Indikasi :
1. Melakukan pemasangan jalur intra vena
2. Melakukan pemasangan cairan infus
Kontraindikasi :
1. Terdapat infeksi didaerah penusukan
Komplikasi :
1. Falls route
2. Hematoma subkutis
3. Infeksi
4. Iritasi peradangan vena (phlebitis)
5. Emboli udara
Prosedur Kegiatan :
No
Aktivitas
1
Instruktur memberikan pengantar dan
gambaran secara teori tindakan
pemasangan kanulasi vena
2
Instruktur mendemonstrasikan cara
melakukan kanulasi vena pada phantom
3
Mahasiswa melakukan praktikum sendiri
sesuai gilirannya instruktur mengevaluasi
dan memberikan arahan sesuai dengan skill
checklist
Waktu
10
Metode
Kuliah dan
diskusi
15
Demonstrasi
5
/mahasiswa
Praktikum
Sasaran Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakanyang akan dilakukan dan
tujuannya
2. Mahasiswa dapat mempersiapkan botol infus dan infus set/transfusion set
3. Mahasiswa dapat melakukan tindakan desinfeksi
4. Mahasiswa dapat menentukan lokasi vena yang dapat dikanulasi
5. Mahasiswa dapat melakukan tindakan kanulasi vena dengan benar
6. Mahasiswa dapat memfiksasi abocath dengan baik dan benar
7. Mahasiswa dapat membersihkan dan membuang sampah tajam/infeksius pada
tempatnya
Peralatan :
1. Alat pelindung diri (handskun)
2. Set phantom tangan untuk kanulasi vena
3. Abocath no 22
4. Cairan infus, selang infus, selang transfusion, selang infus mikro
5. Kapas alkohol pada tempatnya
6. Alat pembendung vena
7. Kain pengalas
8. Kassa steril, antiseptik (betadine)
9. Plester, gunting, verband
10. Standar infus
11. Bengkok untuk tempat bahan kotor, spuit bekas / sampah tajam
PUNKSI ARTERI
Indikasi :
Mengambil darah arteri untuk pemeriksaan analisa gas darah.
Komplikasi :
1. Hematoma subkutis
2. Infeksi
Sasaran Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan
tujuannya.
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan desinfeksi.
3. Mahasiswa dapat menentukan lokasi arteri yang akan dipungsi.
4. Mahasiswa dapat melakukan tindakan pungsi arteri dengan benar.
5. Mahasiswa dapat membersihkan dan membuang sampah tajam/infeksius pada
tempatnya.
Peralatan :
1. Alat pelindung diri (handskun)
2. Set phantom tangan untuk pungsi arteri
3. Spuit 3 cc + heparin + gabus penutup jarum
4. Kapas alkohol pada tempatya
5. Kain pengalas + handuk kecil pengganjal
6. Kasa dan plester
7. Bengkok untuk tempat bahan kotor, spuit bekas/samapah tajam
Prosedur Kegiatan :
No
1
2
3
Aktivitas
Instruktur memberikan pengantar dan
gambaran secara teori tindakan pungsi vena
Instruktur mendemonstrasikan cara
melakukan pungsi vena pada phantom
Mahasiswa melakukan praktikum sendiri
sesuai gilirannya. Instruktor mengevaluasi
dan menilai sesuai dengan skill checklist
Waktu
10
15
5 /
mahasiswa
Metode
Kuliah dan
diskusi
Demonstrasi
Praktikum
11. Menutup saluran infus dan menggantung cairan infus pada tiang infus
12 . Palpasi dan Identifikasi area insersi kateterintravena
13. Memasang tourniquet 10-12 cm di atas daerah insersi, menganjurkan pasien
menggenggam tangannya (jika pasien sadar)
14. Melakukan tindakan aseptik dengan kapas alkohol 70% secara melingkar
15. Melakukan Insersi kanul intravena dengan posisi 30 sejajar vena, hingga darah
tampak pada ujung reservoar kanul
16. Menarik jarum kateter dan memasukkan kanul silikon hingga mencapai ujung
secara perlahan
17. Melepaskan tourniquet, menahan ujung jarum dengan ibu jari
18. Menyambungkan ujung kanul dengan selang infus
19. Membuka pengatur saluran infus dan melakukan evaluasi terhadap tetesan dan
tempat insersi kanul
20. Melakukan fiksasi ujung kanul dengan kassa steril dan plester
Injeksi Subkutan
Injeksi subkutan (SK) merupakan menyuntikan obat ke jaringan ikat longgar di
bawah kulit. Karena jaringan subkutan tidak memiliki banyak pembuluh darah
seperti otot, maka penyerapan obat lebih lama daripada penyuntikan Intramuskular.
Injeksi subkutan menggunakan jarum hipodermik yang dapat diaplikasikan sendiri
oleh pasien (eg. insulin).
Beberapa faktor yang mempengaruhi rute subkutan diantaranya ukuran molekul
akan menyebabkan kecepatan penetrasi molekul besar lebih rendah, viskositas
obat akan mempengaruhi kecapatan difusi obat ke dalam cairan tubuh,
karakteristik anatomi sisi injeksi (eg.vaskularitas, jumlah jaringan lemak) akan
mempengaruhi kecepatan absorpsi obat. Perbandingan kecepatan absorpsi antara
SK, IM dan IV adalah SK < IM < IV.
Adapun kekurangan rute SK adalah
deposit SK, terjadi komplikasi lokal
jaringan subkutan memiliki reseptor
ganti untuk mencegah akumulasi
menyebabkan kerusakan jaringan.
Dosis obat larut air yang dapat disuntikkan melalui subkutan sangat kecil (0,5
sampai 1 ml) karena jaringan ini sangat sensitive terhadap zat yang iritatif dan
volume besar. Penimbunan obat didalam jaringan dapat menimbulkan abses steril,
yang terlihat sebagai massa yang keras dan nyeri pada kulit.
Secara umum, untuk penyuntikan obat subkutan, jarum 25 gauge 5/8 inci disuntikan
pada sudut 45 derajat, atau jarum 1/2 inci disuntikkan pada sudut 90 dereajat pada
klien berat badan normal.
Daerah yang paling baik untuk penyuntikan subkutan adalah daerah lengan atas
belakang, abdomen dari bawah iga sampai batas Krista iliaka dan an bagian paha
atas depan.
Injeksi Intrakutan
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu
tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit
atau intra dermis.
Pada pemberian obat secara intradermal biasanya untuk tes kulit (seperti skrining
tuberculin dan tes alergi). Karen obat bersifat poten, maka obat disuntikkan ke kulit
di mana aliran darah tidak banyak sehingga obat diserap perlahan-lahan. Beberapa
pasien memberikan reaksi anafilaktik jika obat memasuki peredaran darah terlalu
cepat. Tes kulit memerlukan perhatian apakah area tidak mengalami luka atau
terdapat perubahan warna. Area intradermal harus bebas dari luka dan relative
tidak berbulu.
Gunakan spuit tuberculin atau hipodermik kecil untuk tes kulit. Sudut untuk
penyuntian injeksi intradermal adalah 5 -15 derajat, dengan posisi bevel diatas.
Saat menyunyuntikan obat maka akan muncul bleb/benjolan kecil menyerupai
gigitan nyamuk pada permukaan kulit. Jika bleb tidak muncul atau jika area terseut
bardarah saat injeksi, maka kemungkinan obat masuk ke dalam jaringan subkutan.
Pada kasus ini hasil yang didapat tidak akan valid.
Area yang lazim digunakan untuk injeksi ini adalah lengan bawah bagian dalam,
dada bagian atas dan punggung pada area scapula.
TUJUAN
1. Membantu menentukan diagnosis terhadap penyakit tertentu (misalnya
tuberculin tes).
2. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test).
CATATAN
1. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali
24 jam dari saat penyuntikan obat.
2. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
3. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik,
dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu
mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam
spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
4. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc
dalam spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien.
PROSEDUR
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat
Beri penjelasan pada tentang penilaian pada daerah penyuntikan dan anjurkan
untuk tidak menggaruk, memasage atau memberi apapun pada daerah penyutikan.
Latihan Kasus:
1. Seorang wanita berusia 50 tahun datang ke tempat praktek saudara
dengan keluhan benjolan di leher kira-kira sepuluh tahun. Sekarang
wanita tersebut merasa khawatir karena berat badannya menurun dan
matanya terasa semakin menonjol. Lakukan pemeriksaan penyakit
tiroid pada pasien ini secara sistematis.
2. Anda sedang menjadi dokter muda dibagian penyakit dalam. Lakukan
penyuntikan insulin untuk pasien dengan Diabetes Melitus.
3. Hari ini adalah hari imunisasi BCG di Puskesmas tempat anda bertugas
sebagai dokter muda. Peragakan cara melakukan imunisasi BCG
tersebut.