Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

A. JUDUL PERCOBAAN
FLUIDISASI

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengetahui berapa porositas bahan (ԑ0)
2. Untuk mengetahui berapa density bahan (ρp)
3. Untuk mengetahui hubungan antara ketinggian loncatan pasir kuarsa
(L) dengan selisih manometer (∆p)

4. Mempelajari pengaruh Kehilangan Tekanan( Pressure Drop) pada


Fixed dan Fluidized Bed, mengukur porositas (voidage) dan
mengamati keadaan Fluidisasi.
5. Mempelajari kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf)

C. LATAR BELAKANG

Perkembangan industri dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat


pesat. Khususnya industri pabrik yang telah banyak menggunakan teknologi
modern. Mesin-mesin produksi yang digunakan dalam sebuah industry
menggunakan metode-metode pengoperasian yang sangat bervariasi. Salah satu
contoh metode yang digunakan adalah fluidisasi. Untuk itu kami menyusun
sebuah makalah tentang fluidisasi yang bertujuan untuk memberikan pelajaran
pengetahuan, dan pemahaman tentang fluidisasi. Fluidisasi itu sendiri
adalah proses yang sama dengan pencairan dimana bahan butiran dikonversi dari
solid state seperti statis ke keadaan cairan seperti dinamis. Proses ini terjadi ketika
sebuah fluida (cairan atau gas) dilewatkan ke atas melalui bahan granular.
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti
transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus,
perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan
plastik pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses
pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami

85
sublimasi, adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih
banyak aplikasi lain
BAB II

Landasan Teoritis

Fluida ialah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka
di dalam fluida itu akan terbentuklah lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu
meluncur di atas yang lain, hingga mencapai bentuk yang baru. Selama perubahan
bentuk itu, terdapat tegangan geser yang besarnya tergantung pada viskositas
fluida dan laju luncur. Tetapi bila sesudah itu mendapatkan bentuk akhirnya,
semua tegangan geser itu kan hilang. Fluida yang dalam kesetimbangan itu bebas
dari segala tegangan geser.

Pada suatu suhu dan tekanan tertentu, setiap fluida mempunyai densitas
atau rapatan (density) tertentu yang dalam praktek keteknikan biasanya diukur
dalam pound per cubic atau dalam kilogram per meter kubik. Walaupun densitas
fluida bergantung pada suhu dan tekanan, perubahan densitas karena perubahan
variable itu mungkin besar atau mungkin kecil. Jika densitas itu hanya sedikit
terpengaruh oleh perubahan yang agak besar pada suhu atau tekanan, maka fluida
itu disebut tak mampu mampat (incompressible), tetapi jika densitasnya peka
terhadap perubahan variable itu, fluida itu disebut fluida mampu mampat
(compressible). Zat cait biasanya dianggap tak mampu mampat sedangkan gas-gas
mempu mampat. Namun penggunaan istilah itu relative, densita zat cair dapat saja
mengalami perubahan yang cukup berarti apabila tekanan dan suhu diubah dalam
jangkau yang cukup luas. Demikian pula gas yang mengalami perubahan tekanan
dan suhu yang kecil saja dapat berlaku sebagai fluida tak mampu mampat.
Perubahan densitasnya dalam kondisi seperti itu dapat diabaikan tanpa
menimbulkan kesalahan yang berarti. Persamaan itu dapat dituliskan dalam
bentuk diferensial yang menunjukkan kondisi pada suatu titik di dalam elemen
volume fluida, atau dapat pula dalam bentuk integral yang berlaku untuk suatu

86
volume dituliskan dalam bentuk difrernsial yang menunjukkan kondisi pada suatu
titi di dalam elemen volume fluida atau dapat pula dalam bentuk integral yang
berlaku untuk suatu volume.

A. Pengertian Fluidisasi.

Fluidisasi dipakai untuk menerangkan atau menggambarkan salah satu cara


mengontakkan butiran-butiran padat dengan fluida (gas atau cair). Sebagai
ilustrasi dengan apa yang dinamakan fluidisasi ini, kita tinjau suatu bejana dalam
air di dalam mana ditempatkan sejumlah partikel padat berbentuk bola, melalui
unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dengan arah aliran dari bawah ke atas.
Pada laju al ir yang cukup rendah partikel padat akan diam. Keadaan yang
demikian disebut sebagai unggun diam atau”fixed bed”. Kalau laju alir gas
dinaikkan, maka akan sampai pada suatu keadaan dimana unggun padatan tadi
tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada kondisi partikel yang mobil
ini, sifat unggun akan menyerupai sifat-sifat suatu cairan dengan viskositas tinggi,
misalnya ada kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik.
Keadaan demikian disebut “fluidized bed”.

B. Kehilangan Tekanan (Pressure Drop)

Aspek utama yang akan ditinjau di dalam percobaan ini adalah untuk
mengetahui besarnya kehilangan tekanan di dalam unggun padatan yang cukup
penting karena selain erat sekali hubungannya dengan banyaknya energi yang
diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama
operasi berlangsung. Korelasikorelasi matematik yang menggambarkan hubungan
antara kehilangan tekanan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun
diperoleh melalui metode-metode yang bersifat semi empiris dengan
menggunakan bilangan-bilangan tak berdimensi.

Untuk aliran laminer dimana kehilangan energi terutama disebabkan oleh


“viscous loses”, Blake memberikan hubungan sebagai berikut :

87
2
ΔP k .μ.s
. gc= 3 u . .. .. . .. .. ... .(1)
L ∈

Dimana : dP/L  : kehilangan tekanan per satuan panjang atau tinggi ukuran

gC        : faktor konversi

µ            : viskositas fluida

ε             : porositas unggun yang didefinisikan sebagai


perbandingan volume ruang kosong di dalam unggun
dengan volume unggunnya

V         : kecepatan alir superficial fluida

S          : luas permukaan spesifik partikel

Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume


unggun) dihitung berdasarkan korelasi berikut:

6 ( 1−∈ )
s= .......................(2)
dp

Sehingga persamaan (1) menjadi :

ΔP 36k .μ. ( 1−ε )


. gc= 2 3 u..............(3)
L dp .ε

atau

ΔP 36k .μ. ( 1−ε )


. gc= 2 3 u..............(4)
L dp .ε

Persamaan (4) ini kemudian diturunkan lagi oleh kozeny dengan


mengasumsikan bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekuivalent dengan satu
kumpulan saluransaluran lurus yang partikelnya mempunyai luas permukaan

88
dalam total dan volume total masing-masing sama dengan luas permukaan luar
partikel dan volume ruang kosongnya. Harga konstanta ‘k’ yang diperoleh
beberapa peneliti sedikit berbeda misalnya:

Kozeny  (1927)                             k’= 150

Carman ( 1937)                             k’= 180

US Bureau of Munes (1951)         k’= 200

Untuk aliran turbulen, persamaan (4) tidak bisa dipergunakan lagi,


sehingga Ergun (1952) kemudian menurunkan rumus lain dimana kehilangan
tekanan digambarkan sebagai hubungan dari : “viscous losses” dan “kinetic
energy losses”.

2
ΔP k 1. μ. ( 1−ε ) k 2 .μ . (1−ε ) ρg 2
. gc= 2 3
u .+ . u . .............(5 )
l dp . ε ε3 dp

dimana: k1      =150

k2      = 1,75

Pada tekanan ekstrim, yaitu:

1. Aliran laminer (Re=20), sehingga term II bisa diabaikan


2. Aliran turbulen (Re=1000), sehingga term I bisa diabaikan

(fluidized bed)

Untuk unggun terfluidakan, persamaan yang menggambarkan pressure


drop adalah persamaan Ergun yaitu:

2
ΔP 150 ( 1−εf ) 1 ,75 ( 1−ε ) ρg 2
gc= 2 2
u+ 3
. .μ ......... ..... ... ........ (6 )
l dp .εf ε dp

89
Dimana εf adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada
keadaan ini dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam
fluida, akan terjadi kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya berat dan
gaya apung dari fluida di sekelilingnya.

Gaya berat oleh fluida yang naik = berat partikel – gaya apung atau:

[kehilangan tekanan pada unggun] [luas penampang] = [volume unggun] [densitas


zat padat-densitas fluida].

g
[ ΔP ][ A ] =( A .L ) ( 1−εf ) ( ρ P−ρ f ) . .. ... ... .... ... ......(7)
gc
ΔP g
=( 1−εf ) ( ρ P−ρ f ) .. ... ...... ... ... .... ........ ... .... ...(8)
l gc

Kecepatan Minimum Fluidisasi

Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (Umf), adalah kecepatan


superficial fluida minimum dimana fluida mulai terjadi. Harga Umbisa diperoleh
dengan

mengkombinasikan persamaan (6) dengan persamaan (8)

3 2 2
150 (1−ε mf ) . dp . ρg 1 , 75(dp ) ρg 2 dp . ρg ( ρs−ρg ) g
. μ mf + . μ mf = . .. .. .(9 )
ε mf . μ ε mf 3 . μ2 μ2

90
BAB III MATERI DAN METODA

A. MATERI
1. Gelas Ukur
2. Blower
3. Plat Orifice
4. Manometer Pipa U (H2O)
5. Kolom Fluidized Bed
6. Safety Valve
7. Pipa-pipa
8. Timbangan
9. Open
10. Katup
11. Penggaris

B. METODA
1. Ditimbang partikel-partikel padat (pasir kuarsa) yang akan digunakan

dan dicari porositasnya

2. Diperiksa rangkaian peralatan.

3. Diuji terlebih dahulu peralatan yang digunakan dalam keadaan kosong

4. Setelah pengujian dalam keadaan kosong, pasir kuarsa diisi ke dalam

kolom dengan ketinggian tertentu

5. Dihidupkan blower dan di atur flow rate udara yang mengalir dengan

memutar valve utama dan by pass

6. Dicatat gerakan partikel yang terjadi di dalam kolom sampai terjadi

fluidisasi

7. Diulangi percobaan dengan variable flow rate yang berbeda-beda

8. Setelah pengambilan data untuk fluidized bed, kemudian ditutup katup

utama perlahan dan dilakukan pengamatan sampai partikel-partikel

pasir kuarsa diam dan dicatat sebagai fixed bed

91
C. GAMBAR RANGKAIAN PERCOBAAN

92
93
BAB V

Data Pengamatan

Temperatur Manometer Air L


NO (°C) ∆P1 Volume (cm) NOTE
(mmHg) (m3/sec)
1 31 8 0,000032 23 Fixed Bed
2 52 18 0,000034 35 Fluidized Bed
3 56 21 0,000036 45 Fluidized Bed
4 58 23 0,000038 50 Fluidized Bed
M1 = 123,1 gr D1 = 56,30 mm
M2 = 143,7 gr Dp = 0,39 mm
V1 = 15 ml ԑ0 = 0,2 ml
V2 = 15 ml ρp = 2,0666 gr/ml
Vt = 24 ml

94
BAB VI

Analisa Data

1. Menghitung Porositas Partikel

(V 1 + V 2 )−V TOT
ε0=
(V 1 + V 2 )

(15+15)ml−24 ml
=
(15+15)ml
(30−24 )ml
=
30 ml
6 ml
=
30 ml
=0,2 ml

2. Menghitung Densitas Partikel

M 1−M 2
ρ P=
V TOT −V 1

(143 ,7−123 ,1)gr


=
(24−15)ml
20,6 gr
=
9ml
=2,28gr /ml

3. Menghitung Laju Alir Udara

Q
U S=
A

Dimana :

π 3 , 14
A= ×( Di )2 ⇒ A= ×( 56 ,30 mm )2
4 4

95
=0,785×152,100mm 2
¿119,3985 m2
3
Q 00 ,000022 m /sec
U S= =
A 119 ,3985 m2

=1,84256m/sec

4. Fixed Bed (Saat Diam)

a.
Vt 0 = A×L0

=1,84256m2×0,14
¿0,42379m3

V Udara
ε0= ⇔
b. Vt 0 V Udara=ε 0 ×Vt 0

=0,2×0,42379.m3
¿0,08476m3

c.
V Partikel =Vt 0 −V Udara

=0, 4379m3 −0,08476 m3


¿0,35314 m3
( 1−ε 0 ) μ×U S ×L0
ΔP=150× ×
d. ( ε 0 )2 ( Dp )2 ×g

o
−Mencari Nilai μ (23 C )

x−x 1 y − y 1 23−0 y−17 ,10


= ⇔ =
x 2 −x 1 y 2− y1 50−23 19 , 54−17 , 10

96
23 y−17 ,10
=
27 2 ,44
23×2,44
y−17 ,10=
27
56 ,12
y= +461,7
27
y=19 ,17

( 1−ε 0 ) μ×U S ×L0


ΔP=150× 2
× 2
( ε0 ) ( Dp ) ×g

(1−0,2) 19,17×1,84256×0, 23
=150× ×
(0,2)3 (039)2 ×9,8
0,8 8,12403 ,
¿150× ×
0,008 1,49058
¿150×100×5, 45025
¿8753 ,75 kg/m2

5. Fluidized Bed (Saat Bergerak)

a. Vt 1 = A×L1

=119 ,3985m2 ×0,5m


¿59,699m3

b.
V Udara=ε o ×Vt 1

=0,2×59,699m3
¿11,9398m3

97
c.
V Partikel =Vt 1 −V Udara

=59,699−11 ,9398
=47 ,7592m3

Vt 1 −V Partikel
ε mf =
d. Vt 1

4,4787 .10−4 −3,5194 .10−4


=
4,4787 .10−4
0,95933.10−4
¿
4 ,4787 .10−4
¿0,21419
¿0,2142

3
1 ( ε mf )
Umf = ×g× ( ρPasir − ρUdara )×Dp 2
150 ( 1−ε mf )
e.

Mencari ρUdara pada suhu 34oC

x−x 1 y − y1 34−0 y−1 ,293


= ⇔ =
x 2 −x 1 y 2− y1 50−0 1, 093−1 ,293

34 y−1 ,293
=
50 −0,2
34×(−0,2)
y−1 ,293=
50
−6,8
y= +1 ,293
50
3
y=1 ,158 kg/m
3
1 ( ε mf )
Umf = ×g× ( ρPasir − ρUdara )×Dp 2
150 ( 1−ε mf )

98
1 ( 0 , 2142 )3
= ×9,8× ( 2, 4687−1 , 158 )×(0 ,00039 )2
150 ( 1−0 , 2142 )
1
¿ ×2 , 4452 .10−8
150
¿1 ,63 . 10−10 m/ s

ΔP mf = L1 ×( ρPartikel −ρUdara ) ×( 1−ε mf )


f.

=0,18×( 2, 4687−1,157 )×(1−0,2142)


=0,1855 kg/m2

99
BAB VII

Kesimpulan

Dari hasil percobaan menera distilasi kami dapat menyimpulkan

beberapakesimpulan diantara nya ialah :

1 . Hal-hal yang mempengaruhi kehilangan tekanan ( pressure loss)

2. Pada fixed dan fluidized bed adalah prositas, viskositas,velolity kolomkosong,

tinggi fixed bend an diameter pertika

100
Daftar Pustaka

Geankoplis, C. J., 1993,Transport Processes and Unit Operation, 3ndEdition, Prentice

Hall, Inc, U.S.A

McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisikeempat, jilid 2,

Erlangga, Jakarta

Penuntun Praktikum SATUAN OPERASI II, 2017, PTKI MEDAN

101

Anda mungkin juga menyukai