Anda di halaman 1dari 16

Keselamatan Keamanan dan Kesehatan (K3)

Insiden Dan Perencanaan Emergency


1. Identifkasi kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan pencemaran
a. Penjelasan jenis pencemaran lingkungan akibat kondisi lingkungan kerja
yang tidak memenuhi persyaratan kerja Pada kegiatan pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung, terjadinya pencemaran lingkungan tidak hanya
terjadi akibat dari kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
sendiri, tapi timbul juga dari kondisi lingkungan kerja yang kurang
mendukung.
1) Pencemaran udara terjadi akibat pengoperasian kendaraan di area lokasi
bangunan gedung karena kondisi area bangunan gedung tidak bersih
2) Pencemaran udara terjadi akibat jalan umum yang menuju dan yang
keluar dari bangunan gedung sangat padat kendaraan
3) Pencemaran limbah cair dari bangunan penangkap atau interceptor yang
meluap dan tercampur dengan sisa-sisa sampah, dan masuk ke dalam
saluran drainase yang kurang memenui syarat
b. Pengidentifikasian kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan Potensi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan
karena kondisi lingkungan kerja yang kurang memenuhi persyaratan. Untuk
mendapatkan data kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan adalah dengan mengidentifikasi pencemaran yang
mungkin terjadi, lokasi pencemaran dan penyebab kemungkinan terjadinya
pencemaran tersebut, yang dihubungkan dengan kegiatan pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung
1) Identifikasi potensi pencemaran (misalnya kegiatan, material, sarana) di
lingkungan kerja:
a) Stockpile tanah, harus ditanggulangi dengan baik terhadap
tersebarnya tanah karena bila terjadi hujan;
b) Penyimpanan bahan bakar, harus tertata dengan baik sehingga bila
terdeteksi adanya kebocoran, dapat dengan cepat dapat segera diatasi;
c) Pemeliharan secara teratur jalan kerja, sehingga tidak banyak
menimbulkan polusi;
d) Penataan yang baik drainase lingkungan kerja, sehingga aliran air di
lokasi kerja dapat disalurkan sesuai dengan ketentuan dan tidak
tercemar oleh limbah yang terdapat di dalam lingkungan kerja;
e) Dapat disediakan penempatan material yang tidak terpakai lagi
(misalnya suku cadang bekas, dan lainnya) sesuai ketentuan untuk
menghindarkan kondisi lingkungan yang kurang baik dan
menghilangkan potensi pencemaran dan potensi bahaya kecelakaan
kerja dan kebakaran.
2) Laporkan hasil identifikasi terutama bila ditemui kondisi yang sangat
mendesak tindak lanjutnya untuk mengatasi kemungiknan terjadinya
pencemaran lingkungan;
3) Identifikasi langkah yang telah atau perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya pencemaran sesuai dengan hasil identifikasi dan pola
pencegahan pencemaran lingkungan yang ditetapkan institusi.
c. Tindak lanjut sesuai dengan ketentuan bila teridentifikasi adanya kondisi
lingkungan yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
1) Prosedur tindak lanjut
a) Setiap teridentifikasi adanya kondisi lingkungan yang berpotensi
menimbulkan pencemaran lingkungan, harus dicatat dan dilaporkan
kepada atasan;
b) Jangan melakukan kegiatan untuk mengatasi potensi pencemaran bila
belum ada perintah dari atasan atau kegiatannya diluar kewenangan
petugas yang bersangkutan;
c) Melakukan kerja sama untuk mengatasi potensi pencemaran
lingkungan tersebut.
2) Tindak lanjut bila teridentifikasi adanya kondisi lingkungan yang
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
a) Periksa lokasi, atau kegiatan atau meterial yang berpotensi
menimbulkan pencemaran;
b) Catat potensi pencemaran yang teridentifikasi dan laporkan hasil
temuan secara lebih rinci;
c) Laporkan tindakan sementara yang dilakukan untuk mencegah
pencemaran yang mungkin terjadi;.
d) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan pemeriksaan dan perbaikan
dengan petugas yang ditunjuk untuk mengatasi potensi pencemaran
yang teridentifikasi tersebut.
2. Identifikasi dan Penilaian dampak lingkungan
a. Identifikasi bahan kimia
Identifikasi bahaya bahan kimia terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
dalam pekerjaan pemeliharaan dan perawatan rusunawa dapat berupa:
- Kebakaran Adanya bahan kimia mudah terbakar seperti pelarut organik
atau gas-gas yang kontak dengan sumber panas dapat menimbulkan
kebakaran. Sember panas dapat berupa api terbuka, logam panas bara api,
Ioncatan Iistrik. Kebakaran dapat juga menimbulkan terurainya bahan
lain yang mungkin menimbulkan zat beracun atau menimbulkan ledakan
lainyang mungkin lebih dasyat.
- Iritasi lritasi adalah kerusakan atau peradangan atau sensitasi dari
permukaan tubuh yang lembab seperti kulit, mata dan seluruh badan oleh
bahan-bahan kimia korosif atau iritan seperti asam trikloroasetat, gas
kalor, belerang dioksida, brom, uap asam sulfat, asam klorida dan lain-
lain.
- Keracunan Yaitu di sebabkan oleh masuknya bahan kimia beracun ke
dalam tubuh yang dapat berakibat fatal atau akut dan akibat kronis.
Keracunan akut sebagai akibat aborpsi bahan kimia dalam jumlah besar
dan dalam waktu pendek dan dapat pula berakibat fatal atau kematian,
seperti keracunan gas CO, HCN. Keracunan kronis adalah absorpsi bahan
kimia beracun dalam jumlah sedikit dalam jangka waktu panjang
b. Faktor kimia di tempat kerja
Berdasarkan bentuk fisik, faktor kimia ditempat kerja dapat dibedakan
menjadi:
- Bentuk Partikel Partikel di definisikan sebagai titik-titik cairan atau debu-
debu yang mempunyai ukuran halus dengan diameter 0,02 -500 mikron,
dengan demikian kecepatan jatuhnya rendah sehingga mempunyai waktu
yang cukup lama berada di udara. Yang termasuk partikel adalah:
 Debu
Debu adalah partikel padat yang terbentuk oleh kekuatan alami
atau mekanis. Misalnya pada pekerjaan penghancuran,
pengolahan, pelembutan, pengepakan yang cepat peledakan dan
bahan-bahan baik yang organik maupun anorganik.
Contoh: debu batu, debu kapas, debu asbes dan lain-lain. Sifat
debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tank elektrts, tidak
berdifusi dan turun oloeh gaya tank bumi.
 Kabut
Kabut adalah partikel-partikel zat cair yang terbentuk karena
kondensasi dari fase uap.
Contoh partikel uap asam sulfat.
 Fume
Fume adalah partikel-partikel padat yang terjadi karena hasil
sublimasi atau kondensasi dari bentuk uap atau gas.
- Bukan partikel Yang termasuk bukan partikel yaitu:
 Gas
Gas adalah suatu bentuk zat .yang tidak mempunyai bangunan
sendiri, biasa mengisi seluruh ruangan: pada suhu dan tekanan
normal. Wujudnya bisa di rubah menjadi cair atau padat dengan
melakukan perubahan tekanan atau suhu. Sifat gas pada umumnya
tidak tertthat, dalam konsentrasi rendah tidak berbau dan berdifusi
mengisi ruangan . Contoh: gas CO, CO2, S02, O2, N2.
 Uap
Uap adalah bentuk gas dari zat yang dalam keadaan normal
berbentuk cair. Sifat uap umumnya tidak kelihatan dan berdifusi
mengisi ruangan.
c. Pengaruh terhadap kesehatan Yang berupa partikel, menyebabkan:
- Perangsangan (Contoh: kapas, sabun, bubuk kertas)
- Fibrosis pada paru-paru (Contoh: debu kwarsa, asbes)
- Toksik (beracun) (Contoh: Pb, AS, MN)
- Alergi (Contoh tepung sari, kapas, wool)
- Demam (Contoh fume I uap logam Zn)
- Inert (tidak rnenimbulkan reaksi jaringan hanya mengganggu
kenyamanan kerja) Contoh: kayu, alumunium, kapur. Yang berupa gas I
uap (bukan partikel), menyebabkan:
- Perangsangan (iritasi) (Contoh: NH3, HCL, H2S)  Afiksian (Contoh:
Metan, N2, C02, Helium)
- Toksik (beracun) Contoh: AsH3, TEL (Pb), Nikel karbonil (Ni)
- Merusak jaringan tubuh.
- Anaestesi (Contoh: Trikloroetilen)
- Merusak alat-alat dalam (Contoh: CCL4)
- Merusak susunan darah (Contoh: benzena)
- Merusak susunan saraf (Contoh: paration)

Bahan-bahan kimia di udara mempunyai potensi besar untuk menimbulkan


penyakit-penyakit pernafasan atau kelainan kulit, karena bahan-bahan
tersebut dihirup ketika bernafas ke paru-paru dan mengendap di permukaan
kulit.
Cairan yang mudah menguap menyebabkan keracunan melalui jalan
pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan setempat di paru -paru
atau keracunan umum seluruh tubuh

3. Penerapan ketentuan pencegahan pencemaran lingkungan


1) Pencemaran udara:
a) Pencegahan timbulnya sumber pencemaran udara, dengan
mengoperasikan komponen untuk menghilangkan pencemaran udara;
b) Pencegahan terjadinya polusi udara, dengan mempertahankan baku mutu
emisi melalui penggunaan bahan bakar yang sesuai ketentuan
2) Pencemaran air
Mengupayakan tidak terjadinya limbah cair, dengan penerapan upaya
menghilangkan/ mengurangi adanya kebocoran bahan bakar minyak yang
akan larut ke dalam aliran air dalam drainase atau terserap ke dalam tanah.

Tindak lanjut sesuai dengan ketentuan bila terindikasi adanya kegiatan yang
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan

1) Prosedur tindak lanjut


a) Bila terindikasi adanya kegiatan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan, harus dicatat dan dilaporkan kepada atasan;
b) Jangan melakukan kegiatan untuk mengatasi potensi pencemaran bila
belum ada perintah dari atasan atau kegiatannya di luar kewenangan
petugas/pelaksana
2) Tindak lanjut bila terindikasi adanya kegiatan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan
a) Catat kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
tersebut dan laporkan hasil temuan secara lebih rinci
b) Laporkan tindakan sementara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan tersebut, bila kegiatan masih menjadi wewenang
pelaksana
c) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan untuk mengupayakan mengatasi
potensi pencemaran yang terindikasi tersebut.

4. Prosedur pelaporan kelainan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan


a. Prosedur mengatasi pencemaran lingkungan
Pengendalian pencemaran lingkungan, pada dasarnya merupakan tindakan
yang dilakukan untuk mengendalikan sumber gangguan yang bertujuan
mencegah dan atau menanggulangi turunnya mutu udara bebas dan mutu air.
Pada kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, sumber
terjadinya pencemaran antara lain adalah pada metode kerja pelaksanaannya,
sehingga untuk mencegah terjadinya pencemaran harus dilakukan
pemantauan secara terus menerus terhadap sumber pencemaran tersebut.
b. Pendeteksian terjadinya pencemaran lingkungan akibat adanya kelainan pada
komponen genset selama dioperasikan
Penurunan kondisi mesin genset dapat menjadi penyebab terjadinya
pencemaran lingkungan, karena komponen tidak dapat dioperasikan secara
optimal. Kondisi kelainan komponen ini berdampak kepada kinerja
komponen yang tidak mampu mencegah pencemaran yang terjadi akibat
komponen beroperasi secara tidak normal.
1) Lakukan pendeteksian kondisi komponen secara terus menerus;
2) Lakukan pemeriksaan lebih teliti terhadap kelainan kondisi komponen
yang terdeteksi, dan bila diperlukan lakukan perbaikan sejauh masih
dalam kewenangan operator untuk memperbaikinya;
3) Catat dan laporkan kelainan yang terdeteksi dan tindakan perbaikan yang
telah dilakukan;
4) Lakukan kerja sama dengan mekanik yang ditugaskan untuk memeriksa
dan memperbaiki kerusakan yang telah dilaporkan.
c. Penyampaian laporan kelainan yang terjadi selama kegiatan pemeliharaan
dan perawatan bangunan gedung yang berdampak kepada pencemaran
lingkungan termasuk usaha penanggulangannya
Terjadinya pencemaran lingkungan karena adanya kelainan selama kegiatan
pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung harus dicatat dengan teliti
termasuk usaha penanggulangannya untuk bahan laporan kepada atasan
langsung dan pejabat terkait lainnya.
1) Lakukan pencatatan yang teliti dan benar hasil identifikasi kelainan yang
terjadi selama kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
yang berdampak kepada pencemaran lingkungan termasuk usaha
penanggulangannya;
2) Buat laporan pencemaran lingkungan akibat kelainan yang terjadi selama
proses pelaksanaan berdasarkan catatan hasil identifikasi termasuk usaha
penanggulangannya;
3) Sampaikan laporan pencemaran dan usaha penangggulangannya kepada
atasan langsung.

Planning Safety Audit


1. Pemasangan Rambu-Rambu K3
a. Jenis rambu-rambu K3 yang harus dipasang:
Rambu-rambu K3 yang dipasang pada lokasi pekerjaan menginformasikan
kepada setiap petugas di lapangan untuk memperhatikan dan mematuhi
rambu-rambu tersebut karena di lokasi tersebut terdapat potensi
bahaya/kecelakaan kerja. Rambu-rambu K3 tersebut terpasang pada lokasi
yang memiliki potensi bahaya dan kecelakaan kerja, sedangkan pada
alat/mesin telah dipasang rambu-rambu K3 oleh pabrik pembuatnya sesuai
dengan potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada komponen tersebut. Alat
kerja misalnya mesin gegaji kayu, mesin genset dan sebagainya
b. Pemasangan rambu-rambu K3 selama melakukan pelaksanaan pemeliharaan
dan perawatan bangunan gedung
1) Bersama dengan petugas K3, pada setiap pekerjaan harus dipasang rambu-
rambu K3 yang menginformasikan kepada setiap petugas di lapangan
untuk memperhatikan dan mentaati rambu-rambu tersebut karena di lokasi
tersebut terdapat potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2) Rambu-rambu K3 yang dipasang harus sesuai dengan kondisi kerja dan
potensi kecelakaan kerja di lokasi tersebut, misalnya “Dilarang Masuk
Area Pekerjaan Kecuali yang Berkepentingan” mengandung arti bahwa di
lokasi pekerjaan tersebut kemungkinan terjadi kecelakaan bagi orang yang
tidak memahami situasi dan kondisi pekerjaan di lokasi tersebut.
c. Pemeliharaan rambu-rambu K3 yang telah terpasang pada alat agar dapat
berfungsi dengan baik
1) Label yang terpasang pada unit alat/mesin
Label yang telah dipasang pada unit alat tersebut memberikan beberapa
informasi tentang K3 dari pabrik pembuat alat yang terletak pada tempat-
tempat yang mengandung potensi kecelakaan kerja. Kondisi label tersebut
harus selalu bersih dan mudah dibaca, bila telah rusak harus dilaporkan
dan diminta untuk segera diganti dengan label peringatan yang baru.
a) Periksa kelengkapan rambu-rambu K3 yang terpasang pada alat,
pastikan masih terpasang dan kondisinya baik (terpelihara), bersih dan
mudah untuk dibaca;
b) Bila terlepas atau hilang, laporkan kepada atasan untuk dimintakan
penggantinya.
2) Penafsiran label peringatan secara umum
Label tersebut terdiri dari 2 kotak yaitu ”Kotak Kiri” dan ”Kotak Kanan”
yang masing-masing ada gambarnya. Gambar dalam ”Kotak Kiri”
menunjukkan jenis potensi bahaya dan gambar dalam ”Kotak Kanan”
menunjukkan metode pencegahannya. Sebagai contoh tentang bahaya
tegangan listrik seperti gambar di bawah ini :
a) Kotak kiri
- Menggambarkan potensi bahaya yang bisa terjadi yaitu tersengat
arus listrik;
- Potensi bahaya tersebut bisa menjadi kecelakaaan yaitu sengatan
listrik yang dapat mengakibatkan kematian;
- Gambar potensi bahaya dilukiskan dalam bingkai segitiga
kewaspadaan.
b) Kotak kanan
- Menjelaskan tingkat potensi bahaya yaitu “DANGER” yang
mengandung pesan di mana pada kegiatan ini terdapat
kemungkinan yang tinggi terjadinya kecelakaan berat bahkan
sampai kematian apabila penyebabnya tidak dapat dihindarkan;
- Bahaya tegangan listrik, bisa terjadi kejutan listrik yang berbahaya;
- Petunjuk pencegahannya ”putuskan sambungan dan sumber daya
listrik sebelum melakukan kegiatan”
3) Sosialisasi jenis dan fungsi rambu-rambu K3 kepada kelompok kerja
untuk dipatuhi sesuai ketentuan
Agar pemasangan rambu-rambu K3 tersebut dapat berfungsi secara efektif
dalam pengendalian kecelakaan kerja, maka penanggung jawab pekerjaan
di lapangan harus secepatnya mensosialisaikan kepada semua karyawan
yang terlibat dalam pekerjaan tersebut melalui pertemuan khusus atau
pertemuan koordinasi yang diadakan secara periodik.
a) Menyiapkan bahan sosialisasi jenis dan fungsi rambu-rambu K3;
b) Membantu membuat rencana pelaksanaan sosialisasi jenis dan fungsi
rambu-rambu K3;
c) Berperan aktif dalam kegiatan sosialisasi kepada karyawan yang
terlibat dalam kegaiatan pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
a. Jenis APD yang harus dipakai selama melakukan pekerjaan
Untuk dapat melakukan pemeriksaan dan penggunaan APD dengan benar,
maka setiap petugas perawatan dan pemeliharaan bangunan gedung
diwajibkan untuk memahami jenis dan fungsi dari APD yang sering
digunakan di lapangan.
1) Pelindung tubuh (Protective overall) Pelindung tubuh adalah baju kerja
yang dipakai selama melakukan tugas pekerjaan dengan ukuran yang pas
dengan postur tubuh setiap tenaga kerja sesuai jenis pekerjaannya
2) Pelindung kepala (Safety helmet) Pelindung kepala adalah topi (helm)
yang dipakai untuk melindungi kepala selama melakukan pekerjaan,
untuk mencegah cidera di kepala yang disebabkan oleh:
- Benturan kepala dengan benda atau objek yang jatuh atau
terlempar
- Gerakan personil yang membentur kepala dengan objek yang diam
di atasnya
- Kontak dengan listrik
3) Pelindung tangan (Safety gloves)
- Kaca mata pelindung berfungsi untuk melindungi mata dari
percikan logam cair, percikan bahan kimia dan pekerjaan berdebu
- Mata dapat luka karena radiasi atau terkena debu yang
berterbangan
4) Pelindung tangan (Safety gloves)
Sarung tangan dapat melindungi tangan dari peralatan atau benda tajam
lainnya yang dipegang pada saat bekerja. Sarung tangan dapat melindungi
tangan dari zat kimia atau bahan beracun
5) Pelindung pernafasan (Dust mask)
- Debu yang halus akan berbahaya bila masuk pernapasan yang
tidak terlindungi.
- Beberapa pekerjaan seperti kegiatan mengolah bahan bangunan
atau pengoperasian alat-alat berat pada penanganan agregat dapat
menimbulkan debu yang berbahaya.
- elindung pernafasan atau masker dapat mencegah masuknya debu
dan partikel halus lainnya masuk ke dalam lubang pernafasan
(hidung)
6) Pelindung telinga (Ear protection)
- Pelindung telinga harus dipakai apabila bekerja pada lingkungan
kerja dengan tingkat kebisingan yang tinggi karena dapat merusak
pendengaran secara permanen.
- Ambang batas tingkat kebisingan dibawah 85 dBA.
- Jenis pelidung telinga yang umum adalah earplug dan earmuf.
7) Pelindung kaki (Safety shoes)
- Sepatu keselamatan (Safety shoes) dipakai untuk menghindari
kecelakaan yang diakibatkan tersandung bahan keras seperti logam
atau kayu, terinjak atau terhimpit beban berat atau mencegah luka
bakar pada waktu mengelas.
- Beberapa jenis sepatu keselamatan dapat dipilih sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dihadapi.
b. Pemeriksaan kecukupan, kondisi dan kelaikan pakai APD
Alat Pelindung Diri (APD) harus diperiksa kondisinya sebelum dipakai agar
alat tersebut dapat berfungsi secara optimal pada saat dikenakan. APD yang
sudah tidak memenuhi syarat harus diganti dengan yang baru sesuai standar
yang ditentukan. APD wajib dikenakan oleh para petugas selama yang
bersangkutan sedang dalam posisi bekerja, baik saat mengoperasikan alat
maupun saat melakukan pemeliharaan harian.
1) Periksa kecukupannya/jenisnya sesuai dengan kondisi lapangan (baju
kerja, helm keselamatan, sepatu keselamatan, sarung tangan, masker, dan
seterusnya);
2) Periksa kondisi fisik setiap APD yang akan di pakai dalam pekerjaan
pengoperasian mesin pencampur aspal (baik, rusak, lengkap, sesuai
ukurannya);
3) Periksa kelaikan-pakainya, terutama menyangkut standar untuk
keselamatan kerja yang sesuai dengan SNI, atau standar K3 lainnya
c. Pemakaian APD dalam kegiatan pelaksanaan pekerjaan
APD akan berfungsi dengan sempurna apabila dipakai secara baik dan benar,
maka pemakain APD harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Sediakanlah Alat Pelindung Diri yang sudah teruji dan telah memiliki
SNI atau standar Internasional lainnya yang diakui;
2) Pakailah alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan walaupun
pekerjaan tersebut hanya memerlukan waktu singkat;
3) Alat Pelindung Diri harus dipakai dengan tepat dan benar;
4) Jadikanlah memakai alat pelindung diri menjadi kebiasaan. Ketidak
nyamanan dalam memakai alat pelindung diri jangan dijadikan alasan
untuk menolak memakainya;
5) Alat Pelindung Diri tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya kalau
memang terasa tidak nyaman dipakai laporkan kepada atasan atau
pemberi perintah yang mewajibkan pemakaian alat tersebut;
6) Pastikan APD yang digunakan aman untuk keselamatan, jika sudah tidak
memenuhi syarat harus diganti dengan yang baru.
d. Pemeliharaan APD yang menjadi tanggung jawab petugas/pelaksana
Untuk menjaga kondisi dan kelengkapannya, APD harus dipelihara secara
benar dan disiplin dalam melaksanakannya. Setiap karyawan yang
menggunakan APD diwajibkan untuk memelihara APD tersebut dan
memberi laporan bila terjadi kerusakan disertai dengan kronologis terjadinya
kerusakan.
1) Setelah selesai menggunakan diletakkan pada tempatnya;
2) Dibersihkan secara berkala;
3) Periksa APD sebelum dan sesudah dipakai, untuk mengetahui ada
kerusakan atau tidak layak pakai.
3. Pemeriksaan Alat Pengaman Kerja (APK)
a. Jenis dan fungsi APK yang dipakai selama pelaksanaan pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung Jenis alat pengaman kerja (APK) yang
dibutuhkan sesuai dengan kondisi kerja antara lain:
1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Untuk menanggulangi bahaya kebakaran di lokasi pekerjaan, maka harus
disediakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan), yaitu jenis alat pemadam
api yang mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api saat
awal terjadi kebakaran dan beratnya tidak melebihi 16 kg
2) Rambu-rambu kerja;
a) Safety Cone
- Pengaman kerja untuk memberi batas daerah kerja sehingga yang
tidak berkepentingan tidak dapat melewati rambu tersebut.
- Tersedia dalam beberapa jenis ukuran, yang penggunaannya
tergantung pada kondisi tempat kerja
3) Label peringatan
Label “YANG TIDAK BERKEPENTINGAN DILARANG MASUK”
mengandung arti bahwa adanya orang lain di dalam ruang atau tempat
kerja akan mengganggu petugas yang sedang bekerja di tempat kerja
tersebut.
4) Obat P3K
Obat yang tersedia dalam kotak P3K terbatas pada obat yang diperlukan
dalam kondisi mendesak untuk pertolongan pertama, misalnya obat luka
dan pembalutnya
b. Pemeriksaan kecukupan, kondisi dan kelaikan pakai APK Setiap akan
melakukan pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung harus
dapat dipastikan bahwa APK dapat mencukupi untuk menunjang kelancaran
pengoperasian, disamping itu kondisinya dan kelaikan pakainya juga harus
diperiksa sehingga tidak ada maslah dalam penggunaannya.
1) Safety cone diperiksa kondisinya dan kelaikan pakainya, karena terbuat
dari bahan plastik, harus diperiksa kondisi fisiknya (tidak cacat berat,
masih utuh dan landasannya masih dapat berfungsi dengan baik) serta
warnanya masih cukup baik (terang);
2) Rambu-rambu masih terpasang dengan baik pada tempatnya dalam
kondisi baik;
3) Obat dalam kotak P3K masih lengkap dan belum kadaluarsa.
c. Pemeliharaan APK yang menjadi tanggung jawab petugas/pelaksana Safety
cone atau APK lainnya yang telah selesai penggunaannya harus dikembalikan
dalam keadaan baik, dan disimpan dengan benar sesuai dengan prosedur,
sehingga bila akan dipakai lagi selalu dalam kondisi siap pakai.
1) Periksa kelengkapan APK yang telah digunakan;
2) Periksa kondisinya, untuk disiapkan pada pemakaian berikutnya;
3) Kumpulkan dan diangkut APK yang telah selesai penggunaannya untuk
disimpan di tempat yang telah ditentukan
4. Penggunaan Alat Pengaman Kerja (APK)
a. Pengidentifikasian kesesuaian APK dengan jenis dan kondisi kerja Setiap
akan memulai pekerjaan baru, perlu langkah indentifikasi ketersediaan APK
yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan, sehingga bila terdeteksi ada
kekurangan harus dapat dilengkapi sebelum pekerjaan dimulai.
b. Penggunaan APK sesuai dengan prosedur Penggunaan APK harus sesuai
dengan fungsinya yaitu mengamankan jalannya pekerjaan di lapangan.
Penggunaan APK jangan berlebihan, dipasang secukupnya sesuai dengan
kebutuhan operasional di lapangan.
1) Siapkan APK sesuai dengan rencana penggunaannya;
2) Atur petugas yang harus memasang dan bertanggung jawab atas
penggunaan APK;
3) Lakukan koordinasi dengan petugas lain yang melaksanakan kegiatan
pada lokasi yang sama untuk efisiensi penggunaan APK.
c. Pemantauan penggunaan dan atau penempatan APK di tempat kerja
Penggunaan APK secara berkala harus dipantau penempatannya sehingga
tercapai tujuan dari penggunaannya yaitu untuk pengamanan pekerjaan pada
setiap lokasi di lapangan.
1) Periksa kesesuaian penempatan APK dengan kegiatan yang berada di
lokasi tersebut;
2) Bila terdapat ketidak sesuaian (misalnya jumlahnya atau jenisnya)
lakukan pengaturan kembali dengan berkoordinasi dengan petugas/
penanggung jawab kegiatan di pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai