A. JUDUL PERCOBAAN
FLUIDISASI
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengetahui berapa porositas bahan (ԑ0)
2. Untuk mengetahui berapa density bahan (ρp)
3. Untuk mengetahui hubungan antara ketinggian loncatan pasir kuarsa
(L) dengan selisih manometer (∆p)
C. LATAR BELAKANG
85
sublimasi, adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih
banyak aplikasi lain
BAB II
Landasan Teoritis
Fluida ialah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka
di dalam fluida itu akan terbentuklah lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu
meluncur di atas yang lain, hingga mencapai bentuk yang baru. Selama perubahan
bentuk itu, terdapat tegangan geser yang besarnya tergantung pada viskositas
fluida dan laju luncur. Tetapi bila sesudah itu mendapatkan bentuk akhirnya,
semua tegangan geser itu kan hilang. Fluida yang dalam kesetimbangan itu bebas
dari segala tegangan geser.
Pada suatu suhu dan tekanan tertentu, setiap fluida mempunyai densitas
atau rapatan (density) tertentu yang dalam praktek keteknikan biasanya diukur
dalam pound per cubic atau dalam kilogram per meter kubik. Walaupun densitas
fluida bergantung pada suhu dan tekanan, perubahan densitas karena perubahan
variable itu mungkin besar atau mungkin kecil. Jika densitas itu hanya sedikit
terpengaruh oleh perubahan yang agak besar pada suhu atau tekanan, maka fluida
itu disebut tak mampu mampat (incompressible), tetapi jika densitasnya peka
terhadap perubahan variable itu, fluida itu disebut fluida mampu mampat
(compressible). Zat cait biasanya dianggap tak mampu mampat sedangkan gas-gas
mempu mampat. Namun penggunaan istilah itu relative, densita zat cair dapat saja
mengalami perubahan yang cukup berarti apabila tekanan dan suhu diubah dalam
jangkau yang cukup luas. Demikian pula gas yang mengalami perubahan tekanan
dan suhu yang kecil saja dapat berlaku sebagai fluida tak mampu mampat.
Perubahan densitasnya dalam kondisi seperti itu dapat diabaikan tanpa
menimbulkan kesalahan yang berarti. Persamaan itu dapat dituliskan dalam
bentuk diferensial yang menunjukkan kondisi pada suatu titik di dalam elemen
volume fluida, atau dapat pula dalam bentuk integral yang berlaku untuk suatu
86
volume dituliskan dalam bentuk difrernsial yang menunjukkan kondisi pada suatu
titi di dalam elemen volume fluida atau dapat pula dalam bentuk integral yang
berlaku untuk suatu volume.
A. Pengertian Fluidisasi.
Aspek utama yang akan ditinjau di dalam percobaan ini adalah untuk
mengetahui besarnya kehilangan tekanan di dalam unggun padatan yang cukup
penting karena selain erat sekali hubungannya dengan banyaknya energi yang
diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama
operasi berlangsung. Korelasikorelasi matematik yang menggambarkan hubungan
antara kehilangan tekanan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun
diperoleh melalui metode-metode yang bersifat semi empiris dengan
menggunakan bilangan-bilangan tak berdimensi.
87
2
ΔP k .μ.s
. gc= 3 u . .. .. . .. .. ... .(1)
L ∈
Dimana : dP/L : kehilangan tekanan per satuan panjang atau tinggi ukuran
6 ( 1−∈ )
s= .......................(2)
dp
atau
88
dalam total dan volume total masing-masing sama dengan luas permukaan luar
partikel dan volume ruang kosongnya. Harga konstanta ‘k’ yang diperoleh
beberapa peneliti sedikit berbeda misalnya:
2
ΔP k 1. μ. ( 1−ε ) k 2 .μ . (1−ε ) ρg 2
. gc= 2 3
u .+ . u . .............(5 )
l dp . ε ε3 dp
dimana: k1 =150
k2 = 1,75
(fluidized bed)
2
ΔP 150 ( 1−εf ) 1 ,75 ( 1−ε ) ρg 2
gc= 2 2
u+ 3
. .μ ......... ..... ... ........ (6 )
l dp .εf ε dp
89
Dimana εf adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada
keadaan ini dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam
fluida, akan terjadi kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya berat dan
gaya apung dari fluida di sekelilingnya.
Gaya berat oleh fluida yang naik = berat partikel – gaya apung atau:
g
[ ΔP ][ A ] =( A .L ) ( 1−εf ) ( ρ P−ρ f ) . .. ... ... .... ... ......(7)
gc
ΔP g
=( 1−εf ) ( ρ P−ρ f ) .. ... ...... ... ... .... ........ ... .... ...(8)
l gc
3 2 2
150 (1−ε mf ) . dp . ρg 1 , 75(dp ) ρg 2 dp . ρg ( ρs−ρg ) g
. μ mf + . μ mf = . .. .. .(9 )
ε mf . μ ε mf 3 . μ2 μ2
90
BAB III MATERI DAN METODA
A. MATERI
1. Gelas Ukur
2. Blower
3. Plat Orifice
4. Manometer Pipa U (H2O)
5. Kolom Fluidized Bed
6. Safety Valve
7. Pipa-pipa
8. Timbangan
9. Open
10. Katup
11. Penggaris
B. METODA
1. Ditimbang partikel-partikel padat (pasir kuarsa) yang akan digunakan
5. Dihidupkan blower dan di atur flow rate udara yang mengalir dengan
fluidisasi
91
C. GAMBAR RANGKAIAN PERCOBAAN
92
93
BAB V
Data Pengamatan
94
BAB VI
Analisa Data
(V 1 + V 2 )−V TOT
ε0=
(V 1 + V 2 )
(15+15)ml−24 ml
=
(15+15)ml
(30−24 )ml
=
30 ml
6 ml
=
30 ml
=0,2 ml
M 1−M 2
ρ P=
V TOT −V 1
Q
U S=
A
Dimana :
π 3 , 14
A= ×( Di )2 ⇒ A= ×( 56 ,30 mm )2
4 4
95
=0,785×152,100mm 2
¿119,3985 m2
3
Q 00 ,000022 m /sec
U S= =
A 119 ,3985 m2
=1,84256m/sec
a.
Vt 0 = A×L0
=1,84256m2×0,14
¿0,42379m3
V Udara
ε0= ⇔
b. Vt 0 V Udara=ε 0 ×Vt 0
=0,2×0,42379.m3
¿0,08476m3
c.
V Partikel =Vt 0 −V Udara
o
−Mencari Nilai μ (23 C )
96
23 y−17 ,10
=
27 2 ,44
23×2,44
y−17 ,10=
27
56 ,12
y= +461,7
27
y=19 ,17
(1−0,2) 19,17×1,84256×0, 23
=150× ×
(0,2)3 (039)2 ×9,8
0,8 8,12403 ,
¿150× ×
0,008 1,49058
¿150×100×5, 45025
¿8753 ,75 kg/m2
a. Vt 1 = A×L1
b.
V Udara=ε o ×Vt 1
=0,2×59,699m3
¿11,9398m3
97
c.
V Partikel =Vt 1 −V Udara
=59,699−11 ,9398
=47 ,7592m3
Vt 1 −V Partikel
ε mf =
d. Vt 1
3
1 ( ε mf )
Umf = ×g× ( ρPasir − ρUdara )×Dp 2
150 ( 1−ε mf )
e.
34 y−1 ,293
=
50 −0,2
34×(−0,2)
y−1 ,293=
50
−6,8
y= +1 ,293
50
3
y=1 ,158 kg/m
3
1 ( ε mf )
Umf = ×g× ( ρPasir − ρUdara )×Dp 2
150 ( 1−ε mf )
98
1 ( 0 , 2142 )3
= ×9,8× ( 2, 4687−1 , 158 )×(0 ,00039 )2
150 ( 1−0 , 2142 )
1
¿ ×2 , 4452 .10−8
150
¿1 ,63 . 10−10 m/ s
99
BAB VII
Kesimpulan
100
Daftar Pustaka
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisikeempat, jilid 2,
Erlangga, Jakarta
101