Dalam mekanika fluida, kita sangat erat hubungannya dengan tekanan dan
kecepatan. Karena dua fungsi tersebut adalah pokok mengapa bisa terjadi proses
mekanik. Tekanan dan kecepatan pada dasarnya memiliki nilai yang berbalik
artinya jika suatu substansi memiliki kecepatan yang tinggi maka substansi
tersebut akan memiliki tekanan yang rendah, begitupun sebaliknya.
Dalam dunia energi diperlukan suatu perhitungan untuk menentukan
momentum yang terjadi pada suatu benda dari kecepatan fluida yang menumbuk
benda tersebut. Seperti pengikisan karang yang terjadi di laut merupakan salah
satu peristiwa dalam percobaan impact of jet. Pancaran (jet) dari suatu fluida
selalu mempunyai kecepatan, oleh karena itu jet juga memiliki energi kinetik. Jika
ada penghalang yang berada pada lintasan gerak dari pancaran maka akan
menerima gaya dinamik yang disebut impact of jet
Perubahan kecepatan fluida akan menimbulkan perubahan momentum karena
kecepatan berbanding lurus terhadap momentum. Momentum yang besar ketika
menumbuk suatu bidang akan menimbulkan gaya yang besar pula. Gaya yang
timbul berupa gaya tolak yang dialami bidang yang ditumbuk.
Besaran yang berhubungan dengan kecepatan dan massa suatu benda disebut
dengan momentum. Dalam mekanika klasik, momentum dilambangkan dengan P
yang diartikan sebagai hasil perkalian dari massa dan kecepatan, sihingga
menghasilkan vektor.
Dalam dunia konversi energi diperlukan suatu perhitungan untuk menentukan
momentum yang terjadi pada suatu benda dari kecepatan fluida yang menumbuk
benda tersebut. Pancaran (jet) dari suatu fluida selalu mempunyai kecepatan, oleh
karena itu jet juga memiliki energi kinetik. Jika ada penghalang yang berada pada
lintasan gerak dari pancaran maka akan menerima gaya dinamik yang disebut
sebagai impact of Jet.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum tentang impact of
jet flow agar mengetahui bentuk permukaan terhadap tenaga yang dihasilkan oleh
Jet.
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Menurut Satriawan (2012), keadaan fluida pada setiap titik ruang dan untuk
seluruh waktu diberikan oleh informasi mengenai massa jenis dan kecepatan
fluida. Aliran fluida dapat dikategorikan menurut beberapa kondisi:
1. Bila vektor kecepatan fluida di semua titik ~𝑉 = ~(~r) bukan merupakan
fungsi waktu maka alirannya disebut aliran tetap (steady), sebaliknya bila
tidak maka disebut aliran tak tetap (non steady).
2. Bila di dalam fluida tidak ada elemen fluida yang berotasi relatif terhadap
suatu titik maka aliran fluidanya disebut alira irrotasional, sedangkan
sebaliknya disebut aliran rotasional.
3. Bila massa jenis ρ adalah konstan, bukan merupakan fungsi ruang dan waktu,
maka alirannya disebut aliran tak termampatkan, sebaliknya akan disebut
termampatkan.
4. Bila terdapat gaya gesek dalam fluida maka alirannya disebut aliran kental,
sedangkan sebaliknya akan disebut aliran tak kental. Gaya gesek ini
merupakan gaya-gaya tangensial terhadap lapisan-lapisan fluida, dan
menimbulkan disipasi energi mekanik.
Aliran fluida yang melalui suatu permukaan yang melengkung akan
mengalami perubahan kecepatan disepanjang permukaannya. Aliran tersebut
dapat diperlakukan sebagai aliran potensial yaitu aliran irrotasional dimana
komponen kecepatan dapat diturunkan dari fungsi potensial kecepatan. Dengan
menetapkan kondisi fluida incompressible dan aliran irrotational, maka
persamaan bernoulli dapat diterapkan pada aliran tersebut. Sebuah benda yang
dilewati aliran dapat diklasifikasikan sebagai bluffbody dan streamlined body yang
didasarkan atas karakteristik aerodinamik disekeliling benda tersebut. Pada aliran
disekeliling bluff body, separasi massive tejadi tanpa reattacment. Sedangkan
aliran disekitar streamlined body berdekatan. Pada benda yang sama dapat bekerja
sebagai streamlined body maupun bluff body tergantung pada orientasi aliran yang
melalui benda tersebut (Hasbi, 2009).
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
2.2 Aliran Jet
Fluida keluar dari nosel atau orifis berupa aliran jat akibat perubahan tekanan
secara tiba-tiba seiring dijumpai didalam teknik seperti jet penyemprot bahan
bakar dalam suatu pembakaran. Bentuk nosel atau orifis dimana sumber aliran jet
pada umumnya berpenampang lingkar sehingga aliran jet yang keluar adalah
aksisimetri. Selain itu ada juga aliran jet plane yaitu bentuk penampang orifis
segiempat dimana salah satu lebar sisinya jauh lebih besar dari sisi lainnya. Fluida
aliran jet bisa cair dan apabila cair maka ketika keluar dari nosel maka ia berubah
menjadi butiran-butiran halus (atomisasi) yang berukuran beberapa mikron. Besar
ukuran butiran tersebut tergantung dari tekanan aliran sebelum
keluar nosel (Karpawi, 2009).
Menurut Kaprawi (2009), jenis aliran jet dikarakteristikan dengan angka
reynolds, aliran akan laminer bila Re ≤ 2000 dan turbulen bila Re ≥ 3000.
𝑥 𝑦 𝑢 𝑈0 ×𝐿
𝑥 + = 𝐿 , 𝑦 + = 𝐿 √𝑅𝑒 , 𝑢+ = 𝑈 , 𝑅𝑒 = ................(Persamaan 21).
𝑜 𝑣
Dimana :
L = Panjang karakteristik (m).
𝑈0 = Kecepatan pada sumber jet (m/s).
y =Jarak dalam arah radial (m).
u = Kecepatan arah aksial (m/s).
x = Jarak dalam arah aksial (m).
Menurut Eswanto (2016), kerugian tekanan (pressure drop) pada nosel yang
dialiri fluida air dapat dicari menggunakan persamaan bernoulli, dengan asumsi
massa jenis air adalah konstan dan perubahan energi potensial diabaikan.
𝑃𝑖 𝑉 2 ×𝐿,𝑖 𝑃𝑠 𝑉 2 𝐿,𝑠
+ = + .............................................(Persamaan 22).
𝑃𝐿 2 𝑃𝑙 2
Dimana:
Pi = Tekanan saat masuk nosel (kPa).
ρL = Densitas fluida pada nosel (kg/m3).
Ps =Ttekanan saat keluar nosel (kPa).
vL,i = Kecepatan fluida saat masuk nosel (m/s).
vL,s = Kecepatan fluida saat keluar nosel (m/s).
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
Dari persamaan kontiunitas diperoleh :
𝑄
𝑉𝐿 = 𝐴 𝐿 ......................................................................(Persamaan 23).
𝑛
Dimana:
𝑉𝐿 = Kecepatan fluida saat masuk nosel (m/s).
𝑄𝐿 = Debit aliran pada nosel (m3/s).
𝐴𝑛 = Luas penampang nosel (m2).
Dengan mensubstitusikan persamaan 2 ke a, persamaan 1 menjadi :
𝜌𝐿 ×𝑄 2 𝐿 𝐷4𝑛
𝑃𝑖 − 𝑃𝑠 = (1 − )......................................(Persamaan 24).
2𝐴2 𝑛 𝐷4𝑖
Dimana :
𝑄𝐿 = Debit aliran pada nosel (m3/s).
𝐴𝑛 = Luas penampang nosel (m2).
Pi = Tekanan saat masuk nosel (kPa).
Ps =Ttekanan saat keluar nosel (kPa).
Persamaan bernoulli pada persamaan (9) berlaku untuk fluid ideal sedangkan
untuk fluida aksial harus dimasukkan koefisien discharge nosel (Cd) untuk
menghitung kerugian gesekan dalam nosel, sehingga persamaan bernoulli
menjuadi :
𝜌𝐿×𝑄2 𝐷4
𝑃𝑖 − 𝑃𝑠 = 2𝐶 2 ×𝐴𝐿2 (1 − 𝐷𝑛4)........................................(Persamaan 25).
𝑑 𝑛 𝑖
Dimana:
𝑃𝑖 = Tekanan saat masuk nosel (kPa).
𝑃𝑠 = Tekanan saat keluar nosel (kPa).
𝜌𝐿 = Densitas fluida pada nosel (kg/m3).
𝑄𝐿 = Debit aliran pada nosel (m3/s).
𝐴𝑛 = Luas penampang nosel (m2).
𝐷𝑛 = Diameter ujung nosel (m).
𝐷𝑖 = Diameter pangkal nosel (m).
𝐶𝑑 = Koefisien nosel.
Sehingga
1⁄
𝜌𝐿×𝑄2 2
𝐿 𝐷𝑛4
Cd={2𝐴2 (1 − )} .....................................(Persamaan 26).
𝑛(𝑃𝑖 −𝑃𝑠 )
𝐷𝑖4
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
Dimana :
𝑃𝑖 = Tekanan saat masuk nosel (kPa).
𝜌𝐿 = Densitas fluida pada nosel (kg/m3).
𝑃𝑠 = Tekanan saat keluar nosel (kPa).
𝑉𝐿1 = Kecepatan fluida saat masuk nosel (m/s).
𝑉𝐿,𝑠 = Kecepatan fluida saat keluar nosel (m/s).
𝑄𝐿 = Debit aliran pada nosel (m3/s).
𝐴𝑛 = Luas penampang nosel (m2).
𝐷𝑛 = Diameter ujung nosel (m).
𝐷𝑖 = Diameter pangkal nosel (m).
𝐶𝑑 = Koefisien nosel.
Menurut Halim (2014), berdasarkan perbandingan antara panjang abutmen
(La), dengan kedalaman aliran (Do), akan terjadi 3 tipe interaksi, yaitu :
1. D0/La < 0,5 interaksi kuat, pusaran menyebabkan pemisahan aliran pada sisi
kiri dan kanan struktur yang berlangsung tidak berkelanjutan atau hnya
sebentar-sebentar.
2. 0,5 < Do/La<1,5 interaksi lemah
3. o/La > 1,5 tidak ada interaksi, pusaran secara bebas dari sisi kiri dan kana
struktur.
Medan aliran disekitar abutmen umumnya mempunyai ciri yaitu percepatan
aliran dihulu abutmen kemudian melemah didekat abutmen, atau terjadi
perlambatan aliran, selanjutnya aliran dipisahkan oleh sistem vortex. Pada jarak
yang cukup jauh dari abutmen kearah hilir. Pemisahan aliran dan pusaran yang
kecil hanya terjadi pada bagian hulu abutmen. Jika sudut antara abutmen dan
dinding saluran 90%, maka permukaan air akan bergulung dan pemisahan pusaran
yang kecil terjadi pada sudut antara tepi saluran dengan abutmen. Aliran ke bawah
pada vertical-wall abutment bisa mengakibatkan gerakan spiral yang kuat pada
dasar saluran jika aliran cukup kuat maka aliran akan menghantam bagian hulu
abutmen, dan selanjutnya terjadi lagi pemisahan aliran. Jalur vortex akan
menyebabkan terjadinya lobang gerusan pada dasar saluran. Yang dimaksud
dengan gerusan (scouring) adalah penurunan dasar tanah sungai akibat aliran air.
Makin besar kecepatan air maka semakin dalam gerusan itu. Jenis lapisan dasar
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
Alluvial dari dasar sungai makin kecil diameternya makin besar gerusan yang
terjadi, sehingga dapat disimpulkan bahwa gerusan dapat terjadi bilamana
kecepatan geser dasar lebih besar dari kecepatan geser kritis material dasar sungai
dan terbelahnya aliran disekitar pilar jembatan. Model aliran yang dihasilkan
tergantung pada bentuk hambatan, beberapa aliran yang diamati memiliki ciri
khas yang umum pada kebanyakan kasus, misalkan hambatannya adalah pier atau
abutment jembatan termasuk pusaran permukaan pada hulu sungai, penurunan
aliran pada sepanjang permukaan struktur dan ombak dan pusaran air berbentuk
tapal kuda (Halim, 2014).
Aliran jet plane dalam bidang teknik bisa ditimbulkan dalam heat exchanger.
Jarak antara tube-tube yang sejajar dapat menimbulkan perubahan tekanan yang
besar sehingga bisa menimbulkan aliran jet. Hal ini dapat dijumpai pada hat
exchanger dimana tube disusun secara staggered. Aliran datang pertama kali
menabrak tube bertekanan tinggi dan keluar dari baris pertama dari tube
menimbulkan aliran jet untuk menabrak tube pada baris kedua. Profil kecepatan
aliran jet adalah parabol yang mana kecepatan maksimum terjadi pada tengah jet
sepanjang jarak aksial dari jet. untuk plane jet pada daerah self-preserving,
kecepatan maksimum pada tengan jet 𝑈𝑚 adalah fungsi dari koordinat tak
berdimendi y/x, dimana y adalah jarak dari tengah kearah radial dan x adalah
jarak dari sumber jet kearah aksial (Kaprawi, 2009).
Menurut Kaprawi (2009), Pada tengah jet y=0, kecepatan aksial maksimum
adalah 𝑈𝑚 kecepatan maksimum berbanding terbalik dengan jarak aksial X:
1
𝑈𝑚 𝑐×𝐴0 ⁄2
= ..............................................................(Persamaan 27).
𝑈0 𝑥
Dimana :
𝐴0 = Luas penampang nosel (m).
𝑈𝑚 = Kecepatan maksimum (m/s).
𝑈0 = Kecepatan awal (m/s).
𝑥 = Jarak aksial (m).
Praktikum impact of jet flow dilaksanakan pada hari Jum’at, 7 Oktober 2016,
bertempat di laboratorium Mekanika Fluida. Program studi Keteknikan Pertanian,
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Alat yang digunakan dalam percobaan impact of jet flow adalah impact of jet
flow (manometer, skalar, damp, velve, saluran pengeluaran, dan kran pembuka),
kalkulator, stopwatch, lap halus, pemberat, plat (datar, semipheris, dan kurva).
Bahan yang digunakan pada percobaan impact of jet flow adalah air.
3.3 Prosedur Kerja
Dimana :
𝐹𝑦 = Gaya (N).
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
𝜌 =Massa jenis air (kg/m3).
𝑉 =Volume (m3).
v = Kecepatan (m/s).
3.4.2 Plat Shemipheris (𝑎 = 120°)
𝑄 𝑄 3 𝑄2
𝐹𝑦 = 𝜌 × 𝑄 (𝐴 + 2𝐴) = 𝜌 .............................................(Persamaan 29).
2 𝐴
Dimana :
𝐹𝑦 = Gaya (N).
𝜌 = Massa jenis air (kg/m3).
𝑄 = Debit aliran (m3/s).
𝐴 = Luas penampang (m).
𝑎 = Sudut alfa (°).
3.4.3. Plat Kurva (𝑎 = 0°)
𝑄 𝑄 𝑄2
𝐹𝑦 = 𝜌 × 𝑄 (𝐴 + 𝐴 ) = 2𝜌 .................................................(Persamaan 30).
𝐴
Dimana :
𝐹𝑦 = Gaya (N).
𝜌 = Massa jenis air (kg/m3).
𝑄 = Debit aliran (m3/s).
𝐴 = Luas penampang (m).
𝑎 = Sudut alfa (°).
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
c. Plat Kurva
1. Penambahan Massa
Tabel 9. Data hasil penambahan massa pada plat kurva
Q
Massa V 3 𝑄2
No t (s) (𝑚 / 𝐹𝑦 (𝑁) 𝑤
(Kg) (𝑚3 ) (𝑚3 /𝑠)
𝑠)
1 0,109 10 300 900 0,0009 30000 29999,99
2 0,209 10 290 841 0,000841 29000 28999,99
3 0,309 10 310 961 0,000961 31000 30999,99
Sumber: Data primer setelah diolah di Laboratorium Mekanika
Fluida, 2016.
2. Pengurangan Massa
1. Plat Datar
a. Penambahan Massa
400000
penambahan
300000
200000
100000
0
0.109 0.209 0.309
M (kg)
400000
pengurangan
300000
200000
100000
0
0.309 0.209 0.109
M (kg)
14000
12000
10000
8000
F (N)
penambahan
6000
4000
2000
0
0.109 0.209 0.309
M (kg)
12000
10000
8000
F (N)
pengurangan
6000
4000
2000
0
0.309 0.209 0.109
M (kg)
35000
34000 penambahan
33000
32000
31000
0.109 0.209 0.309
M (kg)
30000
penambahan
20000
10000
0
0.309 0.209 0.109
M (kg)
4.2 Pembahasan
Pada percobaan impact of jet flow dilakukan tiga kali pengambilan data yaitu
pada plat datar, plat shemiperis dan plat kurva yang dilakukan secara bergantian.
Hasil yang diperoleh pada percobaan penambahan dan pengurangan beban pada
plat datar yaitu semakin besar beban yang diberikan maka semakin kecil gaya
yang dihasilakan atau gaya yang diasilkan bisa saja tetap. Pada plat semipheris,
hasil yang diperoleh pada penambahan dan pengurangan beban yaitu pada
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
penambahan beban yang kecil menghasilkan gaya yang besar tetapi apabila
diberikan beban yang lebih berat lagi menghasilkan gaya yang tetap seperti
tampak pada grafik yang menunjukkan gaya yang dihasilkan pada penambahan
beban pertama itu tenggi sedangkan gaya yang dihasilkan pada penambahan
beban berikutnya tetap, namun pengurangan plat semipheris justru menghasilkan
gaya yang tetap. Pada percobaan plat kurva, diperoleh hasil yang sedikit berbeda
yaitu penambahan beban pertama menghasilkan gaya yang besar, pada
penambahan beban kedua menghasilkan gaya yang rendah dari beban pertama,
kemudian pada penambahan beban ketiga beban yang dihasilkan naik namun
kenaikan gayanya hanya sedikit.
Dilihat dari grafik hubungan antara gaya dan massa maka dapat disimpulkan
bahwa pada massa 200 g akan menghasilkan gaya yang besar baik itu pada
penambahan massa maupun pengurangan massa, sedangkan pada penambahan
massa sebesar 300 g maka gaya yang dihasilkan akan lebih kecil atau menurun
dari pada gaya yang dihasilkan oleh massa 200 g. Dan dapat dilihat bahwa gaya
yang dihasilkan pada saat penambahan massa lebih besar dari pada pengurangan
massa meskipun massa yang digunakan adalah sama.
Ada tiga macam plat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu plat
datar, plat semipheris dan plat kurva. Dimana pancuran yang dihasilkan oleh plat
datar lebih keci dibadingkan pancuran yang dihasilkan plat semipheris, dan
pancuran yang dihasilkan plat semipheris lebih kecil dari pada plat kurva.
Semakin besar sudut maka akan semakin kecil pancuran yang dihasilkan, hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Ardiansah (2007), terdapat empat rezim yang
menggambarkan fenomena kecepatan dalam venturi.
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
DAFTAR PUSTAKA
Eswanto, 2016. Efek Variasi Debit Aliran Primerdan Sekunder Dalam Mencapai
Kevakuman Pada Liquid Jet Gas Gump. Institut Teknologi Medan:
Sumatera Utara.
Finawan, Aidi dan Arif Mardiyanto, 2011. Pengukuran Debit Air Berbasis
Mikrokontroler AT89S51. Politeknik Negeri Lhokseumawe: Aceh.
1. Plat Datar
a. Penambahan Massa
Tabel 11. Data penambahan massa pada plat datar
No Massa (Kg) ℎ0 (𝑚3 ) ℎ1 (𝑚3 ) t(s)
1 0,109 0 0,4 10
2 0,209 0,4 0,7 10
3 0,309 0,7 1 10
Sumber: Data Primer sebelum diolah diLaboratorium Mekanika
Fluida, 2016.
b. Pengurangan Massa
Tabel 12. Data pengurngan massa pada plat datar
No Massa (Kg) ℎ0 (𝑚3 ) ℎ1 (𝑚3 ) t(s)
1 0,109 1 1,35 10
2 0,209 1,35 1,65 10
3 0,309 1,65 2 10
Sumber: Data Primer sebelum diolah diLaboratorium Mekanika
Fluida, 2016.
2. Plat Shemiperis
a. Penambahan Massa
Tabel 13. Data penambahan massa pada plat semipheris
No Massa (Kg) ℎ0 (𝑚3 ) ℎ1 (𝑚3 ) t(s)
1 0,109 0 0,2 10
2 0,209 0,2 0,35 10
3 0,309 0,35 0,5 10
Sumber: Data primer sebelum diolah diLaboratorium Mekanika
Fluida, 2016.
b. Pengurangan Massa
Tabel 14. Data penambahan massa pada plat semipheris
No Massa (Kg) ℎ0 (𝑚3 ) ℎ1 (𝑚3 ) t(s)
1 0,109 0,5 0,7 10
2 0,209 0,7 0,9 10
3 0,309 0,9 1,1 10
Sumber : Data primer sebelum diolah diLaboratorium Mekanika Fluida,
2016.
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
3. Plat Kurva
a. Penambahan Massa
Tabel 15. Data penambahan massa pada plat semipheris
No Massa (Kg) ℎ0 (𝑚3 ) ℎ1 (𝑚3 ) t(s)
1 0,109 0 0,3 10
2 0,209 0,3 0,59 10
3 0,309 0,59 0,9 10
Sumber: Data primer sebelum diolah diLaboratorium Mekanika
Fluida, 2016.
b. Pengurangan Massa
Tabel 16. Data penambahan massa pada plat semipheris
No Massa (Kg) ℎ0 (𝑚3 ) ℎ1 (𝑚3 ) t(s)
1 0,109 0,9 1,29 10
2 0,209 1,29 1,59 10
3 0,309 1,59 1,9 10
Sumber: Data primer sebelum diolah diLaboratorium Mekanika Fluida,
2016.
B. Perhitungan
A. Plat Datar
1. Penambahan Massa
a. Mencari volume (𝑚3 )
𝑉 = ℎ𝑛 − ℎ0
𝑉1 = 0,4 − 0 = 0,4 𝑚3
𝑉2 = 0,7 − 0,4 = 0,3 𝑚3
𝑉3 = 1 − 0,7 = 0,3 𝑚3
𝑚3
b. Menghitung debit aliran ( )
𝑠
𝑉
𝑄𝑛 =
𝑡
0,4 𝑚3
𝑄1 = = 0,04 ( )
10 𝑠
0,3 𝑚3
𝑄1 = = 0,03 ( )
10 𝑠
0,3 𝑚3
𝑄1 = = 0,03 ( )
10 𝑠
𝑄
𝑉𝑛 =
𝐴
0,04
𝑉1 = 50,24×10−6 = 796,1783 𝑚⁄𝑠
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
0,03
𝑉1 = 50,24×10−6 = 597,13376 𝑚⁄𝑠
0,03
𝑉1 = 50,24×10−6 = 597,13376 𝑚⁄𝑠
𝑉
𝑄𝑛 =
𝑡
0,35 𝑚3
𝑄1 = = 0,035
10 𝑠
0,3 𝑚3
𝑄1 = = 0,03
10 𝑠
0,35 𝑚3
𝑄1 = = 0,035
10 𝑠
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
c. Menghitung Kecepatan (m/s)
𝑄
𝑉𝑛 =
𝐴
0,035
𝑉1 = = 696, 6561 𝑚⁄𝑠
50,24 × 10−6
0,03
𝑉1 = = 579.1337𝑚⁄𝑠
50,24×10−6
0,035
𝑉1 = = 696, 6561 𝑚⁄𝑠
50,24×10−6
e. Menghitung gaya
𝐹𝑛 = 𝜌 × 𝑄(𝑉 − 𝑉𝑐𝑜𝑠 𝑎)
𝐹1 = 1000 × 0,035(0,35 − 696, 6561 × −1) = 24395,2135 N
𝐹1 = 1000 × 0,03(0,3 − 579.1337 × −1) = 17383.011 N
𝐹1 = 1000 × 0,035(0,35 − 696, 6561 × −1) = 24395,2135 N
f. Mencari Plet Datar
𝐹𝑦 = 𝜌(𝑉 − 𝑉 cos 𝑎)
𝐹𝑦 = 1000 (0,35 − 696,6561 × −1) = 697006,1 N
𝐹𝑦 = 1000 (0,3 − 579.1337 × −1) =579433,7 N
𝐹𝑦 = 1000 (0,35 − 696,6561 × −1) = 697006,1N
B. Plat Semipheris (𝑎 = 120°)
1. Penambahan Massa
a. Mencari Volume (𝑚3 )
𝑉 = ℎ𝑛 − ℎ0
𝑉1 = 0,2 − 0 = 0,2 𝑚3
𝑉2 = 0,35 − 0,2 = 0,15 𝑚3
𝑉3 = 0,5 − 0,35 = 0,15 𝑚3
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
𝑚3
b. Menghitung debit aliran ( )
𝑠
𝑉
𝑄𝑛 =
𝑡
0,2 𝑚3
𝑄1 = = 0,02
10 𝑠
0,15 𝑚3
𝑄1 = = 0,015
10 𝑠
0,15 𝑚3
𝑄1 = = 0,015
10 𝑠
c. Menghitung Volume
𝑄
𝑉𝑛 =
𝐴
0,02
𝑉1 = = 398,0891
50,24 × 10−6
0,015
𝑉1 = 50,24×10−6 = 298.5668
0,015
𝑉1 = 50,24×10−6 = 298.5668
𝑉
𝑄𝑛 =
𝑡
0,2 𝑚3
𝑄1 = = 0,02
10 𝑠
0,2 𝑚3
𝑄1 = = 0,02
10 𝑠
0,2 𝑚3
𝑄1 = = 0,02
10 𝑠
3 0,022 3 0,0004
𝐹𝑦 = × 1000 = × 1000 = 11942,67 𝐹
2 0,00005024 2 0,00005024
3 0,022 3 0,0004
𝐹𝑦 = × 1000 = × 1000 = 11942,67 𝐹
2 0,00005024 2 0,00005024
3 0,022 3 0,0004
𝐹𝑦 = × 1000 = × 1000 = 11942,67 𝐹
2 0,00005024 2 0,00005024
𝑉
𝑄𝑛 =
𝑡
0,3 𝑚3
𝑄1 = 10
= 0,03 𝑠
0,29 𝑚3
𝑄1 = = 0,029
10 𝑠
0,31 𝑚3
𝑄1 = = 0,031
10 𝑠
0,032
𝐹𝑦 = 2 × 1000 ×
0,00005024
0,0009
= 2000 × = 35828,02547 𝐹
0,00005024
0,0292
𝐹𝑦 = 2 × 1000 ×
0,00005024
0,000841
= 2000 × = 33479,2993 𝐹
0,00005024
0,0312
𝐹𝑦 = 2 × 1000 ×
0,00005024
0,000961
= 2000 × 0,00005024 = 38256,36942 F
Nama : Nur Afiqa
Nim : G411 15 009
2. Pengurangan Massa
a. Mencari volume (𝑚3 )
𝑉 = ℎ𝑛 − ℎ0
𝑉1 = 1,29 − 0,9 = 0,39 𝑚3
𝑉2 = 1,59 − 1,29 = 0,3 𝑚3
𝑉3 = 1,9 − 1,59 = 0,31𝑚3
𝑚3
b. Menghitung debit aliran ( )
𝑠
𝑉
𝑄𝑛 =
𝑡
0,39 𝑚3
𝑄1 = = 0,039
10 𝑠
0,3 𝑚3
𝑄1 = = 0,03
10 𝑠
0,31 𝑚3
𝑄1 = = 0,031
10 𝑠