TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas (Geankoplis, 1993).
Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada gambar
berikut ini:
∆P k μ s²
. gc= U ...............................................(2.1)
L ε³
Dimana: ∆P = Kehilangan tekanan per satuan panjang atau tinggi ukuran
gc = Faktor konversi
µ = Viskositas fluida
ε = Porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan
volume ruang kosong di dalam unggun dengan volume
unggunnya
U = Kecepatan alir superfisial fluida
S = Luas permukaan spesifik partikel
6(1−ε )
s= .........................................................(2.2)
dp
Sehingga persamaan (2.1) menjadi:
∆P 36 k μ (1−ε 2)
gc= U ....................................(2.3)
L dp ³ ε ³
Atau
∆P k ' μ(1−ε 2)
gc= U .......................................(2.4)
L dp ² ε ³
Dimana k1=150
k2= 1,75
Pada keadaan ekstrim, yaitu:
a. Aliran laminer (Re = 20), sehingga kinetic energy losses bisa diabaikan
b. Aliran turbulen (Re = 1000), sehingga viscous losses bisa diabaikan
2.3 Unggun Terfluidisasikan (Fluidized bed)
Menurut Lee (1972), untuk unggun terfluidisasikan persamaan yang
menggambarkan ∆P/L dan U yang biasanya digunakan adalah persamaan Ergun,
yaitu:
∆P (1−εf ) ρg
gc=150 ¿ ¿ 1,75 U ²...............................................(2.6)
L εf ³ dp
Dimana εf adalah porositas unggun pada keadaan terfluidisasikan. Pada
keadaan ini dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam
fluida, akan terjadi kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya apung dari
fluida di sekelilingnya. Untuk menentukan pressure drop saat fluidisasi dapat
digunakan persamaan berikut:
∆P
=[ 1−εf ][ ρp−ρp ] g/ gc .................................(2.7)
L
Untuk keadaan ekstrim yaitu yaitu letika aliran laminer (Re < 20) kecepatan
fluidisasi minimum adalah
dp ² ( Ps−Pg ) g εmf ³
Vmf = ........................(2.9)
150 μ (1−ϵmf )
Aliran turbulen (Re > 1000) kecepatan fluidisasi minimumnya adalah:
dp ² ( Ps−Pg ) g
Vmf = εmf ³ ............................(2.10)
1,75 Ps
Keterangan:
Garis AB = menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam
Garis BC = menunjukkan keadaan dimana unggun telah terfluidakan
Garis DE = menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam
pada waktu kita menurunkan kecepatan air fluida
Jika laju alir ke unggun terfluidisasi diturunkan bertahap, penurunan
tekanan akan tetap konstan dan tinggi unggun akan berkurang. Walaupun
demikian, tinggi unggun terakhir akan lebih besar daripada tinggi mula-mula
untuk fixed bed. Hal ini dikarenakan solid di dalam tabung cenderung berkumpul
lebih rapat daripada jika solid diam secara bertahap dari keadaan terfluidisasi.
Penurunan tekanan pada laju alir rendah lebih kecil daripada nilai awal di fixed
bed.
Unggun yang terfluidisasi akan bersifat menyerupai liquid, diantaranya:
a. Benda yang lebih ringan akan mengapung di atas unggun (yaitu benda-
benda yang densitasnya lebih kecil daripada densitas bulk unggun).
b. Permukaan akan tetap horizontal bahkan dalam unggun yang miring.
c. Solid dapat mengalir melalui bukaan di kolom sama seperti liquid.
d. Unggun memiliki tekanan statis karena gravitasi.
e. Ketinggian antara dua unggun terfluidisasi yang serupa sama dengan
tekanan statik mereka.
2.5 Evaluasi Parameter‐parameter dalam Peristiwa Fluidisasi
2.5.1 Densitas partikel
Padatan dapat dibedakan menjadi 3 bagian berdasarkan densitasnya yaitu
bulk, skeletel, dan particle. Densitas bulk merupakan pengukuran berat dari
keseluruhan partikel dibagi dengan volume partikel. Pengukuran ini menyertakan
faktor kekosongan dalam poripori partikel. Skeletel adalah densitas suatu padatan
jika porositasnya nol. Adapun densitas partikel adalah berat dari suatu partikel
dibagi dengan volumenya dengan menyertakan poripori. Jika tidak ada nilai untuk
densitas partikel, maka pendekatan untuk densitas partikel dapat diperoleh dengan
membagi dua densitas bulk (Davidson, 1963).
Vu−Vp
ε= ........................................................(2.12)
Vu
ε³ 150 Vsμ
1−ε g ( ρp− ρ ) φ s2 Dp² ..................................(2.13)
=
Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka semua
partikel dalam hamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga memberikan
suatu fluidisasi kontinu. Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan dalam
pengangkutan zat padat dari suatu titik ke titik lain dalam suatu pabrik
pengolahan di samping ada beberapa reaktor gas zat padat lama yang bekerja
dengan prinsip ini. Contohnya adalah dalam tranportasi lumpur dan tranportasi
pneumatic (Mc Cabe, 1985).
Ketika laju alir fasa fluida melewati kecepatan terminal partikel, unggun
terfluidisasi akan kehilangan identitasnya karena partikel solid terbawa dalam
aliran fluida. Metoda pengangkutan ini sering digunakan dalam industri, biasanya
dengan udara sebagai fasa fluida, antara lain untuk mengangkut produk dari
pengering semprot (spray dryers). Keuntungan metoda ini adalah kehilangan
yang terjadi sedikit, prosesnya bersih, dan kemampuannya untuk memindahkan
sejumlah besar solid dalam waktu singkat. Tetapi kerugiannya antara lain ada
kemungkinan terjadi kerusakan partikel solid serta korosi pada pipa mungkin
besar (Mc Cabe, 1985).