Anda di halaman 1dari 13

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gonorrhoe

Oleh :
1. I Putu Adi Suwandana

08.321.0188

2. I Putu Agus Nata Diantara

08.321.0189

3. I Putu Aris Pratama B.

08.321.0192

4. Lilik Nurindah Sari

08.321.0195

5. Luh Putu Sri Indradewi

08.321.0196

6. Ni Luh Ryani Widiyanti

08.321.0201

7. Noni Zance F. Ndun

08.321.0210

8. Pande Made Krisna Dewi

08.321.0212

9. Putu Ari Kesuma Dewi

08.321.0214

10.Rufina Karmelia Leo Bunga

08.321.0219

Program Studi S1 Keperawatan


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
2009

A. Konsep Dasar Gangguan Integumen (Gonorrhoeae)


I.

Definisi/Pengertian
Gonorrhea adalah sejenis Penyakit Kelamin yang berjangkit melalui hubungan
kelamin. Ia disebabkan oleh jangkitan bakteria Neisseria Gonorrhoeae, yaitu sejenis
bakteria

yang

hidup

dan

mudah

membiak

dengan

cepat

di

dalam

saluran pembiakan/peranakan seperti pangkal rahim (cervix), rahim (uterus), and tiub
fallopian (saluran telur) bagi wanita dan juga saluran kencing (urine canal) bagi
wanita dan lelaki. Bakteria ini juga boleh membiak di dalam mulut, kerongkong, mata
dan dubur.
II.

Epidemiologi/insiden kasus
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara penyakit
menular seksual yang lain, penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemik,
termasuk di Indonesia. Di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta
penduduk terinfeksi gonore. Pada umumnya diderita oleh laki-laki muda usia 20
sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15 sampai 19 tahun.

III.

Etiologi/penyebab
- Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat
patogen.
- Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid
atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.

IV.

Faktor predisposisi
Hubungan seksual baik melalui anal, oral, genital, homoseks, heteroseks.
Kurang menjaga kebersihan diri.
Kurang pengetahuan.

V.

Patofisiologi
Bakteri Neisseria

Meningitidis

Gonnorrhoeae

Cattarhalis

Pathogen
Tipe 1

Komensal

Tipe 2

Tipe 3

Berfili. Bersifat virulen

Tipe 4

Tak berfili, dan nonvirulen

Melekat pada mukosa epitel

menghancurkan membran sel epitel


Infeksi

resti terhadap penyebaran infeksi

Kontak seksual
Genito genital

Pharyngis sicca

orogenital

Uretris servisitis

manual
anogenital

orofaringitis

gonore ekstra genital

proktitis

Manifestasi klinis
- Disuria
- Nyeri saat ereksi
- Nyeri punggung bawah
Nyeri

resti perub
Pola
Seksualitas

- rasa gatal
- panas di bag kelamin & kulit
- lesi, macula

- cemas akan
penularan
penyakit

kerusakan integritas
kulit

ansietas
Kurang pengetahuan

Komplikasi
Pria
- Tysonotis
- Parauretris
- Epididimitis
- Prostatitis dst

wanita
- polisakarida
- parauretritis
- keluar duh tubuh
- bartholenitis
kadang disertai darah
- salpingitis
- konjungtivitis, dsb
perubahan pola
Eliminasi urin

VI. Klasifikasi
Gonore terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai vili yang bersifat virulen, serta
tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen, vili akan melekat pada
mucosa epitel dan akan menimbulkan reaksi sedang.
VII. Gejala klinis
Pada pria:
- Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
- Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika
berkemih
- Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir
mukoid dari uretra
- Retensi urin akibat inflamasi prostat
- Keluarnya nanah dari penis.
Pada wanita:
- Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
- Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimto
matis)
- Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan
gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
- Nyeri ketika berkemih
- Keluarnya cairan dari vagina
- Demam
- Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita
gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari
rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja
terbungkus oleh lendir dan nanah.

VIII.

Pemeriksaan fisik

TTV

Ada tidaknya nyeri saat BAK

Ada tidaknya nanah ( warna, volume, bau )

Predileksi : Pada pria adalah pada uretra bagian anterior.


Pada wanita adalah pada servik uteri dan uretra.

IX.

Pemeriksaan diagnostik/Penunjang

Kultur

Tes Thomson

Pewarnaan Gram

Tes Fermentasi

Tes oksidasi

Tes Serologis

X. Prognosis
Rentan terhadap penyakit radang panggul, kemungkinan kemandulan, infeksi mata pada
bayi yang dilahirkan, bayi prematur, cacat pada bayi, kematian pada bayi, memudahkan
penularan HIV
XI. Therapy/tindakan penanganan
Pasien yang mengidap gonorhoe harus diatasi dengan tindakan medis. Namun, harus disertai
vitalitas tubuh yang kuat. Biasanya pengobatan dengan suntikan tunggal atau dosis tungal
ceftriaxona yang diminum. Jika infeksi menular melalui darah biasanya pasien dirawat
untuk mendapat obat antibiotika melalui suntikan intravena.
XII. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak
strain yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih
tetap merupakan pengobatan pilihan.
o Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang
memadai.

o Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang
peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
o Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
Pilihan utama dan kedua adalah Siprofloksasin 500mg dan Ofloksasin 400mg. Berbagai
rejimen yang dapat diberikan adalah :
- Sifloksasin *500mg per oral, atau
- Ofloksasin * 400mg per oral, atau
- Seftriakson * 250mg injeksi intramuskular, atau
- Spektinomisin 2 gram injeksi intramuskular,
Dikombinasikan dengan
- Doksisiklin 2x100mg, selama 7 hari, atau
-Netrasiklin 4x500mg, selama 7 hari, atau
-Eritromisin 4x500mg, selama 7 hari
Untuk daerah dengan insidens galur Neisseria gonorrhoeae penghasil penicilinase (NGPP)
rendah, pilihan utamanya adalah penisilin G prokain akua 4,8juta unit + 1 gr probenesid.
Obat lain yang dapat dipakai antara lain :
- Ampicilin 3,5 gr + 1 gr probenesid , atau
- Amoksisilin 3gr + 1 gr probnesid.
Pada kasus gonore dengan komplikasi dapat diberikan salah satu obat dibawah ini :
- Siprofloksasin * 500 mg / hari per oral, selama 5 hari
- Ofloksasin * 400 mg / hari per oral , selama5 hari
- Seftriakson 250 mg / hari , injeksi intramuskular , selama 3 hari
- Kanamisin 2 g injeksi intarmuskular, selama 3 hari
- Spektinomisin 2 g/ hari , injeksi intarmuskular, selam 3 hari
Dikontraindikasikan untuk wanita hamil, menyusui, dan anak-anak berusia kurang dari 12
tahun.
2. Nonmedikamentosa
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelsakan tentang :
- bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplokasinya.
- pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
- cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
- hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat dihindarkan
- cara- cara menghindari infeksi PMS di masa depan.
Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.

XIII.

Diit

NS (nasi)
XIV.

Komplikasi

Apabila gonorrhea tidak diobati, bakteri dapat menyebar ke aliran darah dan mengenai sendi,
katup jantung atau otak. Konsekuensi yang paling umum dari gonorrhea adalah Pelvic
Inflammatory Disease (PID), yaitu infeksi serius pada organ reproduksi wanita, yang dapat
menyebabkan infertilitas. Selain itu, kerusakan yang terjadi dapat menghambat perjalanan sel
telur yang sudah dibuahi ke rahim. Apabila ini terjadi, sebagai akibatnya sel telur ini
berkembang biak di dalam saluran falopii atau yang disebut kehamilan di luar kandungan, suatu
hal yang dapat mengancam nyawa sang ibu apabila tidak terditeksi secara dini. Seorang wanita
yang terinfeksi dapat menularkan penyakitnya kepada bayinya ketika sang bayi melalui jalan
lahir. Pada kebanyakan kasus dimana Ibu mengidap gonorrhea, mata bayi ditetesi obat untuk
mencegah infeksi gonococcus yang dapat menyebabkan kebutaan. Karena adanya resiko infeksi
Ibu dan bayi, biasanya dokter menyarankan agar ibu hamil menjalani tes gonorrhea setidaknya
sekali selama kehamilannya. Sedangkan pada pria, apabila tidak ditangani secara serius
gonorrhea dapat menyebabkan impotensi.
Komplikasi pada pria:
- Prostatitis
- Cowperitis
- Vesikulitis seminalis
- Epididimitis
- Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior
Komplikasi pada wanita:
- Komplikasi uretra
- Bartholinitus
- Endometritis dan metritis
- Salphingitis

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
pasien mengatakan gatal
pasien mengatakan panas dibagian pendahuluan
pasien mengatakan nyeri saat kencing
pasien mengatakan keluar nanah yang kadang disertai darah saat kencing
pasien mengatakan nyeri saat ereksi
pada wanita pasien mengatakan terkadang sering kencing
pasien mengatakan nyeri punggung bawah
pasien mengatakan kencing tersendat-sendat
b. Data Objektif
uretitis
orifisum uretra eksternum eritematosa
edematosa
ektropion
duh tubuh yang mukopurulen
bau busuk pada area genetalia
lesi, makula
2. Diagnosa dan Intervensi
Nyeri b.d reaksi infeksi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
- Mengenali faktor penyebab

- Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri


- Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
- Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi:
a) Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
b) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan
untuk komunikasi secara efektif.
c) Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d) Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
e) Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap
ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
f) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (ex.: relaksasi, guided imagery, terapi musik,
distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi aktivitas)
g) Berikan analgesik sesuai anjuran
h) Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
i) Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.

Hipertermi b.d reaksi inflamasi


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
- Suhu dalam rentang normal

- Nadi dan RR dalam rentang normal


- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi:
a) Monitor vital sign
b) Monitor suhu minimal 2 jam
c) Monitor warna kulit
d) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
e) Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
f) Kompres klien pada lipat paha dan aksila
g) Berikan antipiretik bila perlu
Perubahan pola eliminasi urin b.d proses inflamasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
- Urin akan menjadi kontinens
- Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan
dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Intervensi:
a) Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan tepat
b) Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan
Cemas b.d penyakit
Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:


- Tidak ada tanda-tanda kecemasan
- Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas
- Melaporkan pemenuhan kebutuhan tidur adekuat
- Menunjukkan fleksibilitas peran
Intervensi:
a) Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu,
ekspresi cemas non verbal)
b) Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut
c) Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
d) Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
e) Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis

Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan:
Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain
Intervensi:
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
- Bahaya penyakit menular
- Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
- Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan

- Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
menghindarinya.
Harga diri rendah b.d penyakit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan mengekspresikan pandangan positif
untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya dengan indikator:
- Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
- Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
- Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil
Intervensi:
a) Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
b) Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan
c) Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan,
pekerjaan)
d) Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
e) Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi
`3. evaluasi
mencegah atau menurunkan resiko terjadinya penyebaran infeksi
mengontrol nyeri dan mengusahakan kenyamanan pasien
mempertahankan haluaran dan masukan urine
kerusakan integritas kulit tidak terjadi
tidak terjadi perubahan seksualitas
menunjukan rentan normal dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan cemas
mengungkapkan pemahaman tentang kondisi prognosis dan tindakan

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapus: Jakarta.
http://www.geogle.com
http://makalah_kesehatan_online.blogspot.com/2009/01/gonore_kencing_nanah.html.
Jundul.wordpress.com/2008/11/20
www.betitajakarta.com/u_ind/berita_detail
alamandacorner.com/showthread.php
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medical Bedah.Jakarta :EGC
Sylvia & Lorraine.2006.Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Vol. 2.Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai