Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mekanika fluida merupakan cabang ilmu teknik mesin yang mempelajari keseimbangan
dan gerakan gas maupun zat cair serta gaya tarik dengan benda-benda disekitarnya atau yang
dilalui saat mengalir. Istilah lain adalah HYDROMECHANIC ; sedangkan HIDROLIKA
merupakan penerapan dari ilmu tersebut yang menyangkut kasus-kasus teknik dengan batas-
tertentu, dan semua cara penyelesaiannya. Jadi, hidrolika membahas hukum keseimbangan
dan gerakan fluida serta aplikasinya untuk hal-hal yang praktis.
Sasaran pokok dari hidrolika adalah aliran fluida yang dikelilingi oleh selubung; seperti
misalnya aliran didalam saluran-terbuka & tertutup. Sebagai contoh : aliran pada sungai,
terusan, cerobong dan juga pipa saluran; nozzle dan komponen-komponen mesin hidrolik.
Jadi sasaran utama hidrolika adalah aliran dalam dari fluida dengan istilah INTERNAL
PROBLEMS yang berbeda dengan EXTERNAL PROBLEMS yang membahas aliran media
disekeliling benda yang dicelupkan didalamnya ; seperti misalnya benda padat yang bergerak
dalam air atau diudara. Khusus tentang aliran luar, teorinya banyak dibahas dalam
HYDRODYNAMICS dan AERODYNAMICS yang menyangkut perencanaan kapal terbang
dan kapal laut.
Perlu diingat, istilah FLUIDA didalam MEKANIKA FLUIDA mempunyai pengertian
yang lebih luas dibanding yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Fluida adalah semua
bahan yang cenderung berubah bentuknya walaupun mengalami gaya-luar yang sangat kecil.
Ada perbedaan zat cair cenderung untuk mengumpul dan membentuk tetesan ( apabila
jumlahnya sedikit). Untuk volume yang banyak ia akan membentuk muka bebas ( FREE
SURFACE). Sifat penting lainnya dari zat-cair, perubahan tekanan dan temperatur hampir
atau sama sekali tak berpengaruh terhadap volume; sehingga dalam praktek zat cair
dianggap bersifat INCOMPRESSIBLE. Sedangkan gas akan mengkerut bila mengalami
tekanan dan memuai tak-terhingga besarnya bila tekanan hilang.
Jadi, sifatnya betul-betul kompresibel. Selain perbedaan tersebut, pada kondisi tertentu
hukum gerakan untuk zat cair dan gas secara praktis adalah sama. Salah satu keadaan yang
dimaksudkan adalah, gas mengalir dengan kecepatan yang rendah dibanding kecepatan suara
didalamnya.
Bidang hidrolika khusus mempelajari gerakan zat cair. INTERNAL FLOW dari gas
hanya disinggung jika kecepatan alirnya jauh lebih rendah dibanding kecepatan suara,
sehingga sifat kompresibelnya dapat kita abaikan. Kasus demikian banyak kita jumpai dalam
bidang teknik; misalnya : aliran udara dalam sistem ventilasi dan saluran-saluran gas ( AIR
DUCTS ).
Dalam mekanika fluida, kita sangat erat hubungannya dengan tekanan dan kecepatan.
Karena dua fungsi tersebut adalah pokok mengapa bisa terjadi proses mekanik. Tekanan dan
kecepatan pada dasarnya memiliki nilai yang berbalik artinya jika suatu substansi memiliki
kecepatan yang tinggi maka substansi tersebut akan memiliki tekanan yang rendah, begitupun
sebaliknya.
Dalam dunia energi diperlukan suatu perhitungan untuk menentukan momentum yang
terjadi pada suatu benda dari kecepatan fluida yang menumbuk benda tersebut. Seperti
pengikisan karang yang terjadi di laut merupakan salah satu peristiwa dalam percobaan
impact of jet. Pancaran (jet) dari suatu fluida selalu mempunyai kecepatan, oleh karena itu jet
juga memiliki energi kinetik. Jika ada penghalang yang berada pada lintasan gerak dari
pancaran maka akan menerima gaya dinamik yang disebutimpact of jet
Perubahan kecepatan fluida akan menimbulkan perubahan momentum karena kecepatan
berbanding lurus terhadap momentum. Momentum yang besar ketika menumbuk suatu
bidang akan menimbulkan gaya yang besar pula. Gaya yang timbul berupa gaya tolak yang
dialami bidang yang ditumbuk.
Besaran yang berhubungan dengan kecepatan dan massa suatu benda disebut dengan
momentum. Dalam mekanika klasik, momentum dilambangkan dengan P yang diartikan
sebagai hasil perkalian dari massa dan kecepatan, sehingga menghasilkan vektor.
Dalam dunia konversi energi diperlukan suatu perhitungan untuk menentukan
momentum yang terjadi pada suatu benda dari kecepatan fluida yang menumbuk benda
tersebut. Pancaran (jet) dari suatu fluida selalu mempunyai kecepatan, oleh karena itu jet juga
memiliki energi kinetik. Jika ada penghalang yang berada pada lintasan gerak dari pancaran
maka akan menerima gaya dinamik yang disebut sebagai impact of Jet.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum tentang impact of jet flow agar
mengetahui bentuk permukaan terhadap tenaga yang dihasilkan oleh Jet.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan aliran fluida dan cara menghitungnya?


2. Apa itu prinsip bernouli?
3. Apa yang dimaksud dengan aliran jet?
4. Bagaimana menghitung debit?

1.3 Tujuan Praktikum

1. Untuk memahami prinsip bernouli.


2. Untuk memahami distribusi tekanan statis pada venture nosel.
3. Untuk memahami cara menghitung aliran fluida.
4. Untuk memahami debit dan cara menghitung debit.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Aliran Fluida
Menurut Satriawan (2012), keadaan fluida pada setiap titik ruang dan untuk seluruh
waktu diberikan oleh informasi mengenai massa jenis dan kecepatan fluida. Aliran fluida
dapat dikategorikan menurut beberapa kondisi:
1. Bila vektor kecepatan fluida di semua titik V = ( r ) bukan merupakan fungsi waktu
maka alirannya disebut aliran tetap (steady), sebaliknya bila tidak maka disebut aliran tak
tetap (non steady).
2. Bila di dalam fluida tidak ada elemen fluida yang berotasi relatif terhadap suatu titik
maka aliran fluidanya disebut alira irrotasional, sedangkan sebaliknya disebut aliran
rotasional.
3. Bila massa jenis ρ adalah konstan, bukan merupakan fungsi ruang dan waktu, maka
alirannya disebut aliran tak termampatkan, sebaliknya akan disebut termampatkan.
4. Bila terdapat gaya gesek dalam fluida maka alirannya disebut aliran kental, sedangkan
sebaliknya akan disebut aliran tak kental. Gaya gesek ini merupakan gaya-gaya
tangensial terhadap lapisan-lapisan fluida, dan menimbulkan disipasi energi mekanik.
Aliran fluida yang melalui suatu permukaan yang melengkung akan mengalami
perubahan kecepatan disepanjang permukaannya. Aliran tersebut dapat diperlakukan sebagai
aliran potensial yaitu aliran irrotasional dimana komponen kecepatan dapat diturunkan dari
fungsi potensial kecepatan. Dengan menetapkan kondisi fluida incompressible dan aliran
irrotational, maka persamaan bernoulli dapat diterapkan pada aliran tersebut. Sebuah benda
yang dilewati aliran dapat diklasifikasikan sebagai bluffbody dan streamlined body yang
didasarkan atas karakteristik aerodinamik disekeliling benda tersebut. Pada aliran disekeliling
bluff body, separasi massive tejadi tanpa reattacment. Sedangkan aliran disekitar streamlined
body berdekatan. Pada benda yang sama dapat bekerja sebagai streamlined body maupun
bluff body tergantung pada orientasi aliran yang melalui benda tersebut (Hasbi, 2009).

2.2 Prinsip Bernouli

Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa di mana kecepatan aliran fluida tinggi, tekanan
fluida rendah. Sebaliknya jika kecepatan aliran fluida rendah, tekanannya menjadi tinggi.
Ketika sepeda motor bergerak dengan cepat, maka kecepatan udara di bagian depan dan
samping tubuhmu tinggi. Dengan demikian, tekanan udara menjadi rendah. Bagian belakang
tubuhmu terhalangi bagian depan tubuhmu, sehingga kecepatan udara di bagian belakang
tubuhmu tidak berubah menjadi tinggi (tepat di bagian belakang tubuhmu). Akibatnya
tekanan udara di bagian belakang tubuhmu menjadi lebih besar. Karena ada perbedaan
tekanan udara, di mana tepat di bagian belakang tubuh tekanan udara lebih besar maka udara
mendorong bajumu ke belakang sehingga bajumu kelihatan kembung ke belakang.

Bagaimana dengan daun pintu rumah yang menutup sendiri ketika angin bertiup kencang di
luar rumah ? Udara yang berada di luar rumah bergerak lebih cepat daripada udara yang
berada di dalam rumah. Akibatnya, tekanan udara di luar rumah lebih kecil daripada tekanan
udara di dalam rumah. Karena ada perbedaan tekanan, di mana tekanan udara di dalam rumah
lebih besar, maka pintu didorong keluar. Dengan kata lain, daun pintu bergerak dari tempat
yang tekanan udaranya besar menuju tempat yang tekanan udaranya kecil.

2.3 Aliran Jet

Fluida keluar dari nosel atau orifis berupa aliran jat akibat perubahan tekanan secara tiba-
tiba seiring dijumpai didalam teknik seperti jet penyemprot bahan bakar dalam suatu
pembakaran. Bentuk nosel atau orifis dimana sumber aliran jet pada umumnya berpenampang
lingkar sehingga aliran jet yang keluar adalah aksisimetri. Selain itu ada juga aliran jet plane
yaitu bentuk penampang orifis segiempat dimana salah satu lebar sisinya jauh lebih besar dari
sisi lainnya. Fluida aliran jet bisa cair dan apabila cair maka ketika keluar dari nosel maka ia
berubah menjadi butiran-butiran halus (atomisasi)yang berukuran beberapa mikron. Besar
ukuran butiran tersebut tergantung dari tekanan aliran sebelum
keluar nosel (Karpawi, 2009).
Menurut Kaprawi (2009), jenis aliran jet dikarakteristikan dengan angka reynolds, aliran
akan laminer bila Re ≤ 2000 dan turbulen bila Re ≥ 3000.
U ×L
u 0
+ ¿= ,R = ¿
y U e v

x + ¿= √R ,u
o
¿
................(Persamaan 1)
e

+¿= , y L ¿
L
x
Dimana :
L = Panjang karakteristik (m).
U 0= Kecepatan pada sumber jet (m/s).
y =Jarak dalam arah radial (m).
u = Kecepatan arah aksial (m/s).
x = Jarak dalam arah aksial (m).
Menurut Eswanto (2016), kerugian tekanan (pressure drop) pada nosel yang dialiri
fluida air dapat dicari menggunakan persamaan bernoulli, dengan asumsi massa jenis air
adalah konstan dan perubahan energi potensial diabaikan.
Pi V 2 × L,i Ps V 2 L, s
+ = + .............................................(Persamaan 2)
PL 2 Pl 2

Dimana:
Pi = Tekanan saat masuk nosel (kPa).
ρL = Densitas fluida pada nosel (kg/m3).
Ps =Ttekanan saat keluar nosel (kPa).
vL,i = Kecepatan fluida saat masuk nosel (m/s).
vL,s = Kecepatan fluida saat keluar nosel (m/s).
Dari persamaan kontiunitas diperoleh :
QL
V L= ......................................................................(Persamaan 3).
An
Dimana:
V L = Kecepatan fluida saat masuk nosel (m/s).
Q L = Debit aliran pada nosel (m3/s).
An = Luas penampang nosel (m2).
Dengan mensubstitusikan persamaan 2 ke a, persamaan 1 menjadi :
ρ L × Q 2L D 4n
Pi−P s=
2 A 2n ( 1−
D 4i )......................................(Persamaan 4)

Dimana :
Q L = Debit aliran pada nosel (m3/s).
An = Luas penampang nosel (m2).
Pi = Tekanan saat masuk nosel (kPa).
Ps =Ttekanan saat keluar nosel (kPa).
Persamaan bernoulli pada persamaan (9) berlaku untuk fluid ideal sedangkan untuk
fluida aksial harus dimasukkan koefisien discharge nosel (Cd) untuk menghitung kerugian
gesekan dalam nosel, sehingga persamaan bernoulli menjuadi :
ρ L×Q Dn4 D 4n
( )
2

Pi−P s= L
1− ........................................(Persamaan 5)
2C 2d × A 2n Di4 D 4i

Dimana:
Pi = Tekanan saat masuk nosel (kPa).
Ps = Tekanan saat keluar nosel (kPa).
ρ L = Densitas fluida pada nosel (kg/m3).
Q L = Debit aliran pada nosel (m3/s).
An = Luas penampang nosel (m2).
Dn = Diameter ujung nosel (m).
Di = Diameter pangkal nosel (m).
C d = Koefisien nosel.
Sehingga
1
ρL ×Q D 4n
Cd=
{ 2

2 A2n ( P −P )
i
L

s
( )}
1−
D 4i
2
.....................................(Persamaan 6)

Dimana :
Pi =Tekanan saat masuk nosel (kPa).
ρ L = Densitas fluida pada nosel (kg/m3).
Ps = Tekanan saat keluar nosel (kPa).
V L1= Kecepatan fluida saat masuk nosel (m/s).
V L, s = Kecepatan fluida saat keluar nosel (m/s).
Q L = Debit aliran pada nosel (m3/s).
An = Luas penampang nosel (m2).
D n = Diameter ujung nosel (m).
Di = Diameter pangkal nosel (m).
C d = Koefisien nosel.
Menurut Halim (2014), berdasarkan perbandingan antara panjang abutmen (La), dengan
kedalaman aliran (Do), akan terjadi3 tipe interaksi, yaitu :
1. D0/La < 0,5 interaksi kuat, pusaran menyebabkan pemisahan aliran pada sisi kiri dan
kanan struktur yang berlangsung tidak berkelanjutan atau hnya sebentar-sebentar.
2. 0,5 < Do/La<1,5 interaksi lemah
3. o/La > 1,5 tidak ada interaksi, pusaran secara bebas dari sisi kiri dan kana struktur.
Medan aliran disekitar abutmen umumnya mempunyai ciri yaitu percepatan aliran dihulu
abutmen kemudian melemah didekat abutmen, atau terjadi perlambatan aliran, selanjutnya
aliran dipisahkan oleh sistem vortex. Pada jarak yang cukup jauh dari abutmen kearah
hilir.Pemisahan aliran dan pusaran yang kecil hanya terjadi pada bagian hulu abutmen. Jika
sudut antara abutmen dan dinding saluran 90%, maka permukaan air akan bergulung dan
pemisahan pusaran yang kecil terjadi pada sudut antara tepisaluran dengan abutmen. Aliran
ke bawah pada vertical-wallabutment bisa mengakibatkan gerakan spiral yang kuat pada
dasar saluran jika aliran cukup kuat maka aliran akan menghantam bagian hulu abutmen, dan
selanjutnya terjadi lagi pemisahan aliran. Jalur vortex akan menyebabkan terjadinya lobang
gerusan pada dasar saluran. Yang dimaksud dengan gerusan (scouring) adalah penurunan
dasar tanah sungai akibat aliran air. Makin besar kecepatan air maka semakin dalam gerusan
itu. Jenis lapisan dasar Alluvial dari dasar sungai makin kecil diameternya makin besar
gerusan yang terjadi, sehingga dapat disimpulkan bahwa gerusan dapat terjadi bilamana
kecepatan geser dasar lebih besar dari kecepatan geser kritis material dasar sungai dan
terbelahnya aliran disekitar pilar jembatan. Model aliran yang dihasilkan tergantung pada
bentuk hambatan, beberapa aliran yang diamati memiliki ciri khas yang umum pada
kebanyakan kasus, misalkan hambatannya adalah pier atau abutment jembatan termasuk
pusaran permukaan pada hulu sungai, penurunan aliran pada sepanjang permukaan struktur
dan ombak dan pusaran air berbentuk tapal kuda (Halim, 2014).
Aliran jet plane dalam bidang teknik bisa ditimbulkan dalam heat exchanger. Jarak
antara tube-tube yang sejajar dapat menimbulkan perubahan tekanan yang besar sehingga
bisa menimbulkan aliran jet. Hal ini dapat dijumpai pada hat exchanger dimana tube disusun
secara staggered. Aliran datang pertama kali menabrak tube bertekanan tinggi dan keluar dari
baris pertama dari tube menimbulkan aliran jet untuk menabrak tube pada baris kedua. Profil
kecepatan aliran jet adalah parabol yang mana kecepatan maksimum terjadipada tengah
jetsepanjang jarak aksial dari jet. untuk plane jet pada daerah self-preserving, kecepatan
maksimum pada tengan jetU m adalah fungsi dari koordinat tak berdimendi y/x, dimana y
adalah jarak dari tengah kearah radial dan x adalah jarak dari sumber jet kearah aksial
(Kaprawi, 2009).
Menurut Kaprawi (2009),Pada tengah jet y=0, kecepatan aksial maksimum adalah U m
kecepatan maksimum berbanding terbalik dengan jarak aksial X:
1
Um c × A02 (Persamaan 27).
=
U0 x
Dimana :
A0 =¿Luas penampang nosel (m).
U m =¿Kecepatan maksimum (m/s).
U 0 =¿Kecepatan awal (m/s).
x=¿Jarak aksial (m).

2.3 Pengukuran Debit


Debit merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi besarnya gerusan lokal yang
terjadi disekitar abutmen jembatan. Semakin besar debit yang terjadi maka besarnya gerusan
yang diakibatkan adanya pengaruh debit, juga akan berbeda pula. Dampak dari gerusan lokal
harus diwaspadai karena dapat berpengaruh pada penurunan stablitas keamanan bangunan
air. Pengukuran debit secara analog dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
venturimeter. Venturimeter terdiri atas pipa yang memiliki luas penampang berbeda, masing-
masing memiliki tabung dibagian atas pipa untuk mengetahui tekanan pipa. Pada percobaan
tabung venturimeter, tekanan tinggi dialami oleh diameter yang besar, sedangkan tekanan
rendah berada pada diameter yang kecil, laju aliran dan debit didapatkan melalui
venturimeter yang diperleh dari selisih ketinggian menunjukkan tekanan yang dialami pada
masing-masing pipa. Pengukuran debit fluida juga dapat dilakukan secara digital dengan
menggunakan bantuan pianti elektronik(Halim, 2014).
Phototransistor merupakan alat semikonduktor dengan sumber cahaya inframerah yang
dipasang pada sebuah baling-baling dan berguna untuk mengukur debit. Inframerah
merupakan cahaya memancar yang tidak dapat dilihat oleh mata. Phototransisor
menggunakan pendeteksi baling-baling dalam mengukur debit. Hasil pengukuran
menggunakan satu sensor yaitu phototransistor untuk mengukur debit (Finawan, 2011).
Menurut Ardiansah (2007), terdapat empat rezim yang menggambarkan fenomena
kecepatan dalam venturi diantaranya :
1. Reyleigh je breakup
Pada rezim ini, kecepatan jet berkisar antara 0-500 m/s, aliran jet sangat dipengaruhi oleh
tegangan permukaan dan gelembung belum banyak terbentuk. Adapun bentuk aliran jet yang
terbentuk setelah melewati nozzle venture.
2. First wind induced breakupregine
Pada rezim ini, kecepatan aliran jet berkisar antara 500-1000 m/s, aliran jet dan
pembentukan gelembung sangat dipengaruhi oleh diameter jet. Pada kasus ini, meningkatnya
pengaruh tegangan permukaan oleh gerakan cairan dan gas disebabkan distribusi tekanan
statis yang melewati aliran jet dan akan mempercepat pemecahan aliran jet.
3. Second wind induced breakup regime
Pada rezim ini, kecepatan aliran jet berkisar antara 1000-1800 m/s, pembentukan
gelembung sangat banyak dan lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan diameter aliran jet.
Hal ini disebabkan adanya gerakan cairan dan gas dimana tegangan permukaan dipengaruhi
olehpembentukan aliran yang berombak.
4. Atomization regime
Pada rezim ini, kecepatan aliran jet lebih besar dari 1800 m/s pemecahan aliran jet terjadi
ketika aliran keluar nozzle, pembentukan gelembung terjadi sempurna dan ukurannya lebih
kecil dari ukuran nozzle.
Aliran debit dibedakan menjadi dua yaitu aliran debit sekunder dan alirandebit primer.
Perbedaan tekanan antara suction chamber yang lebih rendah dan lingkungan yang lebih
tinggi menyebabkan udara dari lingkungan begerak masuk ke suction chamber. Jumlah udara
yang masuk untuk setiap satuan waktu ke suction chamber didefinisikan sebagai debit aliran
sekunder. Banyaknya fluidayang masuk kenosel dalam setiap saluran waktu yang
menyebabkan udara masuk ke suction chamberdidefinisikan sebagai debit aliran
primer(Eswanto, 2016).

Anda mungkin juga menyukai