Anda di halaman 1dari 4

1.

Patofisiologi terjadinya nefrosklerosis hipertensi


a. Pada Benign Hipertensi
-

Terjadi penebalan tunika intima di arteriol afferent oleh karena vaskulosis plasma.

Terjadi fibrosis tunika media sehingga lumen menyempit

Kemudian terjadi iskemik glomerulus yang berlanjut dengan sclerosis glomerulus


yang mengakibatkan atrofi tubulus dan fibrosis di jaringan intertisial sehingga
ginjal mengecil.

b. Pada malignan Hipertensi


-

Peningkatan tekanan darah yang sangat cepat dapat merusak arteri renal, arteriol
dan glomerulus

Terjadi fibrinoid necrosis pada arteriol afferent dan interlobular arteri sehingga
terjadi perdarahan pada kapsul ginjal

2. Komponen laju filtrasi glomerulus


Laju filtrasi glomerulus : laju rata-rata penyaringan darah yang terjadi di glomerulus.
Nilai LFG menandakan fungsi eksresi ginjal.
Komponen system filtrasi glomerulus:
-

Sel endotel

Membrane basal glomerulus

Sel epitel (podosit).

3. Kenapa kreatinin yang digunakan untuk menghitung GFR?


Kreatinin hanya mengalami proses filtrasi di glomerulus dan minimal sekresi di tubulus,
sedangkan ureum mengalami reabsorpsi di tubulus.
4. Kenapa CKD Epe dipakai untuk LFG
Macam metode pengukuran LFG
a. Metode Cockroft- Gault (CG)
Keuntungan : sederhana secara matematika

Kelemahan :
memperkirakan bersihan kreatinin 24 jam, bukan LFG
Penelitian terbatas pada orang kaukasia dan hanya 4% perempuan
Serum kreatinin diukur tidak dengan metode standar
Tidak akurat pada orang obese/edema karena hanya menggunakan berat badan
b. Metode Modofication of diet in reanl disease (MDRD)
Keuntungan : dapat memperkirakan LFG yang sebenarnya oleh karena diukur dengan
clearance urin iothalamat dan diindeks dengan LPS
Kelemahan : underestimated untuk LFG>60 ml/menit
Kreatinin serum yang dilakukan menggunakan metode jaffe
c. Metode CKD Epi
Kelemahan :
akurasi 30%
koreksi spesifik untuk etnis asia masih dipertanyakan
konsumsi daging dan buah sebelum nya mempengaruhi hasil
tidak mendeteksi penurunan fungsi ginjal mendadak
tidak ada penelitian pada geriatric
5. Kenapa penyakit ginjal cenderung progresif
Pada gagal ginjal akut terjadi kerusakan pada sel epitel tubulus yang dapat beregenerasi
sehingga reversible. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, kerusakan di tingkat nefron
yang iireversible, sehingga ketika ada nefron yang hilang, nefron yang tersisa menjadi
meningkat beban kerjanya dan terjadi peningkatan tekanan filtrasi gromerolus dan
hiperfiltrasi. Keadaan ini memicu terjadinya sklerosis glomerulus sehingga destruksi dan
penyusutan nefron semakin meningkat dan terjadi uremia. Uremia bersifat toksik dan
dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis sehingga penyakit ginjal menjadi progresif.
6. Dimana kerja ADH dan Lasix
ADH : reseptor (V2) terletak di nefron di distal ginjal, fungsinya memperantrai efek
vasopresin terhadap osmolalitas. ADH meningkatkan jumlah kanal air aktif di membrane
sel duktus colligens ginjal sehingga air bebas dapat dihemat.

Lasix : bekerja di ansa henle bagian asenden


7. Hormon-hormon yang mengatur keseimbangan cairan tubuh:
a. ADH:
-

Keadaan kekurangan air akan meningkatkan osmolalitas darah dan kelenjar


hipofisis akan melepaskan ADH

ADH menurunkan produksi urine dengan meningkatkan reabsorpsi air di tubulus


ginjal

b. Aldosteron
-

Merupakan suatu mineralkortikoid yang diproduksi oleh korteks adrenal

Kekurangan cairan akan mengakibatkan aldosteron di eksresikan

Aldosteron bekerja dengan mengeksresi kalium dan mengabsorpsi natrium

c. Glukokortikoid
-

Sekresi normal tidak mempengaruhi keseimbangan cairan, jika berlebihan


( sindrom cushing) dapat menyebabkan retensi natrium dan air.

8. Cara mengkoreksi Natrium


-

Hiponatremia Akut : hiponatremia berlangsung cepat yaitu kurang dari 48 jam


Gejala klinis : penurunan kesadaran , kejang
Koreksi larutan hipertonik :
1 jam pertama : 5 meq/L dari kadar natrium awal, selanjutnya 1 meq/L/jam
sampai kadar natrium 130 meq/L
Rumus menentukan kadar natrium yang dibutuhkan
0,5 x BB (kg) x Natrium

Hiponatremia kronis : hiponatremia berlangsung lambat yaitu > 48 jam


Gejala klinis : lemas dan mengantuk
Koreksi : 0,5 meq/L/jam (maksimal 10 meq/L dalam 24 jam)

9. Grade Hidronefrose :
Grade O : tidak ada dilatasi

Grade 1 : dilatasi pelvis renalis, tanpa dilatasi kaliks, kaliks berbentuk tumpul
Grade 2 : dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks mendatar (flattening)
Grade 3 : dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor, kaliks minor tanpa adanya penipisan
korteks, kaliks menonjol (clubbing)
Grade 4 : dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor, kaliks minor, penipisan korteks, kaliks
menggembung (ballooning).

Anda mungkin juga menyukai