TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Gaya gempa sangat berbahaya bagi sturktur yang ada diatasnya, karena
ketika terjadi gempa suatu struktur mengalami getaran gempa dari lapisan tanah
dibawahnya. Pada bawah bangunan/struktur tersebut juga akan terjadi gerakan yang
menimbulkan struktur diatasnya mengalalami goncangan.
Pada sebuah sruktur, perlu dilakukan analisa perencanaan struktural yang
akan dijadikan sebagai analisis awal sebelum dilakukan kegiatan pembanguan.
Konsep dasar perencanaan struktur merupakan dasar teori perencanaan struktur yang
meliputi konsep dasar pemilihan struktur dan konsep dasar desain perencanaan
struktur yang meliputi konsep desain terhadap beban lateral dan konsep terhadap
beban gravitasi.
Selain analisis perencanaan yang dilakukan terhadap struktural bangunan,
juga dilakukan perhitungan perencanaan kebutuhan bahan bangunan yang nantinya
dijadikan sebagai rencana pengeluaran biaya sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini
perhitungan perencanaan kebutuhan meliputi kebutuhan tulangan (besi) dan juga
kebutuhan beton.
Oleh karena itu, kebutuhan bahan bangunan yang akan dikeluarkan harus
sesuai dengan analisis perencanaan yang nantinya menentukan ukuran dan
banyaknya tulangan (besi) dan ukuran yang nanti digunakan sebagai acuan untuk
menentukan kebutuhan beton.
2.2 Prinsip Perencanaan Bangunan Tahan Gempa
Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam jalur gempa berbahaya,
maka dalam mendesain sebuah bangunan harus memperhatikan adanya pengaruh
gempa dan kerugian-kerugian yang ditimbulkan. Prinsip-prinsip utama yang harus
dipenuhi dalam merancang bangunan tahan gempa yang meliputi denah, material
bangunan, dan strukur-struktur pada bangunan. (Benny Puspantoro,2014)
tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan
terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa
bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi
lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih
dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma
di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya
letusan gunung berapi (http://id.wikipedia.org).
Menurut http://id.wikipedia.or, Gempa bumi sendiri terbagi menjadi 4 jenis
yakni sebagai berikut :
1. Gempa bumi vulkanik (Gunung Api)
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa
terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin
tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan
menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya
terasa di sekitar gunung api tersebut.
2. Gempa bumi tektonik
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng
mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di
bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian
bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan (tenaga) yang
terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya
gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang
dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan
tektonik. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan
bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area
dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti
salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan
Gelombang tsunami
Mengakibatkan kerusakan bangunan
Mengubah topografi atau bentuk bumi
Menyebabkan perubahan tata air tanah
Mengakibatkan trauma
Gambar 2.1. Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Batuan Dasar Periode
Ulang 500 Tahun
Sumber: SNI 03-1726-2002
menyebabkan kita terlempar jatuh ke belakang. Gaya yang menyebabkan kita jatuh
terlempar
ke
belakang
itulah
yang
disebut
dengan
Inertia
Force
(http://blog.umy.ac.id)
Apabila diterapkan pada bangunan dengan dinding dan kolom fleksibel,
maka gerak atap tidak akan sama dengan gerakan tanah di bawahnya, seperti terlihat
pada gambar 2.2. Hal itu dikarenakan pada bagian atap dikenai gaya yang bernama
Inertia Force.
Dinding dan kolom adalah elemen yang sangat kritis dalam mentransfer
Inertia force ini. Tetapi dalam bangunan tradisional, terkadang justru plat lantai dan
balok yang mendapatkan perhatian khusus. Bahkan terkadang dinding yang dibuat
sangat tipis dan dengan material yang rapuh seperti batu bata, sehingga tidak akan
mampu melawan gaya gempa horisontal yang mempunyai arah tegak lurus dengan
dinding tersebut.
Gaya gempa yang bekerja pada elemen struktur dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a) Gaya Vertikal
Berpengaruh terhadap elemen bangunan pendukung gaya normal,
seperti kolom-kolom, jenis balok kantilever
dan dinding-dinding
Bahan yang lemah dan rapuh, sambungan yang kurang baik, dan
kesalahan dalam perencanaan dapat mengurangi kemampuan
bangunan dalam menahan beban horizontal
Berikut ini ada prinsip- prinsip yang dipakai dalam perencanaan bangunan
tahan gempa :
1. Pondasi
Membangun pondasi memang sederhana, tapi pondasi yang kuat
memerlukan pengetahuan yang cukup. Sehingga fondasi bangunan yang baik
haruslah kokoh dalam menyokong beban dan tahan terhadap perubahan
termasuk getaran. Penempatan fondasi juga perlu diperhatikan kondisi batuan
dasarnya dan kondisi tanah. Pada dasarnya fondasi yang baik adalah
seimbang atau simetris. Dan untuk pondasi yang berdekatan harus
digabungkan seperti yang terlihat pada gambar 2.4 . Hal tersebut dilakukan
karena untuk mencegah terjadinya keruntuhan local (local shear).
b.
a.
bangunan
sebaiknya
sederhana,
simetris,
dan
gedung,
Ketidak efektifan dalam pemasangan interior seperti : plafond, keramik,
dll
Denah aman
(struktur digabung)
yang
digunakan
untuk
membangunan sebuah bangunan mulai dari struktur bawah hingga atas sangat
beraneka ragam (bentuk, berat, dan bahan penyusunnya). Dalam prinsip
perencanaan bangunan tahanan gempa pemilihan material sangat penting
terutama pada berat material. Jenis material yang digunakan biasanya yang
ringan, namun dengan material ringan tidak mengurangi kekuatan material
tersebut. Sehingga bangunan dengan material ringan masih tetap kokoh dan
kuat. Hal ini sesuai dengan konsep bahwa berat bahan bangunan adalah
sebanding dengan beban inersia gempa. Sebagai contoh penutup atap genteng
menghasilkan beban gempa horisontal sebesar 3 kali beban gempa yang
dihasilkan oleh penutup atap seng. Sama halnya dengan pasangan dinding
Perbesaran penampang.
a) Daktilitas 1 : Keadaan elastis, dengan konsep ini tulangan di desain besarbesar untuk membuat bangunan menjadi kaku (full elastic). Contohnya :
Jepang. Konsekuensinya, saat gempa melebihi rencana, maka Gedung akan
langsung roboh tanpa memberi tanda (peringatan) terlebih dahulu.
bangunan
tahan
gempa
di
Indonesia,
yaitu
dengan
sering digunakan dalam sebuah bangunan agar bisa meredam beban gempa yang
terjadi.
2.3.1 Pengertian Dinding Geser (Shear Wall)
Dinding geser (shear wall) merupakan dinding yang dirancang untuk
menahan geser, gaya lateral akibat gempa bumi. Menurut Timothy (2005), dinding
geser adalah elemen-elemen vertikal sebagai sistem penahan gaya horizontal.
Dinding geser harus diletakan pada tiap tingkat struktur tanpa spasi (menerus). Untuk
membentuk struktur bentuk kotak yang efektif, panjang dinding geser yang sama
harus diletakan simetris pada empat sisi gedung. Dinding geser lebih efisien apabila
bentuknya lurus vertikal dan didukung pada pondasi dinding. Apabila dinding geser
tidak lurus, bagian gedung lain gedung akan membutuhkan penambahan kekuatan.
Biasanya dinding geser berbentuk persegi panjang, box core suatu tangga,
elevator atau shaft lainnya. Dan biasanya diletakan disekeliling lift guna menahan
beban lateral tanpa memngganggu penyusunan ruang dalam bangunan. Dengan
adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban gempa akan
terserap oleh dinding geser tersebut. Kolom-kolom dianggap tidak ikut mendukung
gaya horizontal, sehingga hanya didesain untuk menahan gaya normal (gaya vertikal)
saja. Secara struktural dinding geser dianggap sebagai balok kantilever vertikal yang
terjepit bagian bawahnya pada pondasi atau basemen. Dinding geser berprilaku
sebagai balok lentur katilever. Oleh karena itu dinding geser atau shear wall selain
menahan geser (shear force) juga menahan lentur.
Menurut Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
SNI 03-2847-2006 (Purwono et al., 2007), perencanaan geser pada dinding structural
untuk bangunan tahan gempa didasarkan pada besarnya gaya dalam yang terjadi
akibat beban gempa. Dalam prakteknya dinding geser selalu dihubungkan dengan
system rangka pemikul momen pada gedung. Dinding struktural yang umum
digunakan pada gedung tinggi adalah dinding geser kantilever dan dinding geser
berangkai. Berdasarkan SNI 03-1726-2002 (BSN, 2002), dinding geser beton
bertulang kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya
adalah untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada
dinding ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur (bukan akibat gaya geser),
melalui pembentukkan sendi plastis di dasar dinding.
Perencanaan dinding struktur yang baik tidak terlepas dari pemilihan bentuk
dinding, lokasi penempatannya pada denah struktur. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penempatan dinding geser adalah dinding geser harus mampu
menyalurkan beban gravitasi dan lateral sampai ke tanah pendukungnya dengan baik
tanpa kehilangan stabilitasnya.
2.3.2 Fungsi Shear Wall
Dalam perencanan struktur tahan gempa dengan dinding geser (shearwall),
tiap elemen struktur didesain dengan berbagai ketentuan, sehingga diharapkan
dinding geser tidak runtuh akibat gaya geser.
Fungsi shear wall pada gedung secara Umum :
Memperkokoh gedung
Dengan struktur dinding beton bertulang, maka dinding bukan hanya
sebagai penyekat ruangan tetapi berfungsi juga sebagai Struktur Bangunan
yang ikut memikul gaya-gaya beban yang bekerja pada balok dan kolom
sekitarnya.
rentan terhadap gempa, dengan dinding sistem shear wall maka gaya gempa
yang terjadi akan direduksi, sehingga mampu mengurangi akibat yang terjadi
pada bentuk bangunan yang ada.
menahan gaya gempa horizontal. Apabila dinding geser cukup kuat, ia akan
memindahkan gaya-gaya horizontal ini pada elemen berikutnya pada bagian muatan
dibawahnya. Komponen-komponen lain pada muatan ini boleh jadi selain dinding
geser, lantai, pondasi dinding, dan pelat.
Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap dan
lantai atas dari goyangan ke samping yang berlebihan. Jika dinding geser cukup
kaku, ia akan mencegah lantai dan rangka atap dari gerakan pendukungnya.
Menurut Schueller (1989) dinding geser adalah unsur pengaku vertikal yang
dirancang untuk menahan gaya lateral atau gempa yang bekerja pada bangunan
dimana menurut Ovelia (2002) ketebalan dinding geser adalah berkisar antara 140
500 mm.
2.3.2 Jenis-Jenis Shear Wall
Dalam pemilihan jenis-jenis struktur shear wall disesuaikan dengan hasil
perencanaan, dan harus sesuai dengan kebutuhan sebuah bangunan agar shear wall
bisa berfungsi dengan baik.
Menurut SNI 1726 2002 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung. Dinding geser ada 2 jenis yaitu.
1. Dinding Geser Beton Bertulang Kantilever
Suatu struktur gedung yang fungsi utamanya adalah untuk memikul
beban geser akibat pengaruh gempa rencana, yang runtuhnya disebabkan oleh
momen lentur (bukan oleh gaya geser) dengan terjadinya sendi plastis pada
kakinya, di mana nilai momen lelehnya dapat mengalami peningkatan
terbatas akibat pengerasan regangan. Rasio antara tinggi dan lebar dinding
geser tidak boleh kurang dari 2 dan lebar tersebut tidak boleh kurang dari 1,5
m.
2. Dinding Geser Beton Bertulang Berangkai
Suatu subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya adalah untuk
memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana, yang terdiri dari dua
buah atau lebih dinding geser yang dirangkaikan oleh balok-balok perangkai
dan yang runtuhnya terjadi dengan sesuatu daktilitas tertentu oleh terjadinya
sendi-sendi plastis pada ke dua ujung balok-balok perangkai dan pada kaki
semua dinding geser, dimana masing-masing momen lelehnya dapat
mengalami peningkatan hampir sepenuhnya akibat pengerasan regangan.
Rasio antara bentang dan tinggi balok perangkai tidak boleh lebih dari 4.
Berdasarkan letak dan fungsinya shear wall sendiri terbagi menjadi 3
klasifikasi diantaranya sebagai berikut :
a) Bearing walls
Merupakan sebuah dinding struktur yang digunakan untuk
menopang beban diatasnya dan menyalurkan ke pondasi. Dinding
geser ini juga sebagian besar mendukung beban gravitasi. Juga
digunakan sebagai dinding penyekat/partisi antar apartemen yang
berdekatan.
Walls
c) Core Walls
Dinding geser ini berada pada inti gedung yang biasanya diisi
tangga atau poros lift. Dinding ini dianggap sebagai dinding yang
ekonomis.
Walls
rencana tersebut.
Analisa Respons Riwayat Waktu
Analisa Respons Riwayat Waktu adalah suatu cara analisa
dinamik struktur, dimana suatu model matematik dari struktur
dikenakan riwayat waktu dari gempa-gempa hasil pencatatan atau
gempa-gempa tiruan terhadap riwayat waktu dari respons struktur
ditentukan.