36 Peranan Gizi Pada Anemia Ibu Hamil
36 Peranan Gizi Pada Anemia Ibu Hamil
OLEH :
Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt, M.Kes
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
.....................................................................................................
.....................................................................................................
i
SURAT KETERANGAN
.....................................................................................................
.....................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
.....................................................................................................
.....................................................................................................
iii
A...Pendahuluan
1
B. Anemia
pada
Kehamilan
...
4
C.. Zat Besi
9
Zat
D.. Interaksi
Besi,
Asam
Folat
dan
Seng
14
E...Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
A. Pendahuluan
Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai
saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Pada tahun 2003, Republika
Online memaparkan bahwa kematian ibu melahirkan dan bayi saat
kelahiran di Indonesia dinilai masih tinggi. Angka kematian bayi pada saat
kelahiran mencapai 39 per 1000 kelahiran. Sedangkan angka kematian
ibu melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran.
Seperti Negara berkembang lainnya, di Indonesia anemia disebabkan
karena defisiensi zat gizi mikro (micronutrient) dengan penyebab
terbanyak defisiensi zat besi. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung
berlangsung di Negara sedang berkembang, ketimbang Negara yang
sudah maju. 36% atau kira-kira 1400 juta orang dari perkiraan populasi
3800 juta orang di Negara sedang berkembang menderita anemia jenis
ini, sedangkan prevalensi di Negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira
100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang. (Arisman, 2010).
Sedangkan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007,
prevalensi anemia gizi ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%, dan di
Sulawesi Selatan 46,7% . Hal ini masih sangat besar khususnya yang
terjadi di Sulawesi Selatan.
Selama ini diketahui bahwa defisiensi besi bukan satu-satunya
penyebab anemia namun bila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi
dianggap sebagai penyebab utama. Sebuah penelitian di Takalar,
Sulawesi Selatan menyebutkan asupan Besi yang kurang pada ibu hamil
anemia adalah 82,35% dan pada asupan Seng yang kurang yaitu 62%.
(Tunny,2011). Intake mikronutrien yang lebih rendah dari jumlah yang
dianjurkan bisa memperbesar risiko terhadap timbulnya defisiensi
mikronutrien sehingga daerah yang memiliki prevalensi anemia gizi besi
yang tinggi, prevalensi defisiensi Seng (Zn) dan Folat diperkirakan tinggi
juga. Hal ini sangat erat kaitannya pada Negara berkembang yang
kebanyakan makanan pokok berasal dari sumber nabati, sementara
konsumsi produk hewaninya rendah, sehingga ketersediaan dan asupan
Besi (Fe), Seng (Zn), sering rendah dan dapat menimbulkan anemia
khususnya pada ibu hamil yang mengalami peningkatan kebutuhan akan
zat-zat gizi.
Penanggulangan anemia sudah cukup lama dilakukan namun
prevalensinya masih tinggi. Di Indonesia penanggulangan anemia ibu
hamil diprioritaskan pada pemberian suplementasi Tablet Besi Folat.
Namun berbagai masalah diperkirakan mempengaruhi suplementasi ini,
seperti distribusi, dosis yang tidak tepat, serta kepatuhannya. Sekarang
kelor
(Moringa
oleivera).
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengandung Kalsium 10,203 mg, Tembaga 0,006 mg, Besi 0,14 mg,
Kalium 6,92 mg, Magnesium 2,253 mg, Fosfor 4,483 mg, Mangan 0,042,
Seng 0,127 mg, Vit.A 78,1 UI, Vit.C 3,865 mg. Sebelum dan sesudah
intervensi akan dilakukan pengukuran kadar Hb, Folat, feritin plasma,
kerusakan DNA.
Kondisi status zat-zat gizi mikro pada kejadian anemia ibu hamil
belum banyak diteliti,
Secara teori status salah satu zat gizimikro saling berinteraksi dengan zat
gizimikro lainnya. Dalam interaksi antar zat gizimikro ini, ada dua hal yang
mungkin terjadi, yaitu saling bersaing saat diabsorpsi atau defisiensi pada
salah satu zat gizimikro akan mempengaruhi metabolisme zat gizimikro
lainnya.
Hasil penelitian di Cina menunjukkan bahwa 80% wanita menderita
anemia hanya 17% yang penyebabnya defisiensi Besi dan 44% laiinya
terjadi karena defisiensi satu atau lebih vitamin B. Sebuah penelitian di
Jawa Tengah juga menunjukkan bahwa vitamin A dan Seng ibu hamil
mempengaruhi
menyebutkan
hasil
bahwa
suplementasi
konsentrasi
Besi
asupan
Folat.
Besi
Sebuah
yang
pustaka
tinggi
akan
hanya sedikit wanita yang terhindar dari kekurangan cadangan besi yang
parah pada akhir kehamilan.(Hoffbrand, 2005)
Kehamilan
merupakan
kondisi
yang
banyak
menghabiskan
cadangan besi pada wanita usia subur, pada tiap kehamilan seorang ibu
kehilangan rata-rata 680 mg besi, jumlah ini ekuivalen dengan 1300 ml
darah (Bothwell, 2000). Di daerah katulistiwa besi lebih banyak keluar
melalui keringat, sedangkan masuknya besi yang dianjurkan setiap
harinya untuk wanita hamil 17 mg. untuk memenuhi kebutuhan
meningkatnya volume darah selama kehamilan, ibu hamil membutuhkan
tambahan 450 mg besi (Wiknyosastro, 1999).
Pada awal kehamilan ferritin serum mengalami kenaikan ringan. Hal
ini dimungkinkan karena turunnya aktivitas eritropoetik sehingga besi
dialihkan ke cadangan. Tetapi setelah itu konsentrasi ferritin serum turun
sampai 50% pada pertengahan kehamilan. Hal ini mencerminkan adanya
hemodilusi dan mobilisasi besi dari tempat cadangan untuk memenuhi
kebutuhan yang meningkat akibat kehamilan (Yetti, 2002). Ibu hamil dan
bayi yang sedang tumbuh termasuk yang paling rentan menderita
defisiensi besi serta harus menyerap zat besi lebih banyak dari pada yang
hilang dari tubuh (Litwin, 1998).
Selain besi, kebutuhan folat meningkat sekitar dua kali lipat pada
kehamilan dan kadar folat serum turun sampai sekitar separuh kisaran
normal dengan penurunan yang kurang dramatis dalam folat eritrosit
(Hooffbrand, 2005).
Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia
defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga
gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan
dapat
berupa
kepala
pusing,
palpitasi,
berkunang-kunang,
gangguan
kelangsungan
kehamilan
abortus,
partus
10
seluler. Besi
merupakan
komponen
hemoglobin,
yang
mengandung
besi
bagi
tubuh
berperan
dalam:
11
12
Sebagian besar besi dalam diet (88%) berupa besi non heme dan
terutama terdiri atas garam besi dan besi non heme dibebaskan dari
ikatan organik di dalam lambung (Litwin, 1998).
Jumlah besi dalam kompartemen tubuh yaitu dalam bentuk transferin
3-4 mg, hemoglobin dalam sel darah merah 2500 mg, dalam bentuk
mioglobin dan berbagai enzim 300 mg, disimpan dalam bentuk feritin dan
dalam bentuk hemosiderin 1000 mg. Tidak ada jalur fisiologis untuk
pengeluaran Fe dari tubuh, sehingga absorbsi diatur secara ketat melalui
duodenum proksimal. Pada keadaan normal tubuh akan kehilangan 1 mg
besi per hari dan akan digantikan melalui absorpsi (Sudarmadji, 1996)
Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran tertutup yang
diatur oleh besarnya besi yang diserap usus, sedangkan kehilangan besi
fisiologis bersifat tetap. Besi yang diserap usus setiap hari berkisar antara
1-2 mg, ekskresi besi terjadi dalam jumlah yang sama melalui deskuamasi
sel epitel usus. Besi dari usus dalam bentuk transferin akan bergabung
dengan besi yang dimobilisasi dari makrofag dalam sumsum tulang
sebesar 22 mg untuk dapat memenuhi kebutuhan eritropoiesis sebanyak
24 mg per hari. Eritrosit yang beredar secara efektif di sirkulasi
membutuhkan 17 mg besi, sedangkan besi sebesar 7 mg akan
dikembalikan di makrofag karena terjadinya eritropoiesis non efektif
(hemolisis intramedular). Besi yang terdapat pada eritrosit yang beredar
juga akan dikembalikan ke makrofag setelah mengalami proses penuaan,
yaitu sebesar 17 mg (Setiabudy, 2011).
13
14
15
DNA dan
proses
pembelahan
sel.
Keadaan
ini
akan
16
17
menjadi
vitamin
kolin.
Asam
folat
dibutuhkan
untuk
pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang
dan untuk pendewasaannya. Asam folat berperan sebagai pembawa
karbon tunggal dalam pembentukan hem. Vitamin B12 diperlukan untuk
mengubah folat menjadi bentuk aktif dan
18
19
Pemberian
besi
dalam
bentuk
anorganik
akan
menurunkan
20
Daftar Pustaka
Almatsier, Sunita. 2008. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
21
22
23