Anda di halaman 1dari 13

KEDUDUKAN BIMBINGAN DALAM PENDIDIKAN DAN KONSEP DASAR

BIMBINGAN DAN KONSELING: PENGERTIAN, RAGAM, TUJUAN DAN


FUNGSI, PRINSIP, ASAS, DAN JENIS LAYANAN
Oleh:
Muhibbu Abivian
A. Kedudukan bimbingan dalam pendidikan
Berbicara mengenai bimbingan, tentunya tidak dapat terlepas dari pendidikan, karena
bimbingan ada di dalam pendidikan. Pendidikan bertolak dari hakikat manusia dan
merupakan upaya membantu manusia untuk menjadi apa yang bisa dia perbuat dan
bagaimana dia harus menjadi (becoming) dan berada (being) (Kartadinata, 2007). Sedangkan
menurut Winkel (1991: 62) pendidikan ialah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada orang yang belum dewasa agar dia mencapai kedewasaan. Bantuan itu berupaya
supaya anak didik belajar hal-hal yang positif, sehingga menunjang perkembangannya. Hal
ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Djumhur dan Moh. Surya (1975: 28)
bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan
sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai
kemampuan untuk dapat memahami dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya,
kemampuan untuk mengarahkan dirinya, dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya
sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan
lingkungan, baik keluarga, sekolah

dan masyarakat. Dari pendapat tersebut, nampak

terlihat ada keterkaitan antara pendidikan dan bimbingan yakni keduanya merupakan proses
yang diberikan kepada individu agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Secara formal, kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia telah
digariskan di dalam undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sedangkan hal-hal yang ada di dalamnya dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28 tahun
1989 pasal 25 yang mengatakan; 1) bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan
masa depan; 2) bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Pengakuan secara formal
tersebut mengandung arti bahwa layanan bimbingan perlu dilaksanakan secara terprogram.
Karena bimbingan adalah upaya paedagodis untuk memfasilitasi perkembangan individu
dari kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Oleh karena itu, bimbingan turut bertanggung jawab dalam merealisasikan tiga
1

fungsi atau bidang garapa pendidikan yakni bidang manajerial, pembelajaran, dan bidang
bimbingan dan konseling seperti nampak pada gambar berikut.

Manajemen dan
Supervisi

Pembelajaran Bidang
Studi

Perkembangan
Optimal Peserta Didik

Bimbingan dan
Konseling

Gambar 1
Upaya bimbingan dalam merealisasikan fungsi-fungsi pendidikan seperti nampak pada
gambar 1 terarah kepada upaya membantu individu dalam mencapai perkembangan yang
optimal. Keberadaan bimbingan dalam pendidikan merupakan konsekuensi logis dari hakikat
dan makna pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa bimbingan
adalah proses membantu individu untuk memahami diri dan dunianya, dan dalam konteks
pendidikan bimbingan terfokus pada pengembangan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi
individu memperoleh kesuksesan belajar.
Dalam upaya semacam itu, bimbingan amat mungkin menggunakan berbagai metode
dan teknik/ bantuan psikologis, untuk memahami dan memfasilitasi perkembangan individu.
Salah satu teknik bantuan dalam bimbingan disebut konseling. Dimana dalam sejumlah
literatur, konseling juga adalah proses bantuan dan dipandang sebagai jantung bimbingan
(counseling is the heart of guidance) karena bantuan konseling lebih langsung bersentuhan
dengan kebutuhan dan masalah individu secara individual, walaupun berlangsung dalam
seting kelompok (Kartadinata, 2007). Konseling bisa dilakukan sesudah maupun sebelum
konseli memperoleh layanan bimbingan, sehingga upaya bimbingan tidak serta merta harus
diikuti oleh layanan konseling. Konseling bukanlah teknik eksklusif karena istilah konseling
tidak hanya digunakan di dalam dunia pendidikan tetapi banyak juga digunakan dalam
bidang keilmuan dan profesi lain, seperti dalam bidang kesehatan, akutansi, hukum,
keagamaan, olahraga, dan bidang-bidang lainnya. Oleh karena itu, penggunaan kata
konseling dalam pendidikan tidak bisa dilepaskan dari layanan bimbingan sebagai bentuk
upaya pedagogis. Penggunaan kata penghubung dan dapat dimaknai bahwa upaya
2

bimbingan tidak selamanya harus diikuti dengan konseling, tetapi pada saat layanan
konseling dilakukan harus di dalam perspektif bimbingan sebagai upaya pedagogis. Oleh
karena itu, dalam setting pendidikan, setelah individu (konseli) menerima layanan
konseling, maka mesti berlanjut dengan layanan bimbingan. Karena konseli berada pada
lingkungan belajar dan perkembangan dimana layanan bimbingan secara terus menerus
dilaksanakan.
B. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian
Bimbingan berasal dari kata guidance. Guidance yang dalam artian mempunyai
pengertian yang sangat luas, sehingga kata guidance di dalam bimbingan selalu
didefenisikan berdasarkan terhadap sudut pandang dari para ahli serta dengan
penerapannya. Shertzer dan Stone (1971 dalam Yusuf dan Juntika, 2008; 6) mengatakan
bimbingan sebagai process of helping an individual to understand
himself

and

his

world (proses membantu individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).
Sementara itu, Kartadinata (1998) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.
Dari definisi tersebut dapat diambil makna sebagai berikut:
a. Bimbingan adalah suatu proses
Sebagai sebuah proses, bimbingan merupakan kegiatan yang berkelanjutan,
berlangsung terus menerus, dan bukan kegiatan seketika atau kebetulan.
b. Bimbingan adalah bantuan
Makna bantuan dalam bimbingan ialah mengembangkan lingkungan yang
kondusif bagi perkembangan individu (peserta didik). Bantuan dalam bimbingan
bukanlah memaksa kehendak pembimbing kepada peserta didik melainkan
menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memilih dan mengambil
keputusan sendiri atas tanggungjawab sendiri.
c. Bantuan itu diberikan kepada individu
Individu yang diberi bantuan adalah individu yang sedang berkembang dengan
segala

keunikannya.

Bantuan

dalam

bimbingan

diberikan

dengan

mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu. Sehingga tidak ada


teknik pemberian bantuan yang berlaku umum bagi seluruh peserta didik karena
bantuan yang diberikan kepada peserta didik dipahami dan dimaknai secara
3

individual sesuai dengan pengalaman dan kebutuhan yang dihadapi peserta


didik.
d. Tujuan bimbingan adalah perkembangan yang optimal
Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi dan
system nilai tentang baik dan benar. Secara spesifik perkembangan optimal tidak
hanya melihat prestasi sesuai kapasitas intelektual dan minatnya melainkan
sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta didik
mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggungjawab
terhadap kondisi dinamika yang dihadapinya. Dikatakan kondisi dinamik karena
kemampuan atau kapasitas yang dimiliki individu akan berkembang terus dan ini
diakibatkan karena individu berada dalam lingkungan yang senantiasa berubah
dan berkembang.
Dengan melihat beberapa pandangan ahli di atas, maka dapat dikatakan bimbingan
merupakan serangkaian proses membantu individu atas permasalahan yang dihadapinya
untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
Berikutnya adalah definisi dari konseling. Konseling merupakan salah satu bentuk
hubungan yang bersifat memantu. Makna membantu di sini yaitu sebagai upaya untuk
membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kea rah yang dipilihnya sendiri, mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya, dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami
dalam kehidupan. Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal. Terjadi dalam bentuk
wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien (konseli). Hubungan itu
melibatkan semua unsur kepribadian yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai,
kebutuhan, harapan, dan lain-lain. Khusus di sekolah, Boy dan Pine (Depdikbud 1983 dalam
Yusuf dan Juntika, 2008; 9) menyatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu individu
(siswa) menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa dengan
cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber
dan potensinya sendiri.
ASCA (American School Counselor Association)) mengemukakan bahwa konseling
hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian
kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan
keterampilannya untuk membantu kliennya dalam mengatasi masalah-masalahnya (Yusuf dan
Juntika, 2008: 7).
4

2. Ragam
Dilihat dari masalah yang dihadapi individu, terdapat empat jenis/ ragam
bimbingan yaitu: (a) bimbingan akademik; (b) bimbingan sosial-pribadi; (c) bimbingan
karir; dan (d) bimbingan keluarga (Yusuf dan Juntika, 2008; 10-13).
a. Bimbingan Akademik, merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu
individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik seperti
masalah pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/ peminatan, cara belajar yang
efektif, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan bimbingan akademik, pembimbing
berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang
diharapkan.
b. Bimbingan Sosial-Pribadi, merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam
memecahkan masalah-masalah sosial pribadi, seperti hubungan dengan sesame
teman/ guru, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan
lingkungan pendidikan/ tempat tinggal, dan penyelesaian konflik. Bimbingan
sosial-pribadi diarahkan pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang
dialami individu.
c. Bimbingan Karir, merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam
perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti
pemahaman terhadap kondisi dan kemampuan diri, pemahaman terhadap kondisi
lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, dan pemecahan permasalahanpermasalahan karir yang dihadapi. Lebih lanjut, bimbingan karir merupakan
layanan kepada individu agar mampu menentukan dan mengambil keputusan yang
diambilnya sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.
d. Bimbingan Keluarga, merupakan upaya bantuan kepada individu sebagai
pemimpin/ anggota keluarga agar mampu menciptakan keluarga yang utuh dan
harmonis,

memberdayakan

diri

secara

produktif,

dapat

menciptakan

dan

menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan/ berpartisipasi aktif


dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.

3. Tujuan dan Fungsi


a. Tujuan
Yusuf (dalam Supriatna (ed); 2011) mengatakan bimbingan dan konseling
bertujuan

untuk

membantu

peserta

didik

agar

memiliki

kemampuan

menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan


yang harus dikuasainya.
Sementara itu, Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) dalam
naskah akademik penataan pendidikan professional konselor dan layanan bimbingan
dan konseling dalam jalur pendidikan formal memerinci tujuan pelayanan bimbingan
ialah agar peserta didik dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang;

(2)

mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin;


(3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta
lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Tujuan-tujuan tersebut muaranya adalah untuk membantu peserta didik agar dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar
(akademik), dan karir.
b. Fungsi
1) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, peserta
didik diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2) Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.
3) Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari
fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta
didik.

4) Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. 5)
Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciriciri kepribadian lainnya.
6) Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan
kebutuhan peserta didik (peserta didik). Dengan menggunakan informasi yang
memadai mengenai peserta didik, pembimbing/konselor dapat membantu para
guru dalam memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam memilih dan
menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran,
maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan
peserta didik.
7) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik agar
dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
4. Prinsip
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi
pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini dikutip dari Rambu-rambu
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal yang disusun oleh
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Prinsip-prinsip itu adalah sebagai
berikut.
a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu (peserta didik).
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua peserta didik atau
peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria
maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini
pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan
pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik
kelompok dari pada perseorangan (individual).
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi.
7

Setiap peserta didik bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui
bimbingan peserta didik dibantu untuk memaksimalkan perkembangan
keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran
bantuan adalah peserta didik, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan
teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif.
Dalam kenyataan masih ada peserta didik yang memiliki persepsi yang negatif
terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang
menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan
sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan
kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan
yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk
berkembang.
d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama.
Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas
guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masingmasing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling.
Bimbingan diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat melakukan
pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk
memberikan informasi dan nasihat kepada peserta didik, yang itu semua sangat
penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan peserta didik
diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi peserta didik untuk
memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui
pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara
tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan.
Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting

(Adegan)

Kehidupan.
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah,
tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga
8

pemerintah/swasta,

dan

masyarakat

pada

umumnya.

Bidang

pelayanan

bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial,
pendidikan, dan pekerjaan.
5. Asas
Keterlaksanaan dan keberhasilan pepelayanan bimbingan dan konseling sangat
ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.
a. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang
menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan
tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu
sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik

(konseli) mengikuti/menjalani

pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing


berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka
dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya
sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban

mengembangkan

keterbukaan

peserta

didik (konseli).

Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya
kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan.
Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahuu harus
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara
aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini
guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap
pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
e. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada
tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai
9

sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi peserta


didikpeserta didik yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri
sendiri dan
serta

lingkungannya,

mewujudkan

mengarahkan

diri

segenap

mampu

sendiri.

mengambil

Guru

pelayanan

keputusan,

pembimbing

bimbingan

dan

mengarahkan

hendaknya

mampu

konseling

yang

diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.


f. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta
didik (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan
masa depan atau kondisi masa lampau pun dilihat dampak dan/atau kaitannya
dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
g. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya
selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan
dalam penyelenggaraan pepelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling
itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
i.

Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki


agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada
dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan
norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan
konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya
tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan
nilai dan norma tersebut.
10

j. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar
kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing
harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan
dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
peserta didik (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang
lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua,
guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat
mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.
6. Jenis Layanan
Untuk memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling Yusuf dan Juntika
(2008: 20) mengemukakakn perlu dilaksanakan berbagai kegiatan layanan bantuan.
Beberapa jenis layanan bantuan bimbingan itu diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya. Pelayanan ini
merupakan usaha untuk mengetahui diri individu seluas-luasnya. Adapun teknik
yang dapat digunakan berupa teknik tes dan non-tes. Teknik tes meliputi
pelaksanaan psikots, tes prestasi hasil belajar, dan sebagainya. Sedangkan teknik
non-tes sepertti observasi, angket, wawancara, sosiometri, dan sebaginya.
b. Konseling. Konseling merupakan layanan terpenting dalam program bimbingan.
Layanan ini memfasilitasi individu untuk memperoleh bantuan secara langsung baik
secara face to face maupun melalui perantara media dalam memperoleh (1)
Pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan kematangan diri, dan (2)
menanggulangi kesulitan yang dihadapi baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir.
c. Penyajian informasi dan penempatan. Penyajian informasi dalam arti menyajikan
keterangan (informasi) tentang berbagai aspek kehidupan yang diperlukan
lindividu seperti menyangkut aspek

(1) karakteristik dan tugas-tugas

perkembangan pribadi, (2) sekolah-sekolah lanjutan, (3) dunia kerja, (4) kiat-kiat
11

belajar yang efektif, (5) bahaya merokok, minuman keras, dan obat-obatan
terlarang, dan (6) pentingnya menyesuaikan diri dengan norma agama atau nilainilai moral yang dijunjung tingi dalam masyarakat. Sementara layanan
penempatan adalah layanan bantuan yang diberikan kepada individu dalam
rangka menyalurkan dirinya kea rah yang tepat sesuai dengan kemampuan minat
dan bakatnya. Penempatan ini meliputi penempatan pendidikan yakni memilih
jurusan dan kelanjutan sekolah; penempatan jabatan, dan juga penempatan
individu dalam rangka program pengajaran di sekolah yang bersangkutan.
d. Penilaian dan penelitian. layanan penilaian dilasanakan untuk megetahui tujuan
program bimbingan apa saja yang telah dilaksanakan dapat dicapai. Selain itu
dilaksanakan

juga

penilaian

kepada

individu-individu

yang

mendapat

pelayananuntuk kemudian dilakukan tindak lanjut terhadap hasil yang telah


dicapai yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan penelitian. penelitian ini
dimaksudkan untuk mengembangkan program bimbingan agar lebih baik dalam
pelaksanaannya dan menelaah tentang kebuutuhan bimbingan yang belum
tercapai serta menelaah hakikat individu dan perkembangannya. Hasil dari
penelitian ini merupakan bahan untuk mengembangkan dan memperbaiki
program bimbingan yang akan dilaksanakan selanjutnya
C. Referensi
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor
dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.
Bandung: Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia.
Djumhur, I., dan Surya, M. (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance &
Counseling). Bandung: CV Ilmu.
Kartadinata, S. dan M. Sugandi N. (2002). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: CV
Maulana.
Kartadinata, S. (2007). Teori Bimbingan dan Konseling (Seri Landasan dan Teori).
[Online]. Tersedia di: www: upi.edu Bimbingan dan Konseling.
(2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya
Pedagodis; Kiat Mendidik sebagai Landasan Profesional Tindakan
Konselor. Bandung: UPI Press.
Supriatna, M (Ed). (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi
Dasar Pengembangan Profesi Konselor. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
12

Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20 TH.


2003). Jakarta: Sinar Grafika.
Winkel.W. S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Yusuf, S dan Juntika, N, A. (2008). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung:
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Remaja
Rosdakarya.

13

Anda mungkin juga menyukai