BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.2. PEMBAHASAN
1. Pengaruh Konsentrasi Katalis Terhadap Reaksi Hidrolisa Pati
t (menit)
0.9
0.8
0.7
0.6
HCl 0,05 N
0.5
HCl 0,15N
X pati 0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
10
15
20
+
H
dari katalis
P2
asam bergabung dengan pati membentuk suatu intermediet (kompleks pati). Kompleks pati
tersebut kemudian diikat oleh ion -OH yang berasal dari air membentuk glukosa ( Mastuti
dkk., 2010). Katalis digunakan untuk menurunkan energi aktivasi, dikarenakan Penggunaan
katalis tersebut mampu mendorong aktivitas penguraian molekul air dengan adanya
kandungan ion hidrogen pada asam (Rina,2012), apabila energi aktivasi semakin kecil
maka akan memperbesar konstanta kecepatan reaksi, sesuai persamaan Arrhenius :
k = A exp(-Ea/RT
Dengan :
k
= frekuensi tumbukan
= konstanta gas
= temperatur
Ea = energi aktivasi
( Levenspiel, 1985)
Konstanta kecepatan reaksi yang semakin besar menyebabkan konversi semakin
besar, menurut persamaan :
-ln (1Xpati) = kt + c
kt
Xpati
= 1- e
(elista.akprind.ac.id)
Oleh karena itu semakin tinggi konsentrasi maka konversi pati yang dihasilkan semakin
besar.
P2
t ( menit)
2
1.8
1.6
1.4
1.2
HCl 0,05 N
HCl 0,15 N
-ln(1-Xp)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
10
15
20
1
sedangkan pada variabel 2 nilai k sebesar 0,0539 menit
. Grafik
4.2.1. menunjukkan nilai k pada kosentrasi katalis 0,15 N lebih besar dari nilai k pada
konsentrasi katalis 0,05 N.
Ion
+
H
(kompleks pati). Kompleks pati tersebut kemudian diikat oleh ion -OH yang berasal dari
air membentuk glukosa.
Katalis menurunkan energi aktivasi dengan menurunkan energi intermediet
sehingga energi yang harus dilewati untuk menjadi produk menjadi kecil. Energi aktivasi
reaksi merupakan banyaknya energi minimum yang dibutuhkan oleh reaksi agar reaksi
dapat berlangsung.. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut
P2
P2
Xpati
kt
= 1- e
(elista.akprind.ac.id)
Dari persamaan diatas, maka diperoleh nilai konstanta k pada setiap variabel :
Tabel 4.1.1 Hasil Percobaan Hidrolisa Pati Variabel 1 (Katalis 0,05N)
X pati ( HCl 0,05N)
0,383
0,444
0,1172
0,566
0,0835
0,596
0,0604
0,162
0,0581
4. Back to Titration
Titrasi kembali (Back titration), cara ini dilakukan bila sampel tidak bereaksi
dengan larutan baku atau reaksinya lambat. Dalam hal ini ditambahkan zat ketiga
(Fehling A dan Fehling B) yang telah diketahui kepekatannya dan jumlahnya diukur
tetapi berlebihan dan kelebihannya dititrasi dengan larutan baku ( Glukosa Standart).
Untuk metode back to titration dengan cara menambahkan titran secara berlebih,
setelah reaksi dengan analit berjalan sempurna, kelebihan titran ditentukan dengan
P2
menitrasi dengan larutan standar lainnya( Glukosa standart). Dengan mengetahui mmol
titran dan menghitung mmol yang tak bereaksi, akan diperoleh mmol titran yang
bereaksi dengan analit.
( Agus Rusgiyono,2013)
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
1. Semakin tinggi konsentrasi katalis maka konversi pun semakin tinggi, hal tersebut
dikarenakan pada konsentrasi HCl 0,15N memiliki ion H+ yang lebih banyak
dibandingkan katalis HCl 0,05N. Semakin banyak ion H+ maka pemutusan untuk menjadi
monomer monomer lebih baik sehingga konversi pati yang dihasilkan lebih banyak
P2
1
konsentrasi katalis 0,05 N yaitu sebesar 0,0335 menit
.
3. Konversi yang didapat dipengaruhi oleh konstanta kecepatan reaksi. Semakin besar
konstanta kecepatan reaksi maka konversi yang diperoleh pun semakin tinggi
4. Hidrolisa pati merupakan hidrolisa yang menggunakan teori back to titrarion
V.2 SARAN
1
2