A. DASAR TEORI
A.1. Desinfektan
Disinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya.
Desinfeksi dapat dilakukan melalui beberapa cara, namun cara yang umum
digunakan antara lain sebagai berikut ini :
1. Pemanasan
Air dipanaskan / dididihkan selama ( 15 20 ) menit . Dengan pendidihan
ini , bakteri patogen dapat mati ,dengan demikian air menjadi sehat. Metoda
ini umum di terapkan secara individual.
2. Pembubuh Kimia ( Desinfektan kimia )
Proses desinfeksi dengan metode ini adalah dengan
mencampurkan suatu
kesempatan
kepada desinfektan
untuk
Untuk setiap unsure klor aktif seperti klor tersedia bebas dan klor tersedia
terikat tersedia analisa-analisa khusus. Namun untuk praktikum biasa hanya klor aktif
(residu) ditentukan melalui suatu analisa ; klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat
didapatkan melalui grafik klorinasi breakpoint. Klor aktif dapat dianalisa melalui
titrasi iodometris atau melalui titrasi kolorimetris dengan DPD. Analisa idiometris
agak sederhana dan murah tetapi tidak sepeka metode DPD.
Teori lain menyatakan bahwa proses pembunuhan bakteri oleh senyawa klor itu
selain oksigen bebas juga disebabkan oleh pengaruh langsung senyawa klor bereaksi
dengan protoplasma.
Beberapa
disebabkan reaksi kima antara asam hipochlorus dengan enzim pada sel bakteri
sehingga metabolismenya terganggu.
Faktor yang mempengaruhi efisensi desinfeksi adalah :
- waktu kontak
- Konsentrasi desinfektan
- Jumlah mikroorganisma
- pH
- Adanya senyawa lain dalam air.
Senyawa klor yang sering digunakan untuk proses desinfeksi adalah Hipoklorit
dari kalsium dan natrium. Kloramin, Klordioksida, dan senya komplek dari klor.
A.2. Klor aktif (sisa klor) dengan metode iodometri
Klor aktif akan membebaskan iodine I2 dari larutan kaliumiodida KI jika pH < 8
(terbaik adalah pH < 3 atau 4), sesuai reaksi i dan ii. Sebagai indicator digunakan
kanji yang merubah warna sesuai larutan yang mengandung iodine menjadi biru.
Untuk menentukan jumlah klor aktif, iodine yang telah dibebaskan oleh klor aktif
tersebut dititrasikan dengan larutan standar natriumtiosulfat, sesuai rekasi iii. Titik
akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan. Asam asetik HAs
(CH3COOH) harus digunakan untuk menurunkan pH larutan sampai 3 atau 4.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam analisa ini adalah :
I.
II.
OCl- + 2 KI + 2 HAs
NH2Cl + 2 KI + 2 HAs
III.
I2 + kanji
IV.
I2 + 2 Na2S2O3
warna biru
Na2S4O6 + 2 NaI
Dengan demikian hubungan antara jumlah klor dan jumlah titran adalah sebagai
berikut :
A.3. Gangguan
Gangguan pada analisa klor aktif terutama disebabkan oleh ion logam yang
teroksidasi seperti Mn4+, Fe3+, dan sebagainya. Juga oleh zat-zat pereduksi seperti S 2(sulfide), NO2- (nitrit), dan sebagainya.
A.4. Ketelitian
Batas kepekaan adalah kira-kira 20 g Cl2 / l. Batas deteksi (konsentrasi
terendah) adalah 0,5 mg Cl2 / l. Hasil selalu sebagai mg Cl2 / l, walaupun juga
termasuk unsur-unsur klor aktif yang lain.
matahari
atau
lampu,
dan pengocokan
sampel
akan
mempercepat
penurunannya. Oleh karena itu analisa klor aktif harus dilakukan paling lambat 2 jam
setelah pengambilan sampel.
Larutan dengan kadar klor yang lebih tinggi adalah lebih stabil, tetapi sebaiknya
disimpan di tempat gelap atau di botol kaca coklat.
keperluan titrasi)
1 pipet 50 ml, 20 ml, 5 ml, 1 ml; 2 pipet 10 ml
mortir; botol kaca coklat; botol peniris (untuk indikator)
kertas pH
batang pengaduk kaca; karet penghisap; pengaduk magnetis serta magnetnya
B.2. Reagen
a. asam asetik (glacial) yang pekat.
b. kalium iodida KI Kristal (hablur)
c. standar natrium tiosulfat Na2S2O3 0,1 N
gunakan labu takar 1 liter untuk melarutkan 25 g Na2S2O3. 5 H2O; isi dengan air
suling sampai volume menjadi 1 liter, lalu tambahkan beberapa ml kloroform CHCl 3
supaya larutan stabil. Kemudian, awetkan larutan standar tersebut selama minimum 2
minggu sebelum distandarkan dan dipakai untuk pertama kali.
K2Cr2O7. simpan larutan ini dalam botol kaca dengan tutup kaca.
Siapkan kurang lebih 80 ml air suling dalam beker 0,2 liter kemudian
tambahkan 1 ml H2SO4 pekat, 0,10 N K2Cr2O7 di atas dan lebih kurang 1 g KI,
C. CARA KERJA
1.
Volume sampel dipilih sehingga volum titran yang dibutuhkan kurang dari 20 ml
Na2S2O3 0,010 N. bagi sampel dengan kadar
volumenya diambil 500 ml; sampel dengan kadar klor > 10 mg spasi CL 2/l, perlu
volum < 500 ml.
2.
3.
Sampel kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,010 atau 0,005 N dengan buret
biasa atau mikroburet (agar lebih teliti) samapai warna kuning hamper hilang
( larutan bebas dari iodine); tambahkan 1 ml kanji, sampel akan berwarna biru,
dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang pada titik akhirtitrasi.
4.
5.
reaksi.. Dianggap bahwa dalam larutan blanko tidak ada gangguan sehingga nilai B
pada butir C.1 hampir sama nol. Namun cara tersebut kurang teliti untuk maksud
riset.
C.1. Perhitungan
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Sri Sumestri Santika. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya : Usaha
Nasional.
http://labkd.blog.ugm.ac.id/
Metcalf & Eddy, 1991, Wastewater Engineering; Treatment, Disposal and Reuse,
Third Edition, McGraw-Hill, Inc., New York.
http://www.p4tkipa.org/
http://www.owlnet.rice.edu/
http://www.chem.ucla.edu/~gchemlab/
http://id.wikipedia.org/