PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Karsinoma buli-buli merupakan suatu karsinoma yang berasal dari
jaringan pada buli-buli. Sebagian besar karsinoma buli-buli merupakan
karsinoma sel transisional (karsinoma yang berasal dari sel yang secara
normal berada pada lapisan terdalam dari buli-buli). Tipe lain dari karsinoma
buli-buli yakni karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma.
Karsinoma buli-buli merupakan 2% dari keganasan dan merupakan
keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma
prostat. Rata-rata usia penderita adalah 65 tahun. Karsinoma ini lebih sering
terjadi pada kelompok golongan kulit putih dibanding orang kulit hitam
dimana rasio laki-laki dibanding perempuan yaitu 2,7:1. 85% terlokalisasi di
buli-buli dan 15% menyebar ke limfonodus regional atau ke tempat yang lebih
jauh. Sekali diagnosis ditegakkan maka tendensi untuk berulang sepanjang
waktu dan lokasi yang baru pada traktus urinarius dapat terjadi sehingga
diperlukan monitoring yang berkelanjutan.
Tindakan pertama bila seseorang didiagnosis karsinoma buli-buli
adalah dengan melakukan TUR buli-buli sekaligus menentukan luas infiltrasi
tumor. Alternatif tindakan selanjutnya ditentukan berdasarkan stadium
karsinoma itu sendiri. Tindakan tersebut dapat berupa pengawasan ketat,
instilasi intravesika, sistektomi atau radiasi, radiasi eksterna dan terapi adjuvan
dengan kemoterapi sistemik.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
peritonial. Berada tepat dibelakang simfis pubis. Pada pria dibagian belakang
berdekatan dengan rektum dan pada wanita berdekatan dengan uterus dan vagina.
Berbeda dengan traktus urinarius bagian atas (ginjal dan ureter), maka untuk
traktus urinarius bagian bawah, buli ke distal, persyaratan amat penting
peranannya untuk menjalankan fungsi organ tersebut. Persyarafan buli dan uretra
dilaksanakan oleh system syaraf otonom yang terdiri dari parasimpatis dan
simpatis. Persyarafan ini berpusat di medula spinalis segmen torakolumbal. (Th
XII LIII) dan segmen sakral II-IV ( parasimpatis)
Terdapat tiga fungsi penting dari buli yaitu reservoir, ekspulsi urin, dan
anti reflek. Sebagai reservoir, buli-buli manusia mempunyai kapasitas antara 200
sampai dengan 400 ML. Setelah miksi buli-buli diisi lagi dengan urin yang datang
dari ginjal. Selama pengisian ini sampai kapasitasnya terpenuhi, tekanan dalam
buli-buli tetap rendah, kurang dari 20 cm H20. bila buli-buli penuh dindingnya
teregang dan menyebabkan rangsangan pada reseptor di dinding buli- buli,
akibatnya tekanan dalam buli-buli meningkat dan dirasakan sebagai perasaan
ingin kencing. Pada keadaan demikian uretra posterior otomatis membuka. Urin
belum keluar karena masih ditahan oleh sfingter eksterna yang terdiri dari otot
bergaris dengan persyasarafan sema omotoris yang bekerja secara disadari
( volunter ). Sfingter ini akan membuka bila di perintahkan oleh yang
bersangkutan. Pada waktu ekspulasi tekanan dalam buli- buli meningkat antara 70
100 cm H20. Urin yang ada dalam buli-buli tidak akan mengalir ke arah ginjal.
Arah ureter bagian distal yang serong. Panjangnya ureter intravesikal serta
2.2
2.3
Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Tetapi penelitian
a.
telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko yaitu :
Usia, resiko terjadinya kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan
usia
b.
Merokok. Merupakan faktor resiko yang utama. Rokok mengandung amin
aromatic dan nitrosamine yang merupakan jenis hidrokarbon didalam TAR. Zat
c.
d.
e.
2.4
Klasifikasi
2.4.1
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONGMARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :
a.
Pemeriksaan
KODE
KET
Tis
Tx
Cara
pemeriksaan
untuk
menetapkan
To
T1
Pada
pemeriksaan
bimanual
didapatkan
T2
T3
T3a
T3b
T4
10
T4a
Tumor
mengadakan
invasi
ke
dalam
T4b
c.
KODE
Nx
KET
Minimal
yang
ditetapkan
kel.
Lymfe
No
Tanpa
tanda-tanda
pemebsaran
kelenjar
lymfe regional
3
N1
N2
N3
c.
N4
KODE
KET
Mx
dapat dilaksanakan
2
M1
M1a
M1b
M1c
2.4.2
M1d
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1 Efidermoid Ca
Kira-kira
5%
neoplasma
buli-buli
Malignant Neurofibroma
lymphoma
dan
pheochromacytoma,
5 Ca dari pada kulit, Mungkin mengadakan metastase ke bulimelanoma, lambung, buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis
paru dan mammae
dapat terjadi
2.5
Patofisiologi
Batu saluran kemih adalah agregat polikristal yang terdiri dari sejumlah
kristaloid dan matrik organik. Pembentukan batu membutuhkan suasan urin yang
tersupersaturasi. Supersaturasi tergantung pada Ph, kekuatan ion, konsentrasi
solute dan komplekasi. Konstituen urin bisa berubah sedemikian rupa dari kondisi
asam pada pagi hari ke akalis setelah makan. Kekuatan ion ditentukan terutama
oleh konsentrasi relatif ion monovalen. Pada saat kekuatan ion meningkat,
koefisien aktivitasnya menurun. Koefisien aktivitas merefleksikan keberadaan ion
tertentu.
Tori nukleasi menyatakan bahwa batu saluran kemih berasal dari kristal
atau benda asing yang terendam dalam urin tersuperaturasi. Teori ini ditentang
oleh argumen- argumen yang memiliki dasar yang sama didengarnya. Batu tidak
selalu terbentuk pada pasien dengan hiperekskretor atau mereka yang memiliki
resiko dehidrasi. Demikian juga urin tampung 24 jam penderita batu adalah
normal dalam hal konsentrasi ion untuk terjadinya pembentukkan batu. Teori
inhibitor kristal mengklaim bahwa batu terbentuk karena tidak adanya atau
rendahnya konsentrasi Inhibitor baru separti magnesium, sitrat, pirofosfat, asam
glikoprotein dan sejumlah logam- logam trace. Teori ini tidak cukup valid dengan
adanya kenyataan bahwa pada banyak orang dengan kekurangan bahan- bahan
Inhibitor tersebut masih terjadi pembentukkan batu atau sebaliknya pada orang
yang berlimpah malah didapatkan batu. Ion-ion yang berada pada di dalam
a.
saluran kemih yang berperan dalam pembentukan buli- buli antara lain :
Kalsium. Kalsium adalah ion utama dalam kristal urin. Hanya 50% kalsium
plsma yang terionisasi dan siap difiltrasi di glomerulus.
b.
e.
5,75. Asam uarat yang tidak trdisosiasi akan dominan pada Ph dibawahnya.
Sodium. Walaupun bukan merupakan konstituen utama batu saluran kemih,
adalah
i.
sebagai komponen protein urin, seperti kondritin sulfat dan heparin sulfat.
Inhibitor saluran kemih lain. Terutama terdiri dari protein urin dan
makromolekul lain seperti glikosaminoglikans, pirofosfat dan uropontin
Penyebab batu saluran kemih adalah pada umumnya multifaktorial.
Meskipun telah banyak diajukan teori mengenai terbentuknya batu saluran kemih,
belum ada satupun teori yang dapat menerangkan semua penyebab batu saluran
kemih secara komprehensif. Namun demikian faktor faktor yang berpengaruh
terhadap pembentukan batu tetap harus dicermati agar bisa dilakukan deteksi dini
dengan efektif. Faktor faktor yang sudah dikenali itu antara lain : Kristaluria,
sosioekonomi, pola diet, pekerjaan, ikilm, genetika/ keluarga dan medikasi.
Kondisi yang mempengaruhi terjadinya batu buli- buli telah begitu banyak
dilaporkan, antara lain :
a.
Disfungsi kemih yang kan menyebabkan statis urin atau refluks yang
merupakan kondisi optimal bagi kuman pemecah urea menyebabkan infeksi.
Penyebabnya antara lain strikura uretra, BPH, kontraktur leher, buli dan
neurogenik spastik atau flasid. Telah dilaporkan bahwa ionfeksi persisten bulibuli dan vagina pada pasien yang telah menjalani histerektomi dan iradiasi selama
b.
27 tahun.
Latrogenik dari suatu prosedur urologi. Pada suatu opersi retropubik
urethropexy ( untuk inkokntunensia urin di maksudkan mengangkat uerthrovesical
junction ) digunakan sling dari benang non- absorbable. Benag ini secaraq
perlahan- lahan akan mengoresi dinding buli, hingga masuk ke dalamnya dan
menjadi puast pembentukan batu.
2.7
Manifestasi Klinis
2.7.1
Tanda dan gejala Ca Buli buli yaitu :
a.
Kencing campur darah yang intermitten
b.
Merasa panas waktu kencing
c.
Merasa ingin kencing
d.
Nyeri suprapubik yang constan
e.
Panas badan dan merasa lemah
f.
Nyeri pinggang karena tekanan saraf
g.
Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi kandung kemih
(sistitis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai
10
suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak
menghilang.
2.8
Komplikasi
1.
a.
b.
Pemeriksaan Radiologi. Pemeriksaan Foto Polos Perut dan Pielografi Intra Vena
(PIV) digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang memiliki
persangkaan keganasan saluran kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada
pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defect (kelainan) pada buli-buli juga
dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang
disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut. Jika penderita alegi terhadap zat yang
digunakan pada pemeriksaan PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Foto toraks (rongga dada) juga perlu dilakukan untuk
melihat ada tidaknya metastasis ke paru-paru.
11
c.
2.10
a.
Penatalaksanaan
Operasi. Operasi kanker yang terbatas pada permukaan dalam kandung kemih
atau hanya menyusup ke lapisan otot paling atas, bisa diangkat seluruhnya melalui
sistoskopi. Tetapi sering terbentuk kanker yang baru, kadang di tempat yang sama,
tetapi lebih sering terbentuk di tempat yang baru. Angka kekambuhan bisa
dikurangi dengan memberikan obat anti-kanker atau BCG ke dalam kandung
kemih setelah seluruh kanker diangkat melalui sistoskopi. Pemberian obat ini bisa
digunakan sebagai pengobatan pada penderita yang tumornya tidak dapat diangkat
melalui sistoskopi. Kanker yang tumbuh lebih dalam atau telah menembus
dinding kandung kemih, tidak dapat diangkat seluruhnya dengan sistoskopi.
Biasanya dilakukan pengangkatan sebagaian atau seluruh kandung kemih
(sistektomi). Kelenjar getah bening biasanya juga diangkat untuk mengetahui
apakah kanker telah menyebar atau belum.Terapi penyinaran saja atau
dikombinasikan dengan kemoterapi kadang bisa mengobati kanker. Jika kandung
kemih diangkat seluruhnya, maka harus dipasang alat untuk membuang air
12
Orthotopic neobladder
Continent cutaneous diversion.
Pada kedua cara tersebut, suatu penampung internal dibuat dari usus.
Pada orthotopic neobladder, penampung ini dihubungkan dengan uretra. Penderita
diajarkan untuk mengosongkan penampung ini dengan cara mengendurkan otot
dasar panggul dan meningkatkan tekanan dalam perut, sehingga air kemih
mengalir melalui uretra. Pada continent cutaneous urinary diversion, penampung
ini dihubungkan dengan sebuah lubang di dinding perut. Diperlukan kantong luar,
karena air kemih tetap berada dalam penampung sebelum dikosongkan oleh
penderita dengan cara memasang selang melalui lubang di dinding perut ke dalam
penampung. Penderita melakukan pengosongan ini secara teratur. Kanker yang
sudah menyebar diobati dengan kemoterapi.
b.Radioterapi.
13
1.
2.
Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads.
Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks
dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi
radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.
c.
1.
2.
Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling
sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan
topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan
dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.
2.11 Prognosis
Prognosis bergantung kepada jenis sel, derajat, keganasan, dan metastasis.
Secara klinis dapat ditemukan dua jenis gambaran, yaitu pertumbuhan superfisial
dan yang bertumbuh invasif dari permulaan. Tumor superfisial yang
berdiferensiasi baik dapat timbul kembali atau muncul papiloma baru. Dengan
kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala diperlukan minimal 3 tahun. Tumor baru
juga dapat dikontrol dengan cara transuretral, tapi bila muncul kembali,
kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan ganas. Sistektomi dan radioterapi
harus dipertimbangkan kemudian. Secara umum, prognosis tumor buli bergantung
14
pada derajat invasi dan diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil
terbaik didapatkan dengan reseksi transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi
15-25% tumor Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi kematian saat operasi
sebesar 5-15%. Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20%
neoplasma selama 5 tahun. Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada
pada kantung kemih. Mereka memilki karakteristik untuk tidak bermetastasis
kecuali mereka melewati proses perubahan ganas, menembus lapisan membran
dasar dan menembus dinding kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu
dihancurkan dengan sempurna dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi.
Beberapa mungkin menghilang setelah terapi rontgen dalam atau proses instilasi
atas podofilin. Sebuah prognosis yang bagus dapat diharapkan tercapai hanya
setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor sejenis dan kontrol atas
kemungkinan datang kembalinya tumor yang teridentifikasi lewat pemeriksaam
sistoskopik secara reguler sepanjang sisa hidup pasien.
BAB 3
15
KESIMPULAN
Kanker buli buli adalah kanker yang mengenai organ buli buli
(kandung kemih). Buli buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air
kemih yang berasal dari ginjal. Jika buli buli telah penuh maka air kemih akan
dikeluarkan. Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui.
Tanda dan gejala Ca Buli buli yaitu :
Kencing campur darah yang intermitten
b.
Merasa panas waktu kencing
c.
Merasa ingin kencing
d.
Nyeri suprapubik yang constan
e.
Panas badan dan merasa lemah
f.
Nyeri pinggang karena tekanan saraf
g.
Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi kandung kemih
(sistitis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai
suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak
menghilang.
Pemeriksaan penunjang menggunakan Pemeriksaan laboratorium, Pemeriksaan
radiologi dan biopsi.
Penatalaksanaannya menggunakan Operasi dan radioterapi dengan prognosis
bergantung kepada jenis sel, derajat, keganasan, dan metastasis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Tumor Kandung Kemih. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi ke 2. Jakarta: EGC. 2004
2. Purnomo B, Basuki. Dasar-Dasar Urologi edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.
2009
3. Lee R, Droller MJ. The Natural History of Bladder Cancer: Implication for
Therapy. Urol Clinf North Am 2000
16
17