Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti telah menjadi kesepakatan para ahli kesehatan masyarakat bahwa
sasaran atau klien dari kesehatan masyarakat adalah bukan individu, melainkan
kelompok, komunitas atau masyarakat yang sehat. Kelompok atau komunitas ini
berada dalam suatu setting atau tatanan, misalnya: sekolah, wilayah administrasi
pemerintahan, seperti provinsi, kabupaten, kecamatan, dan sebagainya. Di
samping itu ada tatanan institusi pelayanan, tempat kerja, dan sebagainya. Tujuan
utama kesehatan masyarakat adalah mencegah agar masyarakat di berbagai
tatanan tersebut mampu mencegah terjadinya penyakit, masalah, kesehatan, dan
kecelakaan, serta meningkatkan derajat kesehatan mereka.
Salah satu tatanan yang sangat penting yang mempunyai jangkauan luas
adalah tatanan atau tempat kerja. Implementasi kesehatan masyarakat di tempat
kerja yang selanjutnya disebut Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat
dengan K3 sangat penting. Bukan hanya karena populasinya sangat benar, tetapi
tempat kerja terutama perusahaan yang memproduksi barang-barang kebutuhan
masyarakat sehari-hari, berpotensi untuk menimbuilkan gangguan kesehatan
masyarakat. Di samping itu, tatanan tempat kerja terutama industri merupakan
jantung perekonomian mayarakat dewasa ini mengalami perubahan yang cepat
yang mau tidak mau akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat, khususnya
kesehatan.
Perubahan yang nyata dalam tatanan ekonomi dunia sekarang ini adalah
terjadinya proses globalisasi di segala aspek kehidupan ekonomi, dimana batasbatas antarnegara makin transparan dan kabur. Hal ini berpengaruh terhadap
sistem perdagangan dunia, persaingan dunia makin keras dan arus barang
produksi antarkawasanmakin meningkat. Standar dan norma-norma global
menjadi persyaratan utama para praktisi industri antarnegara untuk tetap mampu
meningkatkan daya saing, menciptakan nilai-nilai unggul, meningkatkan efisiensi
dan menekan biaya produksi serta kualitas barang produksi.
Barang hasil produksiyang diekspor harus memenuhi standar yang berlaku
di pasaran internasional. Oleh karena itu terbentuklah International Standard
Organoization (ISO) dengan tujuan meningkatkan mutu produksi, manutu
1

lingkungan dan mutu manusia yang terlibat dalam produksi itu. Tenaga kerja yang
dalam hal ini termasuk dari bagian yang terkena dampak globalisasi juga
diharapkan dapat meningkatkan daya saing, mampu bekerja secara produktif dan
bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan, seperti kecelakaan.
Sebagai gambaran, saat ini ILO mengestimasikan terdapat 125 juta kasus
cedera serius dengan lebih sebulan absen kerja yang sebagaian besar
menyebabkan penurunan kapasitas kerja. Selama tahun 2000 saja di Indonesia
tercatat 66.367 kasus kecelakaan kerja dengan korban meninggal 4.142 orang
(Kompas, 17 September 2002). Kejadian kecelakaan walau bagaimana pun
kecilnya akan berdampak pada kualitas produksi. Pemerintah dalam hal ini
melalui Permenaker No Per05/Men/1996 mengeluarkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau SMK3 bagi industri di Indonesia dalam
menghadapi tantangan globalisasi ini.
Meskipun demikian, maksud baik pemerintah ini tidak langsung diterima
secara otomatis oleh berbagai pihak yang justru menjadi target pelaksana
peraturan tersebut . Terbukti dari hasil penilaian audit SMK3 yang dilaksanakan
pada lebih 2000 perusahaan yang ada di Indonesia, hanya 21 perusahaan saja yang
memenuhi standar yang telah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan beberapa rumusan
masalah, yaitu :
1. Apa pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja?
2. Bagimana sistem manajemen dari keselamatan dan kesehatan kerja?
3. Bagaimana penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja?

C. Tujuan Penulisan
Melalui penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa jurusan keperawatan
dapat mengerti dan memahami tentang :
1. Pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Sistem manajemen dari keselamtan dan kesehatan kerja.
3. Penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini kami susun dengan sistematika dasar yaitu sebagai berikut :
BAB I

: Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, dan sistematika penulisan.


BAB II

: Tinjauan Teori yang berisikan, definisi teori, penjelasan teori,

serta penerapan dalam keperawatan.


BAB III

: Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran serta daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perkembangan pesat industry mendorong penggunaan mesin, peralatan
kerja dan bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi,
meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Dengan
demikian, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang timbul termasuk dalamnya
masalah masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Seperti meningkatnya
jumlah ragam sumber bahaya ditempat kerja, peningkatan jumlah maupun
keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan.
1. Batasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan ialah suatu kondisi yang bebas dari risiko yang
relative sangat kecil dibawah tingkatan tertentu. Sedangkan risiko adalah
tingkat kemungkinan terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan
kecelakaan dan derajat intensitas bahaya tersebut (HIPSMI,1994). The
joint ILOA / VHO committee on Ocupational Health tahun 1990
menetapkan batasan dan tujuan kesehatan kerja sbb :
a. Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke
tingkat yang setinggi tingginya, baik fisik. Menal, maupun
kesejahteraan sosial masyarakat pekerja di semua lapangan pekerajaan
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh kegiatan atau kondisi lingkungan kerjanya
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari
factor-fakor yang membahayakaan kesehatan
d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerja yag
sesuai kemampuan fisik dan psikis.
Sedangkan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan,
datang tiba-tiba dan tidak terduga, yang dapat menyebabkan kerugian pada
manusia, perusahaan dan masyarakat serta lingkungan. Kecelakaan akibat
kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja di
perusahaan (Sumamur, 1986). Hubungan kerja disini berarti bahwa
kecelakaan terjadi karena pekerja atau pada waktu melaksanakan

pekerjaan. Penyebab kecelakaan dikelompokan menjadi dua katagori


yaitu:
a. Kondisi berbahaya ( Unsafe Condition) yaitu suatu kondisi tidak aman
dari mesin, lingkungan , sifat pekerja dan cara erja. Kondisi berbahaya
ini terjadi antara lain:
1) Alat pelindung tidak efektif
2) Pakaian kerja yang kurang cocok
3) Bahan-bahan yang berbahaya
4) Penerangan, ventilasi tidak baik
5) Alat yang tidak aman walaupun dibutuhkan
6) Alat atau mesin yang tidak efektif
b. Perbuatan yang berbahaya ( Unsafe Act) yaitu perbuatan berbahaya
dari manusia atau pekerja yang dilatarbelakangi oleh factor- factor
intern seperti sikap, dan tingkah laku yang tidak aman, kurang
pengetahuan dan keterampilan ( Lack of knowledge and skill) , cacat
tubuh yang tidak terlihat , keletihan dan kelesuan.
2. Penyebab terjadinya Kecelakan Kerja
Kecelakaan terjadi karena adanya serangkaian peristiwa yang sebelumnya
mendahului terjadinya kecelakaan. Teori tentang penyebab terjadinya
kecelakaan dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu :
a. Heinrich
H.W. Heinrich menyatakan bahwa kejadian sebuah cidera akibat kerja
disebabkan bermacam-macam factor yang terangkai , dimana cidera
adalah akhir dari serangkaian tersebut yang dikenal dengan teori
domino. Heinrich menggambarkan seri rangkaian urutan kejadian
menjadi 5 domino yang bersisian, yaitu :
1) keturunan atau lingkungan sosial
2) keselahan seseorang
3) kondisi dan perilaku seseorang
4) kecelakaan
5) cidera
Penggunaan teori domino ini dijelaskan sebagai petunjuk pertama,
satu domino dapat menghancurkan empat domino lainyan, kecuali
pada titik tertentu sebuah domino diangkat untuk menghentikan
rangkaian. Domino yang paling efektif untuk diangkat adalah perilaku
dan kondisi tidak aman yang berada ditengah. Teori ini menggunakan
pendekatan control terhadap kerugian. Jadi jika ingin mencegah
kerugian, pindahkan individu dan kondisi tidak aman.
5

b. Bird dan Loftus


Setelah dikemukanan oleh heinrich konsep tentang control kerugian
dikemukan kembali oleh Bird dan Loftus pada tahun 1969 di Amerika
Utara. Bird dan Loftus mengemukan formula

1-10-30-600, yang

berarti dalam satu kejadian cidera berat , 10 orang cidera ringan.


Kurang lebih 30 properti rusak , dan 600 incident yang tidak terlihat
adanya kecelakaan atau kerusakan
c. Gordon
Gordon mengemukakan teori penyebab ganda ( Multiple Causation
Theory) pada tahun 1949 yang memiliki dasar epidemiologi. Dalam
teori Gordon menjelaskan bahwa kecelakaan adalah hasil interaksi
yang kompleks dan acak anatra korban, agen, dan lingkungan serta
tidak dapat diterangkan dengan memerhatikan satu dari ketiga factor
diatas.
B. Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
System managemen keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan managem lainya, disuatu
institusi tempat kerja atau perusahaan , seperti managemen produksi, sumber daya
manusia, keuangan dan lain-lain. Managemen adalah kemampuan atau
keterampilan yang memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan secara
efisien dan efektif. System managemen K3 menurut Permenaker No.05 tahun
1996 adalah bagian dari system managemen secara kseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses,
dan sumber daya yang seutuhnya dalam kebutuhan pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan k3 dalam rangkaian
pengendalian risiko yang berkaitan deengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produkstif.
1. Tujuan utama penerapan system Managemen K3
System managemen K3 diterapkan untuk menciptakan suatu system
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsure
managemen, tenaga kerja. Kondisi dan lingkungan kerja dalam rangka :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan penyakit akibat kerja

b. Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran , peledakan


dan kerusakan yang akan pada akhirnya melindungi investasi yang ada
serta membuat tempat kerja yang sehat
c. Menciptakan efisien dan produktivitas kerja karena menurunkan biaya
kompensasi akibat sakit dan kecelakaan kerja.
C. Elemen Sistem Manajemen K3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 05/MEN/1996, yang dimaksud
dengan elemen-elemen keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah mencakup :
1. Pembangunan dan Pemeliharaan
Pembangunan dan pemeliharaan komitmen sangat berkaitan dengan
prinsip pertama sistem manajemen K3 yaitu kepemimpinan dan
komitmen. Budaya K3 yang dinamis membutuhkan sebuah komitmen
yang harus diketahui dan dipatuhi oleh seluruh karyawan, pemasukan
(supplier), kontraktor dan konsumen.
2. Strategi Pendokumentasian
Elemen ini sangat berkaitan dengan perencanaan karena dengan system
manajemen

yang

didokumentasikan

akan

memudahkan

dalam

perencanaan. Strategi pendokumentasian dituangkan dalam bentuk manual


K3 yang mudah diakses oleh semua orang dalam perusahaan tersebut.
3. Peninjauan Ulang Perencanaan (Desain) Kontrak
Peninjauan ulang perancangan dan kontrak sangat berkaitan dengan
prinsip perencanaan, di mana proses produk dan tempat kerja perlu
didesain dan dibangun dengan mengintegrasikan K3.
4. Pengendalian Dokumen
Pengendalian dokumen sangat berkaitan dengan

kegiatan

yang

berhubungan dengan penginformasian pelaksanaan peraturan K3 yang


masih up to date.
5. Pembelian
Dalam melaksanakan elemen pembelian harus memperhatikan aspekaspek K3, melihat spesifikasi barang dan jasa. Perusahaan harus
menetapkan sistem verifikasi untuk barang dan jasa yang dibeli.
6. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3
Keamanan bekerja berarti terkait erat dengan pelaksanaan. SMK3 yang
efektif harus dapat mengatur proses kerja dan integrasi K3 dalam semua

ativitas pekerjaan. Perusahaan harus memastikan bahwa semua system


kerja, lingkungan kerja, pengawasan, seleksi dan penempatan personel,
prosedur pemeliharaan sarana produksi, pelayanan kerja dan semua aspekaspek yang terkait yang ada di seluruh tempat kerja telah diterapkan
dengan memperhatika aspek K3.
7. Standar Pemantauan
Standar pemantauan berkaitan erat dengan pengukuran yang berarti bahwa
perusahaan harus dapat menetapkan pemeriksaan bahaya, pemantauan
lingkungan kerja dan pemantauan kesehatan karyawan dan sistem ini
diketahui oleh semua karyawan.
8. Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan
Elemen ini terkait dengan peninjauan ulang dan perbaikan. Perusahaan
harus memiliki sistem pelaporan, perbaikan dan penanganan masalah K3
terhadap setiap kekurangan yang telah teridentifikasi. Penyelidikan dan
tindakan perbaikan dapat digunakan untuk memastikan bahwa insiden dan
kecelakaan akan tidak terulang lagi.
9. Pengelolaan Material dan Perpindahannya
Elemen ini juga terkait dengan pelaksanaan. Kegiatan ini sangat berpotensi
menimbulkan bahaya karena berkaitan dengan pergerakan material.
Perusahaan harus memiliki sistem pengangkutan, penyimpanan dan
pembuangan material dengan mengintegrasikan aspek K3.
10. Pengumpulan dan Penggunaan Data
Pengumpulan dan penggunaan data meliputi hal pemeliharaan catatan
yang ada dan menyebaluaskan data yang berkaitan dengan catatan K3
dalam rangka pengukuran dan evaluasi. Informasi yang berkualitas
didasarkan pada pengumpulan dan analisis data secara sistematis.
11. Audit SMK3
Kegiatan audit mencakup audit internal yang berarti bahwa dilaksanakan
kegiatan pengukuran penilaian kinerja.perusahaan harus melakukan
peninjauan ulang terhadap sistem manajemen K3 yang diterapkan di
tempat kerja secara berkala untuk meyakinkan bahwa SMK3 telah
berfungsi dengan efektif sesuai dengan perencanaan.
12. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan
Pengembangan Keterampilan dan kemampuan termasuk

kegiatan

perbaikan. Dalam hal ini perusahaan harus memastikan bahwa setiap


karyawan telah memperoleh pelatihan untuk setiap jenis tugas yang
8

dilakukan dengan memperhatikan kemampuan personel dan peraturan


perundangan yang berlaku.
D. Macama-Macam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Sistem Manajemen K3 menurut ILCI
International Loss Control Institute ( ILCI ) yang bertempat di Atlanta,
Amerika

Serikat

dengan

tokohnya

Frank

Bird

mengembangkan

pendekatan Loss Control Manajement. Pada pendekatan ini dijelaskan


bahwa kecelakaan tidak saja mengakibatkan cedera, tetapi juga
mengakibatkan kerugian ( loss ). Bird juga mengungkapkan rasio antara
kecelakaan

yng

menimbulkan

cedera

atau

kejadian

yang

tidak

menimbulkan cedera atau hanya mengakibatkan kerusakan ( damage


accident ). Kejadian yang tidak menyebabkan cedera tetapi menimbulkan
kerugian yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan kejadian
yang mengakibatkan cedera pada manusia ( teori gunung es ). Konsep
yang digunakan dalam pendekatan ini adalah ISMEC ( Identification,
Standard, Measuring of Performance, Evaluating, and Correcting ).
Menurut ILCI ada 20 elemen yang harus dilaksanakan oleh perusahaan
dalam menerapkan sistem manajemen K3, yaitu :
a. Kepemimpinan dan administrasi ( leadership and administration ).
b. Pelatihan untuk manajemen ( management training ).
c. Inspeksi terencana ( planned inspection).
d. Analisis pekerjaan dan prosedur kerja ( task analysis and procedures ).
e. Penyelidikan kejadian dan kecelakaan ( accident/incident
investigation ).
f. Observasi pekerjaan ( task observation ).
g. Tanggap darurat ( emergency preparedness ).
h. Peraturan perusahaan ( organizational rules ).
i. Analisis kejadian dan kecelakaan ( accident/incident analysisi ).
j. Pelatihan karyawan ( employee training ).
k. Alat pelindung diri ( personal protective equipment ).
l. Pengendalian kesehatan ( health control ).
m. Sistem evluasi program ( program evaluation system ).
n. Pengendalian teknis ( engineering control ).
o. Komunikasi individu ( personal communication ).
p. Pertemuan kelompok ( group meeting ).
q. Kampanye umum ( general compaign ).
r. Pengangkatan dan penempatan karyawan ( hiring and placement ).
s. Pengendalian pembelian ( purchasing control ).
t. Keselamatan di luar kerja ( off the job safety ).
2. Sistem Manajemen K3 British Safety Council

British Safety Concil dengan tokohnya James Tye mengeluarkan konsep


K3 yang disebut dengan Five Star Ratting System. Unsur-unsur dalam
pendekatan sistem ini adalah :
a. Kebijakan ( policy ).
b. Pengorganisasian ( organizing ).
c. Perencanaan dan penerapan ( planning and implementation ).
d. Pengukuran kinerja ( measuring performance ).
e. Peninjauan hasil ( reviewing performance ).
f. Audit ( auditing ).
3. Sistem Manajemen K3 Indonesia
Menurut Permenaker No 5 tahun 1996 ada lima prinsip dan dua belas
elemen yang menjadi pedoman untuk menerapan SMK3. Lima prinsi ini
merupkan suatu siklus yang berkesinambungan, sedangkan dua belas
elemen SMK3 ditetapkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
4. Lima Prinsip Peraturan Pemerintah No. 05/Men/1996
Dalam penerapannya sistem manajemen K3 mempunyai ketentuanketentuan yang harus diikuti. Ketentuan ini di jelaskan di dalam Pasal 4,
PerMen 05/96 dan diperjelas melalui lampiran 1 PerMen tersebut. Secara
garis besar ketentuan di dalam pasal 4 ini mengacu sebuah sistem yang
berkelanjutan. Terdapat lima prinsip manajemen yang dijabarkan yakni:

Komitmen &
Kebijakan
Manajemen

Tinjauan Ulang &


Peningkatan
Manajemen

Pengukuran &
Evaluasi

Perencanaan
SMK 3

Penerapan SMK3

a. Komitmen dan kebjakan manajemen


10

Komitmen adalah tekad manajemen dalam melaksanakan system


manajemen K3, yang memerlukan adanya kepedulian atau partispasi
dari tngkat manajer sampai lapisan bawah. Perwujudan komitmen dari
pihak manajemen ditunjukkan dengan jalan seperti :
1) Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja pada
posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan.
2) Menyediakan anggaran, tenaga kerja berkualitas, dan sarana untuk
pelaksanaan K3.
3) Menetapkan personel

yang

mempunyai

tanggung

jawab,

wewenang, dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3.


4) Membuat perencanaan K3 yangterkoordinasi.
5) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.
Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani
oleh pengusaha atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan
tinjauan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3,
kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan
secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional.
Kebijakan K3 harus melewati proses konsultasi dengan tenaga
kerja atau wakilny dan disebarluaskan kepada seluruh tenaga kerja
yang ada dan harus ditinjau ulang karena sifatnya yang dinamis.
b. Perencanaan SMK3
Pada tahap kedua ini, sebuah perusahaan diharuskan merencanakan
untuk memenuhi kebijakan, sasaran

dan tujuan K3 yang telah

ditetapkan. Perencaan yang baik harus memiliki kedua hal yang


penting diterapkan yakni, manajemen risiko yang baik dan pemenuhan
peraturan standar yang ada. Adanya sebuah manajemen risiko, sebuah
perusahaan akan dapat mengidentifikasi sumber-sumber bahaya
(hazard) yang ada kemudian mampu mengendalikannya dengan
konsep K3 yang ada. Kemudian, penetapan tujuan dan sasaran
merupakan sebuah perencanaan yang harus dilakukan dalam mencapai
tujuan sistem manajemen K3. Untuk melihat hasil yang sudah dicapai
dari program kerja yang sudah direncanakan, proses perencanaan juga
harus memasukkan indikator kinerja penerapan program K3.
c. Penerapan SMK3

11

Agar penerapan berjalan dengan efektif maka organisasi harus


mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung untuk
mencapai kebijakan, target dan sasaran K3, yakni :
1) Adanya jaminan kemampuan dalam penerapan dalam hal ini
meliputi :
a) Ketersediaan sumber daya manusia, sasaran dan dana.
b) Kemampuan mengintegrasikan SMK3 dengan manajemen
perusahaan secara selaras dan seimbang.
c) Adanya peran serta semua pihak dalam menerapkan dan
mengembangkan SMK3 dan adanya tanggung jawab dan
tanggung gugat K3, serta memiliki budaya K3 untuk
mendukung penerapan sesuai tujuan.
d) Meningkatkan motivasi dan kesadaran pekerja dan juga semua
pihak dengan jalan antara lain menyediakan forum konsultasi
pekerja dan melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan.
2) Adanya kegiatan pendukung, meliputi :
a) Komunikasi dua arah
b) Prosedur pelaporan informasi yang tepat waktu
c) Pendokumentasian proses dan prosedur perusahaan
d) Pengendalian dokumen
e) Pencatatan dan manajemen informasi
3) Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.
Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk
menentukan

tingkat

risiko

yang

merupakan

tolok

ukur

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.


Selanjutnya dilakukan pengendalian terhadap :
a) Identifikasi sumber bahaya, supaya bahaya yang terjadi dapat
diantisipasi dan dikendalikan dan yang sudah terjadi dapat
ditindaklanjuti.
b) Penilaian risiko, merupakan proses untuk menentukan prioritas
pengendalian terhadaptingkat risiko kecelakaan atau penyakit
akibat kerja (PAK).
c) Tindakan pengendalian.
Dengan pemahaman jenis risiko dan besarnya risiko. Dari hasil
penilaian yang ada pada daftar risiko, ada empat langkah yang
dapat dilakukan dalam pengendalian risiko menurut Hazpak
New South Wale sebagai berikut:

12

Eliminasi Risiko, yaitu menghilangkan sama sekali


peralatan

atau

tidak

menggunakan

peralatan

yang

menimbulkan risiko.
Substitusi Peralatan atau Material, dengan melakukan
desain ulang terhadap peralatan apabila eliminasi tidak

mnungkin dilakukan.
Substitusi Metode, apabila kedua langkah diatas tidak
mungkin dilakukan maka pengendalian dilakukan dengan
jalan mengubah atau merekayasa metode atau peralatan

dengan yang lebih aman.


Menggunakan Alat Pelindung Diri, yang merupakan
langkah terakhir dilakukan untuk melindungi pekerja dari

kecelakaan atau PAK.


- Pengendalian Administrasi.
d. Pengukuran dan Evaluasi
Dalam kaitannya dengan keberhasilan penerapan SMK3 ini perusahaan
harus mempunyai petugas independen yang berwenang mengukur,
memantau, mengevaluasi, dan menganalisis tingkat keberhasilnnya.
Pelaksanaan dalam mengukur keefektifan SMK3 dilakukan dengan
jalan melakukan inspeksi dan audit berkala. Tujuan mengukur kinerja
K3 antara lain :
1) Mengevaluasi efektivitas program K3 di perusahaan.
2) Menumbuhkan motivasi untuk melakukan perbaikan.
3) Dapat melihat suatu perbandingan antara hasil kegiatan yang
sedang dan telah dilakukan dengan rencana yang telah ditetapkan.
4) Dapat mengidentifikasi dengan pasti kegiatan yang berjalan
dengan lancar atau tidak.
5) Memperoleh informasi yang berguna dalam identifikasi dan
penilaian risiko untuk selanjutnya dikendalikan sesuai prioritas.
e. Peninjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen
Seorang pimpinan harus melakukan peninjauan ulang sistem
manajemen K3 secara berkala dan meningkatkan sistem manajemen
K3 dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja K3 secara keseluruhan.
Peninjauan ulang dan peningkatan yang dilakukan oleh manajemen
meliputi: evaluasi penerapan K3, melihat kembali tujuan, sasaran dan
kinerja K3, memaparkan hasil temuan audit sistem manajemen K3 dan
evaluasi kebutuhan dan peningkatan sistem manajemen K3.
13

E. Penerapan Sistem Manajemen K3


Manajemen menurut G.R Terry adalah sebuah proses atas kerangka kerja
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Sebagaimana
pengertian manajemen yang melibatkan pekerja untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasional, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai sebuah aplikasi di
lapangan memerlukan sebuah proses manajemen yang merupakan proses nyata
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian
yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan. K3 sendiri dimaksud untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, dan menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja
(mengamankan pekerjaan dari input sampai proses). Menurut sumamur PK,
keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian sebagai akibat kerja. Hasil formulasi antara pengertian manajemen dan
pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menghasilkan sebuah konsepsi baru
yakni manajemen K3.
Penerapan manajemen K3 ke dalam masalah sebuah sistem manajemen
perusahaan diperjelas dalam Peraturan Menteri No. 03 tahun 1996 oleh
Departemen Tenaga Kerja. Adanya K3 yang teraplikasikan dalam manajemen
perusahaan akan memperkuat peran keselamatan dalam lini visi perusahaan.
Dalam peraturan ini disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan sistem
manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur,
dan sebagainya. Secara garis besar PerMen ini merupakan representasi sistem
manajemen K3 yang diterapkan di Indonesia. Depnaker sebagai regulator
ketenagakerjaan Indonesia mengeluarkan peraturan ini, mempunyai keinginan
kuat untuk melepaskan dunia kerja dari kecelakaan dan kesakitan yang dapat
ditimbulkannya. Zero accident atau angka kecelakaan yang nihil merupakan
sebuah visi yang mendasari Depnaker dalam pembuatan sistem manajemen K3,
walaupun secara probabilistic akan sangat sulit untuk mencapai visi yang sangat
ideal itu dengan mempertimbangkan adanya sebuah kemungkinan kecelakaan
yang tidak dapat diduga-duga.
14

Dalam PerMen 05/96 dijelaskan mengenai perusahaan yang diharuskan


memiliki sistem manajemen K3. Pasal 3 peraturan ini menjelaskan bahwa pada
perusahaan yang memiliki atau mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus
orang, mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
atau bahan produksi, dan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan kerugian,
diharuskan memiliki sistem manajemen K3 dalam perusahaanya. Sistem ini juga
harus diterapkan secara kesatuan oleh pengurus, pengusaha, dan seluruh tenaga
kerja.
Penerapan SMK3 disuatu perusahaan didasarkan pada peraturan Menteri
tenaga kerja No. 05/PERMEN/1996. Pada bab III pasal 3 dikatakan bahwa setiap
tempat kerja yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang/lebih dan
atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan SMK3,
dimana SMK3 ditempat kerja dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha, dan
seluruh tenaga kerja sebagai salah satu kesatuan yang terpadu. Dalam pelaksanaan
SMK3 didasarkan pada lima prinsip dasar SMK3 yang didalamnya terkandung 12
elemen seperti telah diuraikan diatas.
Penerapan SMK3 diperusahaan tidak lah selalu sama, meskipun memakai
prinsip dasar yang sama. Menurut PerMenaker No. 5 tahun 1996 terdapat 5
prinsip dasar yang harus dimiliki 12 elemen yang dijabarkan dalam 166 kriteria
yang pelaksanaanya disesuaikan dengan jenis perusahaan masing-masing. Untuk
perusahaan kecil ada minimal 64 kriteria yang harus dipenuhi, perusahaan sedang
122 kriteria dan perusahaan besar sebanyak 166 kriteria. Penentuan kriteria yang
harus dipenuhi berdasarkan peraturan yang berlaku (diatur dalam peraturan).
Penerapan SMK3 di perusahaan dapat diukur dengan melihat masingmasing kriteria, dan berapa persen yang dipenuhi. Penerapan dikatakan baik jika
mencapai nilai 85-100%. Ketentuan yang telah dikembangkan berkenaan dengan
penerapan SMK3 diperusahaan, adalah:
Persen/jenis

Kecil 64 kriteria

Sedang 122 kriteria Berat 166 Kriteria

perusahaan
0-59%
60-84%

Tindakan hukum
Bendera perak

Tindakan hukum
Bendera perak

Tindakan hukum
Bendera perak

15

85-100%

Sertifikat
Bendera emas
Sertifikat

Sertifikat
Bendera emas
Sertifikat

Sertifikat
Bendera emas
Sertifikat

Di bawah ini disampaikan beberapa contoh perusahaan di Indonesia yang


telah menerapkan sistem manajemen K3.
1. PT. Toyota Astra Motor
PT. Toyota Astra Motor ini termasuk perusahaan besar sehingga harus
memenuhi 166 kriteria yang diharuskan. Penelitian Agustinus H.S. tahun
1998 mengenai penerapan SMK3 di Toyota, Astra Motor menyebutkan
bahwa ada 153 dari 166 kriteria yang dipenuhi sehingga dapat persentase
penerapan sebesar 92,16%
153
x 100 =92,16
166
Nilai yang didapat lebih dari 85% sehingga Toyota Astra Motor berhak
mendapat sertifikat bendera emas.
2. PT. Elnusa Geosanos Pertamina Party AS 87 Blok Kendal Jawa Tengah
Perusahaan ini termasuk ke dalam perusahaan besar dengan tingkat risiko
yang tinggi pula sehingga harus memenuhi 166 kriteria yang telah
ditetapkan.
a. Dari 27 kriteria elemen satu, sebanyak 10 kriteria terlaksana, 1 kriteria
sebagian terlaksana dan 15 tidak terlaksana.
b. Dari 10 kriteria elemen dua, 8 kriteria terlaksana, 1 sebagian terlaksana
dan 1 tidak terlaksana.
c. Dari 8 kriteria elemen tiga, 6 kriteria terlaksana dan 2 tidak terlaksana.
d. Dari 7 kriteria elemen empat, sebanyak 6 kriteria terlaksana dan 1
tidak terlaksana.
e. Dari 7 kriteria elemen lima, sebanyak 6 kriteria terlaksana dan 1 tidak
terlaksana.
f. Dari 39 kriteria elemen enam, sebanyak 20 kriteria terlaksana, 3
kriteria sebagian terlaksana dan 16 tidak terlaksna
g. Dari 15 kriteria elemen tujuh, sebanyak 5 kriteria terlaksana, 3 kriteria
sebagian terlaksana dan 7 tidak terlaksana.
h. Dari 11 kriteria elemen delapan, sebanyak 8 kriteria terlaksana, 1
kriteria sebagian terlaksana dan 2 tidak terlaksana
i. Dari 13 kriteria elemen sembilan, sebanyak 9 kriteria terlaksana,1
kriteria sebagian terlaksana dan 3 tidak terlaksana.

16

j. Dari 7 kriteria elemen sepuluh, sebanyak 3 kriteria terlaksana dan 4


tidak terlaksana.
k. Dari 4 kriteria elemen sebelas, semuanya tidak terlaksana.
l. Dari 16 kriteria elemen dua belas, sebanyak 12 kriteria terlaksana dan
4 tidak terlaksana.
(Eko Utomo, Penerapan SMK3 di PT Elnusa Geosans Pertamina Party AS
87 Blok Kendal Jawa Tengah, 1999). Dari penelitian yang dilakukakn
ternyata hanya 93 kriteria yang terpenuhi sehingga didapat persentase
penerapan sebesar 55,4% 93 x 100% = 55,4%. Menurut Permenaker No. 5
tahun 1996, pelaksanaan SMK3 dibawah 60% akan dikenakan tindakan
hukuman. Menurut UU No. 1 tahun 1970 Pasal 15 hukuman berupa
kurungan 3 bulan atau membayar denda sebesar Rp 100.000.000,.
3. PT Riau Andalan Pulp and Paper, Riau
Jika dilihat dari prinsip I yang meliputi komitmen dan kebijakan
manajemen, PT Riau ini telah menetapkan kebijakan-kebijakan yang
mendukung terlaksananya SMK3. Kebijakan yang ada antara lain
menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang sehat dan aman,
memberikan pendidikan dan pelatihan K3 kepada semua karyawan,
meniadakan kondisi dan tindakan tidak aman dari lingkungan kerja,
mendorong karyawan untuk ikut berpasrtisipasi dalam masalah K3 serta
mengembangkan budaya K3. Pelaksanaan prinsip II (perencanaan SMK3)
dilakukan dengan menyebarkan informasi kepada semua pekerja dengan
mebuat safety pocket yang memuat prosedur-prosedur mengenai
keselamatan kerja dan sign board. Pelaksanaan prinsip III (penerapan
SMK3) telah dilaksanakan dengan baik, contohnya telah dilakukan usaha
pengendalian risiko (identifikasi risiko), pengendalian limbah dengan
prinsip recycle, reuse, recovery, reduction and replacement serta peralatan
kebakaran. Pelaksanaan prinsip IV (pengukuran dan evaluasi), yaitu
inspeksi lapangan, pemantauan kesehatan sudah dilaksanakan, tetapi pada
perusahaan ini belum diterapkan audit internal SMK3. Pelaksanaan prinsip
V (tinjauan ulang dan peningkatan manajemen) antara lain accident
report, non conformance report, pendidikan dan pelatihan. Jika dilihat dari
pelaksanaanya, PT Riau ini telah mendapatkan bendera emas sebgai salah

17

satu perusahaan yang berhasil menerapkan SMK3 dengan persentase


penerapan >85%. Pemberian kriteria bendera ini diberikan sebagai bahan
penilaian penerapan SMK3 (Permenaker No. 05/Permen/1996).
4. Pertamina UPPDN III (Unit Pemasaran Perniagaan dalam Negeri)
Pelaksanaan ke-5 prinsip dan 12 elemen di tempat ini terdapat
ketidaksesuaian sebesar 30 kriteria dari 64 kriteria pemenuhan
pelaksanaan SMK3. Hal ini berarti bahwa penerapan SMK3 hanya sekitar
53% dan jika dilihat dari kriteria keberhasilan menurut Permenaker No.
05/Permen/1996, unit pabrikasi ini dpat dikatakan terjadi pelanggaran
peraturan perundangan dan dikenai tindakan hukum. Ketidaksesuaian yang
terjadi dapat dilihat sebagai berikut :
a. Elemen 1 : 9 kriteria antara lain yaitu tidak ada P2K3, tidak adasaran
dari ahli K3, tidak ada pengurus yang meninjau ulang K3 secara
berkala, tidak ada keterlibatan pekerja dalam hal yang berkaitan
dengan K3.
b. Elemen 2 : 1 kriteria antara lain tidak ada penyebarluasan informasi,
dan ketidaksamaan informasi kegiatan dan maslah K3.
c. Elemen 3 : tidak ada kesesuaian.
d. Elemen 4 : tidak ada kesesuaian.
e. Elemen 5 : kriteria mencakup tidak ada prosedur yang terdokumentasi
untuk melaksanakan pembelian.
f. Elemen 6 : 2 kriteria antar lain tidak ada petugas yang berkompeten,
petugas PPPK yang terlatih dan ditunjuk sesuai dengan peraturan
perundangan.
g. Elemen 7 : 3 kriteria. Kriteria tersebut yaitu standar pemantauan
tempat kerja, tata kerja, dan lingkungan kerja yang terbatas pada faktor
fisik dan kimia.
h. Elemen 8 : 5 kriteria antara lain prosedur pelaporan sumber bahaya,
tidak ada pemberitahuan kepada petugas, tidak ada pelaporan penyakit
akibat kerja penyelidikan kecelakaan, prosedur penyelidikan.
i. Elemen 9 : 7 kriteria antara lain belum ada penyebarluasan informasi
mengenai prosedur pengelolaan material dan perpindahan.
j. Elemen 10 : 1 kriteria yaitu tidak ada prosedur untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, mengarsipkan, memelihara dan menyimpan catatan
K3.
k. Elemen 11 : tidak ada kesesuaian karena telah terdapat audit internal
SMK3.
18

l. Elemen 12 : kriteria yaitu tidak ada program untuk memberiakan


briefing masalah K3 terhadap pengunjung dan mitra kerja.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Perkembangan pesat industry mendorong penggunaan mesin, peralatan
kerja dan bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi,
meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Dengan
demikian, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang timbul termasuk dalamnya
masalah masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
System managemen keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan managem lainya, disuatu
institusi tempat kerja atau perusahaan , seperti managemen produksi, sumber daya
manusia, keuangan dan lain-lain. System managemen K3 diterapkan untuk
menciptakan suatu system keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsure managemen, tenaga kerja. Kondisi dan lingkungan
kerja dalam rangka :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan penyakit akibat kerja
2. Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran , peledakan dan
kerusakan yang akan pada akhirnya melindungi investasi yang ada serta
membuat tempat kerja yang sehat
3. Menciptakan efisien dan produktivitas kerja karena menurunkan biaya
kompensasi akibat sakit dan kecelakaan kerja.
B. Saran
Mahasiswa jurusan keperawatan diharapkan dapat mengerti dan
memahami mengenai keselamatan dan kesehatan kerja serta dapat mengetahui
bagaimana sistem manajemen dari K3 tersebut. Sehingga nantinya mahasiswa
jurusan keperawatan saat komunitas tidak hanya dapat terjun di masyarakat, tetapi

19

diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan di suatu perusahaanperusahaan.


DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Hikmawati, Isna. 2012. Ilmu Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Nuha Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta:
Rineka Cipta
Sardjito.

2012.

Kesehatan

dan

Keselamatan

Kerja.

Available

at

http://ppnisardjito.blogspot.com/2012/06. Diakses tanggal 19 Maret 2015.


http.//jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerjak3.html. Diakses tanggal 19 Maret 2015.

20

Anda mungkin juga menyukai