PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Infeksi malaria sampai saat ini masih merupakan problem klinik di negaranegara berkembang terutama negara yang beriklim tropis, termasuk Indonesia. Di
Indonesia penyakit malaria masih merupakan penyakit infeksi utama di kawasan
Indonesia bagian Timur. Infeksi ini dapat menyerang semua masyarakat, termasuk
golongan yang paling rentan seperti wanita hamil. 1,5
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit protozoa dari Genus Plasmodium.
Empat spesies yang ditemukan pada manusia adalah Plasmodium Vivax, P. ovale, P.
malariae dan P. Falciparum. Malaria menyerang individu tanpa membedakan umur
dan jenis kelamin, tidak terkecuali wanita hamil merupakan golongan yang rentan.
Malaria pada kehamilan dapat disebabkan oleh keempat spesies plasmodium, tetapi
Plasmodium Falciparum merupakan parasit yang dominan dan mempunyai dampak
paling berat terhadap morbiditas dam mortalitas ibu dan janinnya. Di daerah endemi
malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria dibandingkan wanita
tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan yang menurun selama
kehamilan. 1
Infeksi malaria pada kehamilan sangat merugikan baik bagi ibu dan janin
yang dikandungnya, karena dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu
maupun janin. Pada ibu menyebabkan anemi, malaria serebral, edema paru, gagal
ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada janin menyebabkan abortus,
persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin. Infeksi malaria
pada wanita hamil sangat mudah terjadi karena adanya perubahan sistim imunitas ibu
selama kehamilan, baik imunitas seluler maupun imunitas humoral, serta diduga juga
akibat peningkatan horman kortisol pada wanita selama kehamilan.1,5
Kehamilan akan memperberat penyakit malaria yang diderita, sebaliknya
adanya malaria akan berpengaruh pada kehamilannya dan menyebabkan penyulit
terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya. Infeksi pada wanita hamil oleh
parasit malaria ini maupun janin yang dikandungnya. Infeksi pada wanita hamil oleh
parasit malaria ini sangat mudah terjadi, oleh karena adanya perubahan sistem
imunitas ibu selama kehamilan, baik imunitas seluler maupun imunitas humoral,
disamping sebagai akibat peningkatan hormon kortisol, peningkatan volume darah,
retensi air, perubahan keseimbangan asam basa dan perubahan metabolisme
karbohidrat. Oleh karena itu, maka perlu dimengerti bahwa wanita hamil memerlukan
perhatian yang ketat apabila terjadi infeksi malaria selama periode kehamilan,
persalinan maupun nifas. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
2.2 EPIDEMIOLOGI
Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia
bagian timur. Di daerah endemis malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar
biasa (KLB) malaria. Di daerah Timika, 20 persen ibu hamil yang melahirkan positif
malaria. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 70 juta
penduduk tinggal di daerah endemik malaria dan 56,3 juta penduduk diantaranya
tinggal pada daerah endemik malaria sedang sampai tinggi dengan 15 juta kasus
malaria klinis dan 43 ribu di antaranya meninggal. 1,2
Dari data-data yang lain, jumlah penderita malaria cenderung mengalami
kenaikan pertahunnya. Tahun 2006, wabah malaria dinyatakan sebagai Kejadian Luar
Biasa (KLB) di 7 provinsi, 7 kabupaten, 7 kecamatan, dan 10 desa dengan jumlah
penderita mencapai 1.107 orang, 23 di antaranya meninggal. Tahun berikutnya (2007)
2.3 ETIOLOGI
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang
masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina (WHO
1981). Empat species Plasmodium penyebab malaria pada manusia adalah sebagai
berikut
3,4
:
1. Plasmodium falcifarum
Sering menjadi malaria cerebral, dengan angka kematian yang tinggi.
Infeksi oleh species ini menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh
lebih cepat dibandingkan species lain dan merozoitnya menginfeksi sel
darah merah dari segala umur (baik muda maupun tua). Species ini menjadi
penyebab
50%
malaria
di
seluruh
dunia.
2. Plasmodium vivax.
Species ini cenderung menginfeksi sel-sel darah merah yang muda
(retikulosit) kira-kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia disebabkan
oleh plasmodium vivax.
3. Plasmodium malaria.
Mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel-sel darah merah yang
tua.
4. Plasmodium ovale.
2.4 IMMUNOPATOLOGI
Secara umum kekebalan terhadap parasit malaria dibagi dalam 2 golongan yaitu
kekebalan alamiah yang sudah ada sejak lahir dan terjadi tanpa kontak dengan parasit
malaria sebelumnya dan kekebalan didapat yang diperoleh setelah kontak dengan
parasit malaria, yang bersifat humoral ataupun seluler. Kekebalan seluler dihasilkan
oleh limfosit T yang cara kerjanya sebagai helper, sel limfosit B dalam
memproduksi zat anti atau melalui makrofag yang dapat membunuh parasit malaria
dalam sel darah. Antigen-antigen parasit merupakan pemicu pelepasan zat-zat tertentu
dari sel-sel pertahanan tubuh yang disebut sitokin. Sitokin dihasilkan oleh makrofag
atau monosit dan limfosit T. Sitokin yang dihasilkan oleh makrofag adalah TNF, IL-1
dan IL-6 sedangkan limfosit T menghasilkan TNF-, IFN-, IL-4, IL-8, IL-10 dan IL12. Sitokin yang diduga banyak berperan pada mekanisme patologi dari malaria
adalah TNF (tumor necrosisfactor). 3
Pada saat seseorang terekspos dengan malaria, maka sel limfosit B akan
membentuk antibodi pada permukaan sporozoit sehingga mencegah invasi parasit
terhadap hepatosit, hanya saja jumlah sporozoit tersebut terlampau banyak sehingga
hanya sebagian saja yang dapat diatasi dan pasien dapat rentan mengalami infeksi
berulang. Untuk mengatasi hal ini diperlukan antibodi dalam jumlah yang banyak.
Sedangkan cara kerja limfosit T yakni dengan mengaktivasi respon dari sel T CD8
pada fase hepatosit, namun tingkat CD8 rendah sehingga masih banyak eritrosit
terinfeksi yang berhasil lolos. 3
Para wanita hamil yang tinggal di daerah yang banyak terdapat malaria berada
dalam risiko tinggi dan risiko tersebut bahkan semakin besar dalam dua bulan setelah
mereka melahirkan. Di masa lalu, kita sering menduga bahwa peningkatan kepekaan
terhadap malaria pada para wanita hamil akan berakhir seiring dengan terjadinya
kelahiran. Ternyata dibandingkan dengan setahun sebelum mereka hamil, para wanita
dalam penelitian ini memiliki kemungkinan sekitar 4 kali lebih besar untuk terjangkit
malaria dalam 60 hari setelah melahirkan. Oleh karena itu para peneliti menyarankan
agar para wanita terus mengkonsumsi obat-obat pencegah malaria yang
direkomendasikan bagi para wanita hamil setidaknya sampai dua bulan setelah
kelahiran. 3,6
Peningkatan risiko bagi malaria selama kehamilan diperkirakan disebabkan oleh
dua faktor. Pertama, parasit-parasit yang menyebabkan malaria cenderung
berakumulasi dalam plasenta (ari-ari). Sebagai tambahan, selama kehamilan, sistem
kekebalan tubuh sang ibu berada dalam tingkat respon yang kurang dari normal. Para
peneliti berpendapat, Insiden serangan malaria yang tinggi selama beberapa bulan
pertama setelah kelahiran memberikan bukti kunci yang mendukung pandangan
bahwa (kekebalan tubuh yang tertekan) merupakan faktor kunci yang terlibat pada
para wanita hamil yang terserang malaria. Para peneliti juga menemukan sebuah
saluran serba guna yang berada di dalam membran atau lapisan luar dari sel-sel darah
merah yang terinfeksi, yang memiliki peran untuk menyuplai nutrisi-nutrisi tersebut
bagi parasit ini. Dan mereka berharap bahwa penyaringan kumpulan bahan-bahan
kimia untuk molekul-molekul yang dapat menghambat saluran-saluran ini akan
mengubahkan obat-obatan baru untuk melawan parasit malaria yang semakin resisten
(kebal) terhadap obat. 3
fase ini, hati pecah, merozoit keluar lalu masuk ke dalam aliran darah. Fase
eritrosit dimulai saat merozoit dalam darah menyerang sel darah merah dan
membentuk tropozoit. Proses berlanjut menjadi tropozoit, skizon, merozoit.
Setelah dua sampai tiga generasi merozoit terbentuk lalu sebagian berubah
bentuk seksual.
2. Fase Aseksual.
Saat nyamuk anopheles betina mengisap darah manusia yang
mengandung parasit malaria, parasit bentuk seksual masuk ke dalam perut
nyamuk. Selanjutnya menjadi mikrogametosit dan makrogametosit dan
terjadilah pembuahan yang di sebut zigot (ookinet) yang kemudian
menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika ookista
pecah ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar air liur nyamuk
dan siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia.
Orang-orang di daerah ini jarang terpapar malaria dan hanya menerima ratarata < 1 gigitan nyamuk infektif/tahun.
Gejala malaria yang tidak umum sering terjadi pada kehamilan, terutama pada
trimester II. Manifestasi klinik umumnya adalah 1,3,4,5:
Panas
Anemia
2.7 HISTOPATOLOGI
Pada wanita hamil yang terinfeksi malaria, eritrosit berparasit dijumpai di
plasenta sisi maternal dari sirkulasi tetapi tidak di sisi fetal, kecuali pada penyakit
plasenta. Pada infeksi aktif, plasenta terlihat hitam atau abu-abu dan sinusoid padat
dengan eritrosit terinfeksi. Secara histologis ditandai oleh sel eritrosit berparasit dan
pigmen malaria dalam ruang intervilli plasenta, monosit mengandung pigmen,
infiltrasi mononuklear, simpul sinsitial (syncitial knotting), nekrosis fibrinoid,
kerusakan trofoblas dan penebalan membrana basalis trofoblas. Terjadi nekrosis
sinsitiotrofoblas, kehilangan mikrovilli dan penebalan membrana basalis trofoblas
akan menyebabkan aliran darah ke janin berkurang dan akan terjadi gangguan nutrisi
pada janin. Lesi bermakna yang ditemukan adalah penebalan membrana basalis
trofoblas, pengurusan mikrovilli fokal menahun. Bila villi plasenta dan sinus
venosum mengalami kongesti dan terisi eritrosit berparasit dan makrofag, maka aliran
darah plasenta akan berkurang dan ini dapat menyebabkan abortus, lahir prematur,
lahir mati ataupun berat badan lahir rendah. 5
Demam, menggigil (dapat disertai mual, muntah diare, nyeri otot, dan
pegal)
Riwayat sakit malaria, tinggal didaerah endemic malaria, minum obat
malaria 1 bulan terakhir, tranfusi darah
Untuk tersangka malaria berat, dapat disertai satu dari gejala dibawah
Gangguan kesadaran
Kelemahan umum
Perdarahan hiung, gusi, saluran cerna, muntah
Warna urin seperti teh tua
Oliguria
Pucat
Pada anamnesis
Harus dicurigai malaria pada seseorang yang berasal dari daerah
endemis malaria dengan demam akut dalam segala bentuk,
dengan/tanpa gejala-gejala lain Adanya riwayat perjalanan ke daerah
endemis malaria dalam 2 minggu terakhir Riwayat tinggal di daerah
malaria Riwayat pernah mendapat pengobatan malaria.
10
11
12
1. Pada Ibu
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung pada
tingkat kekebalan seseotrang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas (jumlah
kehamilan). Ibu hamil dari daerah endemi yang tidak mempunyai kekebalan dapat
menderita malaria klinis berat sampai menyebabkan kematian . 5
Di daerah endemisitas tinggi, malaria berat dan kematian ibu hamil jarang
dilaporkan . Gejala klinis malaria dan densitas para sitemia dipengaruhi paritas,
sehingga akan lebuh berat pada primigravida (kehamilan pertama) daripada
multigravida (kehamilan selanjutnya) . 5
Pada ibu hamil dengan malaria, gejala klinis yang penting diperhatikan ialah
demam, anemia, hipoglikemia, edema paru, akut dan, malaria berat lainnya. 5
Demam
Demam merupakan gejala akut malaria yang lebih sering dilaporkan pada ibu
hamil dengan kekebalan rendah atau tanpa kekebalan, terutama pada Primigravida.
Pada ibu hamil yang multigravida dari daerah endemisitas tinggi jarang timbul gejala
malaria termasuk demam, meskipun terdapat parasitemia yang tinggi (8,26).
Anemia
Menurut defenisi WHO, anemia pada kehamilan adalah bila kadar haemoglobin
(Hb) < 11 g/ dl. Gregor (1984) mendapatkan data bahwa penurunan kadar Hb dalam
13
Hipoglikemia
14
hipoglikemia dan White (1983) mendapatkan 50% kasus hipoglikemia yang diteliti
ternyata wanita hamil.
Gejala hipoglikemia dapat berupa gangguan kesadaran sampai koma. Bila
sebelumnya penderita sudah dalam keadaan koma karena malaria serebral, maka
komanya akan lebih dalam lagi. Penderita ini bila diinjeksikan glukosa atau diinfus
dengan dekstrosa maka kesadarannya akan pulih kembali, tetapi karena ada
hiperinsulinemia, keadaan hipoglikemia dapat kambuh dalam beberapa hari.
Menurut WHO, penderita malaria berat adalah penderita yang darah tepinya
mengandung stadium aseksual palsmodium falciparum yang disertai gejala klinik
berat dengan catatan kemungkinan penyakit lain telah disingkirkan.
Gejala klinik dan tanda malaria berat antara lain hiperparasitemia (> 5% sdm
terinfeksi), malaria otak, anemia berat (Hb < 7,1 g/ dl), hiperpereksia (suhu > 40 oC),
edema paru, gaagl ginjal, hipoglikemia, syok (3,21,22). Gejala dan tanda-tanda
malaria tersebut diatas perlu diperhatikan, karena kasus ini memerlukan penanganan
khusus baik untuk keselamatan ibu maupun untuk kelangsungan hidup janinnya.
2. Pada Janin
Terjadinya panas tinggi, fungsi plasenta yang menurun, hipoglikemia, anemia,
dan lainnya menyebabkan mortalitas prenatal dan neonatal 15-70%, terutama karena
plasmodium falcifarum dan plasmodium vivaks. Masalah yang bias terjadi pada
kehamilan adalah abortus, prematuritas, lahir mati, insufisiensi plasenta, pertumbuhan
janin terhambat, dan bayi kecil masa kehamilan. Transmisi plasmodium melalui
plasenta dikatakan dapat menyababkan congenital malaria (< 5%), dengan gejala
antara lain bayi panas, iritabel, problem menyususi, hepatosplenomegali, dan kuning.
1
15
Malaria Plasenta. 5
2.11 PENATALAKSANAAN
Obat-obat antimalaria yang sering digunakan tidak dikontraindikasikan bagi
wanita hamil. Beberapa obat antimalaria yang lebih baru memiliki aktivitas antifolat
sehingga secara teoritis dapat berperan menyebabkan anemia megaloblastik. Pada
praktik sebenarnya hal ini tampaknya tidak terjadi. Setidaknya pada satu penelitian
16
oleh Keuter dkk. (1990), nulipara lebih besar kemungkinannya tetap mengalami
parasitemia setelah terapi untuk infeksi falsifarum. Hasil pada ibu lebih buruk apabila
malaria falsifarumnya resisten obat. 2,4
Pengobatan malaria pada kehamilan harus cepat, tepat, dan hati-hati 1,5:
Pasien dengan dugaan malaria karena plasmodium falcifarum sebaiknya
dirawat
Periksa jenis plasmodium untuk member pengobatan yang tepat
Pemeriksaan kesadaran, pucat, kuning, tensi, nadi, temperature, darah
lengkap, fungsi hepar, fungsi ginjal, kadar gula, dan parasite count
Pengawasan ketat keadaan ibu dan janin
Pilih obat berdasarkan : berat ringannya penyakit, hindari obat yang
merupakan kontraindikasi, pilih dosis yang adekuat, beri cairan yang
adekuat, perhatikan nutrisi yang cukup kalori.
Obat antimalaria yang dapat diberikan pada semua trimester antara lain :
klorokuin, kuinin, artesunat/artemeter/arteeter.
Kontraindikasi pada kehamilan : tetrasiklin; primakuin; doksisiklin,
halofantrin.
Lini pertama
Artesunat injeksi untuk penggunaan dirumah sakit atau puskesmas perawatan.
Sediaan 1 ampul berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dilarutkan dalam 0,6 ml
natrium bikarbonat 5 %, diencerkan dalam 3-5 ml dekstrose 5%. Pemberian secara
bolus intravena selama 2 menit. Loading dose : 2,4 mg/kgBB I.V. setiap hari sampai
hari ke 7. Bila penderita sudah dapat minum obat, ganti dengan artesunat oral.
17
Kuinin (kina) per infuse (drip) : kina 25% dosis 10 mg/kgBB atau 1 ampul (2
ml = 500 mg) dilarutkan dalam 500 ml dekstrose 5 % atau dekstrose dalam
Nacl dalam 8 jam, diulang setiap 8 jam dengan dosis yang sama sampai
penderita bias minum obat, atau dengan dosis yang sama diberikan selama 4
jam kemudian, infuse tanpa obat 4 jam, diulang obat selama 4 jam kemudian
tanpa obat selama 4 jam. Demikian 3 kali dalam 24 jam, sampai penderita
dapat minum obat.
Obat kina maksimum diberikan per infuse selama 3 hari. Kalau belum bias
minum dilanjutkan personde (NGT) sampai 7 hari. Dosis maksimum per hari
2000 mg. bila sudah dapat minum dilanjutkan dengan kina tablet dengan dosis
10 mg/kgBB/kali, 3 kali sehari.
Pengobatan Pencegahan
Pencegahan dimaksud mengurangi resiko terinfeksi malaria, dan bila terinfeksi,
maka gejala kliniknya tidak berat. Obat yang dipakai di Indonesia adalah 1,3 :
Klorokuin
untuk plasmodium Vivaks dosis 5 mg/kgBB/minggu habis makan, diminum 1
minggu sebelum datang ke daerah endemic malaria, sampai 4 minggu setelah
kembali. Diulang kalau kembali kedaerah endemik setelah 3-6 bulan.
Doksisiklin
dipakai pada daerah plasmodium yang resisten terhadap klorokuin. Dosis 1,5
mg/kgBB/hari selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Akan tetapi, obat ini
kontraindikasi diberikan pada ibu hamil dan anak-anak.
18
Edema paru akut : hati-hati dalam pemberian cairan, pemberian oksigen jika
diperlukan.
Hipoglikemia : Pemberian dekstrose 25 50 % intravena 50 100 ml, diikuti
dengan drip dekstrose 10 %. Kadar gula di monitor setiap 4 6 jam.
Anemia : Jika Hb kurang dari 5 gr%, transfuse packed cell
Gagal ginjal : Diuretic, pemberian cairan dengan hati-hati, jika perlu dialysis
(gagal ginjal biasanya terjadi karena dehidrasi yang tidak diketahui karena
parasitemia hebat).
Septic shock : Keadaan ini bias terjadi karena infeksi sekunder akibat infeksi
saluran kencing, saluran nafas, dll. Bisa diberikan sefalosforin generasi ketiga.
Exchanged transfusion : Keadaan ini perlu pada infeksi oleh plasmodium
falsifarum berat untuk mengurangi titer parasit dan edema paru membakat.
Darah pasien diambil dan diganti dengan packed cells.
2.12 PROFILAKSIS
Hal ini dianjurkan bagi orang yang berpergian ke daerah endemic. Apabila
belum pernah dilaporkan adanya malaria vivax atau falsifarum yang resisten
klorokuin, profilaksis diberikan 1 sampai 2 minggu sebelum yang bersangkutan
masuk ke daerah endemik. Klorokuin, dalam bentuk basa 300 mg, diberikan per oral
sekali seminggu, dan hal ini dilanjutkan sampai 4 minggu setelah kembali ke daerah
nonendemik. Berpergian ke daerah endemic untuk strain resisten klorokuin tidak
dianjurkan pada kehamilan dini; namun setelah itu pasien dapat diberi profilaksis
meflokuin. Obat ini pernah dievaluasi untuk profilaksis pada 339 wanita hamil
dengan usia gestasi diatas 20 minggu dan terbukti 85 persen efektif untuk mencegah
19
malaria falsifarum dan 100 persen untuk malaria vivax. Pada orang yang tidak hamil,
doksisiklin dianjurkan untuk kemoprofilaksis. 5
Saat ini sedang dilakukan evaluasi terhadap beberapa vaksin. Hampir semua
penelitian tentang vaksin difokuskan pada dua dari hampir 6000 protein falsifarum.
Salah satu vaksin protein chimeric, SPF 66, telah diuji di lapangan dan mungkin
efektif 10-30 persen. Murray dkk (2000) memperkirakan bahwa vaksin berlisensi
akan keluar dalam waktu sekitar 5 tahun. 2
2.13 KOMPLIKASI
Terdapat tendensi bahwa komplikasi lebih sering terjadi pada kehamilan dan
lebih berat. Komplikasi yang sering terjadi adalah 4,5:
Hipoglikemia
Kadang-kadang diduga sebagai gejala klinik malaria karena takikardia,
berkeringat, dan pusing. Pada malaria karena plasmodium falsifarum
terutama yang mendapatkan obat kinina, kadar gula darah harus diperiksa
setiap 4-6 jam. Hipoglikemia pada ibu dapat menyebabkan terjadinya
gawat janin tanpa diketahui penyebabnya.
Edema paru
Lebih sering terjadi pada trimester II atau III, tetapi bias juga terjadi
segera pascapersalinan lebih mudah jika terdapat juga anemia. Kalau
demikian, terjadi mortalitas tinggi.
Anemia berat
Sering terjadi pada malaria dalam kehamilan. Anemia dengan kadar
hemoglobin kurang dari 7 gr% sebaiknya ditransfusi dengan packed
cells. (ilmu kebidanan) .
20
Pada daerah endemic rendah resiko infeksi malaria pada perempuan hamil lebih
tinggi sehingga resiko kematian ibu dan abortus 60% lebih tinggi jika dibandingkan
dengan daerah endemic tinggi. Bayi dengan berat lahir rendah akan terjadi meskipun
malaria sudah diobati, tetapi malaria tanpa gejala lebih rendah. Strategi pencegahan
dengan diagnosis awal dan pengobatan. 1,5
Komplikasi
Hipoglikemia
Anemia berat
Edema paru
Gagal ginjal akut
Panas tinggi
Abortus
Janin kecil masa
kehamilan
Malaria Kongenital
Malaria Plasenta
High
Transmission
+++
+
+++
+++
Low
Transmission
++
+++
++
++
++
+++
+++
+++
+++
21
Kemoterapi
Kemoterpi tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan klinis segera. Kecuali
pada wanita yang tidak kebal, efektifitas kemoterpi pada wanita hamil tampak kurang
rapi karena pada wanita imun infeksi dapat berlangsung tanpa gejala. Pada wanita
dengan kekebalan rendah, walaupun dilakukan diagnosis dini dan pengobatan segera
ternyata belum dapat mencegah perkembanagan anemia pada ibu dan juga
berkurangnya berat badan lahir bayi. 5
Vaksinasi
Target vaksin malaria antara lain mengidentifikasi antigen protektif pada ketiga
permukaan stadium parasit malaria yang terdiri dari sporozoit, merozoit, dan
gametosit. Kemungkinan penggunaan vaksin yang efektif selama kehamilan baru
muncul dan perlu pertimbangan yang kompleks. Tiga hal yang perlu dipertimbangkan
dalam penggunaan vaksin untuk mencegah malaria selama kehamilan, yaitu 5 :
Tingkat imunitas sebelum kehamilan
Tahap siklus hidup parasit
Waktu pemberian vaksin15.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang aman dan efektif untuk
penanggulangan malaria.
2.15 PROGNOSIS
22
Pada umumnya prognosis pada malaria selama kehamilan baik, karena dapat
ditangani dengan baik. 1
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Malaria pada kehamilan merupakan masalah yang serius mengingat
pengaruhnya terhadap ibu dan janin, yang bila tidak ditanggulangi secara cepat dan
tepat dapat meningkatkan angka kematian ibu dan neonatus. Masalah diagnosis
malaria menjadi hambatan karena fasilitas laboratorium yang kurang memadai
23
DATAR PUSTAKA
1. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006.
2. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria.. Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta. Diunduh
dari: www.google.com
3. Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W
(editor). Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UI,
2000.
24
25