Anda di halaman 1dari 13

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

PENDAHULUAN
Hernia nucleus Pulposus (HNP) mempunyai banyak sinonim antara lain : hernia diskus
intervertebralis, rupture disk, slipped disk, dan sebagainya. HNP merupakan salah satu
penyebab dari nyeri punggung bawah (NPB) yang penting. Pervalensinya berkisar antara 12% darii populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervetebralis L5-S1,
L4-L5. Biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6
minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.

DEFENISI
Rupturnya diskus intervertebralis, terjadi ketika seluruh atau sebagian nucleus
pulposus (bagian tengah diskus intervertebralis yang lunak mirip gelatin) terdorong melalui
cincin luar (annulus fibrosus) yang melemah atau robek ke kanalis spinalis.

PATOFISIOLOGI
Diskus interveterbralis menghubungkan kopus vetebre satu sama lainnya, dari servikal
sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut
(shock absorber).
Diskus intervetebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu :
1. Annulus fibrosus. Terbagi menjadi tiga lapis :
a. Lapisan terluar terdiri dari lamena fibro kolagen yang berjalan menyilang
konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan
menyerupai gulungan per.
1

b. Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kargilagenus.


c. Daerah transisi.
Serat annulus di bagian anterior diperkuat oleh ligamentum longitudinal anterior yang
kuat sehingga diskus intervetebralis tidak mudak menerobos daerah ini. Pada bagian
posterior serat-serat annulus paling luar dan tengah sedikit dan ligamentum
longitudinal posterior kurang kuat sehingga mudah rusak. Mulai daerah lumbal I,
ligamentum longitudinal posterior makin mengecil sehingga pada ruang intervetebra
L5-S1 tinggal separoh dari lebar semula sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi
kelainan pada daerah ini.
2. Nucleus pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglikan (hialuronic
long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat
higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan
tekanan/beban.
Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang progresif seiring
bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai
dengan penurunan vaskularisasi ke dalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam
nucleus sehingga diskus mengkerut, sebagai akibatnya nucleus menjadi kurang elastis.
Pada siklus yang sehat bila mendapat tekanan maka nucleus pulposus menyalurkan
gaya tekan kesegala arah dengan sama besar. Kemampuan menahan air mempengaruhi sifat
fisik nucleus. Penurunan kadar air nucleus mengurangi fungsinya sebagai bantalan, sehingga
bila ada gaya tekan maka disalurkan ke annulus secara asimetris, akibatnya bias terjadi cedera
atau robekan pada annulus.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena :

1. Daerah lumbal, khususnya L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu menyangga berat
badan. Diperkirakan hamper 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi
diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5-S1.
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum longitudinal
posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi yang paling
sering adalah posterolateral.

FAKTOR RESIKO
1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah.
Umur : makin bertambah umur, resiko makin tinggi.
Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dari wanita.
Riwayat cedera punggung/HNP sebelumnya.
2. Faktor resiko yang dapat diubah.
Pekerjaan dan aktivitas
Olah raga tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama
Merokok.
Berat badan berlebih.
Batuk lama dan berulang.

MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik HNP tergantung dari radiks saraf yang lesi. Gejala klinik yang
paling sering adalah ischialgia. Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut,
menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar terkena akan timbul gejala
kesemutan atau rasa tebal sesuai dermatomnya. Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan otot
atau hilangnya reflek tendon patella (KPR) dan Achilles (APR). bila mengenai konus atau
kauda equine dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan fungsi seksual. Keadaan ini
merupakan suatu kegawatan yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah
kerusakan miksi secara permanen.
3

Nyei pada HNP akan meningkat bila terjadi kenaikan tekanan intratekal atau
intradiskal seperti saat mengejan, batuk, bersin, mengangkat benda berat dan membungkuk.

DIAGNOSIS
Diagnosi HNP didasarkan pada :
1.
2.
3.
4.

Anamnesa.
Pemeriksaan klinik umum.
Pemeriksaan neurologik.
Pemeriksaan penunjang.

Anamnesis.

Kapan mulai timbul nyeri.


Bagaimana mulai timbul,
Kualitas nyeri.
Faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.
Riwayat trauma sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang sakit serupa.

Pada anamnesis perlu dicermati adanya keluhan yang mengarah pada lesi saraf :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Adanya nyeri radikuler (ischialgia)


Nyeri sampai dibawah lutut dan bukan sekedar paha bagian belakang saja.
Riwayat nyeri atau rasa kesemutan yang lama.
Riwayat gangguan miksi/defekasi/fungsi seksual.
Adanya saddle anaestesi/hipestesi.
Adanya kelemahan tungkai.
Juga sangat penting ditelusuri kemungkinan adanya kelainan patologik pada spinal

yang serius (redflags) seperti keganasan tulang vetebre, radang spinal dan sindroma kauda
ekuina.
Pemeriksaan Klinik Umum.
Inspeksi.

Cara berjalan, cara berdiri, cara duduk. Penderita HNP seringkali berjalan
denga susah payah. Raut muka mencerminkan rasa nyeri. Mungkin pasien
berjalan dengan satu tungkai sedikit di fleksi dan kaki pada satu sisi itu dijinjit
karena cara ini dapat mengurangi rasa nyeri. Bila duduk, ia akan duduk pada
sisi yang sehat. Waktu akan berdiri satu tangan biasanya memegang pinggang
sedangkan tungkai yang sakit sedikit difleksikan pada sendi lutut, ini dikenal
sebagai tanda minor.

Palpasi.

Palpasi untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya skoliosis, gibbus dan
deformitas lain.

Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini untuk mematikan bahwa kasus NPB yang dihadapi termasu
suatu gangguan saraaf atau bukan.
1. Pemeriksaan sensorik.
Pada pemeriksaan ini dicari ada atau tidaknya gangguan sensorik, mengetahui dermatom
mana yang terkena sehingga akan diketahui radiks saraf mana yang terganggu.
2. Pemeriksaan motorik.
Dicari apakah ada tanda tanda kelemahan (paresis, atrofi dan fasikulasi otot)
3. Pemeriksaan reflek.
Bila ada kelainan pada suatu reflek tendon berarti ada gangguan pada lengkung reflek.
Pemeriksaan yang sering dilakukan pada pasien LBP, tes untuk meregangkan saraf
ischadikus.
Tes lasseque.
Tes lasseque silang.
Tes bragard.
Tes Patrick
Tes kontra Patrick.

Tes untuk meningkatkan tekanan intratekal.


Tes naffziger.
Tes valsava.
4. Pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan neurofisiologi.
i. EMG.
ii. Somato sensorik evoked potential (SSEP).
b. Pemeriksaan radiologi.
i. Foto polos
ii. Kaudografi.
iii. Mielografi.
iv. CT mielo MRI.
MRI merupakan standar baku emas untuk HNP.
DIAGNOSIS BANDING
1. Strain lumbal.
2. Tumor.
3. Rematik.

TATALAKSANA
1. Konservatif.
a. Tirah baring.
Direkomendasikan selama 2-4 hari, dan pasien secara bertahap kembali ke
aktidfitas yang biasa.
b. Medikamentosa.
i. Analgetik dan NSAID. Contoh analgetik : paracetamo, aspirin,
tramadol. Contoh NSAID : ibuprofen, Natrium diklofenak, ethodolak,
selekoksib, perlu diperhatikan efek samping obat.
ii. Obat pelemas otot : tinazidin, esperidone, karisoprodol. Mengurangi
spasme otot yg menyertai
iii. Kortikosteroid oral.
iv. Penyuntikan simopapain (chymodiactin) pada diskus intervertebralis
yang mengalami herniasi akan menimbulkan kehilangan air dan
proteoglikan dari dalam diskus tersebut sehingga mengurangi ukuran

diskus dan tekanan dalam radiks saraf. Simopapain paling sering


digunakan untuk mengatasi herniasi di daerah lumbal.
c. Terapi fisik.
i. Traksi pelvis.
ii. Ultrasoundwave. Diatermi, kompres pana, kompres dingin.
iii. Transkutaneus elektrikal nerve stimulation.
iv. Korset lumbal atau penumpang lumbal yang lain.
v. Latihan dan modifikasi gaya hidup.
d. Penyuluhan pasien.
2. Terapi bedah.
Terapi bedah perlu dipertimbangkan bila : setelah satu bulan dirawat secara konservatif
tidak ada perbaikan, ischialgia yang berat, Ischia yang menetap atau bertambah berat, ada
gangguan miksi, defekasi dan seksual, ada bukti terganggunya radik saraf, adanya paresis
otot tungkai bawah.
PROGNOSIS
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif,
sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun telah diterapi. Pada pasien yang
dioperasi, 90% akan membaik tertutama nyeri tungkai,

tetapi kemungkinan terjadinya

kekambuhan adalah 5% dan bias pada diskus yang sama atau berbeda.

ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien perempuan berumur 43 tahun datang ke Poli Saraf RSUP DR.M
Djamil Padang pada tanggal 10 Juni 2010 dengan :
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang :

Nyeri pinggang bawah menjalar ke tungkai kanan sejak 5 hari yang lalu.

Awalnya pasien merasakan nyeri pada punggung bawah 5 hari yang lalu, kemudian
pasien berobat ke tukang urut. Keesokan harinya pasien merasakan nyeri menjalar
ke tungkai kanan bawah.

Nyeri timbul tiba-tiba, terasa seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk.

Nyeri pinggang menjalar ke sisi luar tungkai kanan hingga ke ibu jari kaki..

Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari duduk, saat batuk dan mengejan.

Nyeri berkurang saat pasien tidur dengan memiringkan badan ke sisi yang tidak
sakit.

Pasien merasakan sedikit kebas pada tungkai kanannya.


Kelemahan anggota gerak tidak ada

BAB dan BAK biasa.

Demam tidak ada.

Penurunan berat badan tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat hipertensi ada sejak 1 bulan ini tekanan darah tertinggi pernah sampai
150/100 mmHg, kontrol teratur ke Puskesmas.

Riwayat trauma/ kecelakaan/ jatuh terduduk sebelumnya tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :

Pasien seorang pegawai puskesmas.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: komposmentis kooperatif

Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 76x /menit

Nafas

: 20x /menit

Suhu

: 36,8oC

Status Internus :
KGB

Leher, aksila dan inguinal tidak membesar

Leher

JVP 5-2 CmH20

Thorak

Paru

: Inspeksi

: simetris kiri dan kanan

Palpasi

: fremitus normal kiri sama dengan kanan

Perkusi

: sonor

Auskultasi : vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)


Jantung

: Inspeksi

: iktus tidak terlihat

Palpasi

: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : irama teratur, bising (-)


Abdomen :

Inspeksi

: Tidak tampak membuncit

Palpasi

: Hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-)

Perkusi

: Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) Normal


Corpus Vertebrae :
Inspeksi

: Deformitas (-), Gibbus (-), Tanda radang (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-)

Status Neurologis :
1. GCS 15 : E4 M6 V5
2. Tanda rangsangan meningeal :
- Kaku kuduk (-)
- Brudzinsky I (-)
- Brudzinsky II (-)
- Kernig (-)
3. Tanda peningkatan tekanan intrakranial :
- muntah proyektil (-)
- sakit kepala progresif (-)
4. Nn Kranialis :
-NI

penciuman baik

- N II

reflek cahaya +/+

- N III, IV, VI

pupil bulat, diameter 3 mm, gerakan bola mata bebas ke segala


arah

-NV

bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan

- N VII

bisa menutup mata, mengangkat alis : simetris

10

- N VIII

fungsi pendengaran baik, nistagmus tidak ada

- N IX, X

arcus faring simetris, uvula di tengah, refleks muntah (+),


perasaan 1/3 lidah baik

5.

- N XI

bisa mengangkat bahu dan bisa melihat kiri dan kanan

- N XII

lidah simetris.

Motorik : 5 5 5 5 5 5
555 555
Tungkai kanan : Laseque (+), Cross Laseque (-), Naffziger (+), Patrick (+),
Kontra Patrick (+)
Tungkai Kiri : Laseque (-), Cross Laseque (-), Naffziger (-), Patrick (-),
Kontra Patrick (-)

6.

Sensorik
- Eksteroseptif : rasa raba berkurang pada tungkai kanan, tekan dan nyeri baik
- Proprioseptif : rasa getar dan posisi sendi baik

7.

Fungsi otonom : BAK dan BAB normal

8.

Reflek fisiologis : Reflek biceps ++/++, Reflek triceps ++/++, Reflek KPR +/+,
Reflek APR -/+

9.

Reflek patologis : Reflek Hoffman Trommer -/-, Reflek Babinsky Group -/-

Diagnosis Kerja :

Diagnosis Klinis

: Ischialgia Dextra

Diagnosis Topik

: diskus intervetebralis L5-S1

Diagnosis Etiologi

: suspek Hernia Nukleus Pulposus

11

Diagnosis Sekunder : hipertensi grade I.

Diagnosis Banding :

Strain lumbal.

Rencana Pemeriksaan Tambahan :

Rontgen foto Lumbosakral AP-L

Terapi :
Umum :

Tirah baring.
Fisioterapi.

Khusus :

Analgetik & Anti inflamasi


Analgetik adjuvan
Vitamin B

: Meloxicam 1 x 7,5 mg
: Carbamazepine 2 x 200 mg
: Neurodex 3 x 1

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien perempuan berumur 43 tahun dengan diagnosis klinik
ischialgia. Diagnosa ditegakan berdasarkan anamnesa yaitu adanya nyeri pinggang yang
menjalar ketungkai bawah kanan sejak 5 hari yang lalu. Nyeri timbul tiba-tiba, terasa seperti
12

berdenyut dan ditusuk-tusuk.Nyeri pinggang menjalar ke sisi luar tungkai kanan hingga ke jari
kelingking. Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari duduk, saat batuk dan mengejan. Nyeri
berkurang saat pasien tidur dengan memiringkan badan ke sisi yang tidak sakit.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan Laseque (+), Cross Laseque (-), Naffziger (+),
Patrick(+), Kontra Patrick (+). Tes ini menunjukkan adanya gangguan pada regangan saraf
ischiadikus. Selain itu juga ditemukan penurunan sensasi raba pada tungkai kanan serta reflek
KPR yang menurun dan reflek APR yang menghilang pada tungkai kanan.
Berdasarkan gejala dan tanda klinis tersebut pasien ini cenderung didiagnosa sebagai
hernia nukleus pulposus yang terjadi pada L5-S1 karena tipe nyeri radikuler yang menjalar
pada sisi luar tungkai kanan hingga ibu jari kaki. Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu foto polos lumbosakral atau MRI sebagai standar emas untuk
penegakkan diagnosis HNP.
Penatalaksanaan pasien ini adalah tirah baring selama 2-4 hari kemudian secara bertahap
melakukan aktivitas separti biasa, fisioterapi dan medikamentosa yaitu pemberian analgetikanti inflamasi, analgetik adjuvan dan vitamin B.

13

Anda mungkin juga menyukai

  • Jessica
    Jessica
    Dokumen34 halaman
    Jessica
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Case 3
    Case 3
    Dokumen37 halaman
    Case 3
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Referat SLE
    Referat SLE
    Dokumen31 halaman
    Referat SLE
    Bella Ammara Karlinda
    100% (1)
  • Anc
    Anc
    Dokumen10 halaman
    Anc
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Dokumen1 halaman
    Cover Referat
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Pedoman ANC Terpadu
    Pedoman ANC Terpadu
    Dokumen40 halaman
    Pedoman ANC Terpadu
    bayu rahmanto
    90% (21)
  • Laporan Kasus Case CA Mammae
    Laporan Kasus Case CA Mammae
    Dokumen35 halaman
    Laporan Kasus Case CA Mammae
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Konjungtivitis Gonore
    Konjungtivitis Gonore
    Dokumen25 halaman
    Konjungtivitis Gonore
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Konjungtivitis Gonore
    Konjungtivitis Gonore
    Dokumen25 halaman
    Konjungtivitis Gonore
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Sudden Deafness New
    Sudden Deafness New
    Dokumen12 halaman
    Sudden Deafness New
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Status Pasien Ujian
    Status Pasien Ujian
    Dokumen6 halaman
    Status Pasien Ujian
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Lembar Follow Up
    Lembar Follow Up
    Dokumen1 halaman
    Lembar Follow Up
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Konjungtivitis Gonore
    Konjungtivitis Gonore
    Dokumen25 halaman
    Konjungtivitis Gonore
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Case Report Anestesia Komp Lit
    Case Report Anestesia Komp Lit
    Dokumen32 halaman
    Case Report Anestesia Komp Lit
    Dwi Indah Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Tension Headache
    Tension Headache
    Dokumen9 halaman
    Tension Headache
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Audio Metri
    Audio Metri
    Dokumen14 halaman
    Audio Metri
    Ila Mahira
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Hidung
    Anatomi Hidung
    Dokumen13 halaman
    Anatomi Hidung
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Regional Anestesia
    Regional Anestesia
    Dokumen4 halaman
    Regional Anestesia
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Adenoidektomi
    Adenoidektomi
    Dokumen10 halaman
    Adenoidektomi
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • LARINGITIS
    LARINGITIS
    Dokumen17 halaman
    LARINGITIS
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Tifoid
    Tifoid
    Dokumen4 halaman
    Tifoid
    Shelvia Chalista
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Case CA Mammae
    Laporan Kasus Case CA Mammae
    Dokumen35 halaman
    Laporan Kasus Case CA Mammae
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Film Psikiatri Resensi
    Film Psikiatri Resensi
    Dokumen8 halaman
    Film Psikiatri Resensi
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Sesak
    Sesak
    Dokumen18 halaman
    Sesak
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Tension Headache
    Tension Headache
    Dokumen22 halaman
    Tension Headache
    Bella Ammara Karlinda
    100% (1)
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • CAPD
    CAPD
    Dokumen12 halaman
    CAPD
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat
  • Adenoidektomi
    Adenoidektomi
    Dokumen10 halaman
    Adenoidektomi
    Bella Ammara Karlinda
    Belum ada peringkat