Anda di halaman 1dari 10

Universitas Riau

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia


Mata Kuliah : Perancangan Alat Proses

Mekanisme Slurry Reaktor


1. Slurry Bubble Column Reactor

Slurry Bubble Column Reactor disebut juga reaktor slurry merupakan bejana silinder
vertical sederhana yang melibatkan kontak antara tiga fasa. Suspensi cairan dan katalis padat
disebut dengan slurry. Fasa gas terdispersi melalui fasa cairan dengan menggunakan gas
distributor pada bagian bawah kolom, aliran cairan dan aliran gas dapat dioperasikan dalam co-
current maupun counter current. Katalis yang ditambahkan pada reaktor slurry berkisar antara
0,15- 0,3 fraksi volume (Schweitzer & Viguie, 2009). Menurut Gandhi (1997), tipe reaktor ini
menggunakan fasa padat sebagai katalis dengan ukuran diameter partikel paling besar 0,5 mm.
Sifat dari reaktor slurry hampir sama dengan reaktor bubble. Menurut Wang dkk (2007), “reactor
aspect ratio” yang merupakan pembanding tinggi dengan diameter reaktor harus lebih besar dari
5. Representasi sederhana dari reaktor slurry dapat dilihat pada Gambar

Gambar 2.1. Reaktor Slurry [sumber : Gandhi, 1997]

Salah satu ilustrasi dari aliran multifasa pada reaktor kolom gelembung adalah sebagai
berikut. Reaktor berisi dengan air dan gelembung gas yang dimasukkan dari bagian bawah reaktor.
Karena adanya gaya apung, gelembung kemudian naik ke bagian atas reaktor, menginduksi cairan
yang bergerak secara bebas. Lebih jauh lagi, saat gelembung naik ke atas melalui air, gas akan
terlarut dari gelembung ke dalam cairan.

Pada aliran multifasa dalam reaktor kolom gelembung, aliran yang masuk bersifat turbulen
dan dapat menyebabkan pertukaran gas dengan cairan yang nilainya optimal. Kolom reaktor
dibangun dengan beberapa bentuk konstruksi. Proses pencampuran terjadi karena adanya
semprotan gas dan membutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan pengadukan
mekanis. Cairan yang dimasukkan dapat berupa aliran sejajar atau aliran menyilang.

Reaktor kolom gelembung digambarkan dengan volume isi cairan yang nilainya tinggi dan
permukaan perbatasan fasa. Reaktor kolom gelembung sangat berguna apabila reaksi gas-cairan
berjalan lambat yang berhubungan dengan laju absorpsi. Hal ini berlaku untuk reaksi gas-cairan
yang harga bilangan Hatta (Ha) kurang dari 0,3.

Bilangan Hatta merupakan parameter tak berdimensi yang membandingkan antara laju
absorpsi zat terlarut A dalam sistem reaktif (NA0) terhadap laju absorpsi dari zat terlarut A (zat
yang sama) dalam kasus absorpsi fisis (NA0 phys).

Reaktor slurry digunakan pada beberapa proses diantaranya adalah:

1. Hidrogenasi
Hidrogenasi merupakan reaksi hidrogen dengan suatu senyawa organic. Salah satu
contohnya adalah hidrogenasi asam lemak yaitu pembuatan margarin. Proses ini dilakukan
pada suhu berkisar antara 230-260 oC dengan tekanan reaktor yang berkisar antara 0,7-9
bar, katalis yang digunakan adalah logam nikel (O'Brien, 2009).

2. Oksidasi
Salah satu contoh proses oksidasi adalah oksidasi gas SO2 menjadi larutan asam sulfat.
Fasa gas pada proses ini adalah gas SO2 dan O2, fasa cair berupa air dan fasa padat berupa
suspensi karbon aktif (dp=0,03mm). Kondisi operasi dilakukan pada suhu dan 22o -25oC
dan tekanan atmosferik. Secara sederhana proses yang terjadi gas SO2 dioksidasi oleh
oksigen menjadi SO3 dengan bantuan katalis karbon aktif. Kemudian SO3 akan terlarut
dalam air sehingga didapat larutan asam sulfat, berikut adalah reaksi yang terjadi
(Komiyama & Smith, 1975).
SO2 (g) + ½ O2 (g)  SO3(g)
SO3 (g) +H2O (l)  H2SO4(aq)
3. Fischer-Tropsch
Proses Fischer-Tropsch adalah suatu proses untuk menghasilkan hidrokarbon cair (synfuel)
sebagai bahan bakar dari gas CO dan H2 (syngas). Tiga fasa yang saling berkontak di dalam
reaktor gelembung ini adalah:
a. Fasa gas Fasa gas pada reaktor gelembung ini adalah umpan syn-gas, yang berupa
campuran gas karbon monoksida dan hidrogen.
b. Fasa cair Fasa cair pada reaktor gelembung ini adalah produk reaksi yang berupa
campuran hidrokarbon cair dan air.
c. Fasa padat Fasa padat pada reaktor gelembung ini adalah katalis padat yang berfungsi
untuk menurunkan energi aktivasi reaksi. Katalis yang umum digunakan pada proses
Fischer-Tropsch adalah padatan besi, kobalt, nikel, atau ruthenium.

Pada proses Fischer-Tropsch, fasa gas (syn-gas) harus berkontak dengan fasa padat
(katalis) supaya reaksi pembentukan hidrokarbon cair dapar berlangsung. Fasa padat, yaitu
katalis, disuspensikan ke dalam pelarut yang berupa air, etanol, toluena, dan lain-lain. Hasil
pencampuran katalis dan pelarut adalah satu campuran homogen yang disebut dengan
slurry. Syn-gas yang berperan sebagai katalis dipompakan dan didispersikan dari bagian
bawah reaktor. Hasil pendispersian fasa gas ini adalah gelembung yang kemudian bergerak
naik ke atas reaktor. Selama mengalir ke atas, gas dari gelembung terabsorbsi oleh slurry,
sehingga gelembung akan menghilang.

4. Proses Fermentasi
Fermentasi adalah reaksi kimia yang banyak diterapkan di industri biokimia dan farmasi.
Tiga fasa yang saling berkontak di dalam reaktor gelembung ini adalah:
a. Fasa gas: umpan gas yang berupa gas oksigen.
b. Fasa cair: Fasa cair pada reaktor gelembung ini adalah pelarut yang berupa air dimana
air tidak akan ikut bereaksi dengan reaktan yang diumpankan ke dalam reaktor.
c. Fasa padat Fasa padat pada reaktor gelembung ini adalah sel, dimana sel akan bereaksi
dengan umpan oksigen dan terjadi reaksi fermentasi.

Pada proses fermentasi, fasa gas (oksigen) dipompakan dan didispersikan ke dalam reaktor.
Hasil pendispersian fasa gas ini adalah gelembung yang kemudian bergerak naik ke atas
reaktor. Selama mengalir ke atas, gas dari gelembung bereaksi dengan sel. Hasil reaksi
fermentasi adalah sel dengan konsentrasi dan produktivitas yang lebih tinggi.

2. Fasa-Fasa pada Slurry Bubble Column Reactor


Sesuai dengan namanya, yaitu reaktor gelembung tiga fasa, reaktor ini merupakan suatu
reaktor yang mengkombinasikan sifat-sifat fluida gas, fluida cair, dan padatan untuk menunjang
proses terjadinya suatu reaksi kimia. Arah gerak aliran dari slurry yang berada di dalam reaktor
gelembung tiga fasa bisa searah, berlawanan arah, ataupun batch terhadap arah aliran gelembung
gas. Sementara itu, arah aliran gelembung gas adalah ke atas.

2.1 Fasa Gas


Fasa gas yang akan didispersikan dan dialirkan ke dalam reaktor adalah fluida yang berisi
reaktan dari reaksi kimia yang akan dilangsungkan. Fasa gas ini bisa saja mengandung hanya satu
atau lebih dari satu reaktan. Laju alir superfisial fasa gas yang melalui reaktor harus lebih kecil
dari laju alir superfisial fasa cair di dalam reaktor, yaitu sekitar 0 cm/s sampai 2 cm/s. Laju alir
fasa gas akan menentukan pola zona aliran ketiga fasa yang terbentuk di dalam reaktor.

2.2 Fasa Cair


Fasa cair yang berada di dalam reaktor adalah fluida yang bisa berperan sebagai reaktan
dan/atau produk dari reaksi kimia yang akan dilangsungkan. Fasa cair ini mengandung reaktan,
produk, atau inert. Laju alir superfisial fasa cair di dalam reaktor harus lebih besar dari laju alir
superfisial gas, yaitu sekitar 1 cm/s sampai 50 cm/s.

2.3 Fasa Padat


Ukuran dari partikel padat yang berada di dalam reaktor ini bervariasi antara 5 μm sampai
150 μm. Padatan yang pada dasarnya berperan sebagai katalis ini mengisi sampai skeitar 50% dari
volume total slurry. Perlu diperhatikan bahwa fenomena reaksi, perpindahan massa, dan
perpindahan kalor sangat ditentukan oleh sifat-sifat fasa yang terlibat di dalam reaktor ini. Laju
alir superfisial fasa gas, properti fasa cair, dan konsentrasi fasa padat di dalam reaktor adalah tiga
faktor utama yang menentukan reaksi yang terjadi pada reaktor gelembung tiga fasa.

3. Hidrodinamika Reaktor
Sifat hidrodinamika Reaktor Slurry sangat bergantung pada rezim aliran operasi. Ada 3
rezim aliran yang dominan pada Reaktor Slurry. Menurut Gandhi (1997), rezim tersebut terdiri
dari rezim aliran bubbly, rezim aliran coalesced bubble dan rezim aliran slug, dapat dilihat pada
gambar 2.2.

Gambar 2.2. Rezim aliran pada reaktor slurry [sumber: George K, 2015]

Salah satu cara yang efektif untuk menyajikan rezim aliran yang terjadi dalam reaktor
slurry adalah dengan menggunakan diagram rezim aliran. Gambar 2.3 menunjukan beberapa
perkiraan rezim aliran berdasarkan perubahan kecepatan superfisial gas dengan diameter kolom,
dilakukan secara semibatch menggunakan sistem udara-air pada suhu dan tekanan ambient
(Gandhi, 1997). Pada Gambar 2.4 ditunjukan peta rezim aliran yang lain berdasarkan kecepatan
superfisial gas dengan kecepatan superfisial cairan. Dilakukan pada suhu dan tekanan ambient
dengan ukuran kolom sebesar 0,0826 m (Shaikh, 2007).
Gambar 2.3. Zonasisasi rezim aliran dalam reaktor slurry [sumber: Gandhi, 1997]

Gambar 2.4. Rezim aliran yang terbentuk di reaktor slurry dalam berbagai laju superfisial gas
dan laju superfisial cairan [sumber: Shaikh, 2007]

3.1 Rezim Discrete Bubble Flow


Rezim ini dikenal juga sebagai rezim aliran heterogen yang ditandai dengan gelembung
yang jarang muncul. Rezim ini dapat ditemukan dalam kecepatan superfisial gas yang sangat
rendah yaitu dibawah 0,01 m/s (Shaikh, 2007).

3.2 Rezim Bubbly Flow


Rezim aliran bubbly disebut juga sebagai dispersed bubble dan dikenal juga sebagai rezim
aliran homogen, keberadaan rezim ditandai dengan adanya gelembung kecil dengan ukuran yang
sama dan semua gelembung serupa bentuknya. Rezim ini dapat ditemukan dalam kecepatan
superfisial gas yang rendah, terutama pada kecepatan superficial gas kurang dari 0,05 m/s pada
operasi semibatch (George, 2015). Dalam rezim ini, gelembung kecl terdistribusi merata pada
seluruh bagian pada kolom. Kebanyakan gelembung yang terbentuk berukuran seragam dengan
diameter kurang dari 6mm. Dengan meningkatnya kecepatan superfisial gas akan meningkatkan
gas holdup secara sangat cepat. Pada kenyataanya, gas holdup proporsional terhadap kecepatan
superfisial gas pada rezim ini (Gandhi, 1997).

Gambar 2.5. Rezim aliran Bubbly [sumber: George K, 2015]

3.3 Rezim Coalesced Bubble Flow


Jika kecepatan superfisial gas melebihi 0,05 m/s, rezim aliran coalesced bubble (disebut
juga dengan rezim aliran heterogen atau turbulen) dapat terlihat. Rezim aliran Coalasced Bubble
ini ditandai dengan adanya ukuran gelembung yang beragam, dengan setiap gelembung memiliki
kecepatan kenaikan gelembung tersendiri. Secara umum, dua jenis kelas gelembung dapat
ditemukan pada rezim ini, kelas gelembung besar dan kelas gelembung kecil. Biasanya, kelas
gelembung kecil berisikan gelembung-gelembung kecil dengan diameter mulai dari 3mm sampai
6mm. Gelembung-gelembung ini kebanyakan berbentuk spherical ketika diameter rata-rata
kurang dari 5 mm. Gelembung dengan diameter lebih dari 5mm berubah bentuk menjadi
elipsodial. Kelas gelembung besar memliki ukuran gelembung minimum 10 mm. Ketika diameter
gelembung lebih besar dari 20 mm, bentuk gelembung dapat seperti spherical cap (Gandhi, 1997).
Gambar 2.6. Rezim aliran Coalasced Bubble [sumber: George K, 2015]

3.4 Rezim Slug Flow


Rezim ini kebanyakan dapat terlihat pada reaktor dengan diameter yang kecil dan laju alir
gas yang tinggi. Gelembung yang terbentuk akan menempati seluruh diameter kolom yang akan
menyebabkan aliran tersumbat. Untuk cairan dengan viskositas tinggi, rezim aliran slug terlihat
pada kecepatan superfisial gas yang rendah dan dalam diameter kolom yang besar rezim aliran
slug tidak terlihat (Gandhi, 1997).

Gambar 2.7. Rezim aliran Slug [sumber: George K, 2015]


3.5 Rezim Transition Flow
Rezim ini tidak memiliki karakter gelembung khas, rezim aliran transisi terjadi ketika
kecepatan superfisial gas dirubah signifikan. Namun, rezim aliran transisi ini tidak memiliki nilai
kecepatan superfisial gas yang spesifik. Kolom memasuk rezim transisi sebelum berubah dari
rezim bubbly menjadi rezim coalesced bubble atau dari rezim coalesced bubble menjadi rezim
slug. Beberapa pengamatan telah dilakukan berkaitan sifat hidrodinamik pada bubble column
seperti transisi dari rezim aliran bubbly ke rezim aliran coalesced bubble. Pada banyak kasus, rezim
ini ditandai dengan peningkatan dalam adanya fasa gas dekat pusat kolom serta terjadi
penggabungan gelembung menjadi besar dan meningkatnya sirkulasi fasa cair (George, 2015).

4. Koefisien Perpindahan Massa


Laju transfer massa keseluruhan per satuan volume dispersi dalam kolom gelembung
dipengaruhi oleh koefisien transfer massa sisi-liquid k1a dengan mengasumsikan bahwa hambatan
pada sisi gas diabaikan. Dalam reaktor kolom gelembung, k1a dipengaruhi oleh variasi luas
permukaan kontak Koefisien transfer massa volumetrik (k1a) meningkat dengan penambahan laju
gas, densitas gas, dan tekanan. Sementara itu, koefisien transfer massa volumetric akan berkurang
dengan penambahan konsentrasi padatan dan viskositas liquid. Pada gelembung kecil, kerbedaan
surfaktan akan meningkatkan k1a. Untuk memperoleh transfer massa yang efektif, keberadaan
gelembung yang besar harus dihindari (dicegah) dalam kolom reaktor industrial.

5. Koefisien Perpindahan Panas


Salah satu keunggulan jenis reaktor gelembung 3 fasa ini adalah laju perpindahan panas
dalam reaktor ini 100 kali lebih besar daripada aliran fasa tunggal. Pengukuran perpindahan panas
pada sistem dua dan tiga fasa dapat dibagi menjadi :

(1) Perkiraan koefisien transfer panas bed menuju dinding kolom


(2) Perkiraan koefisien transfer panas obyek tenggelam menuju bed

Pengukuran koefisien perpindahan panas memerlukan sumber panas dan pengukuran suhu
permukaan dan bed kolom. Untuk memperkirakan koefisien transfer panas lokal sesaat h (W/m2
.oC) untuk obyek yang dipanaskan menuju sistem bed misalnya, maka diperlukan nilai perbedaan
suhu antara permukaan probe dan suhu ruah (ΔT,oC) dan fluks transfer panas (Q, W/m2). Koefisien
transfer panas meningkat dengan kenaikan suhu, laju superfisial gas, dan ukuran partikel.
Sebaliknya, koefisien transfer panas akan menurun dengan dengan kenaikan liquid viskositas dan
densitas partikel. Peningkatan koefisien transfer panas dengan kenaikan konsentrasi padatan
diiringi dengan peningkatan viskositas slurry yang menghasilkan ukuran gelembung yang lebih
besar dan kecepatan naik gelembung yang lebih besar serta laju transfer panas yang lebih besar.
Pengukuran transfer panas pada arah aksial menunjukkan bahwa koefisien transfer panas pada
daerah bulk lebih tinggi daripada di daerah distributor. Koefisien transfer panas pada bagian tengah
kolom lebih tinggi dibandingkan pada bagian dekat dinding kolom. Hal ini disebabkan karena
gelembung besar berkumpul pada bagian tengah kolom dan gelembung besar lebih efektif dalam
mendukung transfer panas pada sistem.

Gambar 14. Korelasi Koefisien Transfer Massa untuk Reaktor Gelembung


(Sumber: Kantarci, 2004)

Anda mungkin juga menyukai