PENDAHULUAN
.
A. Latar belakang
Suhu tubuh pada manusia adalah hasil akhir dari produksi panas oleh proses metabolik
dan aktivitas otot, kehilangan panas dihantar oleh aliran darah ke struktur subkutan dan kutan
dan disebarkan oleh keringat. Suhu sekitar jelas memainkan peranan dalam mencapai
keseimbangan dan dalam pengaturan panas oleh individu. Suhu tubuh biasanya 37 0C pada
kebanyakan individu, dengan variasi diurnal dari rendah 350C pada pagi hari dan naik sampai
370C pada sore hari. Pusat pengaturan suhu tubuh terletak pada hypothalamus, yang berperan
sebagai thermostat, yang secara langsung mengendalikan sistem saraf otonom dan secara tidak
langsung mempengaruhi aliran darah ke perifer.
Suhu tubuh mencerminkan metabolisme, menunjukkan penurunan yang sama dari masa
bayi sampai maturitas. Termoregulasi merupakan suatu respon adaptasi bayi yang paling
penting selama masa transisi dari kehidupan intrauteri ke ekstrauteri. Pada neonatus yang
sehat hipotermi dapat menyebabkan beberapa konsekuensi metabolik negatif seperti
hipoglikemia, peningkatan kadar bilirubin, dan asidosis metabolik (Bliss-Holtz, 1995).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui tentang anak dengan peningkatan suhu tubuh.
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian peningkatan suhu tubuh anak
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya peningkatan suhu tubuh anak
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan suhu tubuh anak
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis peningkatan suhu tubuh anak
e. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan peningkatan
suhu tubuh
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
PENINGKATAN SUHU
A. Pengertian
1 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u Tu b u h
Titik set adalah suhu disekitar suhu tubuh diatur oleh mekanisme seperti termostat
didalam hipotalamus. Demam adalah peningkatan pada titik set dimana suhu tubuh diatur
pada tingkat yang lebih tinggi ( > 380). Hipertermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh
melebihi titik set, biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan
lebih banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh, seperti sengatan panas,
toksisitas, aspirin, kejang, atau hipertiroidisme (Wong, 2003).
Demam ditunjukkan pada suhu rektal yang lebih dari 38 0C (100,40F). Suhu normal dapat
berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara 36,10C -380C (970F-100,40F). Umumnya suhu
tubuh pada anak lebih tinggi, kemudian menurun hingga pada tingkat dewasa pada usia 13-14
tahun pada anak perempuan, dan 17-18 tahun pada anak laki-laki(Klein & Phelp).
Demam tidak menyebabkan kerusakan otak kecuali jika suhunya melebihi 41,70C
(1070F) yang berlangsung dalam jangka waktu lama (berjam-jam). Lebih lanjut, demam yang
disebabkan oleh infeksi tidak cepat naik; dan suhu tidak akan melebihi 41,20C. Pada anakanak area luas permukaan tubuh relative per unit volumenya lebih kecil daripada orang
dewasa; oleh karena itu, permukaan tubuh yanga ada untuk mendinginkan menjadi lebih
sedikit. Suhu inti tubuh normal pada anak-anak dapat mencapai 38 0C. suhu rectal yang diukur
secara benar mencerminkan suhu inti tubuh; suhu oral dan aksila,berturut-turut, 0.60C dan
1,10C lebih rendah dari suhu rectal. Suplai darah ke membran timpani memiliki suhu yang
sama seperti suplai darah ke daerah preoptik hipotalamus, pusat pengaturan suhu (Schwartz,
2004).
kemampuan regulasi yang tidak stabil pada periode neonatal mengakibatkan produksi
panas menurun saat bayi tumbuh sampai memasuki masa anak-anak perbedaan individu
0,50C sampai 10C adalah normal terkadang anak-anak menunjukkan suhu tinggi atau rendah
yang tidak umum. Dimulai pada usia kira-kira 12 tahun, anak perempuan menujukkan suhu
yang relative stabil, sedangkan suhu pada anak laki-laki terus menurun selama beberapa tahun
berikutnya. Wanita mempertahankan suhu tubuh yang sedikit lebih tinggi dari suhu tubuh pria
selama hidupnya.Walaupun regulasi suhunya sudah membaik, bayi dan anak kecil sangatrentan terhadap fluktuasi suhu. Suhu tubuh berespon terhadap perubahan suhu lingkungan dan
meningkat saat latihan fisik aktif, menangis dan kemarahan emosional.
Suhu Normal pada anak-anak
Usia
3 bulan
C
37,5
2 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u Tu b u h
6 bulan
1 tahun
3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
11 tahun
37,5
37,7
37,2
37,0
36,8
36,7
36,7
13 tahun
36,6
oleh susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam mendistribusikan panas
dalam tubuh.
Pada lingkungan panas atau bila suhu tubuh meningkat, pusat pengatur suhu
tubuh di hipotalamus mempengaruhi serabut eferen dari sistem saraf otonom untuk
melebarkan
pembuluh
darah
(vasodilatasi).
Peningkatan
aliran
darah
dikulit
menyebabkan pelepasan panas dari pusat tubuh melalui permukaan kulit ke sekitarnya
dalam bentuk keringat. Sedangkan pada lingkungan dingin akan terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah sehingga akan mempertahankan suhu tubuh.
3. Kehilangan Panas
Berbagai cara panas hilang dari kulit ke lingkungan dapat melalui beberapa cara
yaitu:
a. Radiasi
Cara ini tidak menggunakan sesuatu perantara apapun. Secara umum enam puluh
persen panas dilepas secara radiasi.
b. Konduksi
Kehilangan panas melalui permukaan tubuh ke benda-benda lain yang
bersinggungan dengan tubuh, dimana terjadi pemindahan panas secara langsung antara
tubuh dengan objek pada suhu yang berbeda. Di bandingkan dengan posisi berdiri, anak
pada posisi tidur dengan permukaan kontak yang lebih luas akan melepas panas lebih
banyak melalui konduksi.
c.Konveksi
Pemindahan panas melalui pergerakan udara atau cairan yang menyelimuti
permukaan kulit.
d. Evaporasi
Kehilangan panas tubuh sebagai akibat penguapan air melalui kulit dan paru-paru,
dalam bentuk air yang diubah dari bentuk cair menjadi gas; dan dalam jumlah yang
sedikit dapat juga kehilangan panas melalui urine dan feses.
Faktor fisik jelas akan mempengaruhi kemampuan respon perubahan suhu.
Pelepasan panas pada bayi sebagian besar disebabkan oleh karena permukaan
tubuhnya lebih luas dari pada anak yang lebih besar.
4. Konsep Set-Point dalam pengaturan suhu tubuh
4 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u Tu b u h
5 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u Tu b u h
dengan tingkah laku manusia yang bertujuan untuk menaikkan suhu tubuh, seperti
mencari daerah hangat atau menutup tubuh dengan selimut. Hasil peningkatan suhu
melanjut sampai suhu tubuh mencapai peningkatan set-point. Peningkatan set-point
kembali normal apabila terjadi penurunan konsentrasi IL-1 atau pemberian antipiretik
dengan menghambat sintesis PGE-2. PGE-2 diketahui mempengaruhi secara negative
feed-back dalam pelepasan IL-1, sehingga dapat mengakhiri mekanisme ini yang awalnya
diinduksi demam. Sebagai tambahan, arginin vasopresin (AVP) beraksi dalam susunan
saraf pusat untuk mengurangi pyrogen induced fever. Kembalinya suhu menjadi normal
diawali oleh vasodilatasi dan berkeringat melalui peningkatan aliran darah kulit yang
dikendalikan oleh serabut saraf simpatis.
C. Etiologi
Suhu diatur di dalam hipotalamus. Selama infeksi, titik set meningkat, dan
hipotalamus
mencapai titik set yang baru dengan menghemat dan membangkitkan panas. Mekanisme
pengaturan suhu pada bayi dan anak kecil belum berkembang dengan baik, dan fluktuasi
yang dramatis dapat terjadi (Engel, 2008).
Faktor lingkungan dan infeksi minor relative dapat mengakibatkan peningkatan
suhu pada bayi dan anak kecil daripada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa.
Pada
satu manifestasi paling umum penyakit pada anak yang masih kecil. Pada bayi yang
sangat muda, demam merupakan salah satu tanda adanya gangguan. Pada toodler,
kejang karena panas dapat sama dengan demam dan merupakan masalah yang penting.
Demam pada Bayi yang berusia kurang dari 90 hari
Demam pada bayi yang berusia kurang dari 3 bulan merupakan perhatian khusus
karena tingginya angka infeksi serius pada kelompok usia ini. Pendekatan terhadap bayi
yang
mengalami peningkatan suhu tubuh tanpa adanya focus infeksi yang dapat
7 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u Tu b u h
Anak berusia 2-24 ulan yang terlihat sehat, dengan suhu tubuh lebih dari 39,4 0C,
dan tanpa sumber infeksi yang dapat diidentifikasi memiliki kemungkinan 3% menderita
bakterimia. Jika hitung leukosit lebih dari 15.000 sel/mm3,hal ini meningkatkan
kemungkinan adanya bakterimia tersembunyi sekitar 10%. Hampir semua anak dengan
bakterimia,organism penyebabnya akan menghilang secara spontan tanpa infeksi fokal.
Masih terjadi kontroversi apakah terapi presumtif diindikasikan untuk anak-anak yang
berada pada risiko berkembangnya bakterimia tersembunyi.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan suhu tubuh
1. Aktifitas fisik berlebihan dapat meningkatkan suhu tubuh sementara.
2. Emosi.
3. Perubahan metabolisme.
4. Proses infeksi.
5. Pengobatan.
6. Jumlah dan jenis pakaian mempengaruhi suhu tubuh.
7. Suhu tubuh dapat bervariasi sesuai suhu lingkungan/ruangan.
8. Variasi diurnal (suhu tubuh lebih rendah antara pukul 1.00 dan 4.00 dini hari.dan
paling tinggi antara pukul 16.00 dan 18.00).
D. Patogenesis
Peningkatan suhu tubuh saat demam dikarenakan terjadi peningkatan pirogen
dalam tubuh yang disebabkan oleh infeksi, radang, alergi, tumbuh gigi dan dampak
pemberian imunisasi tertentu. Ketika terkena infeksi tubuh dengan sengaja menciptakan
demam sebagai upaya membantu menyingkirkan infeksi. Caranya dengan mengerahkan
leukosit,agar daya tempurnya kuat leukosit butuh artileri diantaranya pirogen.
Fungsi pirogen ;
1. Membawa leukosit ke tempat infeksi.
2. Mengeluarkan panas tubuh melalui demam, virus penyebab infeksi biasanya tidak
tahan suhu tinggi.
Sebagian besar demam adalah akibat kondisi yang ditimbulkan oleh perubahan
dalam pusat pengatur panas melalui pengaruh sitokin yang dihasilkan oleh makrofag.
Sumber pirogen endogen adalah fagosit mononuklear,atau makrofag. Interleukin 1(IL-1),
produk dari fagosit mononuklear yang terangsang,adalah sitokin yang merangsang
pelepasan asam arakhidonat produk prostalglandin E2, yang jelas mengatur-menaikkan
fungsi pusat pengatur panas. Akibatnya adalah vasokontriksi perifer sering disertai
keadaan menggigil, yang dapat ditampakkan sebagai dingin menggigil,menghasilkan
8 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u Tu b u h
produksi panas, penghematan panas dan kenaikan suhu. Sitokin lain seperti nekrosisi
tumor,juga dihasilkan oleh makrofag, sehingga mampu menaikkan suhu tubuh.
9 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u Tu b u h
F. Fase-fase Demam
1. Fase I: awal (awitan dingin atau menggigil)
a. Peningkatan denyut jantung.
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan.
c. Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot.
d. Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi.
e. Merasakan sensasi dingin.
f. kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi.
g. Pengeluaran keringat berlebihan.
h. Peningkatan suhu tubuh.
2. Fase II: proses demam
a. Proses menggigil hilang.
b. Kulit terasa hangat / panas.
c. Merasa tidak panas atau dingin.
d. Peningkatan nadi dan laju pernafasan.
e. Dehidrasi ringan hingga berat.
f. Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf.
g. Lesi mulut herpetic.
h. Kehilangan nafsu makan ( jika demam memanjang ).
i. Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein
3. Fase III: pemulihan
a. Kulit tampak merah dan hangat.
b. Berkeringat.
c. Menggigil ringan.
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi.
G. Perawatan di rumah pada Anak Demam
Berikut perawatan yang dapat anda lakukan di rumah saat anak demam:
1. Pastikan suhu ruangan tidak terlalu panas atau terlalu dingin,atau bisa dengan
menghidupkan kipas angin atau AC dengan suhu yang di sesuaikan.
10 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h
2. Beri pakaian tipis, jangan membungkus anak dengan pakaian dan selimut tambahan
kecuali anak mengigil.
3. Teruskan pemberian gizi yang seimbang.
4. Jangan berikan obat demam apabila panasnya tidak terlalu tinggi. Beri banyak
minum,termasuk ASI. Ini sebagi antisipasi terjadi komplikasi dehidrasi.
5. Lakukan mengompresan dengan mendudukkan pasien di bath tub dengan air hangat
(300-320 C). Atau membasuh anak dengan washlap yang telah dicelupkan air hangat ke
sekujur tubuhnya.
6. Berilah dosis dan tipe obat yang benar. Gunakan berat badan anak sebagai pedoman
untuk dosis yang benar. Bila menggunakan tetes obat pada bayi, jangan
menggantikannya dengan sirup karena jumlah obat pada kedua botol tersebut berbeda.
H. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu
1. Pengkajian
a. Observasi manifestasi klinis.
b. Peningkatan suhu tubuh diatas rentan normal.
c. Kulit kemerahan.
d. Peningkatan frekuensi pernafasan
2. Diagnosa keperawatan
No
1.
Diagnosa
Intervensi
Rasional
Hasil yg
Termoregulasi tidak
1. Karena
diharapkan
Suhu tubuh
efektif berhubungan
kedinginan
tetap berada
dengan proses
meningkatkan
dalam batas
imflamasi,
laju metabolism
yang dapat
peningkatan suhu
tubuh.
diterima
tubuh lingkungan.
2.Gunakan tindakan
2. Untuk
pendinginan,lebih baik 1
menentukan
keefektifan
antipiretik untuk
tindakan
a.Tingkatkan sirkulasi
udara
b.Kurangi suhu
lingkungan
c.Kenakan pakaian tipis
d.Pajankan kulit pada
udara
e.Pantau suhu tubuh
Hipertermia
berhubungan dengan
1.Berikan selimut
pendingin atau matras
peningkatan produksi
panas
1.Untuk
Suhu dikurangi
terjadinya
sampai batas
vasodilatasi.
yang dapat
2. Untuk
diterima
mencegah
terjadinya
peningkatan
suhu.
3. Untuk
mencegah
terjadinya
persatu;ganti sesuai
penigkatan
kebutuhan;lanjutkan kira-
suhu.
kira 30 menit.
4.Hindari mengigil
4. Dapat
12 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h
menyebabkan
kejang.
5.Jangan gunakan isapan
5.Karena dapat
menyebabkan
6.Untuk
mencegah
pendinginan
tubuh yang
berlebihan
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A.Kasus
Klien An. D umur 3 tahun 6 bulan dirawat di RSF dari tanggal 10 Juni 2008 dengan
keluhan kejang demam selama dirumah 3 kali selama 24 jam, kejang pertama 15 menit,
kejang kedua 10 menit, kejang ketiga 5 menit, tangan dan kaki mengepal pada saat
kejang, suhu klien 39,5O C. Keadaan umum klien lemah,nadi 120x/menit, RR 26
kali/menit, Suhu 39,5O C, klien terlihat gelisah, ubun-ubun besar cekung, mukosa mulut
kering, BB saat masuk RS IGD 9,5 kg,Berat badan saat ini 8,1 kg, Lingkar lengan atas 14
cm (ideal 16 cm) ,Tb 75 cm, muntah sebanyak aqua geas (120cc) berisi cairan kuning
kecoklatan, sebelum & saat dirawat klien tidak mau makan. Intake klien minum sebanyak
300 cc & infuse 400 cc, total 700 cc, Output BAK&BAB :340 cc, Iwl 110 cc, Total :450
cc, Balance : 250 cc Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Juni 2008 Hb: 11,6 g/dl
(N:13,2-17,3 g/dl), Ht: 38% (N:31-59%), Leukosit : 13.500/ul, Trombosit: 81 ribu/ul,
Eritrosit: 3.51 juta/ul. Leukosit: 13.500/L(N= 6.000 17.500/L), Trombosit :
400.000 /L (N= 150.000 440.000/L), Eritrosit : 5juta/L(N= 3,60 5,20 juta/L),
13 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h
Natrium : 131 mmol/L (N= 135 145 mmol/L), Kalium: 2,4 mmol/L (N= 3,5 5,5
mmol/L), Clorida : 100 mmol/L (N= 98 105 mmol/L)
B.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data subjektif : kejang dirumah 3 kali selama 24 jam, kejang pertama kejang
pertama 15 menit, kejang kedua 10 menit, kejang ketiga 5 menit, tangan dan kaki
mengepal pada saat kejang.
Data objektif : Keadaan umum klien lemah,nadi 120x/menit, RR 26 kali/menit,
Suhu 39,5O C, klien terlihat gelisah, ubun-ubun besar cekung, mukosa mulut kering,
BB saat masuk RS IGD 9,5 kg,Berat badan saat ini 8,1 kg, Lingkar lengan atas 14 cm
(ideal 16 cm) ,Tb 75 cm, muntah sebanyak aqua geas (120cc) berisi cairan kuning
kecoklatan, sebelum & saat dirawat klien tidak mau makan. Intake klien minum
sebanyak 300 cc & infuse 400 cc, total 700 cc, Output BAK&BAB :340 cc, Iwl 110 cc,
Total :450 cc, Balance : 250 cc Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Juni 2008
Hb: 11,6 g/dl (N:13,2-17,3 g/dl), Ht: 38% (N:31-59%), Leukosit : 13.500/ul, Trombosit:
81 ribu/ul, Eritrosit: 3.51 juta/ul. Leukosit: 13.500/L(N= 6.000 17.500/L),
Trombosit : 400.000 /L (N= 150.000 440.000/L), Eritrosit : 5juta/L(N= 3,60
5,20 juta/L), Natrium : 131 mmol/L (N= 135 145 mmol/L), Kalium: 2,4 mmol/L
(N= 3,5 5,5 mmol/L), Clorida : 100 mmol/L (N= 98 105 mmol/L)
2. Diagnosa, Intervensi, dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa 1 : Kekurangan Volume cairan b.d mual dan muntah. Ditandai dengan :
DS : -. DO : keadaan umum lemah, mucosa mulut kering,konjungtiva anemis, capilarry
refill 3 detik, muntah aqua gelas (120cc) berisi cairan kuning kecoklatan, Nadi :
120x/menit, RR 26x/menit, Suhu : 39,5 C, Hasil Lab 10 Juni 2008 Natrium: 131
mmol/L (N= 135 145 mmol/L), Kalium: 2,4 mmol/L (N= 3,5 5,5 mmol/L), Clorida :
100 mmol/L (N= 98 105 mmol/L).
Perencanaan keperawatan : Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam kebutuhan cairan klien terpenuhi. Kriteria hasil : Tanda tanda vital
dalam batas normal :N : 60 80 x / mnt, S : 36 - 37C, RR : 16 20 x / mnt, mukosa
mulut lembab, muntah teratasi,konjungtiva tidak anemis, capilarry refill < style="">
14 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h
hasil laboratorium normal Natrium: 135 145 mmol/L, Kalium: 3,5 5,5 mmol/L,
Clorida : N= 98 105 mmol/L.
Intervensi : Ukur dan catat jumlah muntah yang dikleuarkan, warna, konsistensi.
Berikan makanan dan cairan, Berikan support verbal dalam pemberian cairan,
kolaborasi berikan pengobatan seperti obat antimual, pantau hasil pemeriksaan
laboratorium.
Evaluasi : S : Klien mengatakan sudah dapat minum. O : Tanda tanda vital
dalam batas normal :N : 60 80 x / mnt, S : 36 - 37C, RR : 16 20 x / mnt, mukosa
mulut lembab, muntah teratasi, Lingkar lengan atas ideal 16 cm, hasil laboratorium
normal Natrium: 135 145 mmol/L, Kalium: 3,5 5,5 mmol/L, Clorida : N= 98 105
mmol/L.. A: Masalah kekurangan cairan dapat teratasi. P : hentikan intervensi.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat Ditandai dengan data data sebagai berikut : DS: Ibu klien mengatakan
sebelum dan saat dirawat tidak napsu makan. DO: K.U: lemah, BB awal mei 2008 9,5
kg saat masuk RS IGD 8,1 kg, muntah gelas Aqua(120cc), Lingkar lengan atas 14 cm
( ideal 16 cm), Hasil Laboratorium tanggal 10 Juni 2008 Hb: 11,6 g/dl (N:13,2-17,3
g/dl), Ht: 38% (N:31-59%).
Perencanaan keperawatan, Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperwatan 3 x
24 jam nutrisi terpenuhi dan berat badan meningkat. Kriteria hasil : BB naik
0.25kg(ideal 12kg), mual dan muntah klien dapat teratasi, nafsu makan bertambah,
Hb&Ht dalam batas normal (Hb:10.8-15.6 g/dl & Ht: 35-43%).
Intervensi : Tingkatkan intake makanan dengan menjaga privasi klien,
mengurangi gangguan seperti bising/berisik, menjaga kebersihan ruangan. Bantu klien
makan, selingi makan dengan minum, Monitor hasil lab seperti HB & Ht, Atur posisi
semifowler saat memberikan makanan.
Diagnosa 3 : Resiko injuri berhubungan dengan kejang berulang. Ditandai
dengan data data sebagai berikut : DS : ibu klien bertanya penanganan kejang. DO :
penghalang tempat tidur tidak terpasang, S : 38.3C, N: 124x/menit, RR:42X/menit
Perencanaan keperawatan, Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam injuri tidak terjadi. Kriteria hasil : orang tua dapat mengidentifikasi
faktor yang dapat menimbulkan cidera, mampu melakukan penanganan kejang,
menunjukan koping positif.
15 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h
penjelasan
kepada
orang
tua
tentang
penanganan
kejang.
penjelaan
kepada
orang
tua
tentang
penanganan
kejang..
Evaluasi akhir : S : ibu klien mengatakan sudah tidak terjadi kejang, sudah
memasang penghalang. O : S : 37,2C, N: 124x/menit, RR: 42X/menit. Klien tidak
kejang, pengaman tempat tidur sudah terpasang dengan baik A : masalah resiko injuri
tidak terjadi. P: Lanjutkan intervensi Dx.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam adalah peningkatan pada titik set dimana suhu tubuh diatur pada tingkat
yang lebih tinggi ( > 380). Hipertermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi
titik set, biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan lebih
banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh.
Pengaturan Suhu Tubuh oleh ;
1. Keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas
2. Produksi panas
3. Kehilangan panas
4. Set-Point dalam pengaturan suhu tubuh
5. Peranan hipotalamus
B. Saran
1. Untuk keluarga, peningkatan suhu tubuh adalah hal penting yang harus diperhatikan.
Karena hal ini mengindikasikan telah terjadi sesuatu pada tubuh. Oleh sebab itu jangan
anggap hal sepele peningkatan suhu tubuh.
2. Untuk perawat, selalu memantau suhu sianak. Untuk mencegah peningkatan suhu yang
ekstrim, sehinggga dapat menyebabkan kejang.
16 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h
DAFTAR PUSTAKA
Schwartz, M. William. 2004. Pedoman klinis pediatric. Jakarta: EGC
Joyce Engel, Joyce. 2008. Seri Pedoman Praktis Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC
Donna l Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik .Edisi 4. Jakarta: EGC.
Guyton. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
17 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h