1. HORMON STEROID
1.1 KELENJAR ADRENAL
Kedua kelenjar adrenal, yang masing-masing mempunyai berat kirakira 4 gram, terletak di kutub superior kedua ginjal. 1 Kelenjar adrenal terdiri
dari dua lapis yaitu korteks dan medula adrenal. Korteks adrenal menghasilkan
banyak hormon steroid, dan yang paling penting adalah kortison, aldosteron,
dan androgen adrenal, sedangkan medula adrenal menghasilkan katekolamin.
Penyakit-penyakit kelenjar adrenal yang menyebabkan endokrinopati seperti
sindrom cushing, penyakit addison, hiperaldosteronisme, dan sindrom
hiperplasia adrenal kongenital.2
1.1.1
Korteks adrenal
Sel-sel korteks dapat mensintesis kolesterol dan mengambilnya dari
kuat,
mencakup
kira-kira
90%
dari
seluruh
aktivitas
Medula adrenal
Adenoma
Karsinoma
sistem
vasokonstriktor
pada
jaringan
pembuluh
darah,
yang
mengaktifkan
kortisol
dari
bentuk
11-keto
trigliserida
menstimulasi
menyebabkan
aktivitas
di
dalam
lipoprotein
hiperinsulinemia,
jaringan
lipase
adiposa.
yang
menyebabkan
Hiperkortisolemia
kemudian
terjadinya
berpotensi
lipolisis
intravaskular, dan meningkatkan ambilan asam lemak tidak jenuh dan gliserol
jaringan
lemak
viseral
dan
obesitas
sentral
pada
pasien
hiperkortisolemia.9
2.3 GEJALA DAN TANDA
Banyak tanda dan gejala sindrom cushing yang menyertai kerja
glukokortikoid. Mobilisasi jaringan ikat suportif perifer menyebabkan
kelemahan otot dan kelelahan, osteoporosis, striae kulit, dan mudah berdarah
bawah kulit. Peningkatan glukoneogenesis hati dan resistensi insulin
menyebabkan gangguan toleransi glukosa. Diabetes melitus klinis dijumpai
pada 20% pasien yang mungkin bersifat individu dengan predisposisi diabetes.
Hiperkortisolisme mendorong penumpukan jaringan adiposa pada tempattempat tertentu khususnya di wajah bagian atas (moon face), daerah antara
kedua tulang belikat (buffalo hump) dan mesenterik (obesitas badan). Alasan
untuk distribusi yang aneh dari jaringan adiposa ini belum diketahui, tetapi
berhubungan dengan resistensi insulin dan atau peningkatan kadar insulin.
Wajah tampak pletorik tanpa disertai dengan peningkatan kadar sel darah
merah. Hipertensi sering terjadi, dan bisa dijumpai perubahan emosional,
mudah tersinggung dan emosi labil sampai depresi berat, bingung, atau
psikosis.
Pada
wanita,
peningkatan
kadar
androgen
adrenal
dapat
sering)
adalah
lebih
sugestif sindrom
cushing.6Tanda yang
didalamnya
fase
depresi
gangguan
afektif,
alkoholisme,
Obat ini menekan produksi kortisol dan menurunkan kadar kortisol plasma
dan urin. Pasien dengan hiperplasia bilateral mengalami peningkatan kadar
ACTH absolut dan relatif. Terapi harus ditujukan untuk menurunkan kadar
ACTH. Pengobatan ideal adalah pengangkatan. Kadang-kadang (terutama
dengan produksi ACTH ektopik) eksisi tidak memungkinkan oleh karena
penyakit sudah lanjut. Pada keadaan ini, medik atau adrenalektomi bisa
memperbaiki hiperkortisolisme.6, 17
Ketokonazol adalah obat yang banyak digunakan dalam farmakoterapi
sindrom cushing. Ini adalah derivat imidazol antifungal yang menghambat
beberapa langkah dalam sintesis kortisol, khususnya dengan menghambat
aktivitas C17,20 lyase dan 17-hydroxylase. Ketokonazol juga menghambat
biosintesis kolesterol, bekerja secara langsung dengan menghambat perubahan
metil sterols menjadi kolesterol dan secara tidak langsung menekan sintesis
kolesterol melalui inhibisi umpan balik HMG-CoA reduktase.9
2.6 PROGNOSIS
Adenoma adrenal yang berhasil diobati dengan pembedahan
mempunyai prognosis baik dan tidak mungkin terjadi kekambuhan. Prognosis
bergantung pada efek jangka lama dari kelebihan kortisol sebelum
pengobatan, terutama aterosklerosis dan osteoporosis.6,18 Prognosis karsinoma
adrenal adalah sangat buruk, disamping pembedahan. Laporan-laporan
memberi kesan survival 5 tahun sebesar 22%. Usia yang kurang dari 40 tahun
dan jauhnya metastasis berhubungan dengan prognosis yang buruk.6
Peningkatan risiko kardiovaskular pada pasien ini mempengaruhi
morbiditas dan mortalitas. Faktor risiko ini termasuk obesitas sentral,
hipertensi, toleransi glukosa terganggu, dislipidemia, dan hiperkoagulabilitas.
Prevalensi hiperkoagulabilitas terjadi pada 54% pasien.10
2.7 CUSHING SYNDROME PADA SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMTOSUS
ILUSTRASI KASUS
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 15 tahun di bagian Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 7 Mei 2015dengan:
Keluhan utama : (alloanamnesis dan autoanamnesis)
Nyeri sendi kedua tangan dan kedua kaki meningkat sejak 7 hari sebelum masuk
rumah sakit.
Riwayat Penyakit sekarang
Nyeri sendi kedua tangan dan kedua kaki meningkat sejak 7 hari sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri sendi sudah dirasakan sejak 8 bulan yang lalu.
Nyeri sendi tidak disertai dengan kemerahan pada persendian, tidak terasa
panas, dan sendi tidak tampak membengkak. Kekakuan sendi pada sendi tidak
ada.
Kedua pipi tampak memerah apabila terkena sinar matahari sejak 8 bulan yang
lalu. Dalam 2 bulan ini, seluruh muka pasien tampak memerah walaupun
tanpa terkena sinar matahari.
Rambut rontok sejak 8 bulan yang lalu, saat ini sudah mulai berkurang, tetapi
dirasakan rambut bertambah tebal dan muncul kumis serta rambut-rambut
halus pada punggung sejak 5 bulan yang lalu. Rambut-rambut pada kedua
tangan, tungkai, ketiak, alat kelamin tidak ada.
Nafsu makan berkurang sejak 8 bulan yang lalu selama 2 bulan, makan hanya
2 kali per hari, 5 sendok perkali makan. Kemudian, nafsu makan meningkat
sejak 6 bulan ini menjadi 3 kali sehari 1 hingga 1,5 piring perkali makan.
Penurunan berat 20 kg dalam 1 bulan 8 bulan yang lalu. Sejak 6 bulan ini,
berat badan pasien meningkat 5 kg.
Bintik-bintik merah pada kedua telapak tangan dan kaki 8 bulan yang lalu,
saat ini tidak ada lagi.
Pasien dikenal menderita penyakit lupus sejak 7 bulan yang lalu. Awalnya
pasien dirawat di bangsal penyakit dalam RSUD Adnaan Payakumbuh pada
minggu pertama bulan November 2014 didiagnosis demam virus, 1 minggu
kemudian, pasien kembali dirawat dan menjalani pemeriksaan darah ke
laboratorium Bukittinggi, kemudian berdasarkan pemeriksaan tersebut pasien
didiagnosis menderita SLE oleh dokter. Sejak itu, pasien mendapat terapi
Metilprednisolon dengan dosis awal 12-8-4 mg. Pasien rutin kontrol setiap
bulan. Pada bulan ketiga, dosis ditutunkan menjadi 12-4-4 mg. Pada bulan
keempat, dosis dinaikkan kembali menjadi 12-8-4 mg, hingga terakhir 12-8-4
mg. Riwayat putus obat ada yaitu selama 1 minggu pada bulan Januari 2014.
Muka sembab dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, makin lama makin
bertambah sembab. Riwayat sembab pada kelompak mata atas pada pagi hari
yang berkurang pada sore hari tidak ada. Sembab pada kedua tungkai tidak
ada.
Nyeri ulu hati kadang dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri berkurang
setelah makan. Riwayat nyeri ulu hati sebelumnya tidak ada. Saat ini tidak
dirasakan nyeri pada ulu hati.
Lemah, letih, lesu dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri kepala dirasakan
sejak 1 bulan ini, nyeri berdenyut, tidak terasa berat. Saat ini tidak dikeluhkan
nyeri kepala. Pasien mudah tersinggung, kadang merasa cemas, kadang
tampak termenung dan menangis sejak 1 bulan ini. Jantung dirasakan sering
berdebar-debar kencang sejak 2 minggu yang lalu, nyeri dada tidak ada. Sulit
tidur sejak 2 minggu yang lalu.
Muncul jerawat pada muka, leher belakang dan pundak sejak 2 bulan ini.
Riwayat jerawat atau ketombe sebelumnya tidak ada.Muncul bercak-bercak
kemerahan berupa garis pada kedua paha, pinggang dan ketidak sejak 1 bulan
yang lalu, bercak ini tidak nyeri. Kulit kedua ketiak disadari menghitam sejak
1 bulan ini. Kulit terasa lebih lembab sejak 1 bulan ini. Riwayat gangguan
perdarahan, kulit mudah membiru, luka sulit sembuh, kulit bertambah gelap
tidak ada.
Perut dirasakan membuncit sejak 1 bulan ini. Mual dan muntah tidak
ada.Riwayat diare tidak ada. Bengkak pada perut tidak ada.
Tekanan darah tinggi diketahui sejak 1 minggu yang lalu saat dirawat di
RSUD Adnaan, yaitu 140.
Demam tidak ada, sesak nafas tidak ada, batuk tidak ada. Riwayat batuk
berdarah tidak ada.
Riwayat mata terasa berpasir, mata kuning, kemerahan tidak ada, mata kabur
tidak ada. Gangguan penglihatan lainnya tidak ada.
Riwayat mulut terasa kering tidak ada. Riwayat sering sariawan ada sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri saat buang air kecil tidak ada, buang air kecil seperti teh atau keruh
tidak ada.
Haid pertama saat usia 12 tahun. Haid tidak teratur yaitu tidak haid selama 3
gangguan
bicara,
gangguan
bulan 8 bulan yang lalu, kemudian haid lagi selama 2 bulan, lama menstruasi
5-6 hari, tiap 30 hari, nyeri haid tidak ada, 2-3 ganti pembalut per kali. Dalam
3 bulan terakhir, pasien tidak haid.
Riwayat Pengobatan
Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari 2 orang bersaudara, tinggal di rumah bersama
kedua orang tuanya. Saat ini pasien sedang bersekolah di SMP, pasien
tergolong murid berprestasi hingga saat ini. Ayah pasien bekerja sebagai
Suhu
: 36,60 C
Kesadaran
VAS
:4
Tinggi badan
: 146kg
Nadi
: 120 x/menit, teratur,
pengisian cukup
Berat badan
: 39 kg
: CMC
BMI
:
18,3kg/m2normoweight
Nafas
: 22x/menit
Kulit
: turgor baik, petechia (-), purpura (-), ekimosis (-), oily skin (+),
discoid lesion (-),acne (+) pada kulit wajah dan punggung, facial plethora
(+),malar rush (-), acanthosis nigricans (+) pada leher belakang, striae (+) pada
kulit ketiak kiri dan kanan, pinggang kiri dan kanan, paha kiri dan kanan.
Kelenjar getah Bening : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher,
axila, inguinal, dan femoral.
Kepala : Normocephal, moon face (+)
Rambut : Hitam, mudah dicabut, tidak ada alopecia
Mata :
Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-)
Reflek cahaya +/+, diameter 3mm/3mm
Injeksi konjungtiva -/Telinga : liang telinga ADS lapang
Hidung : dalam batas normal
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, arkus faring tidak hiperemis
Gigi dan Mulut : Caries (+), stomatitis (-)
Axilla: hipertrikosis (+), striae (+)
Leher : Jugular Venous Pressure: 5-2 cmH2O, teraba kelenjar tiroid tidak teraba
membesar. Leher belakang: buffalo hump (+)
Dada :
Paru
Paru depan
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
:sonor
Paru belakang
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Palpasi
: batas kanan LSD, batas atas RIC II, batas kiri1 jari medial
o Palpasi
: 0 dari 11 kriteria
: sinus
PR interval
Heart rate
: 135x/i
Axis
: normal
Gelombang P
1,5mV
ST segmen
: isoelektrik
T inverted
: lead V1
Kesan
: 0,12detik
Labor :
Hb
: 12,9 g/dl
Ht
: 37%
Leukosit
: 11.800 /mm3
Trombosit
:221.000/mm3
LED
: 58mm/jam
Gambaran
darah
tepi:
eritrosit:
anisositosis,
normokrom,leukosit: jumlah
meningkat,netrofilia shift to
the right trombosit: jumlah
cukup, morfologi normal.
Urinalisis :
Warna
Kuni
ng
muda
pH
5,5
Protein
Glukosa
Leukosit
01/LP
B
Eritrosit
01/LP
B
Bilirubin
Urobilinoge
n
Feces rutin
Warna
Coklat
Konsistensi
Lunak
Leukosit
3-4/ LPB
Eritrosit
0-1/LPB
MASALAH
Sindrom Cushing
Amenore sekunder
Penggunaan
Neutrophylic leukocytosis
Lymphopenia
metilprednisolon
jangka panjang
Nyeri sendi
Riwayat fotosensitivitas
LVH
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Artritis Reumatoid
Polymyositis
Cushing Disease
Pseudo-Cushingoid state
Terapi
PEMERIKSAAN ANJURAN
Profil lipid
Elektrolit (Natrium,
Klorida, Kalsium)
PT, aPTT
Anti-dsDNA
ANA IF
Rontgen thorax
Konsul Ginekologi
Kalium,
GDS
Faal hepar
Bilirubin)
(SGOT,
SGPT,
8/ 5/ 2015
S/ nyeri sendi (+) berkurang, mual dan muntah tidak ada, pasien sering tampak
temenung, cepat marah, terkadang menangis
HADS Score : A7 D6
DASS 42
: D6 A13 S12
KU
Kesada
ran
TD
Nadi
Naf
as
Su
hu
V
A
S
Sedan
g
CMC
130/80m
mHg
120x/i,
regular,
pengisian
cukup
22x/
i
36,
40
C
Kreatinin
0,3 mg/dl
Kolesterol total
368 mg/dl
HDL kolesterol
53 mg/dl
LDL kolesterol
254 mg/dl
Trigliserida
304 mg/dl
PT
9,3 mg/dl
aPTT
23,9 mg/dl
Laboratorium
GDS
100 mg/dl
Natrium
142 mmol/l
Kalium
3,4 mmo/l
Klorida
110 mmol/l
Kalsium
8,8 mg/dl
Albumin
4,1 g/dl
Globulin
2,5 g/dl
Ureum
44 mg/dl
Nilai
Kesan:hiperkolesterolemia,
hiperkoagulopati
hipertrigliseridemia,
Anjuran:
Plano test
USG Fetomaternal
Axis IV
setiap hari
Axis V : GAF 80
Terapi:
Psikoterapi suportif
Rencana:
Terapi metilprednisolon dihentikan sementara selama 24 jam, pada tanggal
11/4/15 jam 00.00 WIB diberikan dexametason 1 mg (po), direncanakan cek
kortisol serum pagi jam 08.00 WIB
Cek GDP
Cek D-Dimer
9/05/2015
O/
KU
Kesada
ran
TD
Nadi
Naf
as
Su
hu
V
A
S
Sedan
g
CMC
120/70m
mHg
120x/i,
regular,
pengisian
cukup
20x/
i
36,
30
C
AGD
pH
7,42
pCO2
36 mmHg
pO2
102 mmHg
HCO3-
23,4 mmol/l
Beecf
-1,1 mmol/l
SO2
98%
GDP
117 mg/dl
Plano test
Negatif
D-Dimer
353,71 ng/dl
10/5/2015
O/
KU
Kesada
ran
TD
Nadi
Naf
as
Su
hu
V
A
S
Sedan
g
CMC
110/70m
mHg
115x/i,
regular,
pengisian
cukup
20x/
i
36,
40
C
S/ Nyeri sendi berkurang, batuk tidak ada, tampak murung (+) kadang, cepat
marah (+), bintik- bintik merah pada kulit punggung, dada atas, perut, kedua
lengan bertambah banyak, gatal (+), demam tidak ada, nyeri saat buang air
kecil tidak ada, buang air besar dalam batas normal, nafsu makan sedikit
berkurang.
O/
KU
Kesada
ran
TD
Nadi
Naf
as
Su
hu
V
A
S
Sedan
g
CMC
130/70m
mHg
120x/i,
regular,
pengisian
cukup
20x/
i
36,
30
C
Status dermatologikus I:
Lokasi
Distribusi : regional
Batas
: tidak tegas
Ukuran
: milier
Effloresensi
: papul putih
Lokasi
Distribusi : terlokalisir
Batas
: tegas
Ukuran
: 5x2x0,5 cm
Effloresensi
: striae rubra
patologis lainnya
A/
Miliaria impetigenisata
Terapi:
Salisil Talk
Loratadine 1x 10 mg (po)
P/
Konsul kulit
S/ Nyeri sendi tidak ada, bintik merah pada kulit (+) berkurang, gatal (+),
demam tidak ada
KU
Kesada
ran
TD
Nadi
Naf
as
Su
hu
V
A
S
Sedan
g
CMC
110/70m
mHg
110x/i,
regular,
pengisian
cukup
20x/
i
36,
30
C
Konsul kulit
Pemeriksaan KOH 10%: tidak ditemukan pseudohifa dan
blastospora
Kesan: Miliaria
Terapi:
Losio Faberi
Leukosit
Hitung leukosit
Kalium
TTGO
Puasa
30 menit
60 menit
90 menit
120 menit
19.300/mm3
0/0/1/87/12/0 %
3,2 mmol/l
105 mg/dl
220 mg/dl
190 mg/dl
191 mg/dl
209 mg/dl
A/
Terapi:
Diet (25XBBI) + 20%+ 10% = (25x41,4) + 30% =1035 + 30% = 1300 kal
(karbohidrat 900 kal, protein 40 gram, lemak 240 kal)
P/ Cek HbA1C
Konsul mata
Konsul mata
Kesan:
O/
KU
Kesada
ran
TD
Nadi
Naf
as
Su
hu
V
A
S
Sedan
g
CMC
110/70m
mHg
115x/i,
regular,
pengisian
cukup
20x/
i
36,
20
C
Sensibiliitas
Kasar
Halus
Pulsasi
A. Poplitea
A. Tibialis posterior
A. Dorsalis pedis
Kiri
Kanan
Baik
Baik
+
+
+
Baik
Baik
+
+
+
HbA1C = 5,8%
S/ Sesak nafas (-), demam (-), batuk (-), nafsu makan baik
KU
Kesada
ran
TD
Nadi
Naf
as
Su
hu
V
A
S
Sedan
g
CMC
110/70m
mHg
115x/i,
regular,
pengisian
cukup
20x/
i
36,
20
C
GDP
: 94 mg/dl
GD 2 Jam PP
: 124 mg/dl
Kesan: normoglikemia
USG Fetomaternal
DISKUSI
Miliaria (L01.09)
kasus, hirsutisme pada 58% kasus, perubahan menstruasi pada 20% kasus,
nyeri kepala pada 50% kasus, jerawat pada 20% kasus, obesitas atau hanya
berupa peningkatan berat badan pada 93% kasus, dan pigmentasi pada 8%
kasus.7 Menurut Singer, et.al. 2015, dalam biografinya Harvey Cushing
menyatakan bahwa dari seluruh tampilan kardinal cushing ini, juga harus
diperhatikan manifestasi psikiatrik yaitu adanya depresi dan bahkan
terjadinya psikosis yang juga umum terjadi. Laboratorium yang abnormal
yaitu
neutrophilic
leukocytosis,
hiperglikemia,
hipokalemia,
dan
hiperkolesterolemia.8
yang poten dengan salah satu efek samping adalah terjadinya supresi aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal dan sindrom cushing pada pemberian dosis
lebih dari 20 mg prednison atau setara dengan 16 mg metilprednisolon per
hari selama lebih dari 3 minggu.26
pada
pemeriksaan
insulin-induced
hypoglicemia.7
Dengan
yang
disebabkan
oleh
peningkatan
sekresi
kortisol
pada
pasien.
Mekanisme
pasti
yang
diinduksi
oleh
metabolisme
Efek
fisiologi
protein,
glukokortikoid
karbohidrat,
lemak,
termasuk
dan
asam
pengaturan
nukleat.
et.al, 2014, pasien cushing dengan leukositosis adalah sekitar 40% kasus.
Sebagian besar kasus akan mengalami remisi seiring dengan penurunan
kadar glukokortikoid dalam darah.27 Insiden terjadinya limfopenia relatif
pada pasien cushing adalah sangat jarang yaitu sekitar 19,4 10,8%.28
ini belum bisa dipastikan karena tidak adanya data laboratorium yang
dapat menjadi dasar diagnostik pada pasien ini. Terhadap pasien ini
dilakukan pemeriksaan ANA (antibodi antinuklear), dan anti ds-DNA yang
merupakan antibodi terhadap native DNA. ANA yang positif ditemukan
pada 98% pasien, ini adalah tes yang sensitif untuk skrining. Titer yang
tinggi dari anti ds-DNA spesifik untuk SLE, tetapi juga memiliki korelasi
dengan aktivitas penyakit, vaskulitis, dan nefritis. 20 Diagnosis banding
yang difikirkan pada pasien ini adalah artritis rheumatoid (AR) dengan
skor ACR-EULAR 2010 adalah 5. Hal ini difikirkan sebagai diagnosis
banding karena adanya nyeri-nyeri sendi kecil yang terjadi secara simetris
pada pasien ini, walaupun karakteristik nyeri sendinya tidak begitu khas
untuk AR. Perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa Anti-CCP apabila
tidak terbukti adanya SLE pada pasien ini. 29 Diagnosis banding lainnya
dari SLE ini juga difikirkan adanya polimiositis dengan gejala adanya
kelemahan, yang berhubungan dengan artralgia, mialgia. Untuk diagnosis
pasti polimiositis ini perlu dilakukan pemeriksaan enzim otot yang
mengalami peningkatan. Antibodi spesifik anti-Jo-1 dapat membantu
membedakan polimiositis dengan SLE.30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
30 Jaw Ji, Tsai. SLE: Differential diagnosis with other connective tissue
diseases. Section of Allergy and clinical Immunology Cathay General
Hospital. 2004
31 Stewart, P. Iatrogenic Adrenal Suppression: diagnosis and management.
UK: Harrogate. 2009
32 Emmelweis Egyetem, Altalnos Orvostudomnyi Kar, II. Belgygyszati
Klinika, Budapest. Treatment of iatrogenic Cushing syndrome: questions of
glucocorticoid withdrawal. Hungary: Pubmed. 2007