Aditia Himawan 1511.015
Aditia Himawan 1511.015
OLEH:
ADITIA HIMAWAN
1511.015
kertas. Menurut Stanley (2001), jumlah komponen hemiselulosa dan hidrokarbon dalam kayu
adalah sekitar 20 %.
BAHAN TAMBAHAN
Pada pembuatan pulp (pulping) terdapat bahan-bahan tambahan yang digunakan untuk
membantu proses tersebut. Bahan bahan tersebut diantaranya ialah :
v v Larutan Cl2. Larutan ini digunakan sebagai bahan pemutih pada tahap bleaching (proses
pemutihan pulp)
v Oksigen. Digunakan untuk menghilangkan lignin pada proses pemutihan. Namun pulp kimia
tidak dapat diputihkan hanya dengan oksigen untuk memperoleh derajat putih yang tinggi tanpa
merusak polisakarida.
v Hidrogen peroksida atau natrium peroksida, atau kombinasi keduanya. Digunakan dalam salah
satu tahap proses pemutihan pulp.
v Gas Ozon. Digunakan juga dalam salah satu tahap proses pemutihan. Khususnya digunakan
untuk mengoksidasi semua ikatan rangkap pada semua gugus alipatik dan aromatik.
v Asam parasetat. Digunakan dalam proses pemutihan dan pulping. Tujuan penggunaannya ialah
untuk delignifikasi (mendegradasi lignin) dan peningkatan nilai derajat putih kertas.
v Hipoklorit (H), Klordioksida (D), dan Nitrogen Dioksida (N). Digunakan sebagai oksidator
untuk mendegradasi dan menghilangkan lignin dari gugus kromoform.
v NaOH. Sebagai basa kuat untuk mendegradasi lignin dengan cara hidrolisa dan melarutkan
gugus gula sederhana yang masih bersatu di dalam pulp.
v Enzim hemiselulase (xylanase dan mannase). Bahan tambahan ini berfungsi meningkatkan
bleachability pulp dan mendegradasi lignin. Bahan ini merupakan teknologi bio-pulping yang
aplikasinya baru dapat dilakukan saat pre-treatment pada kayu yang akan dimasak.
penampungan.
4 Screen diperlukan filter penyaring untuk memisahkan potongan kayu yang lebih besar dari
target ukuran diatas, dan menghilangkan debu mesin potong yang tidak perlu.
5 Digester Dari tempat penampungan, chip dibawa dengan konveyor ke bejana pemasak
(digester). Steam dimasak dengan beberapa tahap. Pertama di kukus (presteamed), kemudian
baru dipanaskan dengan steam di steaming vessel. chip di masak dengan cairan pemasak yang
disebut dengan cooking liquor.. Larutan dan proses masak ini akan melembutkan dan akhirnya
memisahkan serat kayu yang diinginkan dari lignin yaitu unsur kayu semacam lem yang
menahan serat kayu bersatu.
6 Chemical Recovery and Regeneration proses sampingan kimia inorganik yang diolah ulang
dari proses memasak sebelumnya, untuk memasak kembali. Bahan kimia buangan dari proses
memasak sebelumnya masih dapat diproses ulang, tidak dibuang begitu saja.
7 Blow Tank ibaratnya setelah selesai dimasak maka makanan disimpan dalam panci
penyimpan untuk disajikan kemudian sesuai selera masing-masing individu, apa mau sedikit
asin, manis, indah didekorasi dan lain sebagainya. Disini serat kayu sudah terpisah satu sama
lain, secara resmi mereka sudah disebut pulp atau bubur kertas.
8 Washing mesin cuci ini akan membersihkan sisa-sisa larutan kimia dan lignin yang masih
tertinggal, yang dikirim ke proses nomor 6 yaitu chemical recovery process. Ibaratnya saat anda
masak nasi, maka beberapa kali anda mentiriskan air beras yang anda cuci sebelum dimasak
supaya kotoran hilang. Harap diingat disini anda bukan bertujuan membuatnya menjadi putih
bersih! Pada tahap ini bubur kertas secara alami berwarna coklat dan umunya digunakan untuk
membuat kertas kantong dan corrugated box yang coklat.
9 Bleaching proses pemutihan bubur kertas menggunakan kimia pemutih atau bleach, yang
tujuan utamanya khusus untuk membuat kertas cetak atau kertas budaya. Jadi proses pemutihan
sangat relatif tergantung pada jenis kertas yang akan dibuat. Pada tahap inilah pulping telah
selesai dan akan dilanjutkan ke mesin pembuat kertas.
LIMBAH INDUSTRI KERTAS
Pada proses pembuatan kertas terdapat zat yang berpotensi mencemari lingkungan. Menurut Rini
(2002), limbah proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari lingkungan tersebut dibagi
menjadi 4 kelompok yaitu :
Limbah cair, yang terdiri dari :
Senyawa organik koloid terlarut seperti hemiselulosa, gula, alkohol, lignin, terpenting, zat
pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan BOD (Biological Oxygen
Demand) tinggi,
Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas,
Limbah panas
Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H 2S yang dilepaskan dari berbagai tahap
dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia
Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime kiln (tanur
kapur)
berukuran besar akan dikembalikan lagi ke proses chipper, untuk diolah lagi dan mendapatkan
ukuran kayu yang dikehendaki.
Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Pengendapan primer biasanya terjadi di bak pengendapan atau bak penjernih. Bak
pengendap yang hanya berfungsi atas dasar gaya berat, tidak memberi keluwesan operasional.
Karena itu memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak
pengendap. Bak penjernih bulat yang dirancang dengan baik dapat menghilangkan 80% zat padat
yang tersuspensi dan 50-995 BOD. Beberapa contoh Limbah atau proses-proses yang
menggunakan pengolahan unit ini ialah :
Hasil pemasakan merupakan serat yang masih berwarna coklat dan mengandung sisa cairan
pemasak aktif. Serat ini masih mengandung mata kayu dan serat-serat yang tidak dikehendaki
(reject). Sisa cairan pemasak dalam serat dibersihkan dengan mengguna- kan washer, sedangkan
pemisahan kayu dan reject dipakai screen.
Larutan hasil pencucian bubur pulp di brown stock washers dinamai weak black liquor yang
disaring sebelum dialirkan ke unit pemekatan.
b. Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel
yang
sukar
mengendap,
senyawa
fosfor,
logam-logam
berat,
dan
zat
organik
beracun. Dinamakan secara kimia karena pada proses ini dibutuhkan bahan kimia yang akan
mengubah sifat bahan terlarut tersebut dari sangat terlarut menjadi tidak terlarut atau dari ukuran
sangat halus menjadi gumpalan (flok) yang dapat diendapkan maupun dipisahkan dengan filtrasi.
Beberapa limbah-limbah atau proses-proses yang menggunakan pengolahan unit ini ialah :
Cairan sisa dari hasil proses pemutihan yang menggunakan bahan kimia chlorine dioksida,
ekstraksi caustic soda, hidrogen peroksida. Dalam proses pemutihan, setiap akhir satu langkah
dilakukan pencucian untuk meningkatkan efektivitas proses pemutihan. Sebelum bubur kertas
yang diputihkan dialirkan ke unit pengering, sisa klorin dioksida akan dinetralkan dengan injeksi
larutan sulfur dioksida.
Jika pengambilan air dilakukan dari sungai, maka biasanya industri pulp seharusnya memberikan
bahan pengendap secukupnya dan sedikit larutan hypo untuk membunuh bakteri dan jamur
sebelum mengalami proses pengendapan di dalam settling basin dan penyaringan sehingga
dihasilkan air proses yang bersih dan bebas jamur.
Pemasakan menggunakan bahan larutan kimia, seperti NaOH (sodium hidroksida) dan NaS
(sodium sulfida) yang berfungsi untuk memisahkan serat selulosa dari bahan organik. Cairan
yang dihasilkan dari proses pemasakan diolah dan menghasilkan bahan kimia, dengan daur
ulang. Pada proses daur ulang terjadi limbah cair.
Proses pemutihan menggunakan zat-zat kimia, utamanya ClO2 dan cairan yang masih tertinggal
berubah menjadi limbah dengan kandungan berbagai bahan kimia berupa organoklorin yang
umumnya beracun.
c. Biologi
Tujuan utama dari pengolahan limbah cair secara biologi adalah
Menggumpalkan dan menghilangkan/menguraikan padatan organik terlarut yang
biodegradable dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Pengolahan secara biologis
mengurangi kadar racun dan meningkatkan mutu estetika buangan (bau, warna, potensi yang
menggangu dan rasa air). Apabila terdapat lahan yang memadai, laguna fakultatif dan laguna
aerasi bisa digunakan. Laguna aerasi akan mengurangi 80% BOD buangan pabrik dengan waktu
tinggal 10 hari.
Pabrik-pabrik di Amerika Utara sekarang dilengkapi dengan laguna aerasi bahkan dengan waktu
tinggal yang lebih panjang, atau kadang-kadang dilengkapi dengan kolam aerasi pemolesan dan
penjernihn akhir untuk lebih mengurangi BOD dan TSS sampai di bawah 30mg/1.
Dua jenis limbah padat lainnya, diolah dengan menggunakan Bark Boiler dan Lime Klin. Bark
Boiler digunakan untuk pembakaran kulit kayu. Sedangkan Lime Klin digunakan untuk
pengolahan lumpur kapur.
3. Pengelolaan limbah emisi udara
Untuk limbah berupa emisi udara yang dihasilkan dari proses produksi pulp, biasanya pabrik
pulp menggunakan alat-alat berupa blow gas treatment di unit pulping, Electro Static Dust
Precipitator pada Recovery Boiler, dan Wet Scrubber di Recausticizing Unit. Beberapa limbah
atau proses yang menghasilkan emisi udara ini, beserta penanganannya ialah :
Kondensat tercemar yang berasal dari proses digester dikumpulkan dan dialirkan ke unit
penanganan kondensat di evaporator plant.
Noncondensable gas (NCG) dibakar sebagian menjadi limbah di lime klin (tanur kapur).
Uap tekanan tinggi yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik digunakan untuk memutar
turbin dan menghasilkan listrik dan steam tekanan menengah untuk pemanasan dalam proses di
seluruh unit operasi produksi.
Sisa bahan kimia menguap karena panas di unit pencucian. Uap diisap blower dan diarahkan ke
sebuah menara penyerap yang berlangsung dua tahap. Di menara ini digunakan larutan sodium
hidroksida dan diinjeksikan dengan sulfur dioksida (reduktor) untuk menetralkan sisa bahan
kimia berupa klorin dioksida (oksidator) sehingga gas yang keluar bebas dari unsur gas klorin
dioksida.
Limbah yang mengandung partikel solid dari cerobong boiler, baik dari multi fuel boiler,
recovery boiler, maupun lime kiln. Untuk tujuan ini, pabrik pulp harus memiliki alat electrostatic
precipitator. Sedangkan cerobong asap dari dissolving tank recovery boiler dilengkapi dengan
scrubber yang dialiri weak wash dari recaust plant.
Penyaring trikle
Penyaring trikle menggunakan lapisan batu dan kerikil dimana limbah cair dialirkan melalui
lapisan ini secara lambat. Dengan bantuan bakteri yang berkembang pada batu dan kerikil akan
mengkonsumsi sebagian besar bahan bahan organik.
b. Lumpur aktif
Kecepatan aktivitas bakteri dapat ditingkatkan dengan cara memasukkan udara dan lumpur yang
mengandung bakteri ke dalam tangki sehingga lebih banyak mengalami kontak dengan limbah
cair yang telah diolah pada proses pengolahan primer. Selama proses ini limbah organik dipecah
menjadi senyawa senyawa yang lebih sederhana oleh bakteri yang terdapat di dalam lumpur
aktif.
3. Pengolahan tersier
Proses pengolahan primer dan sekunder limbah cair dapat menurunkan BOD air dan
meghilangkan bakteri yang berbahaya. Akan tetapi proses tersebut tidak dapat menghilangkan
komponen organik dan anorganik terlarut. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan pengolahan
tersier.
Pengolahan limbah cair pada industri pulp dan kertas terdiri atas tahap netralisasi,
pengolahan primer, pengolahan sekunder dan tahap pengembangan. Sebelum masuk ke tempat
pengendapan primer, air limbah masuk dalam tempat penampungan dan netralisasi. Pada tahap
ini digunakan saringan untuk menghilangkan benda benda besar yang masuk ke air limbah.
Pengendapan primer biasanya bekerja atas dasar gaya berat. Oleh karenanya memerlukan
waktu tinggal sampai 24 jam. Untuk meningkatkan proses pengendapan dapat digunakan bahan
flokulasi dan koagulasi di samping mengurangi bahan yang membutuhkan oksigen. Pengolahan
secara biologis dapat mengurangi kadar racun dan meningkatkan kualitas air buangan (bau,
warna, dan potensi yang mengganggu badan air). Apabila terdapat lahan yang memadai dapat
digunakan laguna fakultatif dan laguna aerasi. Laguna aerasi akan mengurangi 80 % BOD
dengan waktu tinggal 10 hari.
Apabila tidak terdapat lahan yang memadai maka proses lumpur aktif, parit oksidasi dan
trickling filter dapat digunakan dengan hasil kualitas yang sama tetapi membutuhkan biaya
operasional yang tinggi.
Tahap pengembangan dilakukan dengan kapasitas yang lebih besar, melalui pengolahan fisik
dan kimia untuk melindungi badan air penerima (Devi, 2004). Sedangkan endapan (sludge) yang
biasanya diperoleh dari proses filter press dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut
Sunu (2001) dapat dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) atau tidak.
Pembuangan lumpur organik, termasuk pada industri pulp dan kertas, dapat dibedakan menjadi :
1. Metode pembakaran
Metode pembakaran ini merupakan salah satu cara untuk mencegah dampak lingkungan yang
lebih luas sebelum dilakukan pembuangan akhir. Beberapa metode yang dapat dilakukan antara
lain adalah metode incinerator basah yang mengoksidasi lumpur organik pada suhu dan tekanan
tinggi.
2. Metode fermentasi metan dan metode pembusukan
Metode fermentasi metan dilakukan menggunakan tangki fermentasi sehingga dihasilkan gas
metan, sedangkan metode pembusukan akan diperoleh hasil akhir berupa kompos. Lumpur yang
dihasilkan dari pengolahan buangan pada masa lalu biasanya ditimbun. Akan tetapi sistem ini
menimbulkan bau karena pembusukan dan menyebabkan pencemaran air tanah dan air
permukaan. Sekarang lumpur dihilangkan airnya dan dibakar atau digunakan sebagai bahan
bakar (Rini, 2002).
b. Memasukkan zat kimia karsinogenik dan zat pengganggu aktivitas hormon ke dalam lingkungan
c.
d. Menimbulkan resiko terpaparnya masyarakat oleh buangan zat kimia berbahaya dari limbah
industri yang mencemari lingkungan
Menurut Green (2005), terdapat beberapa senyawa dalam industri pulp dan kertas yang
berpeluang besar bersifat karsinogenik bagi kesehatan manusia, yaitu :
Asbes
Asbes dapat menyebabkan kanker paru paru, digunakan pada penyambungan pipa dan boiler.
Aditif kertas lainnya termasuk benzidine-base dyes, formaldehid dan epichlorohydrin yang
berpeluang menimbulkan kanker pada manusia.
Kromium heksavalen dan senyawa nikel
Senyawa ini umumnya digunakan pada pengelasan stainless steel dan dikenal sebagai
karsinogenik terhadap paru paru dan organ pernafasan lain.
Debu kayu (utamanya kayu keras)
Debu kayu keras dikenal sebagai penyebab kanker pernafasan.
Hidrazin, styren, minyak mineral, chlorinated phenols dan dioxin
Senyawa senyawa tersebut berpeluang besar menyebabkan kanker.