar kedua disiapkan, wadah
yang sudah terbungkus kain lapis pertama diletakkan di tengah dengan
posisi diagonal. Ujung kain yang dekat tubuh dilipat hingga menutupi
peralatan (wadah). Sisi kanan dilipat dilanjutkan sisi kiri. Ujung lainnya
dilipat mendekati tubuh dan diselipkan. Setelah peralatan yang sudah
terbungkus kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 100C
selama 1 jam.
Pembukaan
bungkusan
setelah
proses
sterilisasi,
pertama
2.
Preanestesi
3.
Sedatif
4.
Anestetik
5.
Antibiotik
post operasi)
4. Persiapan perlengkapan operator dan asisten
Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten 1, yaitu tutup
kepala, masker, sikat tangan (2 buah per orang), handuk kecil, baju
operasi,
dan
sarung
tangan.
Perlengkapan-perlengkapan
tersebut
perlengkapan
yang
telah
disterilisasi
dibuka
jantungnya,
ditimbang
berat
badannya,
diperhatikan
pertama mengenai pasien). Dibilas dengan air yang mengalir sebanyak 10-15 kali
(dimulai dari ujung yang pertama disikat). Setelah itu ikeringkan dengan ditata di
rak dan peralatan yang sudah kering kemudian disterilisasi lagi seperti di awal
tadi.
3. Pencucian perlengkapan
Perlengkapan seperti masker, tutup kepala, handuk dan baju operasi yang
telah selesai digunakan dilaundri/dicuci dengan sabun, dibilas dikeringkan.
Perlengkapan-perlengkapan tersebut kemudian disterilisasi sebagaimana proses
pra operasi tadi.
4. Ruang operasi
Ruang operasi kembali dibersihkan dari kotoran/debu dengan disapu dan
disterilisasi baik dengan radiasi ataupun menggunakan desinfektan berupa alkohol
70% (Setiabudy 2007).
D.
Tim Bedah
Operator
: Crisna Kemala (melakukan operasi)
Asisten 1
Asisten 2
Asisten 3
Asisten 4
Asisten 5
Asisten 6
HASIL
Signalment
: Kucing
Ras
: Domestik
: Hitam abu-abu
Operasi
Post
Operasi
0
15
30
45
60
75
5
20
35
Frekuensi
Nafas
88 kali/menit
128 kali/menit
36 kali/menit
40 kali/menit
40 kali/menit
40 kali/menit
40 kali/menit
36 kali/menit
36 kali/menit
Frekuensi
Jantung
160 kali/menit
132 kali/menit
136 kali/menit
116 kali/menit
90 kali/menit
108 kali/menit
110 kali/menit
116 kali/menit
120 kali/menit
Temperatur
CRT
Mukosa
38oC
37,7oC
37oC
37oC
36,9oC
36,6oC
36,7oC
36oC
36oC
1S
10S
5S
4S
4S
3S
3S
3S
3S
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pucat
Pa
So
Pa
So
Pa
So
Pa
So
Frek
Frek
Nafas Jantung
40
120
36
120
44
128
40
132
40
128
40
110
36
128
44
140
Temperatur
37,5
38,2
39,2
39
38,3
37,2
37,7
38
CRT Mukosa
1S
1S
1S
1S
1S
1S
1S
1S
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Rose
Makan Urinasi
Minum
Ada
Tidak
ada
Tidak
Ada
Ada
ada
ada
Ada
Ada
Ada
Tidak
Ada
Ada
Ada
Tidak
Defekasi
Tidak
Tidak
Ada
Tidak
Tidak
Ada
Ada
Ada
H+5
Pa
So
37.8
PEMBAHASAN
Operasi laparatomi dilakukan dengan cara pembedahan midline incision
yaitu tindakan penyayatan abdomen pada daerah umbilicus. Sebelum melakukan
tindakan operasi kucing terlebih dahulu dipuasakan selama 6-12 jam. Hal ini
bertujuan agar setelah pemberian obat premedikasi dan anastesi tidak terjadi
respon untuk muntah dan hipersalivasi (Katzung 2001). Obat premedikasi yang
diberikan berupa atropin, sedangkan obat anastesinya adalah ketamin dan xylasin.
Dengan melakukan penyayatan pada daerah umbilicus yang akan mempermudah
eksplorasi organ-organ dalam baik anterior maupun posterior. Terdapat beberapa
lapis yang disayat yaitu kulit, lapisan lemak subkutis, linea alba dan lapisan
peritoneum. Penyayatan dilakukan 2 cm diatas umbilical dan 2 cm dibawah
umbilical. Setelah penyayatan telah dilakukan, dimulai eksplorasi terhadap organ
visceral.
Pada eksplorasi operator dapat menemukan atau mempalpasi omentum,
usus, hati, limpa, kolon, dan ginjal. Ketika rongga peritoneum pertama kali
terbuka maka seluruh organ yang berada dalam organ ini tertutupi oleh omentum.
Pada wilayah epigastrium terletak didalamnya limpa disebalah kiri, hati disebalah
kanan, dan sepasang ginjal. Serta dapat ditemukan usus yang terletak di
mesogastrium dan kolong yang terletak di hipogastrium. Setelah eksplorasi selesai
dilakukan penutupan luka dengan cara menjahit pada 3 lapis penyayatan. Hal ini
dikarenakan bobot badan kucing yang berat dan terdapat banyak lemak subkutis.
Lapisan pertama dan kedua dijahit dengan cat gut absorable sedangkan lapisan
terluar dengan menggunakan benang non absorable. Teknik jahitan yang
digunakan pada lapisan pertama dan ketiga yaitu simple suture. Sedangkan pada
lapisan kedua yaitu lapisan lemak subcuits menggunakan teknik jahitan
contionuos. Jahitan contionuos yaitu jahitan dengan sejumlah penjahitan dari
seluruh luka dengan menggunakan satu benang yang sama dan disimpulkan pada
akhir jahitan serta dipotong setelah dibuat simpul. Digunakan untuk menjahit
peritonium kulit, subcutis dan organ. Setiap akan dilakukan penjahitan maka
diberi penicilin yang berfungsi untuk mencegah kontaminasi.
Pada saat pertengahan operasi diperlukan maintenance ketamine dan
xylazin karena refleks pupil, palpabrae dan digit dari kucing mulai terlihat. Selain
itu, selama berlangsungnya operasi dilakukan kontrol terhadap frekuensi napas,
denyut jantung, suhu, refleks pupil, refleks digit, dan CRT. Saat terjadinya operasi
mengalami penurunan karena efek dari obat anestesi yang akan menekan sistem
kerja dan homeostasis tubuh. Sedangkan saat pasca operasi suhu tubuh serta
parameter lainnya mulai kembali ke rentang normal.
Keadaan kucing pada post operasi hari pertama masih lemah. Suhu tubuh
berangsur naik namun frekuensi jantung dan napas relative sudah kembali normal.
Kucing sudah dapat makan dan minum. Namun kucing hanya bisa urunasi, belum
dapat defekasi. Pada hari kedua dan seterusna hingga hari ke lima keadaan kucing
jauh lebih baik dari berbagai pemeriksaan suhu, frekuensi napas dan jantung, telah
bisa defekasi. Feses yang dikeluarkan tidak ada kelainan (fesesnya berbentuk).
Nafsu makan dan minum tidak terganggu. Perawatan kucing meliputi penggantian
kasa dan pemberian antibiotic Amoxcillin tanpa pemberian analgesic.
Penggantian kasa dilakukan selama tiga hari setelah operasi dan
selanjutnya hanya dibalut dengan kain gurita saja. Namun karena kendala postur
tubuh yang besar, kain gurita sering terlepas sehingga luka sering tampak. Karena
pada hari ke tiga kucing mulai menjilat-jilat daerah luka maka hari ke empat
masih dilakukan pemasangan kasa, hal dikhawatirkan terjadi infeksi pada luka.
Amoxcillin diberikan sehari dua kali sesuai dosis, pemberian amocillin ini
bertujan untuk mencegah bakteri sehingga tidak terjadi infeksi. Kerja dari
amoxicillin ini adalah pada mikroba yang sedang aktif membelah. Pemberian
tidak bolah lebih dari satu minggu dan haru diberikan secara rutin karena apabila
tidak akan menimbulkan efek negatif (Setiabudy 2007).
DOKUMENTASI
KESIMPULAN
Laparotomi merupakan sebuah tindakan medis yang bertujuan untuk
menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada di dalam ruang
abdominal secara langsung serta untuk menegakkan diagnosa. Sebelum dilakukan
laparotomi, terdapat beberapa persiapan diantaranya persiapan operator, alat dan
bahan instrumen bedah, pasien, serta tempat untuk laparotomi. Persiapan ini
dilakukan bertujuan untuk mempermudah jalannya proses laparotomi. Selain itu
dilakukan sterilisasi alat yang bertujuan agar tidak terjadi infeksi mikroba pada
pasien dan untuk membantu proses penyembuhan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Fossum TW. 2002. Small Animal Surgery Second Edition. China: Mosby.
Katzung, BG. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta.
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Percetakan
Gaya Baru.