Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

LABORATORIUM UNIT OPERASI


WETTED WALL ABSORPTION COLUMN

Disusun Oleh:
Euniwati Situmeang

03121003005

Afifah Akhwan

03121003033

Putri Widyasti Gultom

03121003045

Vinsensia O

03121003053

Herbet Munthe

03121003080

Nama Asisten:

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Absorpsi adalah proses penyerapan gas melalui seluruh permukaan zat cair

(absorben). Definisi lainnya, absorpsi adalah proses penyerapan pada seluruh


bahan atau zat yang berlangsung dalam suatu kolom atau absorber. Zat yang
diserap disebut fase terserap sedangkan yang menyerap disebut absorben, kecuali
zat padat. Absorben dapat pula berupa zat cair karena itu absorbsi dapat terjadi
antara zat cair dengan zat cair atau gas dengan zat cair. Terjadinya proses absorpsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:
1) Kemampuan pelarut yang digunakan sebagai absorben
2) Laju alir dari pelarut
3) Jenis atau tipe kolom yang digunakan
4) Kondisi operasi yang sesuai, dll
Absorpsi adalah proses penyerapan gas melalui seluruh permukaan zat cair
(absorben). Secara umum absorpsi dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Absorpsi fisika
Absorpsi fisika disebabkan oleh gaya Van der Wall yang ada di permukaan
absorben. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorben lebih dari satu lapis.
2. Absorpsi kimia
Absorpsi kimia terjadi karena reaksi antara zat yang diserap dengan
absorben. Panas absorpsinya tinggi dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorben hanya satu lapis.
Di dalam suatu kolom absorber, gas yang akan diserap dialirkan pada bagian
bottom kolom, sedangkan liquid atau pelarut dialirkan pada bagian top kolom. Hal
ini disebabkan karena gas lebih ringan dan mudah menyebar daripada liquid,
sehingga kontak antara liquid dan gas akan berlangsung dengan baik dan juga
mempengaruhi banyaknya gas yang diserap oleh pelarut atau liquid.
Absorpsi gas merupakan operasi dimana campuran gas dikontakkan dengan
liquid yang bertujuan untuk melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan
menghasilkan larutan gas dalam liquid. Pada operasi absorpsi gas terjadi

perpindahan massa dari fase gas ke fase liquid. Kecepatan larut gas dalam
absorben liquid tergantung pada kesetimbangan yang ada, karena itu diperlukan
karakteristik sistem gas liquid.
1.2. Manfaat
Manfaat

dari

percobaan

ini

adalah

kita

dapat

mengetahui

dan

membandingkan pemakaian laju aliran udara dan air yang berbeda pada Wetted
Wall Absorption Column dan besarnya Koefisien Perpindahan Massa (KL),
Reynold Number (Re) dan Sherwood Number (Sh).
1.3. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Mengetahui prinsip dan cara kerja Wetted Wall Absorption Column.
2. Mengetahui cara menghitung kadar DO dalam air.
3. Mengetahui cara menghitung koefisien perpindahan massa dalam liquid
(kL).
4. Mengetahui aplikasi dari Wetted wall Absorption Column.
1.4. Permasalahan
Masalah yang akan terjawab melalui percobaan ini adalah :
1.

Bagaimanakah pengaruh laju aliran udara pada Wetted Wall Absorption


Column terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number (Re)
dan Sherwood Number (Sh).

2.

Bagaimanakah pengaruh laju aliran air pada Wetted Wall Absorption.


Columnn terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number (Re)
dan Sherwood Number (Sh).

3.

Bagaimanakah menentukan koefisien perpindahan massa dalam liquid?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya kebanyakan perpindahan massa larutan antara gas dan liquid
melalui sebuah aliran dipelajari dengan menggunakan kolom wetted wall. Pada
kolom wetted wall ini, gas mengalir ke dasar tube dan berpindah ke atas. Liquid
dimasukkan melalui puncak kolom dan aliran liquid ini terdistribusi secara merata
di sekeliling perimeter dalam tube, membentuk lapisan film liquid yang jatuh dan
secara merata membasahi permukaan dalam tube dan mengalir turun sepanjang
tube tersebut.
Absorber dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu
komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan
kelarutan. Solut adalah komponen yang dipisahkan dari campurannya sedangkan
pelarut (solvent ; sebagai separating agent) adalah cairan atau gas yang
melarutkan solut. Karena perbedaan kelarutan inilah, transfer massa solut dari fase
satu ke fase yang lain dapat terjadi.
Absorbsi adalah operasi pemisahan solut dari fase gas ke fase cair, yaitu
dengan mengontakkan gas yang berisi solut dengan pelarut cair (solven /
absorben) yang tidak menguap. Stripping adalah operasi pemisahan solut dari fase
cair ke fase gas, yaitu dengan mengontakkan cairan yang berisi solut dengan
pelarut gas (stripping agent) yang tidak larut ke dalam cairan.
Ada 2 jenis absorbsi, yaitu kimia dan fisis. Absorbsi kimia melibatkan reaksi
kimia antara pelarut cair dengan arus gas dan solut tetap di fase cair. Dalam
absorbsi fisis, solut dalam gas mempunyai kelarutan lebih besar dalam pelarut
cairan, sehingga solut berpindah ke fase cair. Absorbsi dengan reaksi kimia lebih
menguntungkan untuk pemisahan. Meskipun demikian, absorbsi fisis menjadi
penting jika pemisahan dengan reaksi kimia tidak dapat dilakukan. Di dalam
mengevaluasi absorber atau stripper, sesorang harus mengetahui dan menentukan
1) Kondisi bahan yang akan dipisahkan (umpan), yaitu kecepatan arus fluida
umpan, komposisi dan tekanan.
2) Banyak solut yang harus dipisahkan.
3) Jenis solven yang akan digunakan.
4) Suhu dan tekanan alat.
5) Kecepatan arus solven.
6) Diameter absorber.
7) Jenis absorber.

8) Jumlah stage ideal dan tinggi menara.


Absorber dan stripper seringkali digunakan secara bersamaan. Absorber
digunakan untuk memisahkan suatu solut dari arus gas. Stripper digunakan untuk
memisahkan solut dari cairan sehingga diperoleh gas dengan kandungan solut
lebih pekat. Hubungan absorber dan stripper ditunjukkan dalam gambar 1.

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Absorbsi - Stripping


2.1 Tipe-Tipe Kolom Absorpsi
Dalam perhitungan ukuran Tower Absorpsi, satu faktor yang sangat penting
adalah nilai koefisien transfer atau tinggi unit transfer. Sementara itu kecepatan
aliran total gas dan cairan akan ditentukan oleh proses, hal ini penting untuk
menentukan aliran yang cocok per unit area yang melalui column. Aliran gas
dibatasi dengan tidak boleh melebihi kecepatan flooding, dan akan ada hasil drop
jika kecepatan cairan sangat rendah. Hal ini cocok untuk menguji pengaruh
kecepatan aliran gas dan cairan pada koefisien transfer, dan juga dalam
menyelidiki pengaruh variabel, seperti: temperatur, tekanan, dan diffusitivitas.
Operasi perpindahan massa dilaksanakan di dalam tower yang di desain
untuk kotak dua fase peralatan ini diklasifikasi ke dalam 4 tipe utama yang
metodenya digunakan untuk menghasilkan kontak interfase.
1) Spray Tower
Spray tower terdiri dari chamber-chamber besar dimana gas mengalir dan
masuk serta kontak dengan liquid di dalam spray nozzles. Spray nozzles didesain
untuk aliran liquid yang mempunyai bilangan pressure drop besar maupun kecil,
untuk aliran liquid yang mempunyai flow rate yang kecil maka cross area
kontaknya harus besar. Laju aliran yang mempunyai drop falls menentukan waktu
kontak dan sirkulasinya. Serta influensasi transfer massa antara dua fase dan harus

kontak terus-menerus. Hambatan pada transfer yaitu pada fase gas dikurangi
dengan gerakan swirling dari falling liquid droplets.
Spray tower digunakan untuk transfer massa larutan gas yang tinggi dimana
dikontrol laju perpindahan massa secara normal pada fase gas. Untuk ketinggian
yang rendah, efisiensi ruang spray kira-kira mendekati packed tower, tetapi untuk
ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi spray tower turun dengan cepat.
Sedangkan kemungkinan berlakunya interfase aktif yang sangat besar dengan
terjadinya sedikit penurunan, pada prakteknya ditemukan ketidakmungkinan
untuk mencegah hubungan ini, dan selama permukaan interfase efektif berkurang
dengan ketinggian, dan spray tower tidak digunakan secara luas.
2) Bubble Tower
Pada Bubble tower ini gas terdispersi menjadi fase liquid didalam fine
bubble. Kontak perpindahan massa terjadi didalam bubble formation dan bubble
rise up melalui liquid. Gerakan bubble mengurangi hambatan fase liquid. Bubble
tower digunakan dengan sistem dimana pengontrolan laju dari perpindahan massa
pada fase liquid yang absorpsinya adalah relatif fase gas.
Gambar ini menunjukkan panjang kontak dan aliran fase mengalir didalam
bubble tower. Mekanisme dasar perpindahan massa terjadi didalam bubble tower
dan juga alirannya counter di dalam tank bubble batch dimana gas ini terdispensi
di dalam bottom tank.

Gambar 2.2 Buble Cap Tray pada Diameter Column yang Besar
3) Packed Column
Keuntungan dari penggunaan packed column:
a. Pressure drop aliran gas rendah.

b. Dapat lebih ekonomis dalam operasi cairan korosif karena ditahan untuk
packing keramik.
c. Biaya kolom dapat lebih murah dari phase column pada ukuran diameter
yang sama.
d. Cairan hold up kecil.
4) Plate Column
Penggunaan plate column lebih luas bila dibandingkan dengan packed
column secara spesial untuk destilasi.
Keuntungan dari plate column adalah:
a. Menyiapkan kontak lebih positif antara dua fase liquid.
b. Dapat menghandle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.
c. Lebih mudah dibersihkan.
5) Wetted-Wall Coloumn
Dalam laboratorium, Wetted-Wall Coloum telah digunakan oleh sejumlah
pekerja dan mereka telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai
faktor, dan mengadakan basis dari hubungan yang telah dikembangkan
untuk Packed Tower.

Gambar 2.3 Diagram Khusus Wetted-Wall Coloumn 1 in

2.2

Perpindahan Massa Pada Wetted Wall Column


Perpindahan massa merupakan perpindahan suatu unsur dari kondentrasi

yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Misalnya kita masukkan gula
kedalam secangkir kopi, dimana gula akan larut dan kemudian berdifusi secara
seragam kedalam secangkir kopi tersebut. Perpindahan massa merupakan proses

penting dalam proses industri, misalnya dalam penghilangan polutan dari suatu
aliran keluaran pabrik dengan absorbsi, pemisahan gas dari air limbah, difusi
neutron dalam reaktor nuklir. Absorbsi gas merupakan operasi dimana campuran
gas dikontakkan dengan liquid dengan tujuan untuk melewatkan suatu komposisi
gas atau lebih dan menghasilkan larutan gas dalam liquid.
Pada operasi absorbsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke fase
liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan
yang ada, karena itu diperlukan kerakteristik sistem gas liquid. Besarnya O2 yang
terserap dipengaruhi oleh kecepatan laju alir udara dan laju alir air itu sendiri. Hal
ini disebabkan karena semakin banyak udara yang masuk, maka makin mudah
penyerapan O2, juga dengan makin banyaknya air yang disuply akan
menyebabkan luas bidang penyerapan bertambah sehingga memudahkan
terjadinya penyerapan.
Pada proses terjadi perpindahan suatu unsur pokok dari daerah yang
berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan perpindahan massa.
Perpindahan massa yang terjadi dari suatu unsur yang berkonsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri aliran liquid, mekanisme perpindahan
massa terjadi dengan cepat. Jika sejumlah campuran gas yang terdiri dari dua
jenis molekul atau lebih, dimana konsentrasi masing-masing berbeda, maka
masing-masing molekul ini cenderung menuju ke komposisi yang sama. Proses
ini terjadi secara alami. Perpindahan massa makroskopis ini tidak tergantung pada
konveksi dalam

sistem. Proses ini didefinisikan sebagai difusi molekul.

Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida yang bergerak


atau dua fluida yang bergerak yang tidak tercampur. Model ini tergantung pada
mekanisme perpindahan dan karakterisitk gerakan fluida.
Guna menelaah perpindahan massa dalam wetted wall column, perhatikan
gambar berikut ini:

Gambar 2.4 Penampang Membujur dari Watted Wall Column Untuk Bagian Dimana Perpindahan
Massa Fase Diukur/Ditelaah

Kita tinjau sistem setinggi dz. Neraca material komponen A yang dilakukan
terhadap segmen tersebut menghasilkan persamaan differensial sebagai berikut:
d(W . XA) / dZ = JAy D (1)
dimana :
W
: laju alir massa gas dalam arah z (gr mol/det)
XA
: tebal dinding
Z
: tinggi
D
: difusitas massa atau koefisien difusitas
JAy
: molar flux pada y
Dengan menggunakan kenyataan bahwa penambahan laju alir massa dalam arah z
hanyalah karena adanya fluks massa JAy maka dapat dituliskan hubungan sebagai
berikut:

dW
=J . . D .... (2)
dz
AY
Persamaan (1) dan (2) akan menghasilkan hubungan:
d XA
W
=( 1 X A ) J AY . . D .... (3)
dz
Suatu porses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok dari

daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan perpindahan


massa. Perpindahan massa yang terjadi dari suatu unsur yang berkonsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri aliran liquid, seperti pada kasus
heat transfer, mekanisme perpindahan massa terjadi dengan cepat. Jika sejumlah
campuran gas yang terdiri dari dua jenis molekul atau lebih, di mana konsentrasi
masing-masing berbeda, maka masing-masing molekul ini cenderung menuju ke
komposisi yang sama (seragam). Proses ini terjadi secara alami. Perpindahan
massa makroskopis ini tidak tergantung pada konveksi dalam sistem. Proses ini
didefinisikan sebagai difusi molekul.

Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara flux dari


substan yang terdifusi dengan gradien konsentrasi.
d A
dZ
A,Z = -DAB
J
(4)
Di mana :
JA,Z = molar flux pada Z
d A
dZ = perubahan konsentrasi
DAB = difusitas massa atau koefisien difusitas komponen A yang terdifusi melalui
komponen B.
Karena perpindahan massa atau difusi hanya terjadi dalam campuran, maka
pengaruh dari tiap komponen harus diperhitungkan. Misalnya untuk mengetahui
laju difusi dari setiap komponen relatif terhadap kecepatan campuran. Kecepatan
campuran harus dihitung dari kecepatan rata-rata tiap komponen.
Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Freks Law, dimana DAB adalah
koefisien difusivitas. Koefisien difusivitas tergantung pada:
1) Tekanan
2) Temperatur
3) Komposisi sistem
Koefisien

difusivitas

masing-masing

fase

berbeda-beda.

Koefisien

difusivitas untuk gas lebih tinggi, yaitu antara 5.10-6 10-5 m2/s ; untuk liquid 10-10
10-9 m2/s dan untuk solid 10-14 10-10 m2/s.
Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida yang
bergerak atau dua fluida yang bergerak yang tidak tercampur. Model ini
tergantung pada mekanisme perpindahan dan karakterisitk gerakan fluida.
Persamaan laju perpindahan massa konvektif sebagai berikut:
NA = k . A ...... (5)
dimana:
NA : Perpindahan massa molar zat A.
A : Perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan konsentrasi rata-rata fluida.
K : Koefisien perpindahan massa konvektif.
Mekanisme perpindahan massa antara permukaan dan fluida termasuk
perpindahan massa molekul melalui lapisan tipis fluida stagnan dan aliran
laminer. Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu
komponen gas ke suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain adalah absorpsi

dan humidifikasi. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan koefisien


perpindahan massa konvektif adalah :
N A, Z

dimana:
NAZ
:
DAB :
P
:
R
:
T
:
Z
:

D AB .P
PA1 PA2
RT ( Z 2 Z 1 ) LnPB
. (6)

laju perpindahan molar


difusivitas
tekanan
konstanta gas
temperatur
jarak

Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau teori film, di mana gas
melewati permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model dimana
tahanan untuk berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas diasumsikan terjadi
dalam suatu stagnant film atau laminer film tebal .Dengan kata lain menunjukkan
tebal lapisan liquid.
1) Transfer massa dari gas ke film falling liquid.
2) Transfer massa dalam wetted wall column
Kebanyakan data dari PM antara perm pipa dan aliran fluida telah
ditentukan dengan menggunakan wetted wall columns. Alasan mendasar untuk
menggunakan

kolom-kolom

ini

untuk

penyelidikan

PM

adalah

untuk

mengkontakkan luas area antara 2 fase sehingga dapat dihitung dengan tepat.
Koefisien PM konvektif untuk jatuhnya liquid film dikorelasikan oleh Vivian dan
Peacemen dengan korelasi :

gZ
KLZ
0,433 sc

2
DAB

1
2

1
6

Re 0,4
.. (7)

dimana:
Z
: Panjang
DAB : Difusivitas massa antara komponen A dan B

: Densitas liquid B

: Viskositas liquid B
g
: Percepatan gravitasi
sc
: Schmidt Number (dievaluasikan pada temp film liquid)
Re

: Reynold number

Koefisien film liquid lebih rendah 10 sampai 20% daripada pers secara teoritis
untuk absorpsi dalam film laminer.

Pada wetted wall columns, liquid murni yang mudah menguap dialirkan ke
bawah di dalam permukaan pipa sirkular sementara itu gas ditiupkan dari atas atau
dari bawah melalui pusat inti pengukuran kelajuan penguapan liquid ke dalam
aliran gas diatas permukaan. Untuk menghitung koefisien PM untuk fase gas,
gunakan perbedaan gas-gas dan liquid menghasilkan variasi untuk. Untuk itu,
Sherwood dan Gilland menetapkan nilai-nilai untuk Re dari 2000 sampai 35000,
sc dari 0,6 sampai 2,5 dan tekanan gas 0,1 sampai 3 atm.
Hubungan data-data tersebut secara empirik adalah:
1

shav 0,023 Re 0 ,83 sc 3

. (8)

dimana:
Sh
: Sherwood number
Re
: Reynold number
Sc
: Schmidt number
Dalam beberapa operasi perpindahan massa, massa berubah antara dua fase.
Contohnya dalam peristiwa absorpsi. Salah satu alat yang digunakan untuk
mempelajari mekanisme yang terjadi dalam operasi perpindahan massa adalah
wetted wall column. Pada wetted-wall column, area kontak antara dua fase dibuat
sedemikian rupa. Dalam operasi ini aliran lapisan tipis liquid (Thin Liquid Film)
sepanjang dinding kolom kontak dengan gas. Dalam percobaan ini gas yang
digunakan adalah udara biasa. Lama waktu kontak dengan gas dan liquid ini
relatif singkat selama operasinya normal. Karena hanya sejumlah kecil massa
yang terabsorpsi sedangkan liquid diasumsikan konstan (tidak berubah).
Kecepatan jatuhnya film sebenarnya tidak dipengaruhi oleh proses difusi. Pada
proses ini terjadi perpindahan massa dan perpindahan momentum.
Persamaan differensial untuk perpindahan momentum :
d yx
g 0
dy
. (9)
dimana:

:
g
:
y
:

shear stress
densitas
gravitasi
jarak

Persamaan untuk profil kecepatan :

g 2
Vx

y 1 y 2

6 2 (10)

dimana:
Vx
: kecepatan arah x

: tebal film

: viskositas
Kecepatan maksimum;

Vmax

g 2
2

.. (11)

dimana:
Vmax : kecepatan maximum

: densitas
: gravitasi
Absorpsi gas adalah operasi di mana campuran gas dikontakkan dengan

liquid untuk tujuan melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan
larutan gas dalam liquid. Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari
fase gas ke liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada
kesetimbangan yang ada, karena itu diperlukan karakteristik kesetimbangan
sistem gas-liquid. Proses absorpsi yang terjadi didalam wetted wall absorption
column dapat menggambarkan adanya

perpindahan massa didalam kolom

tersebut.

Persamaan Dasar Wetted Wall Absorption Column


Persamaan nya antara lain :

1. Koefisien Perpindahan Massa Untuk Aliran Gas


KC D B I M
DAB

2.

= 0,23 Re0,83 Sc0,44 (12)

Koefisien Perpindahan Massa Untuk Lapisan Film (Persamaan


Vivian dan Peaceman)

kL Z
D AB
Dimana:
Z

: panjang.

3
0,5 g z

0,433 S c
2

1
6

Re

0, 4

(13)

DAB

: difusivitas massa antara komponen A dan B.

: densitas liquid B.

: viskositas liquid B.

: percepatan gravitasi.

Sc

: schmidt number.

Re

: reynold number.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1

Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan :

1. Air
2. Udara
Alat-alat yang digunakan :
1. Kolom Deoksigenerator
2. Pump
3. Compressor
4. Sensor probe
5. Bak penampung air
6. Flow meter udara

7. Flow meter air


3.2

Prosedur Percobaan
Antara lain :

1. Tekan tombol power. Lalu tekan tombol supplay.


2. Tekan tombol pump 1 untuk mengalirkan air dari bak penampungan ke
kolom deoksigenerator.
3. Atur flowmeter untuk air sesuai dengan laju alir yang ditetapkan
4. bila kolom deoksigenator penuh dengan air, hidupkan pump 2 yang
berfungsi untuk menyedot air dan dialirkan ke flowmeter dan sensor probe,
dimana alat ini digunakan untuk menghitung laju alir air dan O 2 yang
terserap dari inlet.
5. Kemudian air akan mengalir ke puncak Wetted-Wall Absorption Column dan
selanjutnya akan turun dari puncak ke dasar kolom secara laminer yang
berupa lapisan tipis (film).
6. Bersamaan dengan itu tekan tombol compressor untuk mengalirkan udara
secara counter current ke dalam Wetted Wall Absorption Colum. Udara yang
dialirkan oleh compresor sebelumnya masuk dalam flow meter udara untuk
menghitung laju alir udara.
7.

Kemudian air yang sudah bebas O2 masuk ke sensor probe untuk


menghitung O2 outlet. Dimana kedua alat ini dihubungkan dengan DO
meter.

Anda mungkin juga menyukai