Anda di halaman 1dari 15

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT HUSADA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Dokter Pembimbing : Dr. Naniek Muljono
Penyaji

: Diana Yuliani

NIM

: 406047059

IDENTITAS PASIEN
Nama

: NSF

Umur

: 5 bulan 3 hari

Jenis Kelamin

: perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Diketahui

Masuk RS Husada

: 5 April 2006, pukul 12.04 WIB

ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu penderita, pada tanggal 5 April 2006, pukul 15.00 WIB
Keluhan Utama

: Sesak napas

Keluhan Tambahan

: demam, batuk dan diare

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Sejak 1 hari SMRS, penderita tampak sesak nafas, yang makin lama terlihat makin
bertambah berat. Sesak tidak berhubungan dengan aktivitas. Keluhan sesak tidak disertai
adanya suara nafas berbunyi mengi atau mengorok, juga tidak disertai adanya bengkak pada
kedua kelopak mata atau kedua tungkai serta kebiruan pada ujung-ujung jari maupun disekitar
mulut. Riwayat tersedak sebelum timbul sesak nafas, tidak ada.
Sejak 3 hari SMRS, penderita tiba-tiba demam tidak terlalu tinggi, siang sama dengan
malam, namun ibu penderita tidak mengukur suhu tubuh penderita. Demam tidak disertai
kejang maupun penurunan kesadaran. Keluhan demam ini sebelumnya didahului oleh adanya
batuk-pilek. Pilek dengan ingus encer warna putih bening. Batuk tidak keluar dahak.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

Karena keluhan demam dan batuk pilek tersebut penderita dibawa ke dokter, penderita
tampak sesak nafas dan disarankan untuk dirawat.
Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk-batuk lama / berdarah,
disangkal. Penderita baru pertama kali sakit seperti ini. Riwayat penyakit sama di lingkungan
penderita tidak diketahui. Riwayat adanya orang yang sering merokok di rumah ada, yaitu
ayah penderita.
Sebelumnya kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita mencret lebih dari 5 kali/hari,
mencret mula-mula sedikit, air lebih banyak dari ampas. Mencret berupa cairan kekuningan
disertai lendir, tanpa darah. Muntah tidak ada. Awalnya keluhan mencret tidak disertai dengan
panas badan, batuk/pilek. Karena keluhan tersebut, penderita sudah dibawa berobat ke dokter
dan diberi obat puyer dan antibiotik. Namun tidak ada perbaikan, sampai saat dirawat di
rumah sakit, penderita buang air besar masih encer, tiap mencret kira-kira sebanyak gelas
aqua. Mencret berupa cairan kehijauan disertai lendir, tidak ada darah. Keluhan kemerahan
disekitar dubur, nyeri perut disangkal. Buang air kecil dalam 1 jam terakhir, lancar, warna
kuning jernih. Riwayat diare dalam keluarga tidak ada. Riwayat penyakit serupa dalam
lingkungan sekitar tidak diketahui.
Penderita tinggal bersama kedua orangtuanya di kompleks perumahan, yang dihuni
oleh 6 orang. Ayah dan ibu penderita adalah pekerja, dengan penghasilan cukup, rata-rata >
1.000.000/ bulan.
Riwayat Makanan
Sejak lahir sampai sekarang penderita diberi ASI dan diselingi susu formula SGM
( dikarenakan ibu penderita kerja ). ASI on demand ad libitum, sedangkan susu formula SGM
100-200 cc tiap kali pemberian., sebanyak 6 kali pemberian.
Umur 4 bulan sekarang, jadwal pemberian makanan penderita :
ASI / PASI

: 6 kali pemberian, 100-200 cc/tiap kali pemberian.

Biskuit

: 1 kali pemberian ( pagi hari, biskuit Farley )

Bubur susu

: 1 kali ( siang hari merk SUN )

Buah

: 1 kali pemberian ( sore hari, biasanya pisang, pepaya atau semangka )

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Ibu memeriksakan kehamilannya pada dokter dan kontrol teratur selama kehamilan.
Selama kehamilan ibu tidak pernah minum obat selain dari dokter, yaitu vitamin. Riwayat
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

mengkonsumsi obat-obatan / jamu selain dari dokter selama hamil maupun saat bersalin tidak
ada. Riwayat sakit selama kehamilan tidak ada. Penderita lahir pada tanggal 4 November
2005, anak ketiga dari 3 bersaudara, dari seorang ibu G4P3A1 ( karena jarak terlalu dekat ).
Kelahiran

: Tempat kelahiran

: Rumah sakit

Penolong persalinan : Dokter


Cara persalinan

: Spontan

Masa gestasi

: Cukup bulan

Keadaan bayi

: Berat badan lahir

: 3800 gram

Panjang badan lahir : 49 cm


Lingkar kepala

: tidak diketahui ibu

Langsung menangis
Tidak biru/kuning/kejang
Nilai Apgar

: 9/10

Kelainan bawaan

: tidak ada

Riwayat Perkembangan

Pertumbuhan gigi pertama : belum

Psikomotor :
- Tengkurap

: 4 bulan

- Duduk

: belum

- Berdiri

: belum

- Berjalan

: belum

- Berbicara

: belum

Riwayat Imunisasi
BCG

: 1 kali ( 0 bulan )

Polio

: 1 kali ( 2 bulan )

DPT/DT

: 1 kali ( 2 bulan )

Hepatitis B

: belum

Campak

: belum

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum

: Tampak sakit berat, kontak aktif (+), tampak merintih.

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital

:
Heart rate : 160x/menit, reguler, isi cukup
Suhu tubuh : 380 C
Frekuensi nafas : 94x / menit, reguler, cepat dan dangkal, tipe
abdominal.

Data Antropometri
Berat badan
Interprestasi
Panjang badan
Interprestasi

: 6,5 kg (antara persentil dan )


: BB/umur menurut standar NCHS (%), termasuk gizi baik
: 64 cm ( persentil )
: PB/umur menurut standar NCHS (%), sesuai usianya.

Lingkar kepala

: 40 cm

Lingkar dada

: 37.5 cm

Lingkar lengan atas

: 12 cm

Pemeriksaan Sistematis
Kepala

: Bentuk normal, Lingkaran kepala 40cm, tidak dijumpai adanya


benjolan, rambut hitam, tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar belum
menutup dan teraba sedikit cekung,

Mata

: Bentuk normal, kedudukan kedua bola mata simetris, palpebrae


superior et inferior tidak udem, konjungtiva tidak anemis, tidak
injeksi konjungtiva. Sclera tidak icterik, pupil bulat isokor 3 mm,
reflek cahaya +/+.

Hidung

: Bentuk normal, pernafasan cuping hidung (+),secret tidak ada

Mulut

: Bentuk normal, bibir tidak kering, tidak sianosis, lidah tidak kotor,
tonsil sulit dinilai dan faring tenang.

Telinga

: Bentuk normal, simetris, canalis akusticus lapang, serumen -/-

Leher

: Bentuk normal, KGB tidak teraba membesar, tidak teraba benjolan,


retraksi suprasternal (+).

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Presentasi Kasus

Thorax

Diana Yuliani (406047059)

: Paru
Inspeksi

: bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostal (+)

Palpasi

: Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi :Suara napas vesikuler, ronkhi basah halus nyaring +/+,


tidak dijumpai adanya wheezing.
Jantung
Inspeksi

: tidak tampak pulsasi ictus cordis

Palpasi

: sulit dinilai

Perkusi

: sulit dinilai

Auskultasi : BJ I danII reguler, murmur (-), gallop (-)


Abdomen

: Inspeksi

: membuncit, retraksi epigastrium (+)

Auskultasi : bising usus (+) meningkat


Palpasi

: supel, hepar teraba 1/3-1/3 dengan tepi tajam,


konsistensi kenyal, permukaan rata. Lien tidak teraba.

Perkusi

: tympani

Genitalia eksterna

: perempuan, tidak ada kelainan

Ekstremitas

: akral hangat, bentuk normal, akrosianosis (-).

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 5 April 2006


LED

: 65 mm/jam

MCV/VER

: 74

Hb

: 11 g/dl

MCH/HER

: 25

Ht

: 32 %

MCHC

: 34

Leukosit

: 27500 /mm3

: 3,9

Hitung jenis

Na

: 171

Basofil

:0

Cl

: 97

Eosinofil

:0

Batang

:0

Segment

: 79

Limfosit

: 21

Monosit

:0

Trombosit

: 679.000

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

Foto Thoraks AP tanggal 5 April 2006


Perihiler infiltrat terutama agak luas di kanan
Corakan bronchovaskuler di hili ramai dan suram
Cor normal, mediastinum tidak melebar
Sinus dan diafragma baik, tidak tampak pleural effusion
Kesan : Bronchopneumonia terutama berat di kanan
RESUME
Telah diperiksa seorang bayi perempuan berusia 5 bulan 3 hari, BB 6,5 kg dengan
keluhan sesak nafas. Sesak tidak berhubungan dengan aktivitas, tidak ada suara nafas
berbunyi mengi atau mengorok, tidak bengkak pada kedua kelopak mata atau tungkai, tidak
ada kebiruan pada ujung-ujung jari atau sekitar mulut. Tidak ada riwayat tersedak.
Penderita demam sejak 3 hari, demam tidak terlalu tinggi, kejang (-), penurunan
kesadaran (-), sebelumnya batuk-pilek. Sebelumnya kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita
mencret lebih dari 5 kali/hari, air lebih banyak dari ampas, berupa cairan kekuningan,lendir
(+), darah (-). Muntah (-), tiap mencret kira-kira sebanyak gelas aqua. Sejak pagi ini,
mencret berupa cairan kehijauan disertai lendir, darah (-). Buang air kecil tak ada kelaian.
Ayah penderita merokok. Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk-batuk lama /
berdarah, disangkal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Keadaan umum : tampak sakit berat, kontak aktif (+), tampak merintih.

Kesadaran

Tanda-tanda vital

: compos mentis

: Heart rate : 160x/menit, reguler, isi cukup


Suhu tubuh : 380 C
Frekuensi nafas : 94x / menit, reguler, cepat dan dangkal, tipe
abdominal.

Dari pemeriksaan yang tampak kelainan yaitu :


Pernafasaan cuping hidung (+), retraksi suprasternal (+),
Pemeriksaan Paru
Inspeksi

: bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostal (+)

Palpasi

: Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

Auskultasi :Suara napas vesikuler, ronkhi basah halus nyaring +/+,


wheezing -/Abdomen

: Inspeksi

: membuncit, retraksi epigastrium (+)

Auskultasi : bising usus (+) meningkat


Palpasi

: supel, hepar teraba 1/3-1/3 dengan tepi tajam,


konsistensi kenyal, permukaan rata. Lien tidak teraba.

Perkusi

: tympani

Pemeriksaan Lab tanggal 5 April 2006


LED

: 65 mm/jam

Leukosit

: 27500 /mm3

Segment

: 79 %

Pemeriksaan Thoraks : Bronchopneumonia terutama berat di kanan


DIAGNOSIS KERJA
Bronchopneumonia
Diare Cair akut
DIAGNOSIS BANDING
Bronkiolitis
PENATALAKSANAAN
-

Pemberian oksigen 1 liter/menit

Pemberian cairan dan kalori yang cukup


Infus Dextrose 5% NaCl 0,9% + KCl 10 meq/500 cc cairan. Jumlah cairan sesuai berat
badan, kenaikan suhu, dan status dehidrasi

Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip

Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan agonis
untuk memperbaiki transpor mokosiliar

Antibiotik sesuai hasil biakan atau dapat diberikan:


Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian atau
Sefalosporin 100mg/kgBB/hari, dibagi 1-2 dosis.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

Simptomatik : antipiretik, roboransia

ASI diberikan ad libitum, PASI ( LLM ) 6x100 cc

Koreksi kelainan asam basa dan elektrolit yang mungkin timbul

PROGNOSA

Ad vitam

Ad fungtionam : ad bonam

Ad sanationam : ad bonam

: ad bonam

Follow up
Pemeriksaan tanggal 6 April 2006 jam 10.00
Keluhan

: batuk (+), sesak (+), mencret frekuensi 1x, warna kehijauan disertai
lendir, sebanyak kurang dari gelas aqua.

Keadaan umum

: tampak sakit sedang, kontak aktif (+)

Heart rate : 161x/menit

Saturasi O2 : 91%

RR: 94x/menit

Suhu:37,50C

Kepala

: didapatkan adanya nafas cuping hidung, bibir tidak sianosis

Toraks

: gerakan dada simetris, retraksi dinding dada interkostal, suprasternal,


xyphoid

Paru

: suara napas vesikuler, ronki basah nyaring +/+, wheezing (-)

Abdomen

: membuncit, lemas, BU (+)

Ekstremitas

: akral hangat, tidak sianosis

Diagnosis : Bronkopneumonia + Diare Cair akut


Tindakan : - bersihkan jalan napas
- antibiotika lanjut
- ASI / PASI 4x 60 ml
- inhalasi
Pemeriksaan tanggal 7 April 2006 jam 08.30
Keluhan

: batuk (+), sesak (+) berkurang, BAB konsistensi lunak, warna


kehijauan, lendir (-).

Keadaan umum

: tampak sakit sedang, kontak aktif (+)

Heart rate : 144x/menit

Saturasi O2 : 96%

RR: 68x/menit

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Suhu:370C
8

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

Kepala

: nafas cuping hidung (-), bibir tidak sianosis

Toraks

: gerakan dada simetris, retraksi dinding dada berkurang

Paru

: suara napas vesikuler, ronki basah nyaring +/+, wheezing (-)

Abdomen

: datar, lemas, BU (+)

Ekstremitas

: akral hangat, tidak sianosis

Diagnosis : Bronkopneumonia
Tindakan : - bersihkan jalan napas
- antibiotika lanjut
- ASI / PASI 4x 100 ml
- inhalasi
Pemeriksaan tanggal 8 April 2006
Keluhan

: batuk (+), sesak (-), BAB (+) konsistensi lunak warna kuning,
frekuensi 1x

Keadaan umum

: baik, kontak aktif (+)

Heart rate : 100x/menit


Kepala

Saturasi O2 : 96%

RR: 64x/menit

Suhu:36,50C

: konjungtiva tidak anemis, tidak didapatkan adanya nafas cuping


hidung, bibir tidak sianosis

Toraks

: gerakan dada simetris, tidak dijumpai adanya retraksi

Paru

: suara napas bronkovesikuler, ronki -/-,wheezing (-)

Abdomen

: membuncit, lemas, BU (+), hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas

: akral hangat, tidak sianosis

Pemeriksaan tanggal 9 April 2006


Tidak didapatkan keluhan pada penderita, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Terapi
injeksi antibiotika stop. Penderita direncanakan pulang.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

Pendahuluan
Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bagian bawah yang dapat disebabkan oleh
berbagai etiologi dengan tanda penyakit yang paling menonjol adalah akibat dari peradangan
parenkim paru. Pneumonia didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencangkup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Istilah
pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan
penyebab tersering, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi.
Bronchopneumonia merupakan inflamasi yang terpusat pada bronkiolus, ......................
Bronkopneumonia merupakan suatu proses inflamasi yang melibatkan multiple lobus dari
paru.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, namun beberapa
diantaranya dapat pula disebabkan oleh non infeksius, seperti teraspirasi makanan atau asam
lambung, benda asing, hidrokarbon; atau karena reaksi hipersensitivitas.
Pada infant dan anak kurang dari 5 tahun, penyebab infeksi traktus respiratorius bawah
yang dominan adalah virus. Puncak rata-rata pneumonia virus menyerang anak umur 2-3
tahun, berbeda pada bronchiolitis puncak rata-rata menyerang anak umur 1 tahun.

Klasifikasi
Pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut :
Atas dasar letak anatomi dari pneumonia, dibagi menjadi : Pneumonia lobaris
(Pneumonia), Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) dan Pneumonia interstitialis
(Bronchiolitis).
Atas dasar etiologi : pneumonia virus, pneumonia bakteri, pneumonia jamur dan
aspirasi pneumonia
Atas dasar gejala klinis : pneumonia tipikal dan pneumonia atipikal
Atas dasar cara mendapatkannya: pneumonia yang didapat di masyarakat (Community
Acquired Pneumonia / CAP) dan pneumonia yang didapat di rumah sakit (Hospital
Aquired Pneumonia / HAP )
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

10

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai etiologi dan bersifat individual. Penyebab paling
umum dari pneumonia merupakan kombinasi dari Streptococcus pneumoniae dengan
respiratory syncytial virus (RSV) atau Mycoplasma pneumoniae.
Penyebab umum Pneumonia berdasarkan umur :
Umur

Bakterial

Viral

Lain-lain

Neonatus

Group B Streptococci,
coliform bacteria

CMV, herpes virus

Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum

4-16 minggu

S.aureus, H.influenzae,
S.pneumoniae

CMV, RSV

Chlamydia trachomatis,
Ureaplasma urealyticum

< 5 tahun

S.pneumoniae, S.aureus

RSV, adenovirus,
influenza virus A,B

> 5 tahun

S.pneumoniae

influenza virus A,B

Mycoplasma pneumoniae

Patogenesis
Patogenesis pneumonia mencangkup interaksi antara mikroorganisme penyebab yang
masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuh pasien. Mikroorganisme mencapai
paru melalui jalan napas, aliran darah, aspirasi benda asing, atau transplasental selama
persalinan pada neonatus. Pada bagian saluran napas bawah, kuman menghadapi daya tahan
tubuh berupa sistem pertahanan mukosilier, daya tahan selular makrofag alveolar, limfosit
bronkial, dan neutrofil. Juga daya tahan humoral IgA dan IgG dari sekresi bronkial.
Terjadinya

pneumonia tergantung kepada virulensi mikroorganisme, tingkat

kemudahan dan luasnya daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh. Hampir
semua mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia. Pada anak bakteri yang lazim
menyebabkan pneumonia adalah S.pneumoniae, H.influenzae, S.aureus, Mycoplasma
pneumoniae, M.tuberculosis. Pada anak dengan gangguan imun Pneumocystis carinii; pada
neonatus group B beta-haemolytic streptococci, Chlamydia dan lain-lain. Virus penyebab
pneumonia termasuk: influenzae, para-influenzae, adenovirus dan respiratory syncytial virus.
Pembedaan pneumonia virus dan bakteri secara klinis sulit. Infeksi virus pada traktus
respiratorius dapat berpredisposisi menjadi infeksi bakterial sekunder dengan merusak
mekanisme pertahanan tubuh yang normal, mengubah sekresi dan memodifikasi flora bakteri.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

11

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil.
Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan meningkatnya umur.
Faktor predisposisi pneumonia adalah: aspirasi, gangguan imun, septisemia,
malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung bawaan, kontaminasi perinatal, dan gangguan
klirens mukus / sekresi pada cystic fibrosis, benda asing atau disfungsi silier.
Biasanya bakteri penyebab terhirup ke paru-paru melalui saluran nafas. Mula-mula
terjadi edema karena reaksi jaringan, ini mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke
jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya
serbukan sel polimorfonuklear, fibrin, eritrosit, cairan edema dan ditemukannya kuman di
alveoli. Stadium ini disebut stadium Hepatisasi Merah. Selanjutnya terjadi deposisi fibrin ke
permukaan pleura, terdapat fibrin dan lekosit polimorfonuklear di alveoli, terjadilah proses
fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut Stadium Hepatisasi Kelabu. Akhirnya, jumlah sel
makrofag meningkat di alveoli, sel akan degenerasi dan fibrin menipis, kuman dan debris
menghilang. Stadium ini disebut Stadium Resolusi.

Manifestasi klinis
Bronkopneumonia merupakan bagian dari pneumonia, biasanya didahului oleh
peradangan saluran nafas bagian atas seperti batuk, pilek selama beberapa hari disertai
kenaikan suhu tubuh yang tiba-tiba. Batuknya mula-mula kering kemudian produktif. Anak
umumnya gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
Bila keadaan terus berlanjut akan terdapat sianosis di sekitar mulut dan hidung. Peningkatan
nafas dibarengi dengan retraksi dari intercostal, subkostal, dan suprasternal, dan penggunaan
otot pernafasan aksesorius. Batuk biasanya tidak ditemukan pada awal penyakit, mungkin
terdapat batuk setelah beberapa hari. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan
pemeriksaan fisis, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung
dan sianosis sekitar mulut dan hidung, harus dipikirkan kemungkinan pneumonia.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisis tergantung daripada luas daerah yang
terkena. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu
(konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasan pada auskultasi
terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronki terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya
penyembuhan dapat terjadi sesudah 2-3 minggu.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

12

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

Gejala klinis antara pneumonia virus dan bakteri kadang dapat dibedakan, meski
perbedaan tersebut tidak selalu jelas pada setiap pasien. Pada keduanya dapat ditemukan
takipnea, batuk dan retraksi. Pneumonia virus lebih banyak didapatkan batuk, wheezing, atau
stidor, dan demam lebih menonjol pada pneumonia bakterial. Sedangkan pada pneumonia
bakterial biasanya batuk, demam tinggi, dyspnea, dan pada auskultasi adanya konsolidasi
paru ( penurunan suara napas, pada perkusi terdengar redup).

Diagnosis
Secara umum, pemeriksaan leukosit dapat digunakan membedakan antara pneumonia
virus dan pneumonia bakteri. Pada pneumonia virus, leukosit dapat normal atau meningkat
(biasanya tidak lebih dari 20.000/mm3) dengan predominan limfosit. Sedangkan pada
pneumonia bakterial, terjadi peningkatan leukosit antara 15.000 40.000/mm3 dan
predominan granulosit.
Pada foto rontgen dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh
lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan
derajat klinis penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya
lebih berat daripada keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :
o

Konsolidasi pada satu atau lebih lobus pada pneumonia lobaris

Penebalan pleura pada pleuritis

Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, pneumomediastinum pneumo-thoraks,


abses, pneumatokel atau perikarditis.

Juga dari biakan kuman yang berasal dari biopsi paru atau aspirasi nasal.

Penatalaksanaan
Management dari pneumonia tergantung umur penderita dan gejala klinis yang ada.
Pada kasus yang tidak berat, tidak perlu dirawat. Namun pada neonatal atau pneumonia
kongenital mengancam jiwa, karena itu harus dirawat di rumah sakit. Pemberian antibiotik
selama 14 hari, pada neonatus diberikan ampisilin i.v 100 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis dan
gentamisin i.v 5 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis. Pada bayi/anak diberikan ampicilin i.v
200mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis dan chloramphenicol i.v 75 mg/kbgg/hari dibagi 4 dosis.
Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis
cairan yang digunakan ialah campuran glukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan KCl 10 meq/500 ml botol infus.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

13

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

Indikasi dirawat meliputi :


-

moderate sampai severe respiratory distress

gagal pada pengobatan antibiotik oral

tidak sanggup menelan antibiotik oral oleh karena muntah

konsolidasi lobaris yang lebih dari satu lobus

immunosupresi

empyema

abses atau pneumotocele

penyakit underlying kardiopulmoner ( seperti hipertensi pulmoner )

Komplikasi
Dengan menggunakan antibiotika dalam pengobatan, maka komplikasi pneumonia
bakterial telah jarang ditemukan. Komplikasi yang mungkin terjadi seperti empiema,
pneumothoraks atau abses paru sering terjadi pada fase akut pneumonia yang disebabkan oleh
staphylococcus. Sementara H.influenzae sering menyebabkan pleural effusi. Komplikasi lain
seperti meningitis, perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang ditemukan.

Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang
terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

14

Presentasi Kasus

Diana Yuliani (406047059)

DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson B. Nelson textbook of Pediatrics, 17th ed. Philadelphia:
WB Saunders, 2004: 1432-35.
2. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson B. Nelson Essentials of of Pediatrics, 17th ed.
Philadelphia: WB Saunders, 1990: 433-35.
3. Staf pengajar FKUI. Buku Kuliah IKA 3. Cetakan ke empat. Jakarta: BPFKUI, 1985.
4. Matondang. C, Wahidiyat. I, Sastroasmoro. S, Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi kedua.
Jakarta, 2003. Sagung Seto
5. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM, Jakarta, 2005.
6. Tjokronegoro. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, edisi ketiga. Balai penerbit FKUI,
Jakarta. 2001.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

15

Anda mungkin juga menyukai