terlihat ada keterkaitan antara pendidikan dan bimbingan yakni keduanya merupakan proses
yang diberikan kepada individu agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Secara formal, kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia telah
digariskan di dalam undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sedangkan hal-hal yang ada di dalamnya dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28 tahun
1989 pasal 25 yang mengatakan; 1) bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan
masa depan; 2) bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Pengakuan secara formal
tersebut mengandung arti bahwa layanan bimbingan perlu dilaksanakan secara terprogram.
Karena bimbingan adalah upaya paedagodis untuk memfasilitasi perkembangan individu
dari kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Oleh karena itu, bimbingan turut bertanggung jawab dalam merealisasikan tiga
1
fungsi atau bidang garapa pendidikan yakni bidang manajerial, pembelajaran, dan bidang
bimbingan dan konseling seperti nampak pada gambar berikut.
Manajemen dan
Supervisi
Pembelajaran Bidang
Studi
Perkembangan
Optimal Peserta Didik
Bimbingan dan
Konseling
Gambar 1
Upaya bimbingan dalam merealisasikan fungsi-fungsi pendidikan seperti nampak pada
gambar 1 terarah kepada upaya membantu individu dalam mencapai perkembangan yang
optimal. Keberadaan bimbingan dalam pendidikan merupakan konsekuensi logis dari hakikat
dan makna pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa bimbingan
adalah proses membantu individu untuk memahami diri dan dunianya, dan dalam konteks
pendidikan bimbingan terfokus pada pengembangan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi
individu memperoleh kesuksesan belajar.
Dalam upaya semacam itu, bimbingan amat mungkin menggunakan berbagai metode
dan teknik/ bantuan psikologis, untuk memahami dan memfasilitasi perkembangan individu.
Salah satu teknik bantuan dalam bimbingan disebut konseling. Dimana dalam sejumlah
literatur, konseling juga adalah proses bantuan dan dipandang sebagai jantung bimbingan
(counseling is the heart of guidance) karena bantuan konseling lebih langsung bersentuhan
dengan kebutuhan dan masalah individu secara individual, walaupun berlangsung dalam
seting kelompok (Kartadinata, 2007). Konseling bisa dilakukan sesudah maupun sebelum
konseli memperoleh layanan bimbingan, sehingga upaya bimbingan tidak serta merta harus
diikuti oleh layanan konseling. Konseling bukanlah teknik eksklusif karena istilah konseling
tidak hanya digunakan di dalam dunia pendidikan tetapi banyak juga digunakan dalam
bidang keilmuan dan profesi lain, seperti dalam bidang kesehatan, akutansi, hukum,
keagamaan, olahraga, dan bidang-bidang lainnya. Oleh karena itu, penggunaan kata
konseling dalam pendidikan tidak bisa dilepaskan dari layanan bimbingan sebagai bentuk
upaya pedagogis. Penggunaan kata penghubung dan dapat dimaknai bahwa upaya
2
bimbingan tidak selamanya harus diikuti dengan konseling, tetapi pada saat layanan
konseling dilakukan harus di dalam perspektif bimbingan sebagai upaya pedagogis. Oleh
karena itu, dalam setting pendidikan, setelah individu (konseli) menerima layanan
konseling, maka mesti berlanjut dengan layanan bimbingan. Karena konseli berada pada
lingkungan belajar dan perkembangan dimana layanan bimbingan secara terus menerus
dilaksanakan.
B. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian
Bimbingan berasal dari kata guidance. Guidance yang dalam artian mempunyai
pengertian yang sangat luas, sehingga kata guidance di dalam bimbingan selalu
didefenisikan berdasarkan terhadap sudut pandang dari para ahli serta dengan
penerapannya. Shertzer dan Stone (1971 dalam Yusuf dan Juntika, 2008; 6) mengatakan
bimbingan sebagai process of helping an individual to understand
himself
and
his
world (proses membantu individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).
Sementara itu, Kartadinata (1998) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.
Dari definisi tersebut dapat diambil makna sebagai berikut:
a. Bimbingan adalah suatu proses
Sebagai sebuah proses, bimbingan merupakan kegiatan yang berkelanjutan,
berlangsung terus menerus, dan bukan kegiatan seketika atau kebetulan.
b. Bimbingan adalah bantuan
Makna bantuan dalam bimbingan ialah mengembangkan lingkungan yang
kondusif bagi perkembangan individu (peserta didik). Bantuan dalam bimbingan
bukanlah memaksa kehendak pembimbing kepada peserta didik melainkan
menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memilih dan mengambil
keputusan sendiri atas tanggungjawab sendiri.
c. Bantuan itu diberikan kepada individu
Individu yang diberi bantuan adalah individu yang sedang berkembang dengan
segala
keunikannya.
Bantuan
dalam
bimbingan
diberikan
dengan
2. Ragam
Dilihat dari masalah yang dihadapi individu, terdapat empat jenis/ ragam
bimbingan yaitu: (a) bimbingan akademik; (b) bimbingan sosial-pribadi; (c) bimbingan
karir; dan (d) bimbingan keluarga (Yusuf dan Juntika, 2008; 10-13).
a. Bimbingan Akademik, merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu
individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik seperti
masalah pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/ peminatan, cara belajar yang
efektif, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan bimbingan akademik, pembimbing
berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang
diharapkan.
b. Bimbingan Sosial-Pribadi, merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam
memecahkan masalah-masalah sosial pribadi, seperti hubungan dengan sesame
teman/ guru, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan
lingkungan pendidikan/ tempat tinggal, dan penyelesaian konflik. Bimbingan
sosial-pribadi diarahkan pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang
dialami individu.
c. Bimbingan Karir, merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam
perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti
pemahaman terhadap kondisi dan kemampuan diri, pemahaman terhadap kondisi
lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, dan pemecahan permasalahanpermasalahan karir yang dihadapi. Lebih lanjut, bimbingan karir merupakan
layanan kepada individu agar mampu menentukan dan mengambil keputusan yang
diambilnya sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.
d. Bimbingan Keluarga, merupakan upaya bantuan kepada individu sebagai
pemimpin/ anggota keluarga agar mampu menciptakan keluarga yang utuh dan
harmonis,
memberdayakan
diri
secara
produktif,
dapat
menciptakan
dan
untuk
membantu
peserta
didik
agar
memiliki
kemampuan
(2)
4) Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. 5)
Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciriciri kepribadian lainnya.
6) Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan
kebutuhan peserta didik (peserta didik). Dengan menggunakan informasi yang
memadai mengenai peserta didik, pembimbing/konselor dapat membantu para
guru dalam memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam memilih dan
menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran,
maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan
peserta didik.
7) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik agar
dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
4. Prinsip
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi
pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini dikutip dari Rambu-rambu
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal yang disusun oleh
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Prinsip-prinsip itu adalah sebagai
berikut.
a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu (peserta didik).
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua peserta didik atau
peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria
maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini
pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan
pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik
kelompok dari pada perseorangan (individual).
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi.
7
Setiap peserta didik bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui
bimbingan peserta didik dibantu untuk memaksimalkan perkembangan
keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran
bantuan adalah peserta didik, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan
teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif.
Dalam kenyataan masih ada peserta didik yang memiliki persepsi yang negatif
terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang
menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan
sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan
kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan
yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk
berkembang.
d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama.
Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas
guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masingmasing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling.
Bimbingan diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat melakukan
pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk
memberikan informasi dan nasihat kepada peserta didik, yang itu semua sangat
penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan peserta didik
diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi peserta didik untuk
memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui
pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara
tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan.
Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting
(Adegan)
Kehidupan.
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah,
tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga
8
pemerintah/swasta,
dan
masyarakat
pada
umumnya.
Bidang
pelayanan
bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial,
pendidikan, dan pekerjaan.
5. Asas
Keterlaksanaan dan keberhasilan pepelayanan bimbingan dan konseling sangat
ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.
a. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang
menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan
tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu
sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik
(konseli) mengikuti/menjalani
mengembangkan
keterbukaan
peserta
didik (konseli).
Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya
kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan.
Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahuu harus
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara
aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini
guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap
pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
e. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada
tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai
9
lingkungannya,
mewujudkan
mengarahkan
diri
segenap
mampu
sendiri.
mengambil
Guru
pelayanan
keputusan,
pembimbing
bimbingan
dan
mengarahkan
hendaknya
mampu
konseling
yang
j. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar
kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing
harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan
dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
peserta didik (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang
lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua,
guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat
mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.
6. Jenis Layanan
Untuk memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling Yusuf dan Juntika
(2008: 20) mengemukakakn perlu dilaksanakan berbagai kegiatan layanan bantuan.
Beberapa jenis layanan bantuan bimbingan itu diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya. Pelayanan ini
merupakan usaha untuk mengetahui diri individu seluas-luasnya. Adapun teknik
yang dapat digunakan berupa teknik tes dan non-tes. Teknik tes meliputi
pelaksanaan psikots, tes prestasi hasil belajar, dan sebagainya. Sedangkan teknik
non-tes sepertti observasi, angket, wawancara, sosiometri, dan sebaginya.
b. Konseling. Konseling merupakan layanan terpenting dalam program bimbingan.
Layanan ini memfasilitasi individu untuk memperoleh bantuan secara langsung baik
secara face to face maupun melalui perantara media dalam memperoleh (1)
Pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan kematangan diri, dan (2)
menanggulangi kesulitan yang dihadapi baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir.
c. Penyajian informasi dan penempatan. Penyajian informasi dalam arti menyajikan
keterangan (informasi) tentang berbagai aspek kehidupan yang diperlukan
lindividu seperti menyangkut aspek
perkembangan pribadi, (2) sekolah-sekolah lanjutan, (3) dunia kerja, (4) kiat-kiat
11
belajar yang efektif, (5) bahaya merokok, minuman keras, dan obat-obatan
terlarang, dan (6) pentingnya menyesuaikan diri dengan norma agama atau nilainilai moral yang dijunjung tingi dalam masyarakat. Sementara layanan
penempatan adalah layanan bantuan yang diberikan kepada individu dalam
rangka menyalurkan dirinya kea rah yang tepat sesuai dengan kemampuan minat
dan bakatnya. Penempatan ini meliputi penempatan pendidikan yakni memilih
jurusan dan kelanjutan sekolah; penempatan jabatan, dan juga penempatan
individu dalam rangka program pengajaran di sekolah yang bersangkutan.
d. Penilaian dan penelitian. layanan penilaian dilasanakan untuk megetahui tujuan
program bimbingan apa saja yang telah dilaksanakan dapat dicapai. Selain itu
dilaksanakan
juga
penilaian
kepada
individu-individu
yang
mendapat
13