GAMBARAN UMUM
Pada dasarnya, reaktor gelembung adalah reaktor dua fasa, yaitu gas dan cairan,
yang berbentuk vessel silinder dengan distributor gas (sparger) di bagian bawah reaktor.
Fluida berfasa gas didispersikan melalui sparger, sehingga terbentuk gelembung gas yang
kemudian bergerak melalui fluida berfasa cair yang berada di dalam vessel. Pada
pengembangan reaktor gelembung selanjutnya, gelembung gas bergerak melalui suspensi
yang merupakan campuran fluida berfasa cair dan padatan. Reaktor gelembung model ini
dinamakan dengan reaktor gelembung tiga fasa atau slurry bubble column reactor
(SBC).
Reaktor kolom gelembung diaplikasikan secara luas sebagai kontaktor dan reaktor
mutifasa di industri kimia, biokimia, petrokimia, dan juga metalurgi material. Reaktor ini
memiliki keuntungan selama proses operasi dan perawatan seperti laju transfer panas dan
massa yang tinggi, kepadatan yang tinggi, dan rendahnya harga operasi dan perawatan reaktor.
Reaktor kolom gelembung tiga fasa digunakan dan dioperasikan dalam teknik reaksi, yaitu
dengan adanya katalis dan aplikasi biokimia di mana mikroorganisme yang digunakan sebagai
suspensi padat untuk menghasilkan bioproduk dalam skala industri. Investigasi parameter
disain karakteristik untuk operasi dan peristiwa perpindahan dari reaktor kolom gelembung
telah menyebabkan pemahaman yang lebih baik tentang sifat hidrodinamika, mekanisme
transfer massa dan transfer panas serta sifat aliran yang berjalan selama proses operasi. Selain
itu, saat ini terdapat beberapa studi ilmiah yang meneliti dan mengembangkan simulasi
komputasi dinamika fluida dan model matematika untuk menggambarkan fenomena yang
terjadi pada reaktor kolom gelembung.
Fasa gas yang akan didispersikan dan dialirkan ke dalam reaktor adalah fluida
yang berisi reaktan dari reaksi kimia yang akan dilangsungkan. Fasa gas ini bisa saja
mengandung hanya satu atau lebih dari satu reaktan. Laju alir superfisial fasa gas yang
melalui reaktor harus lebih kecil dari laju alir superfisial fasa cair di dalam reaktor, yaitu
sekitar 0 cm/s sampai 2 cm/s. Laju alir fasa gas akan menentukan pola zona aliran ketiga
fasa yang terbentuk di dalam reaktor.
Fasa cair yang berada di dalam reaktor adalah fluida yang bisa berperan
sebagai reaktan dan/atau produk dari reaksi kimia yang akan dilangsungkan. Fasa cair ini
mengandung reaktan, produk, atau inert. Laju alir superfisial fasa cair di dalam reaktor
harus lebih besar dari laju alir superfisial gas, yaitu sekitar 1 cm/s sampai 50 cm/s
Karena mengkontakkan tiga fasa zat, model aliran yang terjadi di dalam reaktor
selalu berubah-ubah sesuai dengan posisi aliran gelembung. Secara garis besar, fenomena
model aliran yang terjadi di dalam reaktor karena adanya kontak antara ketiga fasa itu
adalah sebagai berikut.
Pada awalnya, fasa cair dan padat di reaktor berada dalam kondisi diam
(kecepatannya adalah nol). Kemudian, gas diinjeksikan ke dalam reaktor melalui sparger.
Beberapa detik setelah gas diinjeksikan, cairan di reaktor mulai bergerak
(kecepatannya lebih dari nol). Pergerakan slurry di dalam reaktor merupakan hasil dari
gaya seret yang bekerja pada elemen-elemen fluida. Gelembung gas mulai bergerak naik
ke permukaan sebagai bentuk reaksi terhadap gaya dorong yang diarahkan ke atas. Gaya
apung dan gaya seret adalah dua komponen gaya yang paling mempengaruhi
kesetimbangan gaya vertikal di antara ketiga fasa.
Selama proses pergerakan gelembung gas melalui slurry, terjadi perubahan
konsentrasi padatan yang berada di dalam reaktor. Semakin tinggi kolom gelembung,
maka konsentrasi partikel-partikel padatan yang berada di dalam reaktor akan berkurang.
Hal ini dikarenakan adanya proses sedimentasi pada partikel padat, sehingga konsentrasi
padatan yang tinggi hanya berada di bagian bawah reaktor.
Jika aliran gelembung gas yang melalui slurry diamati secara tiga dimensi,
maka diperoleh hasil observasi berupa gambar berikut. Gambar 2 dan gambar 3
menunjukkan zona sirkulasi cairan dan padatan saat gelembung gas bergerak melalui
slurry.
Kolom gelembung sangat cocok sebagai perangkat pengkontak gas-cair, salah satu
desain yang ditunjukkan pada Gambar. Bentuk paling sederhana dari kolom gelembung
(Gambar A) terdiri dari tabung vertikal tanpa internal. Gas diumpankan di bagian bawah
sementara cairan dimasukkan melalui aparat searah atau secara berlawanan. Bentuk sederhana
jarang digunakan dalam praktek, melainkan dengan sejumlah modifikasi.
Gambar 4. Jenis reaktor gelembung-kolom : a) kolom gelembung sederhana, b) Cascade gelembung kolom dengan
nampan saringan, c) kolom gelembung isian, d) Multishaft gelembung kolom, e) kolom gelembung dengan
mixer statis
(Sumber: Zehner, 2005)
Pencampuran kembali gas dan fasa cair dalam kolom gelembung sederhana dan
distribusi tidak merata gelembung gas sepanjang penampang dapat dikurangi dengan
pemasangan nampan (Gambar B), kemasan (Gambar C), atau poros (Gambar D). Semua
perangkat ini dapat beroperasi baik searah atau secara berlawanan. Untuk mengatur
kemungkinan aliran gelembung yang paling homogen, elemen mixer statis juga dapat
ditempatkan di bagian aliran naik (Gambar E). Reaktor gelembung tiga fasa, atau three phase
bubble column reactor, merupakan salah satu jenis reaktor dan kontaktor multifasa yang
banyak digunakan di dalam industri kimia, petrokimia, biokimia, dan metalurgi.
Reaktor gelembung paling banyak diaplikasikan di dalam proses kimia yang
meliputi reaksi oksidasi, klorinasi, alkilasi, polimerisasi, dan hidrogenasi, proses
pembuatan synthetic fuels dengan menggunakan konversi gas, serta proses biokimia seperti
fermentasi dan pengolahan air limbah. Di bawah ini akan dibahas dua contoh reaksi yang
terjadi karena adanya kontak ketiga fasa di dalam reaktor gelembung, yaitu proses Fischer-
Tropsch dan proses fermentasi.
Kolom gelembung digunakan dalam kaskade ketika distribusi waktu tinggal yang
sempit diperlukan, misalnya, untuk mencegah atau membatasi reaksi berturut-turut yang tidak
diinginkan. Mengurangi pencampuran balik (yaitu, distribusi waktu tinggal yang sempit) juga
berguna ketika pertimbangan teknik reaksi mendikte bahwa gas harus diumpankan untuk
berbagai titik dalam reaktor atau ketika reaktan cair harus terdegradasi semaksimal mungkin.
Lilin montan dari batubara coklat harus deresinifikasi, bleaching oksidatif, dan esterifikasi
(opsional). Oksidasi dari lilin terdiri dari beberapa reaksi berturut-turut; tiga langkah pertama
(oksidasi resin dan zat berwarna gelap, saponifikasi lilin montan, oksidasi alkohol lilin) yang
digunakan, sedangkan keempat (degradasi oksidatif asam lilin) tidak. Distribusi waktu tinggal
dalam reaktor harus dikontrol sehingga reaksi yang diinginkan berjalan tanpa reaksi yang tidak
diinginkan terjadi ke setiap penambahan yang terjadi. Oksidasi dilakukan dalam empat kolom
gelembung mengalir dihubungkan secara seri (Gambar 1).
Dalam kolom gelembung pertama, lilin mentah untuk pemutihan diukur bersama
dengan setengah dari jumlah asam kromat yang diperlukan. Udara disediakan untuk
meningkatkan pencampuran reaktan. Asam kromat terpakai dipisahkan dari hilir lilin dari
kolom pertama dan kolom kedua. 25% lainnya dari total asam yang diperlukan akan
ditambahkan ke kolom kedua dan ketiga. Reaksi sebaiknya berlangsung pada 100-125 ◦ C dan
1 - 5 bar, dengan waktu tinggal 1-3 jam untuk seluruh kaskade. Entalpi reaksi dihilangkan
dengan penguapan parsial dari air yang terkandung dalam asam kromat. Setelah keluar dari
kolom gelembung keempat, produk teroksidasi, asam terpakai, dan off-gas dipisahkan dalam
dua pemisah.
Gambar 6. Oksidasi lilin montan dalam kolom gelembung kaskade a) Cascade reaktor kolom gelembung,
b) Separator c) pemurnian Final oksidat lilin d) pengolahan gas-Off
(Sumber: Zehner, 2005)
Reaktor gelembung pada dasarnya merupakan tabung silinder dengan gas distributor
di bagian bawah. Gas dilewatkan ke dalam kolom yang berisi fasa liquid atau campuran fasa
liquid dan padatan dalam bentuk gelembung. Reaktor fasa tiga gelembung yang mengandung
fasa solid di dalamnya ini biasa disebut juga dengan istilah slurry bubble column reactors.
Aliran dari faca cair atau slurry dalam reaktor gelembung bisa searah ataupun berlawanan
arah dengan aliran dari fasa gas. Fasa padat yang digunakan biasanya berukuran antara 5
sampai 150 μm, dengan fraksi padatan sebesar 50% volume. Fasa gas mengandung satu atau
lebih reaktan, sementara fasa liquid biasanya merupakan bagian yang mengandung produk.
Terkadang zat-zat yang inert juga digunakan sebagai fasa liquid karena fasa liquid disini
kebanyakan hanya berfungsi sebagai media pembawa saja. Sementara untuk fasa padat
biasanya merupakan katalis yang akan mempercepat berlangsungnya reaksi. Penggambaran
dari reaktor fasa tiga gelembung dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
Dapat dilihat bahwa reaktor gelembung tiga fasa terdiri dari gas distributor atau gas
sparger pada bagian bawah. Sparger ini berfungsi sebagai pembentuk gelembung dan
penyebar fasa gas sehinga tersebar merata dalam reaktor. Penggunaan gas distributor ini lebih
efektif untuk membuat distribusi gas menjadi seragam jika dibandingkan dengan penggunaan
mixer. Selain itu, penggunaan sparger memungkinkan reaktor ini untuk bekerja secara
kontinu.
Katalis padat yang digunakan dalam reaktor bisa dimasukkan dalam dua cara, yang
pertama adalah dicampurkan dengan fasa liquid untuk kemudia dibawa oleh fasa liquid
bergerak melewati reaktor. Campuran dari fasa liquid dan fasa padat ini membentuk slurry.
Slurry yang bergerak ke dalam reator kemudian dikontakkan dengan gelembung fasa gas yang
biasanya merupakan reaktan. Kontak antara fasa gas dengan slurry dilakukan dengan
melewatkan gas ke dalam sparger kemudian dilewatkan ke dalam kolom yang berisi slurry.
Karena prosesnya adalah proses yang kontinu sehingga cukup dengan menggunakan sparger
saja proses pencampurannya bisa menjadi seragam. Produk hasil reaksi yang dihasilkan dan
terbawa oleh slurry dapat dipisahkan dari slurry karena adanya perbedaan densitas dimana
produk hasil reaksi yang densitasnya lebih rendah akan keluar kebagian atas reaktor
sementara fasa padat atau slurry yang densitasnya lebih tinggi akan kembali ke bagian bawah
reaktor untuk dialirkan kembali. Penggunaan katalis yang dicampurkan dengan fasa liquid ini
dapat dilihat dalam gambar.
Gambar 8. Penggunaan Katalis Padat yang Dicampurkan dengan Fasa Liquid
(Sumber: www.metal.ntua.gr)
Sementara cara lain yang digunakan untuk memasukkan katalis padat dalam reaktor
adalah dengan menjadikan katalis padat menjadi fasa diam dalam reaktor. Fasa diam ini bisa
dicapai dengan meletakkan katalis padat di atas tray-tray yang dipasang di dalam reaktor.
Selain itu bisa juga dengan menempelkan katalis pada dinding-dinding reaktor. Namun
demikian cara kedua ini ternyata kurang efektif jika dibandingkan dengan penggunaan slurry.
Cara kedua ini konversinya akan lebih rendah jika dibandingkan dengan reaktor yang
menggunakan slurry dikarenakan pada reaktor yang menggunakan slurry, pencampuran antara
fasa padat, fasa gas, dan fasa liquid akan menjadi lebih seragam dan kontak yang terjadi
diantara ketiganya juga menjadi lebih sering jika dibandingkan dengan menggunakan fasa
padat sebagai fasa diam di ndalam reaktor.
Gambar 9. Penggunaan Katalis Padat sebagai Fasa Diam
(Sumber: www.metal.ntua.gr)
Diperlukan diameter reaktor yang cukup besar karena dalam reaktor ini terjadi aliran
gas yang memiliki laju alir yang cukup besar. Sementara itu, tinggi reaktor yang cukup
diperlukan untuk menghasilkan konversi yang besar. Namun, jika tinggi dan diameter reaktor
terlalu besar, hal ini akan menyulitkan dalam proses operasi reaktor. Reaktor gelembung di
industri umumnya memiliki rasio panjang terhadap diameter sebesar 5. Dalam industri
biokimia, rasio tersebut berada pada rentang 2 dan 5.
Ada dua model operasi reactor gelembung, yaitu model semibatch dan model
kontinu. Dalam model operasi kontinu, aliran gas dan suspense terjadi secara searah menaiki
kolom. Suspensi yang meninggalkan kolom akan di-recycle menuju tangki umpan (feed tank).
Laju superfisial cairan dijaga selalu lebih rendah daripada laju superfisial gas. Sementara pada
model operasi semibatch, suspensi tidak dialirkan (tidak ada aliran cairan). Pada model ini,
hanya aliran gas yang menaiki kolom.
Tiga fenomena utama yang mempengaruhi desain dan scale-up reactor gelembung, yaitu :
(1) Karakteristik transfer panas dan massa
(2) Karakteristik pencampuran
(3) Karakteristik sistem kinetika kimia
Parameter hidrodinamik yang diperlukan dalam desain reaktor gelembung adalah
luas kontak gas-cairan spesifik, koefisien dispersi aksial padatan, diameter gelembung sauter
rata-rata, koefisien dispersi aksial gas dan cairan, koefisien panas keseluruhan antara slurry
dan transfer panas internal, koefisien transfer massa semua spesi, gas holdup, sifat fisikokimia
media cairan. Aliran gas dalam kolom diukur dengan rotameter dan kecepatan superfisial gas
disesuaikan. Gas didistribusikan dengan gas distributor yang memiliki beberapa bentuk yaitu
tipe ring, plat berlubang atau berbentuk lengan (arm). Pemanas elektrik digunakan untuk
menjaga suhu konstan dalam reactor. Sistem pengukuran tekanan berupa manometer cair atau
transduser tekanan digunakan untuk memperkirakan holdup gas dalam sistem reaktor.
3.2 Liquid HoldUp
Seperti yang telah disebut di dalam sub-bab sebelumnya, terdapat batasan terhadap laju alir
superfisial gas dan cairan di dalam reaktor. Laju alir superfisial gas akan menentukan pola
kontak reaktan di dalam reaktor, yang ditandai dengan terbentuknya zona aliran slurry secara
khusus.
Terdapat tiga buah zona aliran yang terbentuk di dalam reaktor, yaitu zona
homogen, zona heterogen, dan zona slug. Selain ketiga zona tersebut, sebenarnya terbentuk
juga satu model zona lainnya, yaitu zona foaming. Namun, zona ini jarang ditemukan pada
reaktor gelembung tiga fasa.
Gambar 11 menunjukkan pola zona yang terbentuk karena adanya perbedaan
karakteristik laju alir superfisial gas. Berikut merupakan penjelasan terhadap masing-masing
zona aliran.
Gambar 11. Skema Zona Aliran pada Reaktor Gelembung Tiga Fasa
(Sumber: Kantarci, 2004)
Zona homogen, atau dikenal juga dengan zona bubbly flow, terjadi saat laju alir
superfisial gas rendah sampai sedang, yaitu di bawah 5 cm/s. Ciri khas dari zona ini adalah
adanya pergerakan gelembung-gelembung kecil secara vertikal, dengan adanya sedikit osilasi
transversal dan aksial. Ukuran dari gelembung yang terbentuk umumnya cukup kecil, tapi
tergantung pada sifat distribusi fasa gas dan sifat fisika fasa cair yang dipilih.
Zona heterogen, atau dikenal juga dengan zona churn-turbulent, terjadi saat laju alir
superfisial gas tinggi, yaitu lebih dari 5 cm/s. Ciri khas dari zona ini adalah munculnya
gangguan pada zona homogen karena adanya turbulensi aliran fasa gas dan fasa cair. Ukuran
dari gelembung yang terbentuk di dalam reaktor tidak lagi homogen, tapi berbeda-beda.
Zona slug sejauh ini hanya diobservasi terjadi pada reaktor yang berdiameter
kecil, yaitu skala laboratorium, dengan laju alir superfisial gas yang sangat tinggi. Sesuai
dengan namanya, gelembung yang terbentuk di dalam reaktor berukuran cukup besar.
Gelembung berukuran besar ini kemudian distabilkan oleh dinding reaktor, sehingga
terbentuk slug.
Gambar 12. Peta Zona Aliran pada Reaktor Gelembung Tiga Fasa
(Sumber: Kantarci, 2004)
Laju transfer massa keseluruhan per satuan volume dispersi dalam kolom gelembung
dipengaruhi oleh koefisien transfer massa sisi-liquid k1a dengan mengasumsikan
bahwa hambatan pada sisi gas diabaikan. Dalam reaktor kolom gelembung, k1a dipengaruhi
oleh variasi luas permukaan kontak
Koefisien transfer massa volumetrik (k1a) meningkat dengan penambahan laju gas,
densitas gas, dan tekanan. Sementara itu, koefisien transfer massa volumetric akan berkurang
dengan penambahan konsentrasi padatan dan viskositas liquid. Pada gelembung kecil,
kerbedaan surfaktan akan meningkatkan k1a. Untuk memperoleh transfer massa yang efektif,
keberadaan gelembung yang besar harus dihindari (dicegah) dalam kolom reaktor industrial.
Salah satu keunggulan jenis reaktor gelembung 3 fasa ini adalah laju perpindahan
panas dalam reaktor ini 100 kali lebih besar daripada aliran fasa tunggal. Pengukuran
perpindahan panas pada sistem dua dan tiga fasa dapat dibagi menjadi :
(1) Perkiraan koefisien transfer panas bed menuju dinding kolom
(2) Perkiraan koefisien transfer panas obyek tenggelam menuju bed
Pengukuran koefisien perpindahan panas memerlukan sumber panas dan pengukuran
suhu permukaan dan bed kolom. Untuk memperkirakan koefisien transfer panas lokal sesaat h
(W/m2.oC) untuk obyek yang dipanaskan menuju sistem bed misalnya, maka diperlukan nilai
perbedaan suhu antara permukaan probe dan suhu ruah ( T,oC) dan fluks transfer panas (Q,
W/m2).
Koefisien transfer panas meningkat dengan kenaikan suhu, laju superfisial gas, dan
ukuran partikel. Sebaliknya, koefisien transfer panas akan menurun dengan dengan kenaikan
liquid viskositas dan densitas partikel. Peningkatan koefisien transfer panas dengan kenaikan
konsentrasi padatan diiringi dengan peningkatan viskositas slurry yang menghasilkan ukuran
gelembung yang lebih besar dan kecepatan naik gelembung yang lebih besar serta laju transfer
panas yang lebih besar. Pengukuran transfer panas pada arah aksial menunjukkan bahwa koefisien
transfer panas pada daerah bulk lebih tinggi daripada di daerah distributor. Koefisien transfer
panas pada bagian tengah kolom lebih tinggi dibandingkan pada bagian dekat dinding kolom. Hal
ini disebabkan karena gelembung besar berkumpul pada bagian tengah kolom dan gelembung
besar lebih efektif dalam mendukung transfer panas pada sistem.
Gambar 14. Korelasi Koefisien Transfer Massa untuk Reaktor Gelembung
(Sumber: Kantarci, 2004)
BAB IV
KESIMPULAN
Reaktor ini memiliki keuntungan selama proses operasi dan perawatan seperti laju
transfer panas dan massa yang tinggi, kepadatan yang tinggi, dan rendahnya harga operasi
dan perawatan reaktor.
Reaktor kolom gelembung pada dasarnya adalah sebuah bejana berbentuk silinder
dilengkapi dengan distributor gas pada bagian bawah.
Reaktor kolom gelembung tiga fasa diaplikasikan dalam proses industri yang melibatkan
reaksi seperti oksidasi, klorinasi, alkilasi, polimerisasi, dan hidrogenasi, dalam proses
pembuatan bahan bakar sintesis dengan konversi gas serta fermentasi dan pengolahan air
limbah biologis dalam proses biokimia.
Contoh proses industri yang dilakukan dalam reaktor gelembung 3 fasa adalah proses
Fischer Tropsch, proses fermentasi, proses hidroformilasi, dan proses oksidasi lilin
Montana.
Sesuai dengan namanya, yaitu reaktor gelembung tiga fasa, reaktor ini merupakan suatu
reaktor yang mengkombinasikan sifat-sifat fluida gas, fluida cair, dan padatan untuk
menunjang proses terjadinya suatu reaksi kimia.
Reaktor gelembung tiga fasa terdiri dari gas distributor atau gas sparger pada bagian
bawah.
Konsep desain reaktor gelembung 3 fasa harus memperhatikan liquid hold up, gas
hold up,karakteristik gelembung yang terbentuk, transfer massa, serta transfer panas.
DAFTAR PUSTAKA
Anil, M., V. K. Agarwal, M. Siraj Alam, dan K. L. Wasewar. 2007. CFD Modelling of
Three-phase Bubble Column: 1. Study of Flow Pattern. Chem. Biochem. Eng. Q.,
21 (3): 197–205.
Jakobsen, Hugo A. 2008. Chemical Reactor Modeling: Multiphase Reactive Flows.
Jerman: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Kantarci, Nigar, Fahir Borak, dan Kutlu O. Ulgen. 2004. Bubble column reactors.
Process Biochemistry, 40: 2263–2283.
Sheikh, Ashfaq. 2007. Bubble and Slurry Bubble Column Reactors: Mixing, Flow Regime
Transition and Scaleup. Sever Institute of Washington University, USA.
Troshko, Andrey A. dan Franz Zdravistch. 2009. CFD Modeling of Slurry Bubble Column
Reactors for Fischer-Tropsch Synthesis. Chemical Engineering Science, 64: 892–903.