Malaria disebabkan protozoa dari genus Plasmodium, famili plasmodiiae dan ordo
coccidiidae. Di Indonesia terdapat 4 jenis plasmodium, yaitu; Plasmodium falciparum
penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria berat, plasmodium vivax
penyebab malaria tertiana, Plasmodium malaria penyebab malaria kuartana dan
plasmodium ovale jarang dijumpai di Indonesia. Plasmodium falciparum merupakan
spesies yang paling berbahaya dan sering mengancam jiwa. Parasit malaria ditrasmisikan
dari orang satu ke yang lainnya melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.Plasmodium
berkembang dalam tubuh nyamuk, terakumulasi dalam liur.Pada penderita malaria dapat
terinfeksi lebih dari satu jenis Plasmodium yang disebut infeksi Campuran (mixed
infection). Jenis infeksi campuran yang sering adalah plasmodium falciparum dengan
plasmodium vivax atau/dan plasmodium malariae. Di daerah dengan tingkat penularan
tinggi dapat dijumpai tiga jenis perasit sekaligus.1
Malaria ditransmisikan oleh beberapa spesies nyamuk Anopheles. Trasmisi ini
tidak terjadi pada temperatur dibawah 160 C, atau diatas 330 C dan ketinggian lebih dari
2000 m. Kondisi Optimum adalah pada kelembapan tinggi dengan temperatur antar 20
dan 300 C. Area yang banyak didapatkan nyamuk adalah rawa-rawa yang berhubungan
dengan tingginya angka kejadian malaria. Air tergenang
MANIFESTASI KLINIK
Penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala
utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala
klinis lain sebagai berikut :
-
Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
Nafsu makan menurun
Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
plasmodium Falciparum.
Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan
kesadaran.
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya
basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu
normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa
lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita,
tergantung pada species parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya
terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Ketiga gejala
klinis tersebut diatas ditemukan pada penderita berasal dari daerah non endemis yang
mendapat penularan didaerah endemis atau yang pertama kali menderita penyakit
malaria. Di daerah endemis malaria ketiga stadium gejala klinis di atas tidak berurutan
dan bahkan tidak semua stadium ditemukan pada penderita
DIAGNOSIS MALARIA 3,4
Untuk mendapatkan kepastian Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis
penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Diagnosa pasti malaria apabila ditemukan parasit malaria dalam darah
A. Anamnesis
Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegalpegal.
Pada anamnesis juga perlu ditanyakan:
1. riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria;
2. riwayat tinggal di daerah endemik malaria;
3. riwayat sakit malaria/riwayat demam;
4. riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir;
5. riwayat mendapat transfusi darah
B. Pemeriksaan Fisik
1.
2.
3.
4.
5.
C. Pemeriksaan Laboratorium.1,2
Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis dengan metode standar pewarnaan Gimsa
penting untuk menentukan ada atau tidaknya parasit malaria, spesies Pf,Pv,Pm, Po dan
stadium plasmodium, tropozoit, sizon, gametosit, serta derajat kepadatan parasit.
Pada pemeriksaan sediaan darah tersangka malaria berat perlu memperhatikan : bila
pemeriksaan sedian pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai 3 hari
berturut turut. Bila Hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut turut
tidak ditemukan parasit, maka diagnosis malaria dapat disingkirkan. Tes diagnosis lain
yang tersedia ; Tes antigen : P-F test (HRP-2), tes serologi dan Pemeriksaan PCR
(Polymerase Chain Reaction).
PENATALAKSANAAN
Penatatalaksanaan malaria meliputi : 1
1. Istirahat : agar tidak semakin memberatkan kondisi hipermetabolik
2. Dukungan Nutrisi berbasis makronutrien dan mikronutrien serta obat-obat
simtomatis
progresivitas penyakit
3. Pemberian Antimikroba, antimalaria
4. Pentalaksanaan penyulit
Atau
Tabel 3. Pengobatan infeksi Campuran P. Falciparum dengan
P. Vivax/P.Ovale dengan artesunat + Amodiakuin
ASCARIASIS
Ascariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides biasa disebut round
worm of man yaitu suatu penyakit parasit usus pada manusia yang terbesar, disebut
juga cacing gelang. Penyebarannya luas dan merata di daerah tropic, sub-tropik dan lebih
banyak ditemukan di daerah pinggiran dibandingkan di kota. Cacing ini hidup di rongga
usus halus. Di Indonesia, penderita Askariasis didominasi oleh anak-anak. Penyebab
penyakit ini bisa karena kurangnya pemakaian jamban keluarga dan kebiasaan memakai
tinja sebagai pupuk6,7.
PENYEBAB
Ascariasis disebabkan oleh mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi roundworm eggs.ascariasi adalah infeksi cacing pada usus yang paling
umum. Ditemukan pada orang yang higienisnya buruk, sanitasi yang jelek, dan
penggunaan feses sebagai pupuk6,7.
SIKLUS HIDUP
Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat
mengandung telur askariasis yang telah dubuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21
hari. bila terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan
tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris.
Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus.
Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti
sistem peredaran, yakni hati, jantung dan kemudian di paru-paru.
Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus,
trakea, kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di
usus, larva akan menjadi cacing dewasa.
Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini
pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila
penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya
GEJALA PENYAKIT6,7
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paruparu akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda
seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat
yang akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna
seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing
masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing
dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat
menyebabkan akut abdomen.
PATOGENESIS6,7
Ada dua fase ascariasis
1. fase perpindahan larva dari darah ke paru-paru. Selama perpindahannya ke paruparu larva menyebabkan pneumonia. Gejala pneumonia ini adalah demam rendah,
batuk, ada sedikit darah di sputum, asma. Sejumlah bessar wanita, menigkat
reaksi alerginya. Umumnya ada eosinofil. Manifestasi klinik ini disebut juga
Loefflers syndrome
2. fase dewasa di usus. Adanya sedikit cacing dewasa di usus halus tidak
menghasilkan gejala, tapi bisa meningkatkan nyeri pada abdominal yang samarsamar atau intermiten colic, terutama pada anak-anak. Penyakit yang berat bisa
menyebabkan malnutrisi. Manifestasi yang lebih serius telah diteliti. Penyebaran
cacing dewasa bisa dihambat oleh lumen apendik atau cairan empedu dan
mengalami pervorasi pada dinding usus. Komplikasi ascaraiasis bisa terjadi
seperti obstruksi usus , apendikcitis, biliari ascariasis, perforasi usus, cholecystitis,
pancreatitis dan peritonitis dll.yang paling banyak adalah biliary ascariasis.
Hospes dan distribusi
Hospes atau inang dari askariasis adalah manusia. Di manusia, larva askariasis akan
berkembang menjadi dewasadan mengadakan kopulasi serta akhirnya bertelur. Penyakit
ini bersifat kosmopolit, terdapat hamnpir diseluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar
70-80%.
Factor yang mempengaruhi penyebaran
1. siklus hidup yang sederhana
2. jumlah telur yang banyak
3. telur resisten terhadap desinfektan, telur dapat bertahan sampai beberapa tahun
4. social custom and living habit
10
11
5. pirantel
12
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien perempuan, umur 28 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam
RSUP dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 15 April 2015 dengan :
Keluhan utama:
Demam yang semakin meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
-
Demam yang semakin meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
demam sudah dirasakan pasien sejak 1 bulan yang lalu, demam tinggi, berkeringat
banyak dan menggigil, demam terutama dirasakan pasien sangat tinggi pada saat
malam hari, demam naik turun, dan pasien merasakan tidak demam hanya selama
2-3 jam dalam sehari.
Batuk sejak 2 bulan yang lalu, batuk berdahak, dahak warna putih kekuningan,
riwayat batuk berdarah tidak ada, saat ini batuk sudah tidak ada.
Riwayat keringat pada malam hari ada, sejak 1 bulan yang lalu
lemah dan letih meningkat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Lemah
dan letih sudah dirasakan pasien sejak 1 bulan yang lalu terutama dalam
aktifitas sehari-hari, semakin lama badan semakin terasa cepat lelah bila
beraktifitas.
Penurunan nafsu makan ada, sejak 2 minggu yang lalu, makan hanya setengah
piring setiap kali makan
Mual ada, muntah ada, sejak 1 minggu yang lalu, frekuensi 2 kali sehari, muntah
berisi apa yang dimakan, muntah tidak menyemprot, riwayat muntah darah tidak
ada.
Pucat ada, baru disadari pasien sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
13
Riwayat makan obat-obatan rutin dalam jangka waktu yang lama tidak ada.
riwayat batuk-batuk lama dan konsumsi OAT selama 6 bulan tidak ada.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini sebelumnya.
Pasien tinggal dan bekerja dipasaman barat, yang merupakan salah satu daerah
endemis malaria.
14
Pemeriksaan Umum
Kesadaraan
Keadaan Umum
: Sedang
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Frekuensi Nadi
Frekuensi Nafas
: 20 x/mnt
Suhu
: 39,50C
BB
: 48 kg
TB
: 160 cm
BMI
: 18,7 (normoweight)
Ikterus
: (-)
Edema
: (-)
Anemia
: (+)
Kulit
Kepala
: Normocephal
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
15
Dada :
Paru depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Fremitus kanan=kiri
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas jantung : atas RIC II, batas kanan LSD, batas kiri 1
Paru belakang
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Punggung
Alat kelamin
Anus
Anggota Gerak
16
Laboratorium
Hemoglobin
: 5,8 gr/dl
Leukosit
: 5800/mm3
Trombosit
: 110.000/mm3
Hematokrit
: 17 %
Hit Jenis
: 0/0/8/61/30/1%
LED
: 105 mm/jam
: Anisositosis, normokrom,polikromasi
Lekosit
Trombosit
: jumlah kurang
Urinalisis:
Protein
: Negatif
Glukosa
: Negatif
Leukosit
: 0-1/LPB
Eritrosit
: 0-1/LPB
Silinder
:-
Kristal
:-
Epitel
: gepeng +
Bilirubin
:-
Urobilinogen
:+
Kesan
17
Feses:
Makroskopis :
Mikroskopis:
Warna
: kuning
Leukosit
: 0-1
Konsisten
: lunak
Darah
:-
Amuba
Lendir
:-
Telur cacing : -
Eritrosit : 0-1
:-
EKG
Irama
: sinus
HR
: 104 x /menit
ST Segmen
: isoelektrik
Axis
: normal
Gel T
: normal
Gel P
: normal
SV1+RV5
<35
Kesan
QRS Komplek
R/S V1
: 0,08 dtk
<1
: sinus takikardia
Daftar Masalah
Demam
TB paru
Anemia
Trombositopenia
Diagnosis Kerja :
Malaria
Tuberkulosis paru duplex
Anemia Berat normositik normokrom ec hemolitik non autoimun ec malaria
Diagnosis Banding :
Anemia berat normositik normokrom ec hemolitik ec autoimun
Terapi :
Istrirahat / MB 1700 kkal ( karbohidrat 900 kkal, protein 48 gram, lemak 600
kkal)
IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
18
Paracetamol 3x 500 mg
Pemeriksaan anjuran :
Follow Up
16 April 2015
S / Demam (+), Pucat (+), Perdarahan(-), Mual (+), Muntah (-)
O/ KU : Sedang
Nadi : 90x/
Kes
Nafas
: CMC
TD : 100/60 mmHg
: 20x/
19
Suhu : 38C
:
Malaria
Advise :
Cek slide darah tepi malaria
Keluar Hasil Coomb Test :
Coomb Test : Positif
ICT
: Negatif
DCT
: 1 positif strong
20
:
Anemia Berat Normositik normokrom ec hemolitik ec autoimun
Sindroma Evans sekunder
Advise :
Transfusi WRC
Inj. Metil prednisolon 3x 125 mg selama 3 hari
Inj. Metil prednisolon 2x 125 mg selama 1 hari
Inj metil prednisolon 1x 125 selama 1 hari
Lanjut metilprednisolon oral 0,8 mg/KgBB/Hari
Osteocal 1x1 tab
Lansoprazole 1x 30 mg
Skrining antibody
Cari kemungkinan penyebab lain anemia hemolitik ( HbsAg, Anti HCV, Rapid Test
HIV)
17 April 2015
S / Pucat (+), Perdarahan(-), Mual (+), muntah (-), Demam (+)
O/ KU : Sedang
Nadi : 90x/
Kes
: CMC
Nafas
TD : 110/70 mmHg
: 20x/
HbsAg
Anti HCV
Rapid Test HIV
: non reaktif
: non reaktif
: negatif
:
Malaria Vivax
21
Suhu : 38,5C
Advise :
Kina 3x2 tab selama 1 minggu
Doxiciclin 2 x 100 mg selama 1 minggu
Primaquin 1x 3 tab selama 3 hari, lanjut 1x 1 tab selama 14 hari
Keluar Hasil BTA 1 : Negatif
20 April 2015
S / Demam (+), mual (+), Mual (+), Muntah (-)
O/ KU : Sedang
Nadi : 88x/
Kes
Nafas
: CMC
TD : 120/70 mmHg
: 20x/
Suhu: 38C
22
22 April 2015
S / Demam (+), mual (+), keluar cacing dari mulut (+)
O/ KU : Sedang
Nadi : 88x/
Kes
Nafas
: CMC
TD : 120/70 mmHg
: 20x/
Suhu: 37,8C
A/Ascariasis
P/ Cek Feses rutin
Keluar hasil Feses rutin :
Ditemukan telur cacing Ascariasis Lumbricuides
Keluar hasil Labor :
Hb
: 8,1 g/dl
Leukosit
: 7570/mm3
Ht
: 25%
Trombosit
: 73.000/mm3
Ascariasis
Advise :
Pirantel pamoat 1x 500 mg
Konsul Konsultan Pulmonologi:
Kesan
:
Bukan TB paru
Fikirkan juga sindroma loffler
Advise :
Therapi lain lanjut
23
29 April 2015
S / Demam (+) menggigil (+), perdarahan (-), Mual (+), Muntah (-)
O/ KU : Sedang
Nadi : 88x/
Kes
Nafas
: CMC
TD : 120/70 mmHg
: 20x/
Suhu: 38,5C
Kesan
Cold Antibody
Saran
golongan darah dan uji silang serasi dengan metode pre warm.
Advis
Cold AIHA
24
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 28 tahun sejak tanggal 15 April 2015
dengan diagnosis akhir :
Malaria vivax ( B.51)
Ascariasis (B 77.9)
Anemia sedang normositik normokrom ec Hemolitik ec Autoimun ( D 59.1)
Diagnosis Malaria ditegakan dari Anamnesis, Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan
Penunjang. Pasien datang dengan keluhan demam tinggi sejak 1 minggu yang lalu,
demam berkeringat banyak dan menggigil. Pasien tinggal didaerah pasaman barat yang
merupakan daerah endemis malaria. Satu minggu sebelumnya pasien telah diperiksa
parasit malaria dengan hasil plasmodium falsifarum dan mendapat terapi darplex dan
primaquin selama 3 hari. Satu minggu kemudian pasien dirawat kembali dengan keluhan
demam tinggi yang disertai menggigil dan berkeringat banyak. Dari hasi pemeriksaan
fisik ditemukan hepatomegali dan konjungtiva yang anemis dan dari pemeriksaan darah
ditemukan
plasmodium
vivax,
Hb:5,8
gr/dl,
Leukosit:
5800/mm3,Trombosit:
110.000/mm3, Hematokrit: 17 %.
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium. Pada manusia
Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Keempat spesies Plasmodium yang yang
terdapat di Indonesia yaitu Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika,
Plasmodium vivax yang yang menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium malariae yang
menyebabkan malaria kuartana, dan Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale.
Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis Plasmodium, dikenal sebagai infeksi
campuran atau majemuk (mixed infection). Pada umumnya dua jenis Plasmodium yang
paling banyak dijumpai adalah campuran antara Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax atau Plasmodium malariae. Kadang- kadang dijumpai tiga jenis Plasmodium
sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi.
Dari penelitian Laylla,et all, bahwa kelainan hematologi yang terjadi pada malaria
bervariasi yaitu anemia, trombositopeni dan splenomegali. Trombositopenia terjadi pada
permulaan penyakit dan berangsur membaik setelah beberapa hari perawatan, hal ini
25
sesuai pada pasien dimana pada awal masuk trombositnya rendah sekitar 110.000/mm3.
Trombositopenia adalah umum untuk semua penderita malaria, hal ini disebabkan oleh
peningkatan pembersihan limpa.
Pasien ini di terapi dengan Kina 3x2 tab selama 1 minggu, Doxiciclin 2 x 100 mg
selama 1 minggu, Primaquin 1x 3 tab selama 3 hari, lanjut 1x 1 tab selama 14 hari.
Setelah diterapi selama 1 minggu, dilakukan pemeriksaan malaria ulang dengan hasil
negatif. Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan
pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta
memutuskan rantai penularan. Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam
keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus
makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
Anemia pada pasien ini awalnya ditegakan sebagai anemia hemolitik non autoimun
yang disebabkan oleh penyakit malaria pada pasien ini. Tetapi dalam penelusurannya
didapatkan coomb test positif dengan ICT negatif (-) dan DCT positif (1+ s). Untuk
menentukan jenis anemia hemolitik autoimun pada pasien ini dilakukan pemeriksaan Iso
serology-immunohaemotology dengan hasil : Tidak ditemukan adanya auto immun
antibodi ( DCT:negatif), yang coated pada sel darah merah os (invivo), dalam serum Os
ditemukan adanya irreguler allo antibody non spesifik yang reaktip pada suhu 20 C,
terhadap semua sel panel, dengan kesan Cold Antibody, dan apabila pasien memerlukan
tranfusi darah, lakukan pemeriksaan golongan darah dan uji silang serasi dengan metode
pre warm. Selain Anemia, Pasien juga mengalami trombositopenia, sehingga bisa
difikirkan suatu sindrom evans sekunder.
Pasien ini diterapi dengan inj. Metil prednisolon 3x 125 mg selama 3 hari pertama,
2x 125 mg 1 hari berikutnya dan 1x 125 mg 1 hari berikutnya. Kemudian dilanjutkan
dengan metilprednisolon oral 0,8 mg/KgBB/hari. Kortikosteroid : 1-1,5 mg/kgBB/hari.
Menurut literatur Dalam 2 minggu sebagian besar pasien AIHA akan menunjukan respon
klinis baik, Nilai normal dan stabil akan dicapai pada hari ke 30 sampai hari ke 90. Bila
ada tanda respon terhadap steroid, dosis diturunkan tiap minggu 10-20 mg/hari.
Ascariasis pada pasien ini ditegakan dengan ditemukannya telur ascariasis pada
pemeriksaan feses rutin dan adanya cacing ascariasis yang keluar dari mulut pasien.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Sudoyo, Aru.W. dkk. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, Edisi IV.
Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
2. Nasronudin,dkk. 2011. Penyakit Infeksi di Indonesia solusi kini dan Mendatang,
Edisi II. Surabaya : Pusat penerbitan dan percetakan Unair.
3. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5
TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA LAKSANA MALARIA. Jakarta.
4. Gandahusada,Srisasi, dkk.2003. Parasitologi Kedokteran, edisi III. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
5. Plasmodium vivax recurrence following falciparum and mixed species malaria:
risk factors and effect of antimalarial kinetics.Douglas NM, Nosten F, Ashley EA,
Phaiphun L, van Vugt M, Singhasivanon P, White NJ, Price RN - Clin. Infect. Dis.
- Mar 2011; 52(5); 612-20
6. Abdi, Yakoub Adden, Handbook of Drug for Tropical Parasitic Infection 2end
edition.2003. Taylor & Francis
28