BAB I
PENDAHULUAN
Hidrodinamika Reaktor
Hidrodinamika Reaktor
BAB II
LANDASAN TEORI
Hidrodinamika Reaktor
dinamis, sparger ditempatkan padariser dan atau downcomer yang dapat diubahubah letaknya.
Parameter yang penting dalam perancangan reaktor air lift adalah hold up gas.
Hold up gas pada bagian riser dan downcomer yang besarnya dipengaruhi oleh
laju sirkulasi cairan dan koefisien disperse cairan dalam berbagai dareah. Dalam
aplikasi reaktor air lift terdapat dua hal yang mendasari mekanisme kerja dari
reaktor tersebut, yaitu hidrodinamika dan transfer gas-cair.
Hidrodinamika reaktor mempelajari perubahan dinamika cairan dalam reaktor
sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor dan karakterisik cairannya.
Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas (rasio volume gas terhadap volume
gas cairan dalam reaktor) dan laju sirkulasi cairan disperse dalam fase tersebut.
Internal Loop
Eksternal Loop
Gambar 2.1 Tipe reaktor air lift
Hidrodinamika Reaktor
=
Dimana
= hold up gas
VL
....(1)
Hold up gas digunakan untuk menentukan waktu tinggal gas dalam cairan. Hold
up gas dan ukuran gelembung mempengaruhi luas permukaan gas cair yang
dierlukan untuk perpindahan massa. Hold up gas tergantung pada kecepatan
kenaikan gelembung, luas gelembung dan pola aliran, inverted manometer adalah
manometer yang digunakan untuk mengetahui beda tinggi cairan akibat aliran
gas, yang selanjutnya dipakai pada perhitungan hold up gas () pada riser dan
Hidrodinamika Reaktor
downcomer. Besarnya hold up gas pada riser dan downcomer dapat dihitung
dengan perdamaan :
Dimana :
....(2)
....(3)
....(4)
= hol up gas
Hold up gas total dalam reaktor dapat dihitung dari keadaan tinggi dispersi pada
saat aliran gas masuk reaktor sudah mencapai keadaan tunak (steady state).
Persamaan untuk menghitung hol up gas total adalah sebagai berikut:
=
Dimana
= hold up gas
ho
hi
....(5)
Hubungan antara hol up gas riser (r) dan donwcomer (d)dapat dinyatakan
dengan persamaan 6 :
=
....(6)
Hidrodinamika Reaktor
Dimana : Ar
Ad
Sirkulasi cairan dalam reaktorair lift disebabkan oleh perbedaan bulk densitas
fluida, riser dan downcomer. Sirkulasi fluida ini dapat dilihat dari perubahan
fluida, yaitu naiknya aliran fluida pada riser dan menurunnya aliran pada
downcomer. Besarnya laju sirkulasi cairan (Uld) dapat dihitung dengan
persamaan 7 (Blanke, 1979):
=
Dimana : ULd
....(7)
Lc
tc
= waktu (jam)
Laju sirkulasi tidak dihitung pada semua bagian, rata-rata laju sirkulasi cairan
dihitung hanya pada satu daerah. Sedang hubungan antara laju aliran cairan pada
riser dan downcomer ditunjukan pada persamaan 8 (Coulson and Richardson,
1997) :
ULr.Ar = ULd.Ad
Dimana : ULr
....(8)
ULd
Ar
Ad
....(9)
....(10)
Hidrodinamika Reaktor
Dimana : VLr
VLd
....(11)
= fluks massa
kLa
C1
C2
Hidrodinamika Reaktor
=
Dimana: C
....(12)
= 12
Dimana : Nsh
1,07
....(13)
= bilangan Sherwood
Sc
= bilangan schmid
Reg
= bilangan Reynold
Fr
= bilangan Frandh
Bo
= bilangan Bodenstein
(1 +
....(14)
Koefisien perpindahan gas-cair merupakan fungsi dari laju alir udara atau
kecepatan
superficial
gas,
viskositas,
dan
luas
area
riser
dan
] (mol s-1)
....(15)
Hidrodinamika Reaktor
10
Dimana :
Vi
Fg
koi
Coi
Dimana:
( )
) ....(16)
C*oi
koi
= waktu (jam)
Dengan asumsi bahwa koi A dan Coi konstan, tidak terpengaruh waktu. Hal
ini juga berlaku :
Coi () = konsentrasi keseimbangan pada kondisi tetap.
OUR = koi A (Coi Coi ()) (
....(17)
t1
= waktu (jam)
t2
= waktu (jam)
()
()
(
(
)
)
....(18)
Hidrodinamika Reaktor
Coi ()= Coi (OUR=0) sama baiknya dengan konsumsi oksigen pada
fermentasi.
3. Metode Serapan Kimia
Metode ini berdasarkan reaksi kimia dari absorpsi gas (O2, CO2)
dengan penambahan bahan kimia pada fase cair (Na2SO3, KOH). Reaksi ini
sering digunakan pada reaksi bagian dimana konsentrasi bulk cairan dalam
komponen gas sama dengan nol dan absorpsi dapat mempertinggi
perpindahan kimia.
4. Metode Kimia OTR-Coi
Metode ini pada dasarnya sama dengan metode OTR-Cd. Namun,
seperti diketahui beberapa sulfit secara terus-menerus ditambahkan pada
cairan selama kondisi reaksi tetap dijaga pada daerah dimana nilai Coi dapat
dideteksi. Coi dapat diukur dikalkulasi dari penambahan sulfit. Juga reaksi
konsumsi oksigen yang lain dapat digunakan.
5. Metode Sulfit
Metode ini berdasarkan pada reaksi reduksi natrium sulfit. Mekanisme
reaksi yang terjadi :
Reaksi dalam reaktor
= (ro-rn) mmol/L
= 13 mmol/L
/
.
11
Hidrodinamika Reaktor
= C*q
kLa
=
=
= E s-1
(
( .
Untuk bioreaktor
12
Hidrodinamika Reaktor
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pipet tetes
e. Gelas ukur
f. Sendok reagen
g. Gelas arloji
h. Rotameter
i.
Inverted manometer
j.
Erlenmeyer
k. Sparger
l.
Tangki cairan
m. Reaktor
n. Picnometer
13
Hidrodinamika Reaktor
Tinggi cairan
= 95 cm
Panjang lintasan = 40 cm
= 4L/m
b. Variabel berubah
14
Hidrodinamika Reaktor
15
Hidrodinamika Reaktor
i.
16
Hidrodinamika Reaktor
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
cairan
Na2SO3(N)
(gr/ml)
total
0,02
0,953
0,0038
0,063
0,0048
0,03
0,956
0,0051
0,076
0,0061
0,04
0,982
0,01
0,013
0,011
Hold Up Gas
b. Laju sirkulasi
Tabel 4.2 Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Sirkulasi
c.
Konsentrasi
Ulr
Uld
Na2SO3(N)
(cm/s)
(cm/s)
0,02
16,16
23,67
0,03
13,92
20,83
0,04
11,58
16,93
kLa rata-rata
Tabel 4.3 Pengaruh Konsentrasi terhadap kLa rata-rata
Konsentrasi
Na2SO3(N)
0,02
0,636
0,03
0,837
0,04
0,998
17
Hidrodinamika Reaktor
18
kLa (L/s)
Konsentrasi
Konsentrasi
Konsentrasi
Na2SO3(0,02N)
Na2SO3(0,03N)
Na2SO3(0,04N)
1,221
1,833
2,444
10
0,610
0,916
1,222
15
0,407
0,611
0,814
20
0,305
0,0,458
0,611
0,367
0,489
25
30
0,407
4.2 Pembahasan
Hold
Up Gas
1.
0.015
0.01
0.005
d
total
0
0.02
0.03
0.04
konsentrasi.
Hal
tersebut
karena
semakin
besar
Hidrodinamika Reaktor
19
densitas semakin besar. Dengan densitas yang semakin besar, maka hold up
gas akan meningkat. Hal tersebut sesuai dengan rumus:
N =
=
valensi (1)
.(2)
...(3)
dan r
besar sehingga
daripada h total maka fraksi udara akan bertambah besar pada downcomer
sehingga d akan lebih besar. Hal tersebut sesuai dengan persamaan :
=
..(5)
.(6)
.(7)
Hidrodinamika Reaktor
Laju Sirkulasi
(cm/s)
2.
20
25
20
15
10
5
0
Ulr (cm/s)
Uld (cm/s)
0.02
0.03
0.04
valensi(1)
= .(2)
=
=
..(3)
(4)
Hidrodinamika Reaktor
21
3.
kLa(L/s)
(kLa).
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
kLa
0.02
0.03
0.04
Konsentrasi
Na2SO3 (N)
Dari grafik dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi maka harga
kLa juga semakin besar . Hal tersebut sesuai dengan percobaan yang dilakuakan.
Fenomena tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan persamaan:
Mol Na2SO3 mula-mula(a)
Mol I2 excess(b)
kLa
V. reaktor
V. KI
b
(a c)
.
,
V. Na S O
Hidrodinamika Reaktor
4.
3
Na2SO3
0.02 N
kLa (L/s)
2.5
2
Na2SO3
0.03 N
1.5
1
Na2SO3
0.04 N
0.5
0
0
10
15
20
25
30
t (menit)
22
Hidrodinamika Reaktor
Dengan waktu yang sama dari grafik di atas menunjukkan harga kLa untuk masing
masing variabel berbeda. Hal ini dikarenakan konsentrasi Na2SO3 di dalam reaktor
yang menyebabkannya. Semakin besar konsentrasi Na2SO3 maka mol Na2SO3 yang
terbentuk juga semakin besar yang menyebabkan mol O2 yang bereaksi semakin
besar sehingga mol O2 yang masuk reaktor pada waktu yang sama untuk konsentrasi
yang lebih besar akan lebih banyak yang masuk sehingga kLa juga semakin besar.
(Levenspiel,1972; Laboratorium Proses kimia, 2012)
23
Hidrodinamika Reaktor
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka hold up gas semakin besar.
2. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka koefisien transfer massa gas-cair
makin besar.
3. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka laju sirkulasi semakin kecil.
4. Semakin lama waktu Na2SO3 yang bereaksi dengan O2, maka koefisien
transfer massa gas-cair semakin kecil.
5.2 Saran
1. Pembuatan amilum harus sesuai prosedur dan disimpan pada tempat yang
gelap.
2. Teliti saat titrasi dalam menentukan TAT.
3. Menentuka panjang lintasan (Lc) ,jangan terlalu pendek..
4. Teliti saat melihat perubahan pada inverted manometer.
24
Hidrodinamika Reaktor
DAFTAR PUSTAKA
Blenke,H.1979.Loop Reactor.Adv Biochem Eng 13:121-124
Christi, M.Y. 1989. Air Lift Bioreactor. El Sevier Applied Science, London.
Christi, M.Y., and Mooyoung, M. 1988. Prediction of Liquid Circulation Velocity in
Air-Lift Reactor with Biological Media. J. Chem. Technol Biotechnol.
Christi, M.Y., and Mooyoung, M. 1988. Relationship Between Riser and
Downcommer Gas Hold Up in Internal Loop Air-Lift reactor with Gas-Liquid
separators. Chem. Eng.
Coulson,J.M.,dan Richardson,J.I.1997.Chemical Engineering 3rd ed.Pergamon
press:Oxfrod.
Ground, G.A., Schumple, and W.D. Decker. 1992. Gas-Liquid Mass Transfer in
Bubble Column with Organic Liquids. Chemical Engineering Science page
3509-3516. Pergamon Press Ltd.
Hendri. 2010. Studi Hidrodinamika dan Kinetika Absorbsi CO2 Kolom
gelembung pancaran (Jet Bubble Column).Semarang.
Listyono, Reza. http://scribd.com/Rheza_Listyono/d/870559/Hidrodinamika_Reaktor
23 November 2012,, pukul 09.00.
Laboratorium Proses Kimia.2012.Hidrodinamika Reaktor.Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Levenspiel, O.,1972, Chemical Reaction Engineering, 2nd ed. John Wiley and
Sons,Inc., New York, NY, USA,pp. 114-115
25
Hidrodinamika Reaktor
Martinov, M., And S.D. Vlaev. 2002. Increasing Gas-Liquid Mass Transfer
Instirred Power Law Fluids by Using a New Energy Saving Impeller.
Chemical Biochemical Engineering.
Merchuk, U.C., and S. Ben Zui (yona). 1992. A Novel Approach to the Corelation
of Mass Transfer Rates in Bubble Column with Non Newtonian Liquids.
Chemical Engineering Science page 3517-3523. Pergamon Press Ltd.
Propovic,M.dan Robinson,C.W.1988. .xternal Circulation Loop Air Lift
Bioreactors:study of the liquid circulating velocity in highly viscous nonnewtonian liquids.Biotechnol.Bioeng.,32,301-312.
Wilson, J.M., and Richardson, J.F. 1997. Chemical Engineering. 3rd ed. Pergamon
Press : Oxford.
26