PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemeriksaan dan pengawasan yang cermat terhadap neonatus dalam 48 jam pertama
merupakan hal yang sangat penting, karena ada beberapa kelainan bedah yang memerlukan
tindakan operasi secepatnya sesudah diagnosis dibuat dan keadaan bayi serta fasilitas yang
ada memadai(Nuraini, 2008).
Dengan demikian angka mortalitas dan angka morbiditas dapat diturunkan. Waktu
yang terbaik untuk melakukan operasi ialah pada waktu berumur kurang dari 48 jam, karena
pada umur tersebut volume darah bila dihubungkan dengan berat badan relative lebih banyak
dibandingkan dengan umur bayi yang lebih tua. Pada keadaan seperti ini jumlah cairan yang
diperlukan minimal dan juga pemecahan sel darah merah secara fisiologis belum dimulai.
Penundaan operasi akan merugikan , oleh karena kemungkinan memburuknya keadaan
umum bayi yang disebabkan oleh muntah, aspirasi, gangguan pernafasan , infeksi, dehidrasi,
hiperbilirubinemia dan sebagainya, sehingga timbul kesulitan untuk melakukan anastesia,
perawatan dan pengobatan pada waktu sebelum, sedang dan sesudah operasi. Dengan
demikian angka kematian bayi baru lahir akan meninggi (Nuraini, 2008).
Kelainan yang biasa ditemukan dan membutuhkan operasi sedini mungkin ialah :
1. Kelainan saluran pencernaan, seperti misalnya atresia esophagus dengan atau tanpa
fistula trakeo-esofagus, hernia diafragmatika, obstruksi usus, anus imperforate, omfalokel
2. Gangguan traktus urogenalis seperti kista orakal.
3. Fraktur tulang tengkorak.
4. Atresia koana bilateral.
5. Meningokel dan ensefalokel.
6. Defek tertentu pada penyakit jantung bawaan.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mengetahui beberapa prosedur keperawatan yang diperlukan dalam proses
pembedahan dan penyakitnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembedahan
Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yangmenggunakan
cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yangakan ditangani.
Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah bagian
yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam perawatan pasca
bedah. Tindakan pembedahan atau operasi dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala.
Keluhan dan gejala yang sering adalah nyeri (Nuraini, 2011).
Pembedahan adalah penyembuhan penyakit
dengan
jalan
b. Tipe pembedahan
3
ketakutan
dan kecemasan
dapat
pupilae.
Dosis yang kecil memperlambat kerja jantung dan pada awalnya dapat ditemukan
Bayi yang muda dapat diasuh dalam suatu incubator dan perawatan umum adalah
sama halnya dengan neonates. Bayi yang lebih tua harus menggunakan pakaian
yang longgar yang mudah dilepas dan diganti.
3) Hidrasi
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit harus dikoreksi menurut kebutuhan anak
seperti yang dianjurkan dokter. Jika dehidrasi memuaskan, maka minuman
terakhir harus diberikan 4 sampai dengan 5 jam sebelum pembedahan.
4) Identifikasi
Penting sekali semua bayi yang akan menjalani pembedahan memiliki gelang
identifikasi, memberikan nama, umur, bangsal dan nomor rumah sakit. Perawat
yang menyertai bayi harus yakin bahwa ia membawa anak yang tepat, mengetahui
nama, umur, serta diagnose dan bahwa semua perawatan pra bedah yang
diperlukan dilaksanakan.
5) Berat badan anak
Berat badan anak harus diperiksa dan dicatat pada formulir anestesi. Hal ini
penting sehingga dapat diperhitungkan dosis yang tepat.
6) Premedikasi
Tipe premedikasi akan bervariasi pada setiap rumah sakit dan pada setiap anak.
Untuk bayi dan anak muda, dapat diberikan pentothal per rectal. Keadaan tidak
sadar biasanya terjadi dalam 8-10 menit, karena itu anak harus ditangani seperti
anak yang tidak sadar.
3. Anak-anak
a. Menurut Saccharin(1996) Perawatan pra-bedah meliputi :
1) Aspek psikologis. Anak diharapkan telah dipersiapkan untuk dirawat dan
diberikan beberapa penerangan mengenai alas an mengapa dirawat. Intervensi
bedah hamper selalu menakutkan baik bagi anak-anak dan orang tua. Dokter
harus menerangkan pada orang tua apa yang dilakukan serta diharapkannya. Ibu
dan anak yang muda dapat tinggal dalam bangsal dan hal ini akan membatasi
terjadinya beberapa kecemasan.
2) Pemeriksaan. Hal ini juga tergantung pada keaadaan. Pada sebagian besar kasus,
informasi yang diperlukan akan dapat diperoleh dari kunjungan klinik. Pada saat
masuk, semua anak melalui pemeriksaan klinis lengkap. Analisa darah dan urin
juga dilakukan secara rutin.
5
3) Kebersihan. Hal ini berlaku untuk tubuh, umbilikal, kuku dan kepala. Kepala
yang berkutu harus diobati sebelum anak menuju ke teater bedah. Bedak talk
tidak boleh digunakan karena tidak steril.
4) Persiapan saluran pencernaan. Hal ini diperlukan jika diantisipasi suatu operasi
padasaluran pencernaan, misalnya kolostomi.
5) Pengosongan vesika urinaria. Anak yang terlataih toilet harus diberikan pot kecil
atu bedpan/botol tempat tidur untuk anak yang lebih tua. Vesica urinatria yang
penuh merupakan suatu bahaya, karena dapt mengalami kerusakan selama insisi
abdomen.
6) Hidrasi dan nutrisi. Hal ini tergantung apda kondisi anak. Anak yang mulai
berjalan dan anak yang lebih tua dapat diberikan susu atau jus pada jam 5 pagi.
7) Pakaian. Harus dikenakan pakaian yang hangat, longgar. Suatu gaun diikat
dibelakang berguna karena mudah untuk dilepas dan diganti.
8) Identifikasi. Bahaya untuk melakukan pembedahan pada anak yang keliru
meruapakan hal yang harus disadari oleh perawat. Staf teater bedah m erupakan
orang asing bagi anak dan tidak mungkinbagi mereka untuk menentukan apakah
anak ini merupakan anak berikutnya dalam daftar.
9) Pra medikasi. Premedikasi diberikan dengan alasan sebagai berikut :
a) Untuk menyiapkan individu bagi anestesi dan karena itu membantu
proses operasi. Sedasi diberikan untuk menegakkan anak, karena
lebih mudah untuk melakukan anestesi pada anak yang sudah
dalam keadaan relaksasi. Obat depresan sebaiknya dihindarka
karena efeknya pada pusat pernapasan.
b) Atropin sulfat dapat diberikan secara intramuskular atau subkutan.
Obat ini bukan merupakan sedatif. Omnopon dan scoplamin juga
sering diberikan sebagai premedikasi.
4. Perawatan pasca operatif
Menurut Saccharin (1996), masa pasca bedah segera dilanjutkan dalam ruang
pemulihan. Anak mungkin masih mengalami sedasi, tetapi mampu untuk memberikan
respon terhadap ransangan. Gambaran yang paling penting selama masa ini adalah
pengenalan dini akan adanya obstruksi pernapasan dan setiap perubahan dalam kondisi
umum anak.
Staf perawatan harus teliti dalam memeriksa setiap ank yang kembali dari teater
bedah. Observasi merupakan aspek penting dari perawatan dan kemampuan untuk
bertindak tergantung pada pengertian akan bahaya dan masalah yang kemungkinan
timbul. Disamping tindakan perawatan rutin, pokok berikut harus ditekankan :
a. Penanganan yang seksama
Pengalihan dari teater ke ruang pemulihan harus dilakukan dengan hati-hati karena
anak masih dalam keadaan tidak sadar. Kepala dijaga tetap berada pada satu sisi,
dijaga agar lidah tidak jauh ke belakang, sehingga menyebabkan obstruksi
pernapasan. Penanganan harus lembut dan gerakan anak dibatasi pada gerakan yang
sangat penting saja.
Sekali anak berada ditempat tidur ia ditempatkan pada sisinya dan muka harus dapat
terlihat jelas setiap waktu. Observasi harus dilakukan secara konstan dan perubahan
yang ringan harus diketahui dan dilaporkan.
b. Terpeliharanya saluran udara yang bersih
Observasi pernapasan harus dilakukan secara konstan karena setiap perubahan dalam
ritme, kecepatan, suara dan kedalaman pernapasan dapat menunjukkan adanya suatu
kesukaran dan setiap sekresi harus disedot keluar. Perubahan posisi harus
dipertimbangkan juga, terutama jika masa keadaan tidak sadar terjadi secara berturutturut. Pada umumnya anak sadar pada saat tiba dibangsal serta mampu untuk
bergerak. Teknik anastesi modern juga mengurangi timbulnya masalah muntah pasca
anastesi. Walaupun demikian anak hanya aman untuk ditinggalkan jika ia sadar
sepenuhnya dan bernapas secara normal.
c. Pemeliharaan suhu tubuh
Tujuannya adalah untuk mencegah kehilnangan panas jika suhu tubuh normal atau
dibawah normal tetapi memungkinkan terjadinya kehilangan panas jika suhu tubuh
tinggi.
d. Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit
Muntah pasca anastesi tidak biasa terjadi, tetapi seandainya terjadi, maka pencatatan
dari frekuensi dan jumlah yang tepat merupakan hal yang penting.
e. Sedasi
Tidaklah bijaksana dan baik untuk meninggalkan anak-anak dari kelompok umur
manapun tanpa sedasi jika mereka memperlihatkan adanya tanda kegelisahan, nyeri
dan kesedihan. Dokter harus diberitahu sesegera mungkin. Nyeri dan kegelisahan
dengan cepat melelahkan anak serta akan terdapat kebutuhan akan oksigen lebih
besar.
f. Observasi luka
Pada saat kembali dari teater maka inspeksi terhadap luka merupakan hal penting
untuk menentukan :
1) Pewarnaan, yang dapat disebabkan baik oleh darah(perdarahhan) atau cairan
senrosa). Pada kedua kasus kehilangan cairan ekstra vaskuler akan mempengaruhi
volume darah dan dapat dikaitkan dengan turunnya tekanan darah.
2) Drainase. Banyak pembedahan melibatkan beberapa system drainase. Misalnya
suatu drainase tabung karet sederhana yang medrainase pada pembalut, atau
tabung drainase harus dipasang secara benar pada botol atau kantong drainase.
Pada bentuk yang lebih sederhana, drainase yang berlebihan dari bahan ini
memerlukan penggatian balutan yang lebih sering. Tabung drainase harus
dipasang secara benar palam, drainase ada botol atau kantong drainase. Pada
beberapa kasus, misalnya abses dalam drainase dapat dicapai dengan
menggunakan suatu pompa penyedot vakum, hal ini dapat menghindari kotornya
pembalut yang dapat merupakan sumber dari infeksi luka.
3) Tegangan jahitan yang berlebihan. Hal ini menyebabkan timbulnya nyeri yang
parah dan juga menggangu pernapasandan gerakan pada umumnya. Kedua situasi
ini harus dihindarkan, keadaan yang terlebih dahulu mempengaruhi ekspansi
paru-paru dan masukan oksigen, keadaan yang disebutkan terakhir ini dapat
menyebabkan thrombosis dengan komplikasi penyerta, misalnya dekubitus.
4) Rupture garis jahitan. Kondisi ini harus diantisipasi pada tempat dimana terdapat
tegangan kulit yang berlebihan, kondisi kulit yang buruk atau bahkan kedua
kondisi ini secara bersama. Tindakan yang harus diambil tergantung pada area
yang terlihat, misalnya satu gores jahitan yang tidak menyebabkan rupture pada
organ lain tetapi disebabkan oleh infeksi dari area kemungkinan dapat diobati
dengan salin atau natrium hipoklorit. Jika garis jahitan adalah pada abdomen
maka isi perut dapat menonjol. Pada kasus ini, dokter harus diberitau tetapi
sementara itu struktur yang ada harus dilindungi dengan pembungkus salin hangat
hingga dapat dilakukan perbaikan.
5. Perawatan pasca bedah rutin
a. Perawatan luka
8
Pembalut daoat diganti menurut tipe pembedahan dan pembalut yang digunakan.
Misalnya, luka tertutup tidak mempunyai pembalut seperti itu. Tetapi jahitan dibuka
pada hari yang telah ditentukan, sekitar 8 sampai 10 hari setelah insersi.
Bebrapa ahli bedah menghendaki agar luka diinspeksi setiap hari kedua atau
ketiga. Luka yang drainase harus dibalut setiap hari.
b. Saluran pencernaan
Aksi saluran pencernaan tidak kembali sebelum hari kedua pasca bedah. Hal ini
sebagian besar tergantung pada tipe penbedahan dan bentuk nutrisi yang diberikan.
Setiap
unit
atau
rumah
sakitmempunyai
kebijaksanaan-tersendiri
beberapa
memberikan suatu pencahar pada hari ketuga pasca bedah, kendatipun pada
umumnya hal ini tidak diperlukan.
Pembedahan abdomen memberikan masalh dan komplikasi tersendiri, misalnya
ileus paralitik, tetapi ketakutan akan terbukanya garis jahitan juga merupakan salah
satu alasan, sehungga menggangu aksi saluran pencernaan normal. Konstipasi harus
dihindarkan karena hal ini akan mengarah pada timbulnya keaadaan mengedan secara
berlebihan sehingga akan meningkatkan tekanan intra abdominal.
c. Diet
Hal ini tergantung pada kondisi anak dan alasan serta tipe pembedahan, misalnya:
1) Non-abdominal:suatu diet yang ringan dapt diberikan 12sampai 24 jam setelah
pembedahan.
2) Abdominal: pada awalnya cairan diberikan peroral atau parenteral. Cairan peroral
diikuti dengan diet ringan ringan dan jika dapat ditolerir dengan baik, kemudian
diikuti dengan diet normal.
d. Kebutuhan nutrisi anak setelah pembedahan
Kebutuhan nutrisi anak yang menjalani pembedahan sebagian telah dibicarakan
dalam kaitannya dengan keseimbangan cairan dan elektrolit. Mayoitas anak dibangsal
bedah mempunyai masalah makanan yangbsama seperti anak pada bngsal lainnya.
Terdapat empat keaadan yang akan menggangu masukan makanan yang adekuat :
1) Penurunan masukan
a) Anoreksia atau tidak ada nafsu makan hal ini dapat disebabkan oleh kondisi
yang berkaitan dan merupakan sebab penting dari masukan makanan tidak
adekuat.
b) Kondisi tubuh sendiri dapat bertanggung jawab dalam penurunan masukan.
c) Intervensi bedah berulang yang membutuhkan anestesi.
2) Kehilangan cairan jaringan yang berlebihan
Kehilangan dari setiap bahan harus diganti. Cara normal untuk mengganti
adalah masukan makanan . jika tidak diganti dengan makanan, maka tu buh harus
mengambil dari cadangan sendiri.
Kehilangan eksudat selanjutnya akan meningkat jika kerusakan kulit
meningkat. Kehilangan ini, yang terutama terdiri dari protein dan elektrolit, akan
berlanjut hingga dicapai.
3) Berkurangnya absorbsi
Absorbsi bahan makanan yang terpecah terjadi dalam usus kecil. Cidera usus,
penyakit
dan
reseksi
luas
dari
usus
kecil
akan
mengarah
pada
aktif. Gerakan anggota gerak, termasuk aktivitas otot dan manipulatif, dan bersekolah
merupakan faktor yang terlibat dalam proses rehabilitasi.
Penyembuhan anak-anak tergantung pada faktor-faktor berikut :
1) Kondisi anak sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
2) Tenaga penyembuhan anak.
3) Status sosial dan ekonomi keluarga anak.
Masa penyembuhan dapat terjadi pada setiap lingkungan yang sesuai. Rumah
anak kemungkinan dapat merupakan tempat yang ideal, terutama dipandang dari segi
psikologis.
C. PHIMOSIS
1.
PENGERTIAN
Phimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak
sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit prepusium menggelembung
seperti
balon.
Bayi/anak
sering
menangis
keras
sebelum
urine
keluar.
Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul
kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang
buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau
penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan
menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang
membuka(Nuraini, 2008).
2. PATOFISIOLOGI
Phimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara
preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan
debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul didalam preputium dan
perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara
berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil
dan dapat ditarik ke proksimal.
3.
ETIOLOGI
11
Phimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan
penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada
kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir,
atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.
4. TANDA DAN GEJALA
a. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin
b. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai
buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan
oleh karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi
oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
c. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit.
d. Kulit penis tak bisa ditarik kea rah pangkal ketika akan dibersihkan
e. Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar
dengan arah yang tidak dapat diduga6. Bisa juga disertai demam7. Iritasi pada penis.
5. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pada pasien fimosis, penis memiliki ukuran yang jauh dibawah rata-rata, anak susah
berkemih kadang-kadang sampai kulit prepusium menggelembung seperti balon. Bayi atau
anak sering menangis keras sebelum urine keluar, apabila sudah terjadi infeksi dibawah kulit
pada penis yang tidak disunat penis menjadi nyeri, gatal-gatal, kemerahan dan membengkak
serta bisa menyebabkan penyempitan uretra.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan kesulitan berkemih karena terjadi penyempitan prepusium.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyempitan lubang prepusium.
12
INTERVENSI
1).Nyeri berhubungan dengan kesulitan berkemih karena terjadi penyempitan prepusium.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
-
Intervensi :
1. Kaji pengalaman nyeri anak.
-
13
Tujuan : setelah dilkukan perawatan 224 jam tidak ada tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil : bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di RS.
Intervensi :
pantau terhadap tanda2 infeksi ( misi letargi, kesulitan makan, muntah, kestabilan suhu,
dan perubahan warna tersembunyi)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembedahan
adalah
penyembuhan
penyakit
dengan
jalan
14
serius daripada operasi kecil. Baik pada pembedahan terencana atau darurat terdapat
beberapa prosedur tertentu yang diperlukan
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit, penggatian cairan tubuh dan elektrolit,
memberikan lingkungan yang sesuai. Hal ini harus dipandang dalam kaitannya dengan umur
anak dan status fisiknya, misalnya neonates mempunyai kebutuhan yang berbeda dari bayi
dan anak-anak, aspek psikologis, pengenalan bahwa ketakutan dan kecemasan dapat
mengganggu kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri dengan stress, persiapan fisik
misalnya persiapan kulit, lavase rectal, lavase gaster atau aspirasi gaster, persiapan bagi anak
kembali ke teater bedah.
DAFTAR PUSTAKA
Nuraini. 2011. Askep Tindakan Pembedahan Pada Anak. http://blog.unand.ac.id. Diakses pada
tanggal 25 April 2011 pkl 10.00 WIB.
Yenicrist. 2008. Konsep Dasar Operasi. http://yenibeth.wordpress.com. Diakses pada tanggal 25
April 2011 pkl 11.45 WIB.
15
16