PENGERTIAN
Menurut Inter-Society (2007), Konsensus Pengelolaan Penyakit Arteri Peripheral (TASC
II), Acute Limb Ischemia (ALI) didefinisikan sebagai penurunan perfusi tiba-tiba anggota tubuh
yang menyebabkan ancaman potensial terhadap viabilitas ekstremitas (dimanifestasikan dengan
nyeri istirahat iskemik, ulkus iskemik, dan atau gangren) pada pasien yang hadir dalam waktu
dua minggu dari peristiwa akut. 1
ETIOLOGI
Berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab dari ALI:1,2
1. Trombosis
Faktor predisposisi terjadi trombosis adalah dehidrasi, hipotensi, malignan, polisitemia,
ataupun status prototrombik inheritan, trauma vaskuler, injuri Iatrogenik, trombosis pasca
pemasangan bypass graft, trauma vaskuler. Gambaran klinis terjadinya trombosis adalah
riwayat nyeri hilang timbul sebelumnya, tidak ada sumber
terjadinya emboli dan menurunnya (tidak ada) nadi perifer pada tungkai bagian distal.
2. Emboli
Sekitar 80% emboli timbul dari atrium kiri, akibat atrial fibrilasi atau miokard infark.
Kasus lainnya yang juga berakibat timbulnya emboli adalah katup prostetik, vegetasi
katup akibat peradangan pada endokardium, paradoksikal emboli (pada kasus DVT) dan
atrial myxoma. Aneurisma aorta merupakan penyebab dari sekitar 10% keseluruhan
kasus yang ada, terjadi pada pembuluh darah yang sehat.
FAKTOR RESIKO
Berikut beberapa faktor resiko untuk penyakit arteri perifer dapat diklasifikasikan menjadi faktor
resiko tradisional dan faktor resiko non tradisional 2
1. Faktor resiko tradisional (Tidak dapat diubah)
a. Usia
b. Merokok
c. Diabetes Melitus
d. Hiperlipidemia
e. Hipertensi
1
pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan temperatur. Warna pucat dapat terlihat,
khususnya pada keadaan awal, namun dengan bertambahnya waktu, sianosis lebih sering
ditemukan. Rasa yang dingin khususnya ekstremitas sebelahnya tidak demikian, merupakan
penemuan yang penting. Kehilangan fungsi sensoris Pasien dengan kehilangan sensasi
sensoris biasanya mengeluh kebas atau parestesia, namun tidak pada semua kasus. Perlu
diketahui pada pasien DM dapat mempunyai defisit sensoris sebelumnya dimana hal ini dapat
membuat kerancuan dalam membuat hasil pemeriksaan. Kehilangan fungsi motorik Defisit
motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang lebih lanjut, limb-thtreatening ischemia.
Bagian ini berhubungan dengan fakta bahwa pergerakkan pada ekstremitas lebih banyak
dipengaruhi oleh otot proximal.
3.PEMERIKSAAN
Pemeriksaan yang diperlukan untuk mendiagnosis adanya iskemia akut tungkai adalah:
1.
Exercise challange
Pemeriksaan exercise challange harus dilakukan terutama pada pasien yang hanya
mengeluhkan adanya klaudikasio intermiten tanpa gejala dan tanda lain. Pasien diminta
untuk berdiri di samping ranjang periksa dan melakukan jinjit berulang-ulang selama satu
menit. Selanjutnya sambil berbaring dilakukan pemeriksaan pulsasi. Bila ditemukan
adanya pulsasi yang menghilang atau tapping, atau bruit; dapat dipastikan terdapat
gangguan aliran darah. Tekanan darah yang berkurang lebih dari 20% menunjukkan
4
adanya kemungkinan
5.
6.
Waveform assesment
7. Duplex Imaging
8 . Angiografi
Pemeriksaan angiografi merupakan pemeriksaan "gold standar" dalam kelainan arteri
perifer.
9. Computed Tomography Angiography
10. Magnetic Resonance Angiography Citra angiography
PENATALAKSANAAN1,2,3
a) Kecepatan adalah penanganan yang utama pada pasien dengan Acute Limb Ischaemia, dalam
6 jam kondisi ini akan menuju kerusakan jaringan secara menetap, kecuali bila segera
direvaskularisasi
b) Akut Limb Iskemik yang disebabkan oleh emboli dilakukan pengobatan dengan warparin
atau embolektomi sedangkan yang disebabkan oleh trombus angiografi dan dilakukan tindakan
bypass atau pemberian obat-obatan seperti fibrinolitik.
c) Pasien dengan ALI umumnya dalam klinis yang tidak stabil. Perhatikan saat kritis, saat yang
tepat untuk melakukan prosedur CPR. Berikan oksigen 100%, pasang akses intravena, berikan
terapi cairan dalam dosis minimal (1 liter NaCl untuk 8 jam, kecuali bila pasien dehidrasi,
pemberian sebaiknya sedikit lebih cepat). Ambil sampel laboratorium untuk pemeriksaan hitung
jenis sel, ureum, kreatinin, elektrolit, GDS (bila disertai dengan DM), enzim jantung, bekuan
darah dan proses pembekuan, dan penanganannya. Bila memungkinkan pemeriksaan trombofilia,
dan profil lipid juga dibutuhkan.
d) Lakukan foto thoraks dan rekam irama jantung. Dan jika ditemukan pasien dalam kondisi
5
aritmia, segera bantu dengan monitor fungsi kerja jantung. Lakukan pemasangan kateter urin jika
pasien dalam kondisi dehidrasi dan perlu untuk dimonitor nilai keseimbangan cairannya.
Kolabarasi pemberian opium untuk anastesi jika keluhan nyeri hebat ada.
Kanker
Komplikasi selama kehamilan
Snakebite
Nekrosis Jaringan
Gejala klinik
Pada pasien pasien DIC bisa ditemui beberapa keadaan tergantung apakah terjadi
pembekuan yang hebat atau perdarahan masif.
Gejala klinik yang bisa ditemui antara lain :
-
Terapi
Terapi pada DIC tergantung hal yang menyebabkannya. Jika underlying disease bisa
teratasi maka prognosisnya akan baik.
Resiko kematian pasien MODS berbandiing lurus dengan jumlah organ yang terlibat dan
lamanya disfungsi yang terjadi. Disfungsi > 3 organ selama minimal 1 minggu memberikan
mortalitas antara 60-98 %, tergantung pada usia seseorang. Bila organ yang terlibat adalah otak
hati paru paru atau ginjal angka mortalitas akan lebih tinggi. Fry melaporkan bahwa peningkatan
jumlah kegagalan organ dari 1 menjadi 4 , mortalitas meningkat progresif dari 30 % menjadi
100%. Marsall et al melaporkan mortalitas 7% pada kegagalan 1 organ, 26 % pada kegagalan 2
organ , 50% pada kegagalan 3 organ , 70 % pada kegagalan 4 organ dan 80% pada kegagalan 5
organ. Faktor lain yang juga bepengaruh adalah penyakit dasar yang menyebabkan MODS
tersebut. 7
Heparin-Induced Thrombocytopenia
Heparin-induced trombositopenia (HIT) adalah respon imun yang dimediasi pada
pemberian heparin yang menyebabkan trombositopenia. Heparin adalah obat antikoagulan yang
paling umum digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit tromboemboli pada pasien
rawat inap. Komplikasi utama dari HIT adalah trombosis, sebagian besar menyebabkan
trombosis dalam vena (DVT) atau emboli paru (PE). Lebih jarang HIT dapat bermanifestasi
sebagai oklusi arteri ekstremitas, infark miokard akut, stroke, reaksi sistemik atau nekrosis kulit8
DISLIPIDEMIA
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL.9,10
Klasifikasi Dislipidemia dibagi menjadi 2 yaitu
1.Dislipidemia primer
Dislipidemia primer adalah dislipidemia yang disebabkan kelainan genetik. Pada dislipidemia
sedang, umunya disebabkan oleh hiperkolesterolemia poligenik, dislipidemia kombinasi familial.
Sedangkan dislipidemia berat umumnya karena hiperkolesterolemia familial dan dislipidemia
renan.
2. Dislipidemia sekunder
Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu penyakit lain misalnya
8
ILUSTRASI KASUS
Telah dirawat pasien laki-laki 40 tahun di bangsal penyakit dalam RSUP dr. M. Djamil Padang,
sejak tanggal 29 April 2014 ( 23.00WIB) dengan :
Keluhan utama saat masuk : Nyeri kedua tungkai sejak 6 jam yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri kedua tungkai sejak 6 jam yang lalu, nyeri dirasakan tiba-tiba, tidak menjalar, nyeri
9
bertambah jika pasien berjalan dan berkurang dengan istirahat. Pasien juga mengeluhkan
kedua tungkai terasa lemah, terasa dingin dan kebas.
Nyeri kedua tungkai sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu
Pasien mengatakan menderita darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu tetapi pasien tidak
rutin kontrol dan tidak rutin minum obat anti hipertensi.
Sakit kepala sejak 1 hari yang lalu, sakit kepala dirasakan sampai ke tengkuk. Sakit
kepala sudah dirasakan sejak 3 tahun SMRS
Pasien berobat ke Praktek dr spesialis penyakit dalam dan dinyatakan pasien menderita
penyakit sumbatan pembuluh darah dan segera dirujuk ke RS M Djamil
Pemeriksaan Umum
Kesadaraan
KeadaanUmum
Tekanan Darah
: 170/100 mmHg
Frekuensi Nadi
Frekuensi Nafas
: 20 x/mnt
suhu
: 36,7 0C
BB
: 63 kg
TB
: 165 cm
BMI
Ikterus
: (-)
Edema
: (-)
Anemia
: (-)
Kulit
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
11
Tenggorokan
Leher
Paru
Paru Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru Belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V, luas 1 jari tidak melebar, tidak
kuat angkat
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Punggung
Alat kelamin
Anus
Anggota Gerak
: Reflek fisiologis (+/+), Reflek Patologis (-/-), Edema (-/-), lateralisasi (-)
: 15,7 gr/dl
Leukosit
: 12.600/mm3
Hematokrit
: 40,7 %
Trombosit
: 200.000/mm3
Diffcount
: 0/0/4/80/14/2
LED
: 1 mm/jam
Urinalisis:
Makroskopis
Protein
:-
Glukosa
:-
Bilirubin
:-
Urobilinogen : +
Mikroskopis
Leukosit
: 1-2/LPB
Eritrosit
: 1-2/LPB
Silinder
:-
Kristal
:-
Epitel
: + Gepeng
13
Feses rutin :
Makroskopis :
Warna
: kuning
Konsistensi
: lunak
Darah
:-
Lendir
:-
Mikroskopis
Leukosit
: 0-1/LPB
Eritrosit
: 0-1/LPB
EKG
Irama : sinus rhytm
ST elevasi (-)
HR
ST depresi (-)
: 100x/I
Aksis : LAD
Q patologis (-)
Gel P : normal
SV1+RV6 <35 mm
R/S di V1 <1
T inverted (-)
Daftar Masalah
Hipertensi
Diagnosis Kerja :
Diagnosis Banding :
14
Terapi :
Istirahat/ Diet RG II
Captopril 2x25 mg
Amlodipine 1x10 mg
Pemeriksaan anjuran
Doppler vascular
PT,aPTT, D dimer
GDS
Rontgen thoraks
Angiografi
Konsul mata
Echodopler
Konsul Bedah
15
Konsul Bedah
Kesan : Acute Limb Ischemia pada pedis bilateral
Advis : Heparinisasi
Vasodilator : Cilostazol 2x50 mg
Follow Up Tgl 30 April 2014 (07.00WIB)
S : nyeri tungkai (+)
O/ KU
: sedang
Kesadaran
: CMC
TD
: 170/100 mmHg
Nafas
: 20 x/ mnt
Nadi
: 92 x/ mnt
Suhu
: 36,8 0 C
: 13,8/43,6 detik
D Dimer
: 10,8ug/ml
Ureum
: 76 mg/dl
Kreatinin
: 3,1 mg/dl
TKK
: 28,2 ml/menit
: 213,6 mg/dl
HDL
: 43 mg/dl
Trigliserida
: 182 mg/dl
16
Pasang monitor
Konsul Konsultan Ginjal Hipertensi :
Kesan : Acute on CKD ec nefrosklerosis hipertensi
Advis : Cek ureum dan kreatinin/hari
Cek urinalisa
USG Ginjal
Tgl 1 Mei 2014
S : nyeri tungkai (+), demam (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-)
O/ KU
: sedang
Kesadaran: CMC
TD
: 160/100 mmHg
Nafas : 20 x/ mnt
Nadi
: 92 x/ mnt
Suhu : 36,8 0 C
: sedang
Kesadaran: CMC
TD
: 160/100 mmHg
Nafas : 20 x/ mnt
Nadi
: 92 x/ mnt
Suhu : 36,8 0 C
18
: 13,1/53,2 detik
Ureum/Kreatinin
Dosis Heparin
Naikkan 2 cc
Naikkan 1 cc
Pertahankan
Turunkan 1 cc
Stop heparin 6 jam cek ulang 6 jam lagi
19
: berat
Kesadaran: somnolen
TD
: 110/80 mmHg
Nadi
: 112 x/ mnt
Suhu : 36,8 0 C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, ref cahaya (+/+)
Leher: JVP 5-2 cm H2O
Paru : vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : bunyi jantung dbn, M1>M2 P2<A2, Bising (-)
Abdomen : Hematom (+) Defance muskular (-), nyeri tekan dan nyeri lepas tidak bisa dinilai
Bising Usus (+) N
Ektremitas : RF (+/+), RP (-/-), Lateralisasi (-)
I : Tampak merah kebiruan setinggi ankle jonit
Pa : Teraba dingin di regio, pulsasi A dorsalis pedis tidak ada, pulsasi A
tibialis posterior (/), A poplitea (+/+), A. Femoralis (+/+)
Sensorik dan motorik tidak bisa dinilai
A/
P/ O2 5l/m
Pasang NGT
Pasang kateter
Cek Hb, Ht, Leukosit, Trombosit
Cek PT/aPTT
Cek AGD dan elektrolit
Cek Gula Darah
EKG
Foto thorax
CT Scan kepala
Konsul Neurologi
Balance cairan
20
: 11,1 mg/dl
Ht
: 30,2%
Leukosit
: 11.500 /mm3
Trombosit
: 33.000/mm3
: 7,13
pCO2
: 19 mmHg
pO2
: 110 mmHg
HCO3
: 6,3 mmol/l
Beecf
:-22,9 mmo/l
SpO2
: 96%
Na
: 137 mmol/l
: 3,6 mmol/l
Kesan : anemia
Trombositopenia
Asidosis Metabolik
Perburukan fungsi ginjal
EKG :
Irama : sinus rhytm
ST elevasi (-)
HR
ST depresi (-)
: 100x/I
Aksis : LAD
Q patologis (-)
Gel P : normal
SV1+RV6 <35 mm
R/S di V1 <1
T inverted (-)
: berat
Kesadaran: somnolen
TD
: 100/70 mmHg
Nadi
: 114 x/ mnt
Suhu : 37,2 0 C
: 8,7 mg/dl
Ht
: 26%
Leukosit
: 12.500/mm3
Trombosit
: 30.000/mm3
PT/aPTT/ D Dimer
Skor DIC
:7
pH
: 7,16
pCO2
: 32 mmHg
pO2
: 64 mmHg
HCO3
: 11,4 mmol/l
Beecf
:-17,3 mmo/l
SpO2
: 85%
22
Na
: 132 mmol/l
: 3,8 mmol/l
Kesan : DIC
asidosis metabolik
Hipoksia
Sikap : O2 5 liter/menit
Koreksi meylon 175 meq
Cek AGD ulang
A/
DIC
: berat
Kesadaran: sopor
TD
: 110/80 mmHg
Nafas : 28 x/ mnt
Nadi
: 118 x/ mnt
Suhu : 36.9 0 C
A/
DIC
P/ Transfusi PRC
23
: berat
Kesadaran: koma
TD
: 60/40 mmHg
Nafas : 16 x/ mnt
Nadi
: halus
Suhu : 36,2 0 C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, ref cahaya (+/+)
Leher: JVP 5-2 cm H2O
Paru : vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : bunyi jantung dbn, M1>M2 P2<A2, Bising (-)
Abdomen : Hematom (+) Defance muskular (-), nyeri tekan dan nyeri lepas tidak bisa dinilai
Bising Usus (+) N
Ektremitas : RF (+/+), RP (-/-), Lateralisasi (-)
Sikap/ KI/15 menit
Loading NaCl 0,9% s/d TD>100 mmhg dan urin output 0,5-1 cc/kg/BB
Balance cairan
Tgl 2 Mei 2014 18.15 WIB
S : Penurunan kesadaran (+), muncul kebiruan di kulit (+)
O/ KU
: berat
Kesadaran: koma
TD
: 50/- mmHg
Nafas : 12 x/ mnt
Nadi
: tidak teraba
Suhu : 35,8 0 C
24
DISKUSI
Telah dirawat pasien laki-laki usia 40 tahun dengan diagnosis akhir
1. Acute limb Ischemia grade IIA ec trombosis
2. Acute on CKD ec nefrosklerosis hipertensi dengan asidosis metabolik
3. Penurunan kesadaran ec uremic ensefalopati
4. DIC
25
Pada pasien ini didiagnosis sebagai acute limb ischemia (ALI) dimana dari
anamnesis didapatkan keluhan nyeri kedua tungkai yang terjadi tiba-tiba disertai rasa kebas,
lemah serta dingin pada kedua kaki. Dari pemeriksaan fisik didapatkan ABI kanan 0.58 dan
kiri 0.52 dan dan pada ekstremitas bawah ditemukan tampak pucat kebiruan setinggi ankle
joint, teraba dingin di regio pedis, pulsasi A.Dorsalis Pedis tidak ada, sensorik mulai
menurun tetapi motorik masih dalam batas normal. Ini sesuai dengan literatur bahwa pada
acute limb ischemia ditemukan tanda-tanda iskemia akut yaitu 6P terdiri dari pain, palor,
pulseness, poikilotermia, parestesia, paralisis. Diagnosis ini diperkuat dengan pemeriksaan
laboratorium yang mendukung yaitu didapatkan peningkatan D-Dimer yang berarti
menandakan adanya peristiwa trombosis pada pasien. Pada pasien ini ditemukan juga
leukositosis tetapi tidak ditemukan tanda dan sumber infeksi. Leukositosis terjadi akibat
aktivasi leukosit akibat pelepasan sitokin pro inflamasi akibat proses iskemia jaringan.11 Pada
Pemeriksaan Echo Dopler walaupun tidak ditemukan trombus tetapi didapatkan kesan
terdapat penyumbatan sebelah kanan setinggi arteri femoralis dan sebelah kiri arteri poplitea.
Pemeriksaan yang merupakan gold standar pada ALI yaitu angiografi dimana dengan
angiografi selain dapat menentukan penyebab dan lokasi sumbatan juga sekaligus terapeutik.
Penyebab ALI pada pasien ini adalah trombosis dimana dari anamnesis didapatkan riwayat
klaudikasio intermiten dan terdapat kebiasaan merokok dan dislipidemia yang mnyebabkan
proses atherosklerosis pembuluh darah. Pada pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan
gangguan irama dan kelainan pada jantung yang biasanya menyebabkan emboli.
ALI pada pasien ini dikategorikan grade IIA menurut klasikasi rutherford dimana
didapatkan gangguan sensorik minimal dan tidak disertai gangguan motorik dan berdasarkan
klasifikasi fontaine dikategorikan stage II karena didapatkan klaudikasio intermitent.
Penatalaksanaan ALI pada pasien ini diberikan terapi trombolitik berupa streptokinase dan
heparinisasi setelah dilakukan imaging echo dopler. Penatalaksaan pada acute limb ishemia
tergantung derajat, onset dan lokasi trombus. Berdasarkan rutherford penatalaksanaan pada
pasien ini sudah sesuai berdasarkan algoritma penatalaksanaan ALI grade II A yaitu berupa
revaskularisasi baik berupa agen trombolitik maupun tidakan endovaskular yang sebelumnya
terlebih dahulu dilakukan imaging.
Adapun faktor risiko terjadinya ALI yang tergolong Penyakit Arteri Perifer pada
26
pasien ini adalah adanya kebiaaan merokok, hipertensi dan dislipidemia. Ini sesuai dengan
literatur dimana merokok, hipertensi, dislipidemia. Merokok meningkatkan resiko PAP 4x
lipat dan onset terjadi PAP berhubungan dengan jumlah batang yang dihisap dan juga
lamanya merokok. Hipertensi pada pasien ini dikategorikan hipertensi stage II. Diagnosis ini
didukung dari anamnesis didapatkan sakit kepala yang menjalar ke tengkuk, tidak ada
keluhan-keluhan yang mendukung adanya kerusakan organ target seperti sesak nafas, nyeri
dada, mata kabur dan lain-lain. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/100
mmHg dan pada pemeriksaan penunjang EKG tidak ditemukan tanda-tanda iskemik dan
pada konsul mata juga tidak didapatkan kesan adanya papil edema. Penatalaksanaan
hipertensi pada pasien ini diberikan obat anti hipertensi dua kombinasi captopril yaitu
golongan ACE inhibitors dan amlodipine golongan Calsium antagonis. Hampir semua
penelitian epidemiologi menunjukkan hubungan hipertensi dengan PAP dimana 50-92%
didapati PAP dengan hipertensi. Pada penelitian NHANES dan PARTNERS melaporkan
hubungan PAP dengan hipertensi masing-masing 74% dan 92% Selain hipertensi faktor
risiko pada pasien ini yaitu dislipidemia dimana didapatkan kolesterol total 293 mg/dl,
kolesterol LDL 213,6 mg/dl, HDL 43 mg/dl dan Trigliserida 182 mg/dl. Penatalaksanaan
dislipidemia pada pasien ini yaitu pemberian golongan statin yaitu simvastatin. NHANES
melaporkan lebih dari 60% individu dengan PP terdapat hiperkolesterolemia sedang
PARTNERS menemukan hiperlipidemia pasien dengan PAP sebesar 77%
Pada pasien ini juga didiagnosis sebagai Acute on CKD ec nefrosklerosis hipertensi
karena pada pasien ditemukan hipertensi dengan gangguan ginjal dengan nilai ureum dan
kreatinin yaitu 76 mg/dl dan 3,1 mg/dl. Dalam perjalanannya kegagalan fungsi ginjal
mengalami perburukan yang terlihat dari peningkatan ureum dan kreatinin. Perburukan
fungsi ginjal juga disertai komplikasi uremic ensefalopati dan asidosis metabolik. Pada
awalnya pentalaksanaan bersifat konservatif tetapi pada akhirnya diputuskan untuk
hemodialisa.
Pada pasien ini juga didapatkan kegagalan pada sistem hematologi yang awalnya
berupa heparin induced trombositopenia dimana terdapat penurunan jumlah trombosit yang
signifikan dari 200.000/mm3 menjadi 33.000/mm3. Oleh karena sudah terjadi heparin
induced trombositopenia pemberian heparin dihentikan. Setelah pemeriksaan ulang darah
didapatkan pasien mengalami DIC dengan Scor DIC 7 dan diberikan terapi substitusi
27
trombosit, FFP, Cryopresipitat. Tetapi FFP dan Cryopresipitat belum diberikan karena
menunggu donor. Heparin induce trombositopenia mempunyai komplikasi trombosis baik
pada arteri dan vena.9 Ini terbukti dari peningkatan D dimer dari 10 ug/ml menjadi 15 ug/ml
yang menandakan trombosis yang terjadi semakin hebat. Kemungkinan trombosis yang
terjadi pada pasien ini adalah trombosis pada ginjal yang menyebabkan perburukan fungsi
ginjal yang cepat, trombosis pada otak yang menyebabkan pasien mengalami penurunan
kesadaran serta kemungkinan terjadinya perdarahan intraserebral belum bisa disingkirkan
tetapi pembuktian berupa CT Scan tidak bisa dilakukan karena kondisi pasien yang tidak
stabil.
Selain itu revaskularisasi yang dilakukan pada penderita ALI bisa berbahaya bagi
penderita. Penurunan perfusi pada tungkai mengakibatkan pelepasan zat toksik radikal bebas
dari daerah yang mengalami iskemia dan memasuki sirkulasi sistemik. Ini akan
mengakibatkan gangguan fungsi pada organ ginjal,paru,jantung dan otak. Hal ini dikenal
sebagai cedera perfusi dan bisa mengakibatkan kematian.12 Pada pasien ini sudah terjadi
kegagalan 3 organ yaitu otak, ginjal dan sistem hematologi. Oleh sebab itu kemungkinan
sebab kematian pada pasien ini adalah multiple organ disfunction syndrome.
Daftar Pustaka
1. Norgen et al. Inter Society Concennsus for the Management of Peripheral Arterial
Disease (TASC II) in Journal of Vascular Surgery
2. Makovic JN et al. Acute Limnb Ischemia. ACS Surgery. Priciples on Clinical Practice
2012
3. Lyden SP, Joseph D. The Clinical Presentation of Peripheral Arterial Disease and
Guidance for Early Recognition.http//www.occjm.org
28
4. Robert B, Rutherford. Clinical Staging of Acute Limb Ischemic as The Basis for Choice
of Revascularization Methode
5. Bakta I. Hematologi Klinik Ringkas.Jakarta. EGC.2006
6. Sukrisman L. Koagulasi Intravaskular Diseminata. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II
edisi IV. Jakarta : Interna Publishing 2009.
7. Herwanto V amin Z sindroma disfungsi organ multiple : patofisiologis dan diagnosa
majalah kedokteran Indonesia, volume 59 : 11 november 2009: P 547-54
8. Kelly L et al. Heparin Induced Thrombocytopenia. http//intechopen.com
9. Adam J. Dislipidemia.Dislipidemia. Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta : Penerbitan IPD FK UI, 2006 :hal 1926
10. PERKENI. Petunjuk Praktis Penatalaksanaan Dislipidemia. Jakarta. PB PERKENI.2004
1-2,17
11. Jonathan et al. Metabolic Concequnces of Acute Limb Ischemia and Their Clinical
Implication. Seminars in Vascular Surgery
29