Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan dari seluruh organisme untuk berfungsi secara normal tergantung pada
terpeliharanya suatu lingkungan interna yang stabil. Istilah lingkungan interna terutama
merujuk pada kandungan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Agar setiap individu sehat, tubuh
harus mengandung konsentrasi cairan dan elektrolit yang semestinya (Sacharin, 1996).
Keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak yang sehat dikendalikan oleh mekanisme
sistem saraf dan hormonal yang memungkinkan masuknya berbagai cairan, mineral, dan zat gizi
yang relatif tidak teratur. Bila kehilangan cairan dan elektrolit melalui kulit, saluran cerna, dan
saluran kencing tidak meningkat, maka kebutuhan dasar cukup memadai. Kehilangan cairan dan
elektrolit yang abnormal melalui saluran cerna, ginjal, atau kulit bila tidak diganti, dapat
menimbulkan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan/atau ketidakseimbangan asam-basa (Insley,
2005).
Perubahan terjadi pada volume air tubuh total, volume ekstraselular (CES) dan volume
cairan intraselular (CIS) selama transisi dari kehidupan fetal ke pascanatal. Saat lahir, 73% dari
berat badan total bayi adalah cairan, dibandingkan dengan 58% pada dewasa. Bayi secara
proporsional memiliki rasio cairan ekstraselular yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang
dewasa. Konsekuensinya, kadar natrium dan klorida tubuh total lebih tinggi, dan kadar kalium,
magnesium, dan fosfat lebih rendah (Wong, 2009).
Aspek yang sangat penting dari keseimbangan cairan dan elektrolit adalah hubungannya
dengan sistem lain. Di samping kecepatan pertukaran cairan sebanyak tujuh kali lebih cepat
dibandingkan dengan orang dewasa, laju metabolisme pada bayi dua kali lebih cepat terkait berat
badannya. Akibatnya, terbentuk dua kali lebih banyak asam yang mempercepat terjadinya
asidosis. Selain itu, ginjal yang imatur belum mampu mengosentrasikan urin secara memadai
untuk mempertahankan cairan tubuh. Ketiga faktor tersebut membuat bayi cenderung rentan
terhadap dehidrasi, asidosis, dan hidrasi berlebihan (Wong, 2009).

1.2 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa mampu untuk:

Memahami konsep dasar cairan dan elektrolit pada anak.


Memahami gangguan cairan dan elektrolit pada anak.
1 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Memahami asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan cairan dan elektrolit.
Memahami asuhan keperawatan pada anak dengan luka bakar.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Cairan dan Elektrolit
2.1.1 Distribusi Cairan Tubuh
Cairan total tubuh dijelaskan dalam persentase berat badan, persentase ini beragam
pada setiap usia.
Pada bayi baru lahir, cairan total tubuh adalah 80% berat badan.
Pada usia 3 bulan, cairan total tubuh adalah 70% berat badan.
Pada usia 3 tahun, cairan total tubuh adalah 65% berat badan.
Pada usia 15 tahun, cairan total tubuh adalah 60% berat badan.
Cairan total tubuh terdiri atas cairan dan elektrolit yang didistribusikan di antara
kompartemen cairan ekstraselular (CES) dan cairan intraselular (CIS). Cairan intraselular
mencakup seluruh cairan di dalam dinding sel, kalium merupakan elektrolit utama CIS.
Cairan ekstraselular mencakup semua cairan yang berada di luar dinding sel, natrium
2 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

merupakan elektrolit utama CES. Cairan ekstraselular dikelompokkan lagi dalam dua
bentuk, yaitu cairan interstisial dan cairan intravaskular (Muscari, 2005).
Proporsi cairan tubuh berdasarkan usia (Tamsuri, 2009):
Jenis

Bayi Baru Lahir

Usia 3 Bulan

Usia 3 Tahun

Usia 15 Tahun

40%

40%

40%

40%

5%

5%

5%

5%

35%

25%

20%

15%

80%

70%

65%

60%

Cairan
Intraselular
Cairan Ekstra-

Plasma

selular

Cairan
Interstisial
Total Cairan

2.1.2

Kebutuhan Cairan Harian


Kebutuhan cairan yang spesifik pada setiap usia adalah sebagai berikut:
Kebutuhan bayi baru lahir adalah 80 sampai 100 mL/kg/hari.
Kebutuhan anak 1 tahun adalah 120 sampai 130 mL/kg/hari.
Kebutuhan anak usia 2 tahun adalah 115 sampai 125 mL/kg/hari.
Kebutuhan anak usia 6 tahun adalah 90 sampai 100 mL/kg/hari.
Kebutuhan remaja usia 15 tahun adalah 70 sampai 85 mL/kg/hari.
Kebutuhan remaja usia 18 tahun adalah 40 sampai 50 mL/kg/hari.
Kebutuhan cairan berubah ketika bayi dan anak-anak memiliki gangguan khusus.

Kebutuhan meningkat saat demam, diare, muntah, diabetes insipidus, gagal ginjal dengan
haluaran tinggi, luka bakar, syok, dan takipnea. Kebutuhan menurun pada gagal jantung
kongestif (CHF), gagal ginjal oligurik, peningkatan tekanan intrakranial (TIK), ventilasi
mekanis, sindrom ketidaksesuaian hormon antidiuretik [SIADH], dan pascaoperasi
(Muscari, 2005).
2.1.3

Kehilangan Cairan Tidak Disadari (IWL, Insensible Water Loss)


IWL (tak terukur) terjadi akibat evaporasi melalui saluran pernafasan (membran

mukosa) dan kulit anak. Faktor yang meningkatkan IWL: prematuritas, kelembapan
lingkungan yang rendah, suhu lingkungan yang tinggi, hipertermia, peningkatan aktivitas
motorik dan menangis, fototerapi, kerusakan kulit, takipnea, serta dukungan pernapasan
tanpa gas yang melembapkan. Faktor yang menurunkan IWL: mengenakan pembalut ke
kulit bayi untuk mencegah kerusakan kulit, meningkatkan kelembapan lingkungan 40%50%, selimut plastik dan pelindung panas, serta dukungan pernapasan dengan gas yang
melembapkan (Haws, 2008).
3 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Kehilangan cairan melalui paru-paru


Udara yang dikeluarkan dilembapkan, kehilangan ini dikurangi karena udara
didinginkan saat melintasi nasofaring. Bayi dan anak-anak mempunyai angka kehilangan
cairan melalui paru-paru yang serupa, tetapi kehilangan ini pada bayi lebih besar
dibandingkan kehilangan pada orang dewasa dengan aktivitas yang normal.
Kehilangan cairan melalui kulit
Kehilangan cairan dari kulit adalah dengan difusi melalui lapisan luar dari kulit dan
sebagian dalam bentuk keringat. Keringat merupakan larutan natrium klorida yang encer dan
karena itu berkeringat melibatkan kehilangan natrium dan air. Saat demam, kehilangan
cairan insensibel melalui kulit dan paru-paru menjadi dua kali lipat (Sacharin, 1996).
Besar IWL menurut usia (Tamsuri, 2009):
Usia
Baru lahir
Bayi
Anak-anak
Remaja

Besar IWL (mg/kgBB/hari)


30
50-60
40
30

2.2 Gangguan Cairan dan Elektrolit


Gangguan cairan dan elektrolit (mis. akibat diare, muntah, demam, dan luka bakar) lebih
sering terjadi dan berkembang cepat ke tahap lanjut pada bayi dan anak-anak yang lebih kecil
dibandingkan anak-anak yang sudah besar dan orang dewasa. Bayi dan anak-anak yang masih
kecil lebih rentan terhadap perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit karena tubuh mereka
memiliki:
Proporsi terbesar berisi air dan area permukaan tubuh yang lebih besar.
Proporsi cairan kompartemen ekstrasel yang lebih besar.
Laju metabolik yang tinggi meningkatkan kecepatan penggantian cairan tubuh yang

hilang.
Ginjal dan sistem pengaturan homeostatik (buffer) yang belum sempurna.
Kehilangan banyak cairan yang tidak disadari.
Tidak mampu menggigil atau mengeluarkan keringat untuk mengendalikan suhu tubuh.

2.2.1 Dehidrasi
A. Penjelasan
1) Dehidrasi adalah kehilangan cairan dari jaringan tubuh yang berlebihan. Dehidrasi
merupakan gangguan yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak ketika haluaran
cairan total melebihi asupan cairan total.
4 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

2) Dehidrasi dapat digolongkan berdasarkan derajat atau jenisnya.


a. Derajat
Dehidrasi ringan dicirikan dengan kehilangan 5% dari berat badan sebelum

sakit.
Dehidrasi sedang dicirikan dengan kehilangan 5% sampai 10% dari berat

badan sebelum sakit.


Dehidrasi berat dicirikan dengan kehilangan lebih dari 10% dari berat

badan sebelum sakit.


b. Tipe
Dehidrasi isotonik dicirikan dengan defisit air dan elektrolit yang terjadi
dalam proporsi seimbang. Isotonik merupakan jenis dehidrasi yang paling

sering terjadi.
Dehidrasi hipertonik dicirikan dengan kehilangan cairan melebihi

kehilangan elektrolit.
Dehidrasi hipotonik dicirikan dengan kehilangan sejumlah elektrolit
melebihi kehilangan cairan.

B. Etiologi
1) Dehidrasi dapat disebabkan oleh kehilangan air yang tidak disadari pada kulit dan
saluran pernapasan, peningkatan ekskresi cairan pada ginjal dan gastrointestinal
(GI), atau penurunan asupan cairan.
2) Kemungkinan penyebab dehidrasi antara lain: muntah dan diare yang berlebihan,
asupan cairan yang tidak cukup, ketoasidosis diabetik, luka bakar berat, demam
tinggi berkepanjangan, hiperventilasi.
C. Patofisiologi
1) Dehidrasi isotonik
a. Kehilangan cairan terutama melibatkan komponen ekstrasel dan volume darah
sirkulasi, menyebabkan anak rentan terhadap syok hipovolemik.
b. Kadar natrium serum menurun atau tetap dalam batas normal; kadar klorida
menurun; dan kadar kalium tetap normal atau menurun.
2) Dehidrasi hipertonik
a. Kehilangan air yang berlebihan dibandingkan elektrolit, mengakibatkan
perpindahan cairan dari kompartemen intrasel ke ekstrasel, yang dapat
menyebabkan gangguan neurologis seperti kejang.
b. Kadar natrium serum meningkat; kadar kalium serum bervariasi; dan kadar
klorida meningkat.
3) Dehidrasi hipotonik
5 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

a.

Pada dehidrasi hipotonik, cairan berpindah dari kompartemen ekstrasel ke


kompartemen intrasel sebagai usaha mempertahankan keseimbangan osmotik,
yang selanjutnya dapat meningkatkan kebocoran CES dan secara umum

mengakibatkan syok hipovolemik.


b. Kadar natrium dalam serum menurun; klorida menurun; dan kadar kalium
bervariasi.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis: keletihan, penurunan berat badan, mukosa membran kering,
penurunan atau hilangnya produksi air mata, turgor kulit tidak elastis, mata cekung, depresi
fontanel, penurunan haluaran urin, takikardia, takipnea, penurunan tekanan darah, rasa
haus berlebihan.
Tanda-tanda dehidrasi bergantung pada derajat dehidrasi.
Tanda
Kehilangan cairan
Warna kulit
Turgor kulit
Membran mukosa
Haluaran urin
Tekanan darah

Ringan
< 5%
Pucat
Menurun
Kering
Menurun
Normal

Denyut nadi

Normal atau

Derajat Dehidrasi
Sedang
5-9%
Abu-abu
Tidak elastis
Sangat kering
Oliguria
Normal atau
semakin rendah
Meningkat

Berat
10 %
Bercak-bercak
Sangat tidak elastis
Pecah-pecah
Oliguria nyata
Semakin rendah
Cepat dan panjang

meningkat
E. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik:
Urinalisis akan menunjukkan urin yang terkonsentrasi dengan berat jenis tinggi (>

1,030) dan osmolaritas tinggi.


Hitung Darah Lengkap (HDL) akan menunjukkan peningkatan hematokrit.
Kadar nitrogen urea darah (BUN) meningkat.
Pemeriksaan elektrolit akan menunjukkan penurunan konsentrasi natrium urin dan

perubahan nilai elektrolit serum (mis. Na+ , K+, Cl-).


Gas darah arteri akan menunjukkan nilai pH serum yang rendah (jika anak dalam
keadaan asidosis).

2.2.2 Gangguan Keseimbangan Cairan


A. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu keadaan dimana terjadinya pengurangan volume cairan
ekstraselular (CES).
6 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1) Etiologi
Kehilangan abnormal melalui ginjal, GI, dan kulit, perpindahan cairan plasma ke
interstisial, hemoragi, perubahan asupan; kekurangan cairan.
2) Manifestasi klinis
Lemah, muntah, konstipasi, oliguria, penurunan TD, peningkatan frekuensi jantung,
turgor kulit buruk, lidah kering dan kasar, mata cekung, vena leher kempes,
penurunan berat badan akut, penurunan air mata, depresi fontanel anterior.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Nitrogen urea darah (BUN) meningkat.
Hematokrit; meningkat pada dehidrasi dan menurun pada perdarahan.
Berat jenis urin meningkat.
Gas darah arteri (GDA); rendah pada asidosis dan tinggi pada alkalosis.
4) Penanganan
Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa dan

elektrolit.
Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
Rehidrasi oral.
Tindakan terhadap penyebab dasar.

B. Hipervolemia
Hipervolemia adalah suatu keadaan dimana terjadinya penambahan volume cairan
ekstraselular (CES).
1) Etiologi
Retensi natrium dan air, fungsi ginjal abnormal, kelebihan pemberian cairan IV,
perpindahan cairan interstisial ke plasma.
2) Manifestasi klinis
Sesak napas, ortopnea, edema, peningkatan berat badan, peningkatan TD, nadi kuat,
asites, krekles, ronki, mengi, kulit lembab, distensi vena leher, takikardia.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Hematokrit menurun.
BUN meningkat pada gagal ginjal.
Natrium dan osmolalitas serum menurun.
Natrium urin meningkat.
Berat jenis urin menurun.
4) Penanganan
Pembatasan natrium dan air.
Terapi diuretik.
2.2.3

Gangguan Keseimbangan Elektrolit

7 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

KALSIUM
A. Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah suatu keadaan dimana kalsium serum total (tCa) < 7 mg/dL atau
kalsium terionisasi dalam serum (iCa) < 4,4 mg/dL (1,1 mmol/L).
1) Etiologi
Peningkatan kehilangan kalsium dalam cairan tubuh, defisiensi vitamin D,
hiperfosfatemia, hipoparatiroidisme, hipomagnesemia, pankreatitis akut.
2) Manifestasi klinis
Iritabilitas, gelisah, tetani berat, refleks hiperaktif, rakitis, fraktur tulang (pada
keadaan kronis).
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar kalsium serum total < 7 mg/dL.
Kadar kalsium serum terionisasi < 4,4 mg/dL.
Hormon paratiroid menurun.
Kadar magnesium dan fosfor: dapat diperiksa untuk mengidentifikasi penyebab
potensial hipokalsemia.
4) Penanganan
Pengobatan penyebab dasar.
Penggantian kalsium PO atau IV.
Penanganan akut tetani adalah bolus IV kalsium glukonat 10% (1-2 mL/kg

selama 5-10 menit).


Terapi vitamin D.

B. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia adalah suatu keadaan dimana kalsium serum total (tCa) > 11 mg/dL
atau kalsium terionisasi dalam serum (iCa) > 5,4 mg/dL (1,36 mmol/L).
1) Etiologi
Peningkatan asupan kalsium, sindrom Fanconi (gangguan disfungsi tubular ginjal
proksimal), hipervitaminosis D, hiperparatiroidisme, terapi diuretik tiazid.
2) Manifestasi klinis
Letargi, kram perut, mual dan muntah, kejang, poliuria, batu ginjal, tak mau
minum, berat badan tak bertambah, nyeri tulang, fraktur.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar kalsium serum total > 11 mg/dL.
Kadar kalsium serum terionisasi > 5,4 mg/dL.
Hormon paratiroid meningkat.
Temuan sinar x: dapat menunjukkan adanya osteoporosis rongga tulang atau
batu ginjal.
4) Penanganan
Pengobatan penyebab dasar.
8 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Berikan steroid sebagai penanganan hipervitaminosis D.


Hentikan terapi diuretik tiazid.
Hidrasi bayi untuk meningkatkan haluaran urin dan ekskresi kalsium.
Kurangi asupan kalsium dan hentikan suplemen vitamin D.
Batasi pajanan sinar matahari.

MAGNESIUM
A. Hipomagnesemia
Hipomagnesemia adalah suatu keadaan dimana kadar magnesium serum < 1,52 mEq/L
(0,75 mmol/L).
1) Etiologi
Kehilangan melalui urin: hiperkalsemia, diuretik, kehilangan melalui GI: muntah,
diare, sindrom malabsorpsi, hiperparatiroidisme, hiperaldosteron, malnutrisi
protein-kalori.
2) Manifestasi klinis
Tremor, iritabilitas, hiperrefleksia, kejang, anoreksia, mual dan muntah, parestesia.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar magnesium serum < 1,52 mEq/L.
Kadar albumin serum menurun.
Kadar kalium serum menurun.
4) Penanganan
Pemberian magnesium sulfat parenteral.
B. Hipermagnesemia
Hipermagnesemia adalah suatu keadaan dimana kadar magnesium serum > 2,3 mEq/L
(1,15 mmol/L).
1) Etiologi
Pemberian antasid mengandung magnesium, pemberian magnesium sulfat
prenatal, penurunan ekskresi magnesium.
2) Manifestasi klinis
Tak mau minum, kelambatan motilitas GI dan buang air besar, distensi abdomen,
letargi, hipotonia, depresi pernapasan.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar magnesium serum > 2,3 mEq/L.
4) Penanganan
Hilangkan pemberian magnesium.
Tunda pemberian makanan enteral sampai anak memperlihatkan kemampuan

mengisap yang lebih baik.


Dukungan pernapasan.

FOSFOR
9 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Hipofosfatemia
Hipofosfatemia adalah suatu keadaan dimana kadar fosfor serum < 4 mg/dL (1,29
mmol/L).
1) Etiologi
Rakitis/osteopenia pada prematuritas, asupan fosfor tak adekuat, hipofosfatemia
familial (sidrom Fanconi, hipofosfatemia terkait-X, dan rakitis resisten terhadap
vitamin D).
2) Manifestasi klinis
Demineralisasi tulang, kejang, letargi.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar fosfor serum < 4 mg/dL.
Kadar hormon paratiroid tinggi.
Kadar magnesium menurun.
4) Penanganan
Tingkatkan asupan kalsium dan fosfor.
Fosfat suplemental oral.
B. Hiperfosfatemia
Hiperfosfatemia adalah suatu keadaan dimana kadar fosfor serum > 7 mg/dL (2,26
mmol/L).
1) Etiologi
Gagal ginjal,

peningkatan

asupan

parenteral,

defek

regulasi

hormon:

hipoparatiroidisme
2) Manifestasi klinis
Hipokalsemia, anoreksia, mual dan muntah, kejang, takikardia.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar fosfor serum > 7 mg/dL.
Kadar hormon paratiroid rendah.
4) Penanganan
Kurangi asupan fosfor parenteral.
Ganti dengan formula rendah fosfor.
Berikan suplementasi kalsium.
KALIUM
A. Hipokalemia
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar kalium serum < 3,5 mEq/L.
1) Etiologi
Hiperaldosteronisme, diuretik atau kehilangan urin abnormal, peningkatan
kehilangan melalui GI: muntah, diare, drainase NG, stenosis pilorik, peningkatan

10 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

kehilangan melalui diaphoresis, asupan yang tidak adekuat, hiperkalsemia dan


hipomagnesemia.
2) Manifestasi klinis
Kelemahan otot, penurunan refleks tendon, mual dan muntah, nadi lemah dan tak
teratur.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar kalium serum < 3,5 mEq/L.
Gas darah arteri: peningkatan pH dan HCO3-.
4) Penanganan
Tingkatkan asupan kalium (kebutuhan rumatan harian 2-3 mEq/kg/hari).
Koreksi bila ada stenosis pilorik.
Tangani penyebab diare atau muntah.
Tangani gangguan yang mendasari terjadinya asidosis metabolik atau
respiratorik.
B. Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah suatu keadaan dimana kadar kalium serum > 5,5 mEq/L.
1) Etiologi
Insufisiensi adrenal, hemolisis, diuretik hemat-kalium, gagal ginjal, asidosis
metabolik atau respiratorik, nekrosis jaringan.
2) Manifestasi klinis
Letargi, hipotonia, parestesia, tetani, diare.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar kalium serum > 5,5 mEq/L.
Gas darah arteri: penurunan pH dan HCO3-.
4) Penanganan
Dialisis.
Terapi obat
Kalsium glukonat 10% (0,5-1 mEq/kg melalui IV selama 5-10 menit);
menurunkan eksitabilitas miokardial.
Natrium bikarbonat (1-2 mEq/kg melalui IV selama 10-30 menit);
meningkatkan pH darah dan mendorong kalium ke dalam sel.
Infus IV glukosa dan insulin (0,01-0,1 U insulin regular/kg/jam);
mendorong kalium ke dalam sel.
Resin polistiren natrium (Kayexalate) (1 g PO/6 jam atau PR/2-6 jam); 1 g

resin mengangkat sekitar 1 mEq kalium.


Menghilangkan kalium dari cairan IV dan menghentikan obat yang mengandung
kalium.

11 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

NATRIUM
A. Hiponatremia
Hiponatremia adalah suatu keadaan dimana kadar natrium serum < 130 mEq/L.
1) Etiologi
Kehilangan melalui GI: diare, muntah, fistula, penghisapan NG. Kehilangan
melalui ginjal: diuretik, gagal ginjal, insufisiensi adrenal. Kehilangan melalui kulit:
luka bakar, drainase luka. Produksi berlebihan dari hormone antidiuretik, gagal
jantung kongestif, sirosis, sindrom nefrotik, pemberian cairan hipotonik
berlebihan, oliguria, polidipsia.
2) Manifestasi klinis
Edema, kejang, turgor kulit buruk, membran mukosa kering, haluaran urin
berkurang, peningkatan berat jenis urin, fontanel cekung.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar natrium serum < 130 mEq/L.
Osmolalitas serum menurun.
Berat jenis urin menurun.
Natrium urin menurun.
4) Penanganan
Perbaiki defisit natrium secara parenteral.
Pembatasan cairan dengan kelebihan beban cairan dan SIADH.
Tingkatkan asupan natrium.
B. Hipernatremia
Hipernatremia adalah suatu keadaan dimana kadar natrium serum > 150 mEq/L.
1) Etiologi
Dehidrasi: air terlalu sedikit dan peningkatan kehilangan cairan tak disadari
melalui kulit dan paru, peningkatan asupan natrium, tenggelam dalam air yang
mengandung garam.
2) Manifestasi klinis
Haus berat (dehidrasi), lemah, gelisah, tonus buruk, iritabilitas, kejang, gagal
napas.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar natrium serum > 150 mEq/L.
Osmolalitas serum meningkat.
Berat jenis dan osmolalitas urin meningkat.
4) Penanganan
Penggantian dengan air bebas garam.

12 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

KLORIDA
A. Hipokloremia
Hipokloremia adalah suatu keadaan dimana kadar klorida serum < 90 mEq/L.
1) Etiologi
Berkurangnya asupan dan peningkatan pengeluaran dari sumber GI atau ginjal
(muntah berkepanjangan atau aspirasi NG; kehilangan melalui ginjal akibat terapi
diuretik).
2) Manifestasi klinis
Alkalosis metabolik, hipokalemia, dan gagal tumbuh.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar klorida serum < 90 mEq/L.
Kadar kalium rendah.
4) Penanganan
Ganti kehilangan melalui NG.
Koreksi alkalosis dan pertimbangkan untuk mengganti terapi diuretik.
B. Hipekloremia
Hiperkloremia adalah suatu keadaan dimana kadar klorida serum > 115 mEq/L.
1) Etiologi
Asupan klorida meningkat (pemberian NaCl berlebihan), diare, asidosis tubular
ginjal.
2) Manifestasi klinis
Asidosis metabolik hiperkloremik.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
Kadar klorida serum > 115 mEq/L.
4) Penanganan
Hentikan pemberian NaCl.
Ganti kehilangan air-bebas.

2.2.4

Gangguan Keseimbangan Asam-Basa


Ketidakseimbangan asam basa merupakan komplikasi umum akibat diare, muntah, dan

kondisi demam tinggi pada bayi dan anak yang lebih kecil. Gangguan ini juga dapat terjadi
akibat komplikasi gangguan pernapasan, endokrin, ginjal, dan metabolik.
Intervensi penting untuk menangani anak dengan ketidakseimbangan asam basa
sampai gangguan utama teratasi adalah sebagai berikut:
Memberikan hidrasi yang adekuat.
Mengganti elektrolit yang hilang.
Mengoreksi ketidakseimbangan asam basa.
13 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik terjadi akibat hilangnya atau tidak adekuatnya ventilasi pulmonal
yang menyebabkan peningkatan kadar PCO2 (PaCO2 > 40 mmHg) dan penurunan pH
plasma (pH < 7,4).
1) Etiologi
Penyakit pernapasan akut: pneumonia, ARDS. Depresi pusat pernapasan,
pneumothoraks, asfiksia, kerusakan otot pernapasan.
2) Manifestasi klinis
Dispnea, gelisah, letargi, peningkatan frekuensi jantung dan pernapasan,
diaphoresis, sianosis, koma.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
pH plasma rendah.
Kadar PCO2 meningkat.
Kadar HCO3 meningkat.
Sinar x: menentukan adanya penyakit pernapasan yang mendasari.
4) Penanganan
Pengobatan gangguan dasar.
Sokong fungsi pernapasan (intubasi dan ventilasi mekanik).

B. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik terjadi akibat peningkatan asam atau kehilangan basa dan
mengakibatkan penurunan pH plasma (pH < 7,4) serta penurunan konsentrasi HCO3 plasma
(HCO3 < 22 mEq/L).
1) Etiologi
Penyakit ginjal, ketoasidosis, kegagalan pernapasan dan sirkulasi, gangguan
herediter, septik syok, keracunan dan toksisitas obat, diare.
2) Manifestasi klinis
Pernapasan cepat dan dalam, lemah, kulit dingin dan lembab, koma.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
pH plasma rendah.
Kadar HCO3 menurun.
Kadar PCO2 menurun.
4) Penanganan
Pengobatan gangguan dasar.
Pemberian natrium bikarbonat (NaHCO3).
Ventilasi mekanik.

14 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

C. Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik terjadi karena peningkatan frekuensi dan kedalaman ventilasi
pulmonal, yang mengakibatkan penurunan kadar PCO2 (PaCO2 < 40 mmHg) dan
peningkatan pH plasma (pH > 7,4).
1) Etiologi
Kecemasan, hipoksia akut, keadaan hipermetabolik, intoksikasi salisilat, ventilasi
mekanik berlebihan, trauma system saraf pusat.
2) Manifestasi klinis
Pernapasan lambat dan dangkal, kepala terasa melayang, tremor, tetani, kram,
ansietas, parestesia.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
pH plasma tinggi.
Kadar PCO2 menurun.
Kadar HCO3 menurun.
Kadar fosfat serum menurun.
4) Penanganan
Pengobatan gangguan dasar.
Terapi oksigen: jika hipoksia faktor penyebab.
Farmakoterapi: sedatif dan traquilizer untuk ansietas.
D. Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik terjadi akibat peningkatan basa atau kehilangan asam dan
menyebabkan peningkatan pH plasma (pH > 7,4) serta peningkatan konsentrasi HCO 3
plasma (HCO3 > 22 mEq/L).
1) Etiologi
Muntah, drainase lambung, alkalosis posthiperkapnia, asupan alkali yang
berlebihan, terapi diuretik tiazid.
2) Manifestasi klinis
Kelemahan otot, ketidakstabilan saraf otot, hiporefleksia, penurunan motilitas
saluran GI, koma.
3) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
pH plasma tinggi.
Kadar HCO3 meningkat.
Kadar PCO2 meningkat.
4) Penanganan
Infus salin normal untuk mengoreksi kekurangan klorida.
Berikan kalium klorida: alkalosis posthiperkapnia.
Berikan bahan-bahan yang bersifat asam.

15 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

2.3 Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Cairan dan Elektrolit
2.3.1 Pengkajian
a. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, khususnya mengenai masalah
kesehatan sekarang, lama sakit, kejadian yang mencetuskan gejala.
b. Lakukan pengkajian fisik.
c. Observasi manifestasi klinis gangguan cairan dan elektrolit.
d. Lakukan pengkajian khusus:
Asupan dan haluaranPengukuran asupan oral dan parenteral dan kehilangan
cairan melalui urin, feses, muntah, fistula, penghisapan nasogastrik, keringat,

dan drainase luka.


Berat badanUkur secara teratur dan pada waktu yang sama, biasanya setiap

pagi, untuk mendeteksi penurunan dan peningkatan berat badan.


UrinKaji frekuensi, volume, dan warna urin.
FesesKaji frekuensi, volume, dan konsistensi feses.
MuntahKaji volume, frekuensi, dan tipe muntahan.
KeringatHanya dapat diperkirakan dari frekuensi penggantian pakaian.
Tanda-tanda vitalSuhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah.
KulitKaji warna, suhu, turgor, dan ada atau tidaknya edema.
Membran mukosaKaji kelembaban, warna, dan adanya sekresi serta

konsistensinya, kondisi lidah.


Fontanel (bayi)Tenggelam, lunak, normal.
Perubahan sensoriAda rasa haus.
e. Bantu dengan prosedur diagnostik dan tesUrinalisis, kimia darah, hitung darah
lengkap (HDL), gas darah.
2.3.2

Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan
Faktor yang berhubungan:
Berhubungan dengan gagalnya mekanisme regulasi, seperti ginjal, hipotalamus.
Berhubungan dengan kehilangan aktif dari ginjal, gastrointestinal (muntah,
diare, selang nasogastrik), atau saluran pernapasan (hiperventilasi); dari kulit

(diaforesis, luka)
Berhubungan dengan penggunaan laksatif atau diuretik yang berlebihan.
Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau
keletihan.

b. Kelebihan volume cairan


Faktor yang berhubungan:
Berhubungan dengan hidrasi berlebihan, kegagalan mekanisme regulasi.
Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium dan air.
16 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan


kortikosteroid.

2.3.3

Tujuan dan Kriteria Hasil


Diagnosa 1: Kekurangan volume cairan.
a. Tujuan
Anak akan mencapai dan mempertahankan status hidrasi yang adekuat dengan
memenuhi kekurangan cairan.
b. Kriteria hasil
Terpenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Menunjukkan bukti hidrasi yang adekuat.
Tidak memperlihatkan adanya tanda dan gejala dehidrasi.
Diagnosa 2: Kelebihan volume cairan.
a. Tujuan
Anak akan mencapai dan mempertahankan status hidrasi yang adekuat dengan
mengeluarkan kelebihan cairan.
b. Kriteria hasil
Terpenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Tidak menunjukkan bukti penambahan cairan.
Mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh.

2.3.4

Implementasi
Diagnosa 1: Kekurangan volume cairan.
a. Dapatkan data berat badan sebelum sakit yang akurat dan pantau perubahan berat
badan, yang mengidentifikasi peningkatan dan penurunan cairan.
b. Pantau dan catat asupan dan haluaran cairan dengan akurat.
c. Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen urea darah, urine dan serum osmolalitas,
kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin dengan akurat.
d. Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah,
diare, demam, selang drein.
e. Berikan cairan intravena (IV).
Penggantian awal terdiri dari bolus larutan elektrolit isotonik yang diberikan
rata-rata 20-30 mL/kg. Fase ini dikontraindikasikan pada dehidrasi hipertonik

yang menyebabkan resiko intoksikasi cairan.


Terapi lanjutan bertujuan untuk menggantikan kehilangan cairan dan elektrolit.
Larutan yang dipilih biasanya adalah larutan salin normal dengan dekstrosa
5%. Pemilihan cairan didasarkan pada dugaan jenis dan penyebab dehidrasi.

17 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Natrium bikarbonat dapat ditambahkan ke dalam larutan IV untuk mengoreksi


asidosis. Kalium tidak ditambahkan ke dalam jalur IV sampai fungsi ginjal

membaik (anak berkemih).


Pantau terapi rehidrasi IV dan periksa area IV dengan sering.
Ajarkan orangtua cara untuk mengatur posisi, memindahkan, dan merawat

anak yang diberikan terapi IV.


f. Berikan terapi rehidrasi oral dan cairan lain, sesuai indikasi, untuk mengoreksi
keseimbangan cairan. Tawarkan pemberian cairan oral dalam jumlah sedikit (mis.
30-60 CC setiap jam).
g. Agar anak mudah untuk mengonsumsi cairan, tawarkan:
Bentuk-bentuk cairan yang menarik (es krim bertangkai, jus dingin, es berbentuk kerucut).
Wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan).
Sebuah permainan atau aktivitas (suruh anak minum jika tiba giliran anak).
h. Tunda sementara pemberian diet penuh sampai status hidrasi anak membaik dan
masalah penyebab sudah dapat diatasi.
i. Secara bertahap, perkenalkan kembali anak dengan diet biasa sesuai indikasi, dan
pantau respons anak.
Diagnosa 2: Kelebihan volume cairan.
a. Dapatkan data berat badan sebelum sakit yang akurat dan pantau perubahan berat
badan, yang mengidentifikasi peningkatan dan penurunan cairan.
b. Pantau dan catat asupan dan haluaran cairan dengan akurat, pantau infus
intravena.
c. Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen urea darah, urine dan serum osmolalitas,
kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin dengan akurat.
d. Observasi dan dokumentasikan adanya edema: pretibial, sacral, periorbital. Buat
skala pitting.
e. Kaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya retensi cairan.
f. Dapatkan riwayat diet anak yang akurat dan batasi masukan natrium.
Pertimbangkan penggunaan pengganti garam.
g. Batasi cairan sesuai program. Ajarkan keluarga tentang pentingnya pembatasan
cairan dan bagaimana mengukur volume cairan.
h. Berikan hygiene oral pada anak dengan interval sering untuk mempertahankan
membran mukosa oral tetap basah dan utuh.
i. Berikan diuretik sesuai program, lebih baik di pagi hari untuk meminimalkan
berkemih di malam hari.
18 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

j. Pantau kemajuan untuk menjamin intervensi tepat.


2.3.5

Evaluasi
Anak menerima asupan cairan dan elektrolit yang sesuai dengan kebutuhan

tubuhnya.
Anak mencapai dan mempertahankan status hidrasi yang adekuat ditandai dengan
peningkatan berat badan, tonus dan warna kulit kembali normal, serta nilai

elektrolit normal.
Anak tidak menunjukkan tanda dan gejala dehidrasi (seperti turgor kulit buruk,

mukosa kering, dan haus berlebihan).


Anak tidak menunjukkan tanda-tanda penambahan cairan/edema.
Anak mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuhnya, baik melalui ginjal, saluran
pencernaan, atau kulit.

2.4 Contoh Kasus: Anak dengan Luka Bakar


Anak perempuan berusia 10 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan mengalami luka
bakar berat akibat tersiram air panas. Anak mengalami dehidrasi.
2.4.1

Pengkajian
Kaji penyebab, luas, dan kedalaman luka bakar.
Kaji status volume cairan.
Kaji status nutrisi.
Kaji keadekuatan oksigenasi dan perfusi jaringan.

2.4.2

Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas/oksigen berhubungan dengan kerusakan jalan nafas.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan banyaknya

penguapan/cairan tubuh yang hilang.


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolik.

2.4.3

Rencana Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Luka Bakar


Diagnosa: Gangguan pertukaran gas/oksigen berhubungan dengan kerusakan jalan
nafas.
Tujuan: Oksigenasi jaringan adekuat.
Kriteria Hasil
- Tidak ada tanda-tanda sianosis
- Frekuensi nafas normal

1. Kaji

Intervensi
tanda-tanda distress

nafas,

frekuensi, irama, dan kedalaman nafas.

19 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

bunyi,

2. Monitor tanda-tanda hipoksia (agitasi, takipnea,


stupor, sianosis).
3. Monitor hasil laboratorium,

AGD,

kadar

oksihemo-globin, hasil oksimetri nadi.


4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemasangan
endotracheal

atau

tracheostomi

tube

bila

diperlukan.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemasangan
ventilator bila diperlukan.
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
inhalasi terapi bila diperlukan.
Diagnosa: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
banyaknya penguapan/cairan tubuh yang hilang.
Tujuan: Pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit serta perfusi organ vital
tercapai.
- Tidak

Kriteria Hasil
Intervensi
ada
tanda-tanda 1. Berikan banyak minum kalau kondisi lambung

dehidrasi
- Turgor elastis
- Mukosa lembab
- Akral hangat

memungkinkan baik secara oral maupun melalui


NGT.
2. Monitor dan catat intake dan output cairan.
3. Beri cairan infuse yang mengandung elektrolit
sesuai dengan yang diresepkan.
4. Monitor vital sign.
5. Monitor kadar Hb, Ht, elektrolit.

Diagnosa: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan metabolik.
Tujuan: Intake nutrisi adekuat dengan mempertahankan berat badan normal.
Kriteria Hasil
Intervensi
- Intake nutrisi adekuat
1. Kaji sejauh mana kurangnya nutrisi.
- Berat badan normal
2. Lakukan penimbangan berat badan anak setiap
- Makanan yang disajikan habis
hari.
dimakan
3. Pertahankan keseimbangan intake dan output
nutrisi.
4. Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya
20 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

nutrisi sebagai penghasil kalori yang sangat


dibutuhkan dalam kondisi luka bakar.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
nutrisi parenteral.
6. Kolaborasi dengan

tim

ahli

gizi

untuk

pemberian nutrisi yang adekuat.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan total tubuh terdiri atas cairan dan elektrolit yang didistribusikan di antara
kompartemen cairan ekstraselular (CES) dan cairan intraselular (CIS). Cairan intraselular
mencakup seluruh cairan di dalam dinding sel, cairan ekstraselular mencakup semua
cairan yang berada di luar dinding sel.
Cairan total tubuh dijelaskan dalam persentase berat badan, persentase ini beragam pada
setiap usia. Begitu juga dengan kebutuhan cairan harian, beragam usia beragam pula
kebutuhan cairan hariannya.
Kebutuhan cairan berubah ketika bayi dan anak-anak memiliki gangguan khusus.
Kebutuhan meningkat saat demam, diare, muntah, diabetes insipidus, gagal ginjal dengan
haluaran tinggi, luka bakar, syok, dan takipnea. Kebutuhan menurun pada gagal jantung
kongestif (CHF), gagal ginjal oligurik, peningkatan tekanan intrakranial (TIK), ventilasi
mekanis, sindrom ketidaksesuaian hormon antidiuretik [SIADH], dan pascaoperasi.
Kehilangan cairan pada anak tidak hanya melalui ginjal (urin), atau saluran pencernaan
(feses), tetapi juga melalui kulit (keringat) dan saluran pernapasan.
Gangguan cairan dan elektrolit (mis. akibat diare, muntah, demam, dan luka bakar) lebih
sering terjadi dan berkembang cepat ke tahap lanjut pada bayi dan anak-anak yang lebih
kecil dibandingkan anak-anak yang sudah besar dan orang dewasa.
Gangguan cairan dan elektrolit yang terjadi antara lain:
Dehidrasi
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan keseimbangan elektrolit
Gangguan keseimbangan asam-basa
Intervensi penting untuk menangani anak dengan gangguan cairan dan elektrolit sampai
gangguan utama teratasi adalah sebagai berikut:
Memberikan hidrasi yang adekuat.
Mengganti elektrolit yang hilang.
21 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Mengoreksi ketidakseimbangan asam basa.


DAFTAR PUSTAKA

Betz, C.L. & Sowden, L.A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC.
Haws, P.S. 2008. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: EGC.
Horne, M.M., dan Swearingen, P.L. 2001. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Insley, Jack. 2005. Vade-Macum Pediatri Edisi 13. Jakarta:EGC.
Muscari, M.E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Sacharin, R.M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Tamsuri, Anas. 2009. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Jakarta: EGC.
Wong, D.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Wong, D.L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

22 ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Anda mungkin juga menyukai