PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT HUSADA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Dokter Pembimbing : Dr. Naniek Muljono
Penyaji
: Diana Yuliani
NIM
: 406047059
IDENTITAS PASIEN
Nama
: NSF
Umur
: 5 bulan 3 hari
Jenis Kelamin
: perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Diketahui
Masuk RS Husada
ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu penderita, pada tanggal 5 April 2006, pukul 15.00 WIB
Keluhan Utama
: Sesak napas
Keluhan Tambahan
Presentasi Kasus
Karena keluhan demam dan batuk pilek tersebut penderita dibawa ke dokter, penderita
tampak sesak nafas dan disarankan untuk dirawat.
Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk-batuk lama / berdarah,
disangkal. Penderita baru pertama kali sakit seperti ini. Riwayat penyakit sama di lingkungan
penderita tidak diketahui. Riwayat adanya orang yang sering merokok di rumah ada, yaitu
ayah penderita.
Sebelumnya kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita mencret lebih dari 5 kali/hari,
mencret mula-mula sedikit, air lebih banyak dari ampas. Mencret berupa cairan kekuningan
disertai lendir, tanpa darah. Muntah tidak ada. Awalnya keluhan mencret tidak disertai dengan
panas badan, batuk/pilek. Karena keluhan tersebut, penderita sudah dibawa berobat ke dokter
dan diberi obat puyer dan antibiotik. Namun tidak ada perbaikan, sampai saat dirawat di
rumah sakit, penderita buang air besar masih encer, tiap mencret kira-kira sebanyak gelas
aqua. Mencret berupa cairan kehijauan disertai lendir, tidak ada darah. Keluhan kemerahan
disekitar dubur, nyeri perut disangkal. Buang air kecil dalam 1 jam terakhir, lancar, warna
kuning jernih. Riwayat diare dalam keluarga tidak ada. Riwayat penyakit serupa dalam
lingkungan sekitar tidak diketahui.
Penderita tinggal bersama kedua orangtuanya di kompleks perumahan, yang dihuni
oleh 6 orang. Ayah dan ibu penderita adalah pekerja, dengan penghasilan cukup, rata-rata >
1.000.000/ bulan.
Riwayat Makanan
Sejak lahir sampai sekarang penderita diberi ASI dan diselingi susu formula SGM
( dikarenakan ibu penderita kerja ). ASI on demand ad libitum, sedangkan susu formula SGM
100-200 cc tiap kali pemberian., sebanyak 6 kali pemberian.
Umur 4 bulan sekarang, jadwal pemberian makanan penderita :
ASI / PASI
Biskuit
Bubur susu
Buah
Presentasi Kasus
mengkonsumsi obat-obatan / jamu selain dari dokter selama hamil maupun saat bersalin tidak
ada. Riwayat sakit selama kehamilan tidak ada. Penderita lahir pada tanggal 4 November
2005, anak ketiga dari 3 bersaudara, dari seorang ibu G4P3A1 ( karena jarak terlalu dekat ).
Kelahiran
: Tempat kelahiran
: Rumah sakit
: Spontan
Masa gestasi
: Cukup bulan
Keadaan bayi
: 3800 gram
Langsung menangis
Tidak biru/kuning/kejang
Nilai Apgar
: 9/10
Kelainan bawaan
: tidak ada
Riwayat Perkembangan
Psikomotor :
- Tengkurap
: 4 bulan
- Duduk
: belum
- Berdiri
: belum
- Berjalan
: belum
- Berbicara
: belum
Riwayat Imunisasi
BCG
: 1 kali ( 0 bulan )
Polio
: 1 kali ( 2 bulan )
DPT/DT
: 1 kali ( 2 bulan )
Hepatitis B
: belum
Campak
: belum
Presentasi Kasus
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
:
Heart rate : 160x/menit, reguler, isi cukup
Suhu tubuh : 380 C
Frekuensi nafas : 94x / menit, reguler, cepat dan dangkal, tipe
abdominal.
Data Antropometri
Berat badan
Interprestasi
Panjang badan
Interprestasi
Lingkar kepala
: 40 cm
Lingkar dada
: 37.5 cm
: 12 cm
Pemeriksaan Sistematis
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
: Bentuk normal, bibir tidak kering, tidak sianosis, lidah tidak kotor,
tonsil sulit dinilai dan faring tenang.
Telinga
Leher
Presentasi Kasus
Thorax
: Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
: sulit dinilai
Perkusi
: sulit dinilai
: Inspeksi
Perkusi
: tympani
Genitalia eksterna
Ekstremitas
: 65 mm/jam
MCV/VER
: 74
Hb
: 11 g/dl
MCH/HER
: 25
Ht
: 32 %
MCHC
: 34
Leukosit
: 27500 /mm3
: 3,9
Hitung jenis
Na
: 171
Basofil
:0
Cl
: 97
Eosinofil
:0
Batang
:0
Segment
: 79
Limfosit
: 21
Monosit
:0
Trombosit
: 679.000
Presentasi Kasus
Keadaan umum : tampak sakit berat, kontak aktif (+), tampak merintih.
Kesadaran
Tanda-tanda vital
: compos mentis
Palpasi
Perkusi
Presentasi Kasus
: Inspeksi
Perkusi
: tympani
: 65 mm/jam
Leukosit
: 27500 /mm3
Segment
: 79 %
Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip
Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan agonis
untuk memperbaiki transpor mokosiliar
Presentasi Kasus
PROGNOSA
Ad vitam
Ad fungtionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
: ad bonam
Follow up
Pemeriksaan tanggal 6 April 2006 jam 10.00
Keluhan
: batuk (+), sesak (+), mencret frekuensi 1x, warna kehijauan disertai
lendir, sebanyak kurang dari gelas aqua.
Keadaan umum
Saturasi O2 : 91%
RR: 94x/menit
Suhu:37,50C
Kepala
Toraks
Paru
Abdomen
Ekstremitas
Keadaan umum
Saturasi O2 : 96%
RR: 68x/menit
Suhu:370C
8
Presentasi Kasus
Kepala
Toraks
Paru
Abdomen
Ekstremitas
Diagnosis : Bronkopneumonia
Tindakan : - bersihkan jalan napas
- antibiotika lanjut
- ASI / PASI 4x 100 ml
- inhalasi
Pemeriksaan tanggal 8 April 2006
Keluhan
: batuk (+), sesak (-), BAB (+) konsistensi lunak warna kuning,
frekuensi 1x
Keadaan umum
Saturasi O2 : 96%
RR: 64x/menit
Suhu:36,50C
Toraks
Paru
Abdomen
Ekstremitas
Presentasi Kasus
Pendahuluan
Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bagian bawah yang dapat disebabkan oleh
berbagai etiologi dengan tanda penyakit yang paling menonjol adalah akibat dari peradangan
parenkim paru. Pneumonia didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencangkup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Istilah
pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan
penyebab tersering, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi.
Bronchopneumonia merupakan inflamasi yang terpusat pada bronkiolus, ......................
Bronkopneumonia merupakan suatu proses inflamasi yang melibatkan multiple lobus dari
paru.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, namun beberapa
diantaranya dapat pula disebabkan oleh non infeksius, seperti teraspirasi makanan atau asam
lambung, benda asing, hidrokarbon; atau karena reaksi hipersensitivitas.
Pada infant dan anak kurang dari 5 tahun, penyebab infeksi traktus respiratorius bawah
yang dominan adalah virus. Puncak rata-rata pneumonia virus menyerang anak umur 2-3
tahun, berbeda pada bronchiolitis puncak rata-rata menyerang anak umur 1 tahun.
Klasifikasi
Pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut :
Atas dasar letak anatomi dari pneumonia, dibagi menjadi : Pneumonia lobaris
(Pneumonia), Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) dan Pneumonia interstitialis
(Bronchiolitis).
Atas dasar etiologi : pneumonia virus, pneumonia bakteri, pneumonia jamur dan
aspirasi pneumonia
Atas dasar gejala klinis : pneumonia tipikal dan pneumonia atipikal
Atas dasar cara mendapatkannya: pneumonia yang didapat di masyarakat (Community
Acquired Pneumonia / CAP) dan pneumonia yang didapat di rumah sakit (Hospital
Aquired Pneumonia / HAP )
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
10
Presentasi Kasus
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai etiologi dan bersifat individual. Penyebab paling
umum dari pneumonia merupakan kombinasi dari Streptococcus pneumoniae dengan
respiratory syncytial virus (RSV) atau Mycoplasma pneumoniae.
Penyebab umum Pneumonia berdasarkan umur :
Umur
Bakterial
Viral
Lain-lain
Neonatus
Group B Streptococci,
coliform bacteria
Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum
4-16 minggu
S.aureus, H.influenzae,
S.pneumoniae
CMV, RSV
Chlamydia trachomatis,
Ureaplasma urealyticum
< 5 tahun
S.pneumoniae, S.aureus
RSV, adenovirus,
influenza virus A,B
> 5 tahun
S.pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Patogenesis
Patogenesis pneumonia mencangkup interaksi antara mikroorganisme penyebab yang
masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuh pasien. Mikroorganisme mencapai
paru melalui jalan napas, aliran darah, aspirasi benda asing, atau transplasental selama
persalinan pada neonatus. Pada bagian saluran napas bawah, kuman menghadapi daya tahan
tubuh berupa sistem pertahanan mukosilier, daya tahan selular makrofag alveolar, limfosit
bronkial, dan neutrofil. Juga daya tahan humoral IgA dan IgG dari sekresi bronkial.
Terjadinya
kemudahan dan luasnya daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh. Hampir
semua mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia. Pada anak bakteri yang lazim
menyebabkan pneumonia adalah S.pneumoniae, H.influenzae, S.aureus, Mycoplasma
pneumoniae, M.tuberculosis. Pada anak dengan gangguan imun Pneumocystis carinii; pada
neonatus group B beta-haemolytic streptococci, Chlamydia dan lain-lain. Virus penyebab
pneumonia termasuk: influenzae, para-influenzae, adenovirus dan respiratory syncytial virus.
Pembedaan pneumonia virus dan bakteri secara klinis sulit. Infeksi virus pada traktus
respiratorius dapat berpredisposisi menjadi infeksi bakterial sekunder dengan merusak
mekanisme pertahanan tubuh yang normal, mengubah sekresi dan memodifikasi flora bakteri.
11
Presentasi Kasus
Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil.
Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan meningkatnya umur.
Faktor predisposisi pneumonia adalah: aspirasi, gangguan imun, septisemia,
malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung bawaan, kontaminasi perinatal, dan gangguan
klirens mukus / sekresi pada cystic fibrosis, benda asing atau disfungsi silier.
Biasanya bakteri penyebab terhirup ke paru-paru melalui saluran nafas. Mula-mula
terjadi edema karena reaksi jaringan, ini mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke
jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya
serbukan sel polimorfonuklear, fibrin, eritrosit, cairan edema dan ditemukannya kuman di
alveoli. Stadium ini disebut stadium Hepatisasi Merah. Selanjutnya terjadi deposisi fibrin ke
permukaan pleura, terdapat fibrin dan lekosit polimorfonuklear di alveoli, terjadilah proses
fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut Stadium Hepatisasi Kelabu. Akhirnya, jumlah sel
makrofag meningkat di alveoli, sel akan degenerasi dan fibrin menipis, kuman dan debris
menghilang. Stadium ini disebut Stadium Resolusi.
Manifestasi klinis
Bronkopneumonia merupakan bagian dari pneumonia, biasanya didahului oleh
peradangan saluran nafas bagian atas seperti batuk, pilek selama beberapa hari disertai
kenaikan suhu tubuh yang tiba-tiba. Batuknya mula-mula kering kemudian produktif. Anak
umumnya gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
Bila keadaan terus berlanjut akan terdapat sianosis di sekitar mulut dan hidung. Peningkatan
nafas dibarengi dengan retraksi dari intercostal, subkostal, dan suprasternal, dan penggunaan
otot pernafasan aksesorius. Batuk biasanya tidak ditemukan pada awal penyakit, mungkin
terdapat batuk setelah beberapa hari. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan
pemeriksaan fisis, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung
dan sianosis sekitar mulut dan hidung, harus dipikirkan kemungkinan pneumonia.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisis tergantung daripada luas daerah yang
terkena. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu
(konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasan pada auskultasi
terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronki terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya
penyembuhan dapat terjadi sesudah 2-3 minggu.
12
Presentasi Kasus
Gejala klinis antara pneumonia virus dan bakteri kadang dapat dibedakan, meski
perbedaan tersebut tidak selalu jelas pada setiap pasien. Pada keduanya dapat ditemukan
takipnea, batuk dan retraksi. Pneumonia virus lebih banyak didapatkan batuk, wheezing, atau
stidor, dan demam lebih menonjol pada pneumonia bakterial. Sedangkan pada pneumonia
bakterial biasanya batuk, demam tinggi, dyspnea, dan pada auskultasi adanya konsolidasi
paru ( penurunan suara napas, pada perkusi terdengar redup).
Diagnosis
Secara umum, pemeriksaan leukosit dapat digunakan membedakan antara pneumonia
virus dan pneumonia bakteri. Pada pneumonia virus, leukosit dapat normal atau meningkat
(biasanya tidak lebih dari 20.000/mm3) dengan predominan limfosit. Sedangkan pada
pneumonia bakterial, terjadi peningkatan leukosit antara 15.000 40.000/mm3 dan
predominan granulosit.
Pada foto rontgen dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh
lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan
derajat klinis penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya
lebih berat daripada keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :
o
Juga dari biakan kuman yang berasal dari biopsi paru atau aspirasi nasal.
Penatalaksanaan
Management dari pneumonia tergantung umur penderita dan gejala klinis yang ada.
Pada kasus yang tidak berat, tidak perlu dirawat. Namun pada neonatal atau pneumonia
kongenital mengancam jiwa, karena itu harus dirawat di rumah sakit. Pemberian antibiotik
selama 14 hari, pada neonatus diberikan ampisilin i.v 100 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis dan
gentamisin i.v 5 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis. Pada bayi/anak diberikan ampicilin i.v
200mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis dan chloramphenicol i.v 75 mg/kbgg/hari dibagi 4 dosis.
Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis
cairan yang digunakan ialah campuran glukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan KCl 10 meq/500 ml botol infus.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
13
Presentasi Kasus
immunosupresi
empyema
Komplikasi
Dengan menggunakan antibiotika dalam pengobatan, maka komplikasi pneumonia
bakterial telah jarang ditemukan. Komplikasi yang mungkin terjadi seperti empiema,
pneumothoraks atau abses paru sering terjadi pada fase akut pneumonia yang disebabkan oleh
staphylococcus. Sementara H.influenzae sering menyebabkan pleural effusi. Komplikasi lain
seperti meningitis, perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang ditemukan.
Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang
terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
14
Presentasi Kasus
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson B. Nelson textbook of Pediatrics, 17th ed. Philadelphia:
WB Saunders, 2004: 1432-35.
2. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson B. Nelson Essentials of of Pediatrics, 17th ed.
Philadelphia: WB Saunders, 1990: 433-35.
3. Staf pengajar FKUI. Buku Kuliah IKA 3. Cetakan ke empat. Jakarta: BPFKUI, 1985.
4. Matondang. C, Wahidiyat. I, Sastroasmoro. S, Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi kedua.
Jakarta, 2003. Sagung Seto
5. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM, Jakarta, 2005.
6. Tjokronegoro. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, edisi ketiga. Balai penerbit FKUI,
Jakarta. 2001.
15