Anda di halaman 1dari 23

Ilmu Lingkungan

PENCEMARAN UDARA
DAN
KEBISINGAN

OLEH
NAMA : TIKA RAJAK
NIM : 431418O56
KELAS : B PENDIDIKAN BIOLOGI
PENGERTIAN PENCEMARAN UDARA
 Menurut Salim yang dikutip oleh Utami (2005) pencemaran udara diartikan sebagai
keadaan atmosfir, dimana satu atau lebih bahan-bahan polusi yang jumlah dan
konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan mahluk hidup, merusak properti,
mengurangi kenyamanan di udara. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat,
gas dan cair yang ada di udara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut
polutan udara.

 Menurut Mukono (2006), yang dimaksud pencemaran udara adalah bertambahnya


bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai
sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung
dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan
material karena ulah manusia (man made).

Jadi, pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke


dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan
pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
Klasifikasi Bahan Pencemar Udara
Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder :

1. Polutan primer: Polutan primer adalah 2. Polutan Sekunder : substansi


substansi pencemar yang ditimbulkan pencemar yang terbentuk dari
langsung dari sumber pencemaran udara reaksi pencemar-pencemar primer
atau polutan yang dikeluarkan langsung di atmosfer sekunder biasanya
dari sumber tertentu, dan dapat berupa: terjadi karena reaksi dari dua atau
a. Polutan Gas terdiri dari: Senyawa karbon, lebih bahan kimia di udara,
yaitu hidrokarbon, hidrokarbon misalnya reaksi foto kimia.
teroksigenasi, dan karbon oksida (CO atau
Sebagai contoh adalah disosiasi
CO22) karena ia merupakan hasil dari 
NO2 yang menghasilkan NO dan
pembakaran. Senyawa sulfur, yaitu
oksida. Senyawa halogen, yaitu flour, O radikal.
klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon Proses  kecepatan dan arah
terklorinasi, dan bromin. reaksinya dipengaruhi oleh
b. Partikel : Partikel yang di atmosfer berbagai faktor, antara lain:
mempunyai karakteristik yang spesifik, a. Konsentrasi relative dari bahan
dapat berupa zat padat maupun suspense reaktran
aerosol cair sulfur di atmosfer. Bahan
b. Derajat fotoaktivasi
partikel tersebut dapat berasal dari proses
kondensasi, proses  (misalnya proses c. Kondisi iklim
menyemprot/ spraying) maupun proses d. Topografi lokal dan adanya
erosi bahan tertentu. embun.
Zat-zat Pencemaran Udara

Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain:

Karbon monoksida (CO)

Nitrogen dioksida (NO2)

Sulfur dioksida (SO2)

Partikulat (asap atau jelaga)

Hidrokarbon (HC)

Timbal (Pb)

Karbon dioksida (CO2)


Penyebab Pencemaran Udara
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu :


Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.
faktor internal ●
Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan
(secara alamiah), gunung berapi berikut gas-gas vulkanik.,

Proses pembusukan sampah organik, dll

faktor eksternal

Hasil pembakar bahan bakar fosil.

Debu/serbuk dari kegiatan industri
(karena ulah ●
Pemakaian zat-zat kimia yang
manusia), disemprotkan ke udara
Dampak Pencemaran Udara

Terhadap Lingkungan Alam


hujan asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global.

1. Hujan asam : hujan yang memiliki kandungan pH (derajat keasaman)


kurang dari 5,6. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan
air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak
dari hujan asam ini antara lain:
 Mempengaruhi kualitas air permukaan
 Merusak tanaman
 Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
 Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
lanjutan

2. Penipisan Lapisan Ozon


 Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang tidak
stabil. Di atmosfer, ozon terbentuk secara alami dan terletak di lapisan
stratosfer pada ketinggian 15-60 km di atas permukaan bumi. Fungsi
dari lapisan ini adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar
ultraviolet yang dipancarkan sinar matahari dan berbahaya bagi
kehidupan.

 Namun, zat kimia buatan manusia yang disebut sebagai ODS (Ozone
Depleting Substances) atau BPO (Bahan Perusak Ozon) ternyata
mampu merusak lapisan ozonsehingga akhirnya lapisan ozon menipis.
Hal ini dapat terjadi karena zat kimia buatantersebut dapat
membebaskan atom klorida (Cl) yang akan mempercepat lepasnya
ikatan O3menjadi O2. Lapisan ozon yang berkurang disebut sebagai
lubang ozon (ozone hole).
lanjutan

3. Pemanasan Global
 Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia dan
menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim.

 Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana,


ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas
matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas
terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena 
pemanasan global.
lanjutan
Dampak dari pemanasan global adalah:
Pencairan es di kutub
Perubahan iklim regional dan global
Perubahan siklus hidup flora dan fauna

Proses terjadinya efek rumah kaca


Permukaan bumi akan menyerap sebagian radiasi matahari yang masuk ke bumi
dan memantulkan sisanya. Namun, karena meningkatnya CO2 di lapisan atmosfer
maka pantulan radiasi matahari dari bumi ke atmosfer tersebut terhalang dan akan
kembali dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu di seluruh permukaan bumi
menjadi semakin panas (pemanasan global). Peristiwa ini sama dengan yang
terjadi di rumah kaca. Rumah kaca membuat suhu di dalam ruangan rumah kaca
menjadi lebih panas bila dibandingkan di luar ruangan. Hal ini dapat terjadi
karena radiasi matahari yang masuk ke dalam rumah kaca tidak dapat keluar
 
Pencegahan Pencemaran Udara

Pencegahan yang ditempuh terhadap pencemaran


udara tergantung dari sifat dan sumber polutannya.
Pencegahan yang paling sederhana dan mudah
dilakukan yaitu menggunakan masker sebagai
pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan
kesehatan.
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah pencemaran
udara seperti mengurangi polutan, bahan yang
mengakibatkan polusi dengan peralatan, mengubah
polutan, melarutkan polutan, dan mendispersikan-
menguraikan polutan.
Upaya Penanggulangan Pencemaran
Udara
a. Usaha Preventif (sebelum pencemaran)
Mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah lingkungan.
Mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan masyarakat.
Mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) bagi
industri atau usaha yang menghasilkan limbah.
Tidak membakar sampah di pekarangan rumah.
Tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC (freon) dan membatasi penggunaan AC
dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak merokok di dalam ruangan.
Menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot.
Ikut memelihara dan tidak mengganggu taman kota dan pohon pelindung.
Tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar secara sembarangan.
Mengurangi atau menghentikan penggunaan zat aerosol dalam penyemprotan ruang.
Menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung CFC.
Mendaur ulang freon dari mobil yang ber-AC.
Mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC dan CCl4.
lanjutan
b. Usaha kuratif (sesudah pencemaran)
Menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran
lingkungan.
Kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansiinstansi untuk
membersihkan lingkungan dari polutan.
Melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai
tempat/pabrik daur ulang.
Menggunakan penyaring pada cerobong di kilang minyak atau pabrik
yang menghasilkan asap atau jelaga penyebab pencemaran udara.
Mengidentifikasi dan menganalisa serta menemukan alat atau
teknologi tepat guna yang berwawasan lingkungan setelah adanya
musibah/kejadian akibat pencemaran udara, misalnya menemukan
bahan bakar dengan kandungan timbal yang rendah (BBG).
lanjutan
c. Program pemerintah
PROGRAM LANGIT BIRU yang dicanangkan sejak Agustus 1996. Bertujuan
untuk meningkatkan kembali kualitas udara yang telah tercemar, misalnya dengan
melakukan uji emisi kendaraan bermotor.
 Keharusan membuat cerobong asap bagi industri/ pabrik.
Imbauan mengurangi bahan bakar fosil (minyak, batu bara) dan menggantinya
dengan energiAlternatif lainnya.
 Membatasi beroperasinya mobil dan mesin pembakar yang sudah tua dan tidak
layak pakai.
Larangan menggunakan gas CFC.
Larangan beredarnya insektisida berbahaya seperti DDT (dikhloro difenil
trikhloro etana).
Melarang penggunaan CFC pada produksi kosmetika.
Menetapkan undang-undang dan hukum tentang pelaksanaan perlindungan
lapisan ozon
PENGERTIAN KEBISINGAN (BUNYI)
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu dan tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan (Kepmen LH No 48. tahun 1996).

Menurut Suma’mur (2009), bunyi atau suara didengar sebagai


rangsangan pada sel saraf pendengaran dalam telinga oleh gelombang
longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara
dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau
penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak
dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul diluar kemauan
orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara demikian
dinyatakan sebagai kebisingan. Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi
yang tidak dikehehndaki.
Jenis – Jenis Kebisingan
Menurut Buchari (2007), kebisingan dibagi menjadi 4 jenis
yaitu :
1. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang
luas, misalnya mesin-mesin, dapur pijar, dan lain-lain.
2. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang
sempit,
3. misalnya gergaji serkuler, katup gas, dan lain-lain.
4. Kebisingan terputus-putus (intermitten/interuted noise)
adalah kebisingan dimana suara mengeras dan kemudian
melemah secara perlahan-lahan, misalnya lalu-lintas, suara
kapal terbang di lapangan udara.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dibagi atas:
1. Bising yang mengganggu (irritating noise). Intensitas tidak
terlalu keras, misalnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi
yang menutupi pendengaran yang jelas. Secra tidak
langsung bunyi ini akan mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan pekerja, karena teriakan isyarat atau tanda
bahaya tenggelam dari bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise), adalah
bunyi yang melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan
merusak/menurunkan fungsi pendengaran.
Pengukuran Kebisingan
Pengukuran dengan titik sampling
Untuk mengukur kebisingan
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan
di lingkungan kerja dapat
diduga melebihi ambang batas hanya pada
dilakukan
satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran
dengan menggunakan alat
ini juga dapat dilakukan untuk
Sound Level Meter.
mengevalusai kebisingan yang disebabkan
Sebelumnya, intensitas bunyi
oleh suatu peralatan sederhana, misalnya
adalah jumlah energi bunyi
kompresor/generator. Jarak pengukuran
yang menembus tegak lurus
dari sumber harus dicantumkan, misal 3
bidang per detik.
meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu
juga harus diperhatikan arah mikrofon alat
Metode pengukuran akibat
pengukur yang digunakan.
kebisingan di lokasi kerja,
yaitu:
lanjutan
Pengukuran dengan peta kontur

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat


dalam mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat
menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam
cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat
gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan
pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan
untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk
kebisingan dengan intensitas di bawah 85 dBA, warna oranye
untuk tingkat kebisingan yang tinggi di atas 90 dBA, warna
kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85–90 dBA.
Nilai Ambang Batas Kebisingan
NAB menurut Kepmenaker No. per-51/ MEN/ 1999, ACGIH, 2008 dan SNI
16-7063-2004 adalah 85dB untuk pekerja yang sedang bekerja selama 8
jam perhari atau 40 jam perminggu. Nilai ambang batas untuk kebisingan di
tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih
diterima tenaga kerja tanpa menghilangkan daya dengar yang tetap untuk
waktu terus-menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam perminggu.

Menurut Permenaker No. per-51/MEN/1999, ACGIH dan SNI 167063-


2004, waktu maksimum bekerja dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
T = Waktu (jam)
L = Pajanan kebisingan
Pengaruh Paparan Bising Terhadap
Kesehatan Pekerja
Sanders dan Mc Cormick, 1987, dan Pulat, 1992, dalam Tarwaka (2004)
menyatakan bahwa pengaruh pemaparan kebisingan secara umum ada dua
berdasarkan tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan,
yaitu:
1. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB)
a) Pengaruh kebisingan intensitas tinggi terjadinya kerusakan pada indera
pendengaran yang dapat menurunkan pendengaran baik yang bersifat sementara
maupun permanen atau ketulian.
b) Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-
putus dan sumbernya tidak diketahui.
c) Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah (± 10 mmHg),
peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama tangan dan kaki,
serta dapat menyebabkan pucat, gangguan sensoris dan denyut jantung, risiko
serangan jantung meningkat, dan gangguan pencernaan.
d) Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat dari suatu proses produksi demikian
hebatnya, sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan tersebut
dihentikan.
lanjutan

2. Pengaruh kebisingan intensitas rendah (di bawah


NAB) Secara fisiologis intensitas kebisingan yang
masih di bawah NAB tidak menyebabkan kerusakan
pendengaran, namun demikian kehadirannya sering
dapat menurunkan performasi kerja, sebagai salah
penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya.
Pengendalian Kebisingan
Secara konseptual teknik pengendalian kebisingan yang sesuai dengan hirarki
pengendalian risiko (Tarwaka, 2008) adalah :
1. Eliminasi : suatu pengendalian risiko yan bersifat permanen dan harus dicoba untuk
diterapkan sebagai pilihan prioritas utama.
2. Subtitusi : Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan
peralatan yang berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya
atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih bias
ditoleransi atau dapat diterima.
3. Engenering Control : Pengendalian dan rekayasa tehnik termasuk merubah struktur
objek kerja untuk menceganh seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti
pemberian pengaman pada mesin.
4. Isolasi : pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari objek kerja.
5. Pengendalian Administratif : dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang
dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya.
6. Alat Pelindung Diri : sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan
bersifat sementara, ketika suatu sistem pengendalian yang permanen belum dapat
diimplementasikan.
Referensi:
Buchari. 2007. Kebisingan Industri Dan Hearing
Conservation Program, Rpository USU.
Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung :
TARSITO.
Mukono. 2006. Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi
Kedua. Surabaya: Airlangga University Press.
Salim dalam Utami (2005). Melindungi Lingkungan.
Jakarta: PT Grasindo.
Suma’mur . 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja (Hiperkes). Jakarta: Cv sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai