Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BIOPROSES


IDENTITAS PRAKTIKAN

I.
II.

Nama

: Cindy Putri Anggraeni

NIM

: 03121403039

Kelompok

: 1 (Satu)

NAMA PERCOBAAN

: Inokulasi

TUJUAN PERCOBAAN
1. Praktikan diharapkan dapat mengetahui cara pembiakan jamur pada medium
padat.
2. Praktikan diharapkan dapat menghitung bayaknya jumlah mikroba dengan
menggunakan alat Haemacytometer.
3. Praktikan diharpkan dapat mengetahui sifat koloni yang tumbuh di permukaan
medium padat.

III. DASAR TEORI


Bioremediasi dapat didefinisikan sebagai setiap proses yang menggunakan
mikroorganisme, fungi, tanaman hijau atau mereka enzim untuk kembali
lingkungan alam diubah oleh kontaminan dengan kondisi aslinya. Bioremediasi
dapat digunakan untuk pencemar tanah, seperti degradasi klorinasi hidrokarbon
oleh bakteri. Sebuah contoh pendekatan yang lebih umum adalah pembersihan
dari tumpahan minyak dengan penambahan nitrat atau sulfat pupuk untuk
memfasilitasi dekomposisi minyak mentah oleh atau eksogen bakteri pribumi.
Terjadi bioremediasi tentu dan fitoremediasi telah digunakan selama
berabad-abad. Sebagai contoh, desalinasi lahan pertanian dengan phytoextraction
memiliki tradisi panjang. Teknologi bioremediasi menggunakan mikroorganisme
dilaporkan ditemukan oleh George M. Robinson. Selama tahun 1960-an, ia
menghabiskan waktu luangnya untuk bereksperimen dengan stoples kotor dan
berbagai campuran mikroba disini bisa kita lihat perkembang biakan dari mikroba
tersebut disni kita lihat seperti di toples mana mikroba tersebut paling senang
tinggal.
1

Bioremediasi teknologi secara umum dapat diklasifikasikan sebagai in situ


atau ex-situ. Di situ melibatkan bioremediasi memperlakukan baha terkontaminasi
di situs sementara ex-situ melibatkan penghapusan bahan terkontaminasi untuk
diperlakukan di tempat lain. Beberapa contoh teknologi bioremediasi adalah
bioventing, landfarming, bioreaktor, kompos, bioaugmentation, rhizofiltration,
dan biostimulation.
Bioremediasi dapat terjadi dengan sendirinya (atenuasi alami atau
bioremediasi intrinsik) atau dapat didorong melalui penambahan pupuk untuk
meningkatkan ketersediaan hayati dalam media (biostimulation). Kemajuan
terbaru juga terbukti sukses melalui penambahan strain mikroba yang cocok
untuk medium untuk meningkatkan populasi penduduk mikroba kemampuan
untuk mendobrak organisme contaminants. Mikro yang melakukan fungsi
bioremediasi dikenal sebagai Bioremediators.
Penghapusan berbagai polutan dan limbah dari lingkungan membutuhkan
peningkatan pemahaman kita tentang kepentingan relatif dari jalur yang berbeda
dan jaringan peraturan untuk fluks karbon dalam lingkungan tertentu dan untuk
senyawa tertentu dan mereka pasti akan mempercepat pengembangan teknologi
bioremediasi dan biotransformasi proses. Penggunaan rekayasa genetika untuk
menciptakan organisme yang khusus dirancang untuk bioremediasi memiliki
potensi besar. bakteri Deinococcus radiodurans yang paling radioresistant
organisme dikenal telah dimodifikasi untuk mengkonsumsi dan mencerna toluena
dan ion merkuri dari limbah radioaktif nuklir yang sangat.
Paling umum, proses ini disalahpahami. Mikroba yang selalu ada dalam
konteks tertentu-umumnya disebut sebagai flora mikroba normal. Selama
bioremediasi (biodegradasi) proses, pupuk atau suplemen gizi diperkenalkan ke
lingkungan, dalam upaya untuk memaksimalkan potensi pertumbuhan dan
produksi. salah pengertian umum adalah bahwa mikroba diangkut dan tersebar ke
lingkungan murni.
III.1.Mycoremediation
Mycoremediation adalah bentuk bioremediasi di mana jamur digunakan
untuk dekontaminasi daerah tersebut. Istilah ini mycoremediation diciptakan oleh

Paulus Stamets dan mengacu khusus untuk penggunaan jamur miselia dalam
bioremediasi. Salah satu tugas utama dari jamur dalam ekosistem adalah
dekomposisi yang dilakukan oleh miselium. Miselium mengeluarkan ekstraseluler
enzim dan asam yang memecah lignin dan selulosa, dua blok bangunan utama
serat tanaman. Ini adalah senyawa organik terdiri dari rantai panjang karbon dan
hidrogen, secara struktural mirip dengan bahan pencemar organik yang banyak.
Kunci untuk mycoremediation adalah menentukan jenis jamur hak untuk
menargetkan polutan tertentu. Strain tertentu telah dilaporkan berhasil
menurunkan gas saraf.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan bersama dengan Thomas,
penyumbang utama dalam industri bioremediasi, sebidang tanah yang
terkontaminasi dengan diesel minyak diinokulasi dengan miselium dari jamur
tiram, teknik bioremediasi tradisional (bakteri) yang digunakan pada plot kontrol.
Setelah empat minggu, lebih dari 95% dari banyak PAH (hidrokarbon aromatik
polisiklik) telah menurun ke-beracun komponen non-diinokulasi dalam plot
miselium. Tampaknya bahwa komunitas mikroba alami berpartisipasi dengan
jamur untuk mendobrak kontaminan, akhirnya menjadi karbon dioksida dan air.
Merendahkan jamur kayu sangat efektif dalam mengurai polutan aromatik
(komponen beracun dari minyak bumi ) serta senyawa klor.
Mycofiltration adalah atau sama proses yang sama, menggunakan miselia
jamur untuk menyaring limbah beracun dan mikroorganisme dari air dalam tanah.
Ada sejumlah biaya atau keuntungan efisiensi untuk bioremediasi, yang dapat
digunakan di daerah yang tidak dapat diakses tanpa penggalian. Sebagai contoh,
hidrokarbon tumpahan (khususnya, bensin tumpahan) atau larutan chlorinated
tertentu dapat mencemari air tanah, dan memperkenalkan akseptor elektron sesuai
atau amandemen donor elektron, sebagaimana mestinya, secara signifikan dapat
mengurangi kontaminan konsentrasi setelah waktu yang lama memungkinkan
untuk aklimatisasi.
Hal ini biasanya jauh lebih murah daripada penggalian diikuti oleh
pembuangan di tempat lain, insinerasi atau perlakuan ex-situ strategi lain.
Mengurangi atau menghilangkan kebutuhan untuk pompa sebuah praktek umum

di situs mana hidrokarbon memiliki terkontaminasi air tanah bersih. Ada 4 teknik
dasar yang biasa digunakan dalam bioremedasi adalah stimulasi aktivitas
mikroorganisme asli pada lokasi tercemar dengan penambahan nutrient,
pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, inokulasi (penanaman) mikroorganisme
di

lokasi

tercemar,

yaitu

mikroorganisme

yang

memiliki

kemampuan

biotransformasi khusus. Penerapan immobilized enzim lalu penggunaan tanaman


(Phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemaran.
Pengenceran yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan pengamatan
karena sample kental dapat menjarangkan sel mikrooranisme yang mengakibatkan
pengamatan menjadi sulit dilakukan. Untuk menumbuhkan suatu koloni pada
suatu medium padat, maka perlu diperhatikan sifat-sifat koloni tersebut. Oleh
karena itu sel mikroorganisme sulit untuk dilakukan.
Di antaranya adalah besar kecilnya koloni, di mana ada koloni yang
berupa titik saja dan ada yang melebar di seluruh permukaan yaitu bentuk, ada
koloni yang berbentuk bulat, memanjang, tepi rata atau tidak rata, kenaikan
permukaan. Ada koloni yang rata dengan permukaan dan ada yang timbul adalah
halus kasar permukaan koloni, wajah permukaan, ada yang mengkilap dan ada
yang kusam, kebanyakan koloni berwarna putih kekuningan, tapi ada juga yang
berwarna coklat, kehitaman, jingga biru, hijau, kuning, ungu dan kepekatan. Ada
koloni yang lunak, ada yang keras, dan kering. Sifat-sifat koloni yang tumbuh
pada agar-agar lempengan, miring, dan tusukan di antaranya
Agar-agar tusukan, bentuk koloni dapat mengencerkan gelatin bila dilihat
dari samping dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan ada yang berjonjot,
serupa batang. Sedangkan yang tidak dapat mengencerkan gelatin dapat serupa
kawah, mangkuk, corong, pundi-pundi, dan berlapis. Oleh karena itu agar- agar
koloni serupa dengan pedang. Agar- agar Lempengan, bentuk koloninya seperti
titik-titik, berbenang, bulat, tk teratur, akar dan serupa kumparan. Agar- agar
miring yang merupakan di koloninya serupa pedang, duri, akar dan batang. Oleh
karena itu bentuk, ada koloni yang berbentuk bulat dan memanjang. ada yang
melebar di seluruh permukaan yaitu bentuk, ada koloni yang berbentuk bulat,
memanjang, tepi rata atau tidak rata, kenaikan permukaan.

III.2. Biakan Murni


Suatu biakan atau piaraan murni yang disimpan bertahun-tahun mudah
sekali mengalami mutasi. Dan jika hal ini terjadi, maka piaraan ini bukan lagi
biakan atau piaraan yang murni karena telah kehilangan tipe aslinya. Untuk
menghindari atau mengurangi terjadinya mutasi pada biakan atau piaraan murni
tersebut, maka perlu dilakukan hal-hal adalah
Pada waktu-waktu tertentu biakan atau piaraan dipindahkan ke medium
yang baru, Biakan atau piaraan disimpan di dalam tempat yang bersuhu rendah
dan terhindar dari radiasi dan Bakteri diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam
ampul berisi suhu kerig bercampur dengan CO2, kemudian disimpan di tempat
yang dingin.
Ada piaraan yang sewaktu-waktu perlu diremajakan tiap dua atau tiga
bulan sekali. Untuk meremajakan itu caranya yaitu piaraan perlu dipindahkan ke
medium baru pada suhu biasa yaitu antara 25 - 27 oC yang kemudian dimasukkan
dalam lemari es untuk diperbarui dua atau tiga bulan lagi. Sedangkan untuk
penyimpanan dengan cara diliofilisasikan asal selalu ada dalam 4 oC.
III.3.Fermentasi
Pada tahun 1837 tiga orang ahli yaitu cagnaird latour, scwamn dan kutzing
masing-masing menemukan bahwa terdapat pada cairan-cairan yang mengandung
gula yang mengalami fermentasi alcohol perubahan zat gula menjadi alkohol dan
CO2 merupakan fungsi fisiologi dari sel-sel khamir itu. Teori biologi ini mendapat
tentangan dari ahli kimia seperti berzelius yang berpendapat bahwa pembusukan
dan fermentasi merupakan proses kimia murni. Pasteur justru menentang pendapat
tersebut, dan berpendapat bahwa semua proses fermentasi adalah proses kegiatan
mikroba.
Selama menyelidiki fermentasi asam butirat, Pasteur menemukan adanya
proses yang tidak membutuhkan Oksigen. Penyelidikan mikroskopik pada setetes
cairan

yang

mengandung

mikroba

penyebab

fermentasi

asam

butirat,

menunjukkan bahwa mikroba yang dekat pada tepi batas cairan dengan udara
akan menjadi tidak bergerak, sedang yang ada di pusat tetesan akan menjadi

bergerak aktif. Kenyataan ini membuktikan bahwa udara merupakan penghambat


kegiatan mikroba asam butirat.
Perkataan fermentasi sering disalin dengan perkataan peragian; hal ini
sebenarnya tidak tepat. Kata-kata ragi untuk tempe, ragi untuk tape, ragi untuk
roti, ragi untuk oncom, ragi untuk membuat minuman keras, itu menurut
sistematiknya di dalam dunia tumbuh-tumbuhan banyaklah berbeda. Secara
fisiologi ragi-ragi tersebut mempunyai persamaan, yaitu mereka menghasilkan
fermen atau enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan
mendapat keuntungan berupa energi. Adapun substrat yang mereka ubah itu
berbeda-beda. Orang membatasi pengertian fermentasi hanya pada alkoholisasi
dan laktasi.
Fermentasi merupakan proses perubahan kimia dalam bahan pangan yang
disebabkan oleh enzim. Enzim berperan ini berasal dari mikroba atau jasad renik
yang digunakan dan dikenal sebagai ragi alkohol. Melalui fermentasi diperoleh
produk yang mempunyai nilai gizi, biologis, serta cita rasa dan aroma yang lebih
baik dibandingkan dengan bahan asalnya. Hal ini dikarenakan dalam ragi terdapat
mikroba yang mengandung komponen seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral
dalam jumlah tertentu. Proses fermentasi secara sederhana dapat dilihat sebagai
berikut
C6H12O6

Sc

2C2H5OH + 2 CO2

Keterangan Sc : Sacharomyces cereviseae

Fermentasi adalah proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob. Sebagai


substrat pada umumnya karbohidrat. Dalam proses fermentasi yang bekerja
sebagai pembawa hidrogen atau elektron biasanya hanya NAD dan NADF;
sedangkan sebagai akseptor hidrogen akhir adalah bahan organik. Bahan organik
yang berfungsi sebagai akseptor hidrogen akhirnya pada umumnya adalah asam
piruvat, sehingga sistem sitokhrom tidak diperlukan. Istilah fermentasi sering juga
dipakai untuk menyatakan proses yang aerob pada proses-proses industri tertentu,
penggunaan ini sebenarnya tidak tepat. Misalnya oksidasi alkohol menjadi asam
cuka secar aerob oleh Acetobacter sp., dalam pengertian industri fermentasi
disebut fermentasi asam cuka.

Fermentasi dapat dilakukan oleh jasad-jasad fakultatif anaerob dalam


keadaan yang anaerob, misalnya Saccaromyces Cereviseae, oleh mikroba obligat
anaerob, misalnya bakteri dari genus Clostridium atau mikroba yang indiferent
terhadap Oksigen misalnya spesies Lactobasilius, hasil akhir fermentasi tidak
dipengaruhi oleh atau ada tidaknya oksigen.
Pernafasan anaerob dapat terlaksana secara antar molekul atau secara
intarmolekul. Pernafasan antar molekul itu hampir serupa dengan pernafasan
aerob bedanya ialah bahwa pada pernafasan antar molekul itu oksigen yang
diperlukan untuk mengoksidasikan substrat tidak diperoleh dari udara bebas,
melainkan dari suatu senyawa, sedang yang direduksi bukan oksigen, melainkan
suatu senyawa juga. Penerima hidrogen dapat berupa zat-zat seperti nitrat, nitrit,
karbonat atau sulfat.
III.3.1. Faktorfaktor yang mempengaruhi produksi fermentasi
Jenis dan konsentrasi ragi, pemilihan mikroorganisme ini biasanya
didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan sabagai medium. Pada
pembuatan etanol dari pati dan gula digunakan Sacharomyces caresiveae, selain
itu dapat pula digunakan Sacharomyces ellipsoids, Konsentrasi optimum adalah 1
-5%. Oleh karena itu pemilihan mikroorganisme ini biasanya didasarkan pada
jenis karbohidrat.
Lama Fermentasi, pada lama fermentasi tergantung jenis karbohidrat yang
digunakan dan raginya. Pada umumnya dibutuhkan waktu sampai 20 hari untuk
memperoleh fermentasi yang sempurna atau 2-3 minggu dari fermentasi selesai
produk yang dihasilakan. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa fermentasi
dapat

dilakukan

tergantung

dari

jenis

karbohidrat

yang

dibutuhkan.

Temperatur, pada kecepatan reaksi-reaksi kimia umumnya akan bertambah


dengan naiknya suhu, tetapi tidak untuk reaksi yang menggunakan enzim. Suhu
optimum proses fermentasi antara 19-29 OC, pada interval suhu tersebut aktivitas
khamir akan optimum sehingga fermentasi berlangsung sempurna. Maka, jika
suhu naik maka kecepatan reaksi akan bertambah.
pH, keasaman optimum untuk pertumbuhan sel khamir adalah pH 4,0
4,5, karena pada interval tersebut pertumbuhan bakteri pembusuk akan terhambat.

Konsentrasi Substrat pada sumber karbon yang biasanya dipakai adalah gula
dengan konsentrassi 15 30 %. Konsentrasi gula yang optimum untuk permulaan
fermentasi adalah 16 %. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan
khamir. Apabila gula di dalam ekstrak telah habis dapat ditambahkan lagi gula
untuk memperoleh kandungan etanol yang besar.
Oksigen, pada kebutuhan oksigen hanya pada massa awal fermentasi dan
ini sudah cukup dengan oksigen yang terlarut dan yang ada di permukaan.
Penggunaan oksigen ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan khamir,
meningkatkan jumlah sel khamir dan memungkinkan metabolisme maltosa.
Keadaan dalam fermentator bertahan menjadi anaerobik dan fermentasi alkohol
mulai terjadi.
III.4.

Starter
Ragi pasar merupakan starter yang biasanya digunakan dalam fermentasi

alkohol. Ragi merupakan suatu substrat yang terbuat dari tepung beras dengan
beberapa macam rempah. Ragi merupakan suatu starter padat tradisional. Mikroba
yang berperan ini adalah sejenis khamir (kapang). Spesies khamir yang dipakai
adalah Saccharomyces Cereviseae var. ellipsoideus, Schizpsaccharomyces Pombe,
dan Saccharomyces Anamensis untuk membuat alkohol. Spesies tersebut
memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan untuk fermentasi alkoholik.
Untuk memenuhi syarat yang dibutuhkan fermentasi alkoholik harus
mempunyai kecepatan fermentasi yang tinggi, mempunyai rendemen per unit
substrat yang tinggi, toleran terhadap alkohol yang dihasilkan, tahan terhadap pH
rendah, mempunyai karakteristik yang sama pada suhu inkubasi yang relatif
tinggi, tahan terhadap sulfat, gula pada konsentrasi tinggi dan sedikit
memproduksi asam volatil.
III.5. Substrat
Substrat yang baik untuk fermentasi adalah substrat yang mengandung
komponen yang dibutuhkan seperti sumber C, N, vitamin dan mineral dalam
jumlah yang cukup. Substrat ini dimasak terlebih dahulu dengan perbandingan air
1:1 dan didihkan selama lebih kurang 15 menit. Pemasakan ini bertujuan agar

memudahkan kerja enzim pemecah amilum untuk mengekstraksikan bahan yang


terlarut menjadi gula dan dekstrin.
Produk fermentasi yang terbentuk tergantung pada berbagai faktor antara
lain jenis dan konsentrasi ragi, lama fermentasi, temperatur, pH, konsentrasi
substrat dan oksigen inilah yang di jadikan pedoman bagi produk- produk
fermentasi yang akan terbentuk berdasarkan konsentrasi ragi, waktu fermentasi,
temperatur, dll
III.6.Haemacytometer
Haemacytometer

merupakan

alat

khusus

yang

digunakan

untuk

menghitung mikroorganisme. Pada alat ini terdapat kotak-kotak kecil dengan luas
1/400 mm2 dan kedalaman 0,1 mm. Penggunaannya adalah dengan meletakkan
kaca preparat yang di atasnya dan ditutup dengan deck glass. Pengamatan ini
dilakukan dengan menggunakan mikroskop agar dapat mengamati sel-sel mikroba
baik yang kecil maupun yang besar, yang dibatasi oleh kotak-kotak
haemacytometer.
Perhitungan dengan haemacytometer ini merupakan perhitungan langsung
karena sample langsung diambil dan diteteskan pada alat haemacytometer dan
diamati di bawah mikroskop. Perhitungan dengan metode ini mempunyai
beberapa keuntungan, yaitu semua sel mikroba baik yang masih hidup atau jika
mati dapat dihitung. Sedangkan kelemahannya yakni apabila pengenceran tidak
homogen lagi, maka akan terjadi kesalahan dalam perhitungan.oleh karena itu,
mikroskop agar dapat mengamati sel-sel mikroba baik yang kecil maupun yang
dapat diamati oleh sel mikroba tersebut.
3.7. Perhitungan Mikroba
Seorang bakteriologi yang bekerja dalam suatu pabrik produk makanan
yang sudah jadi, harus menumbuhkan bakteri yang terdapat pada produk makanan
tersebut untuk menilai keamanan dari makanan tersebut. Seorang bakteriolog
selalu berhubungan dengan pertumbuhan mikroorganisme.
Seperti halnya juga bagi orang-orang yang bekerja di rumah sakit, harus
menumbuhkan organisme dari pasien yang terinfeksi sehingga dapat dibuat suatu

diagnosa. Bakteri juga sangat berperan aktif dalam dunia obat-obatan atau
antibiotika untuk menentukan apakah pengaruh bakteri itu sehingga menjadi peka
atau tahan, sehingga pasien dapat terobati dengan tepat.
Pada kenyataanya peningkatan suatu bakteri disebabkan terjadinya
pembelahan biner sel bakteri itu sendiri. Pembelahan biner diartikan bahwa setiap
bakteri membentuk dinding sel baru yang melintang dengan diameter pendeknya
lalu memisah menjadi dua sel. Masing-masing sel ini kemudian membelah lagi
menjadi dua sel dan seterusnya. Hasil keseluruhan pertumbuhn semacam ini
adalah pertambahan jumlah bakteri secara deret ukur. Jadi keturunan bakteri
tunggal akan berlipat dua pada setiap pembelahan, dengan menghasilkan 2, 4, 16
dan 32 bakteri dan seterusnya.
Salah satu upaya untuk menghitung pertumbuhan bakteri adalah dengan
menggunakan suatu alat yang dikenal dengan Hemaecytometer yaitu alat yang
khusus digunakan untuk menghitung mikrooragnisme, pada alat ini terdapat
kotak-kotak kecil untuk membatasi jumlah sel-sel mikroba yang akan diamati.
Pekerjaan ini dilakukan di bawah mikroskop. Perhitungan yang diperoleh dengan
mengalikan faktor pengenceran dengan jumlah mikroorganisme per kotak
didapatlah banyaknya jumlah sel.
Perhitungan mikroba pada umumnya dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu pengenceran, menggunakan ruang hitung (Hemaecytometer), menggunakan
turbidometer (Nefelometer). Pengenceran biakan dilakukan dengan air steril
sampai taraf yang 1 ml enceran mengandung cukup sedikit bakteri sehingga dapat
dihitung (sebaiknya anatar 30 - 300) kemudian larutkan dengan jumlah yang
diketahui dicampur dengan medium nutrien agar cair. Campuran ini dituangkan
dalam cawan petri, dibiarkan mengeras dan diinkubasi selama satu atau dua hari
supaya masing-masing sel dapat memperbanyak diri sampai membentuk koloni
untuk mengetahui berapa bakteri hidup yang ada dalam larutan itu. Ada instrumen
elektronik yang akan menghitung koloni yang memerlukan hanya satu detik untuk
menghitung koloni yang memerlukan atau pada seluruh cawan petri. Pertumbuhan
sel konstituen merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan hewan.

IV.

ALAT DAN BAHAN


IV.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Jarum Oase
3. Nyala bunsen
4. Burner
IV.2.

Bahan

1. Medium yang telah jadi


2. Kultur murni
3. Jarum atau kawat
4. Alkohol
V.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Siapkan tabung yang berisi jamur atau bakteri dan tabung medium.
2. Panaskan jarum inokulasi sampai berpijar dan diamkan sebentar.
3. Buka sumbat tabung jamur atau bakteri lewatkan dekat nyala Bunsen.
4. Ambillah jamur dengan menggunakan jarum Oase.
5. Buka sumbat tabung medium, mulut tabung dilewatkan ke nyala api bunsen.
6. Masukkan

ujung

kawat

oase

tadi

yang

membawa

jamur

dengan

menggesekkan pada permukaan medium dari kiri ke kanan dengan arah dari
bawah ke atas medium.
7. Tabung medium kemudian disumbat lagi.
8. Simpan tabung yang telah ditanami jamur tadi.
9. Amati bentuk jamur yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Hatta. 2007.
Laboratorium

Penuntun Praktikum Teknologi Bioproses.

Indralaya.

Teknologi Biproses Jurusan Teknik Kimia Universitas

Sriwijaya.
Putri, Mawar. 2012. Pengertian Inokulasi . http://hactutorial/basichvacr/pengeti
an/iokulasi//putri-mawar/wordpress.com Diakses 1 Maret 2015
Melisya 2011. Cara Kerja Inokululasi. http://dunia-engineer.blogpot.com /2011
/10/cara-kerja-inokulasi.html. Diakses 1 Maret 2015
Saputra, Hermawan. 2012. Inokulasi. http://pengertian-inokuasi-pada-makhlukhid

up/hitori_daimoto.blogspot.com. Diakses 1 Maret 2015

Grunner,VItha C. 2011. Morfologi Sel. http://www.scribd.com/doc/67886818/


Inokulasi. Diakses 1 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai