Anda di halaman 1dari 30

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sinar X
Wilhelm Conrad Rontgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg , Jerman,
pertama kali menemukan sinar rontgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan
eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang
berasal kristal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik.
Kemudian dia melanjutkan penelitiannya dan menemukan sinar yang diseburnya
sebagai sinar baru atau sinar X. Baru kemudian hari orang menamakan sinar tersebut
sinar Rontgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Rontgen (Rasad, 2000).
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang

panas,

radio,

cahaya dan sinar ultraviolet tetapi dengan panjang

gelombang yang sangat pendek. Sinar x bersifat heterogen. Panjang gelombang


bervariasi dan tak terlihat. Perbedaan sinar X dengan sinar elektromagnetik lainnya
juga terdapat pada panjang gelombang dimana panjang gelombang sinar X sangat
pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang kelihatahan. Panjang
gelombang sinar X adalah antara 0.01 10 nm. Karena panjang gelombang yang
pendek itu maka sinar X mampu menembus benda-benda (materi) sesuai dengan
kepadatannya membuat film menjadi hitam dan membuat benda-benda yang
berfluoresensi jadi bercahaya. Pada saat menembus suatu benda (materi) terjadi reaksi
timbal balik antara sinar X dengan benda tersebut yaitu penyebaran sinar (sinar yang
klasik, biasa) efek Compton dan absorpsi. Sifat-sifat tersebut dimanfaatkan dalam
diagnostik baik dalam pembuatan foto rontgen maupun pemeriksaan sinar tembus
(Wicke, 1986).
Radiasi sinar X merupakan gelombang elektro magnetik, tidak bermasa dan
tidak bermuatan, sehingga interaksinya dengan materi sangat kecil. Walaupun begitu,
intensitas radiasi sinar X setelah melalui bahan dengan tebal tertentu akan mengalami
penurunan (atenuasi), mengikuti persamaan berikut.

Universitas Sumatera Utara

IX = I0 . e -x (Chesney,1990)

(2-1)

IX = Intensitas radiasi setelah melalui bahan setebal X


I0 = Intensitas radiasi sebelum mengenai bahan
= Koefisien serap bahan

Gambar 2.1 Atenuasi intensitas radiasi setelah melalui bahan (Chesney,1990)

Sinar X adalah radiasi elektromagnetik dengan sifat yang tetap sama dengan
cahaya kecuali panjang gelombang yang pendek. Panjang gelombang sinar
elektromagnetik dinyatakan dalam satuan Angstrom. 1 A = 10-8 cm (1/100.000.000
cm).
Gelombang yang digunakan dalam dunia kedokteran antara 0,5 2.5 A
sementara panjang gelombang cahaya tampak adalah 6000 A (Cullity, 1977).
Gelombang/ sinar elektromagnetik terdiri atas listrik, radio, inframerah, cahaya,
ultraviolet, sinar X, sinar gamma, dan sinar kosmik.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2 Spektrum elektromagnetik (Cullity, 1977)


Radiasi elektromagnetik sebagai gerak gelombang sesuai dengan teori klasik.
Menurut teori Kuantum, radiasi elektromagnetik dapat dianggap sebagai aliran
partikel yang disebut foton. Setiap foton berkaitan dengan jumlah energi. Radiasi
yang dihasilkan oleh tabung sinar X yang mengandung sumber elektron dan dua
elektroda logam. Sinar X dihasilkan ketika partikel bermuatan listrik dengan energi
kinetik yang cukup. Maka persamaan untuk menghitung energi kinetik yaitu:
KE = eV = m2 (Cullity, 1977)

(2-2)

m = Massa elektron (9.11 x 10-31 kg)


= Kecepatan (m/detik)
e = Muatan pada elektron (1.60 x 10-19 coulomb)
V = Tegangan pada elektroda

Universitas Sumatera Utara

Ketika sinar yang berasal dari target dianalisa maka ditemukan sinar itu terdiri
dari berbagai panjang gelombang yang berbeda dan variasi intensitas tergantung pada
tegangan tabung.

Gambar 2.3 Spektrum sinar X dengan target molybdenum dengan voltase yang
berbeda (Cullity, 1977)

Kurva pada gambar di atas lebih tinggi dan berjalan ke kiri ketika tegangan
dinaikkan itu karena jumlah foton yang dihasilkan per detik dan energi rata-rata per
foton juga meningkat. Total energi sinar X yang dipancarkan perdeti, yang sebanding
dengan luas di bawah kurva gambar (2-2) juga tergantung pada bilangan atom Z dari
target pada arus tabung. Total intensitas sinar X dihitung dengan :
I con spectrum = AiZVm (Cullity, 1977)
i

(2-3)

= Arus tabung

A = Konstanta perbandingan
m = Konstanta tetap (2)
Z = Nomor atom target
Oleh karena itu penting untuk menggunakan logam berat seperti tungsten
(Z=74) sebagai target dan voltase yang tinggi. Bahan dari target mempengaruhi
intensitas.

Universitas Sumatera Utara

Tabung filament ditemukan oleh Coolidge tahun 1913. Terdiri dari lapisan
kaca yang mengisolasi anoda dan katoda. Salah satu timah dari transformator
tegangan tinggi terhubung dengan filament dan yang lain terhubung ke tanah.
Filament dipanaskan dan memancarkan elektron dengan kecepatan tinggi. Elektron di
pancarkan terfokus pada satu titik yang disebut dengan fokus. Sinar X dari fokus
dipancarkan kesegala arah melalui jendela yang ada pada tabung. Jendela tersebut
dibuat dari beryllium.

Gambar 2.4 Konstruksi internal dari tabung filament (Cullity, 1977)


Alat yang digunakan untuk mendeteksi berkas sinar X adalah fluorescent
screen, filmfotographic dan counter. Fluorescent dibuat dari lapisan sulfide yang tipis
yang mengandung nike . Bila diberikan sinar X maka dia akan memancarkan cahaya
tampak dalam hal ini berupa cahaya kuning.
Pada film Fotografik terdapat emulsi yang menyerap sinar X yang akan
mengakibatkan film menjadi hitam. Film dibuat dengan lapisan emulsi yang lebih
tebal pada kedua sisi untuk meningkatkan absorpsi.

2.2 Peralatan fotografi sinar X


Menurut Syahrial Rasad (2000), untuk pembuatan sinar X diperlukan sebuah tabung
rontgen hampa udara dimana terdapat elektron-elektron yang diarahkan dengan
kecepatan tinggi pada suatu sasaran (target). Dari peroses tersebut diatas terjadi suatu
keadaan di mana energi elektron sebagian besar diubah menjadi panas (99 %) dan
sebagian kecil (1%) diubah menjadi sinar X.

Universitas Sumatera Utara

Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa persyaratan, yaitu :


1. Mempunyai sumber elekron.
Sebagai sumber elektron adalah kawat pijar atau filament pada katode didalam
tabung pesawat rontgen. Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator
khusus.
2. Gaya yang mempercepat gerakan elektron.
Gaya tersebut tergantung pada tegangan yang dipasang pada tabung rontgen.
3. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara.
Lintasan ini terjadi dalam ruang yang praktis hampa udara di antara katoda dan
anoda.
4. Alat pemusat berkas elektron (focusing cup).
Alat ini menyebabkan elektron-elektron tidak bergerak berpencar-pencar. Tetapi
terarah kebidang fokus (focal spot).
5. Penghenti gerakan elektron.
Penghenti atau penghambat gerakan elektron dapat dibedakan atas :
a. Keping Wolfram yang ditanamkan didalam tembaga pada tabung rontgen anoda
diam.
b. Piring Wolfram di atas tangkai molybdenum pada tabung rontgen anoda putar.
Pada ujung tangki ini terdapat rotor (angker) motor listrik.
Wolfram adalah bahan fokus yang mempunyai titik lebur yang tinggi mencapai
34000C dan nomor atom 74.
Secara teknis syarat-syarat tersebut diatas terpenuhi oleh tabung pesawat rontgen yang
terdiri atas :
a. Tabung gelas silindrik hampa udara.
b. Katoda.
Katoda terdiri dari dua bagian utama yaitu mangkok molybdenum dan filament.
Filament yang terbuat dari tungsten yang mempunyai titik lebur tinggi.
Filament ini terdapat didalam alat pemusat elektron (focusing cup). Filament
adalah kumparan kawat yang memiliki diameter 0.2 cm. Ketika arus diberikan,
filament dipanaskan untuk memijar. Filament panas memancarkan elektron
pada nilai proposional terhadap suhunya. Emisi elektron katoda itu dikenal
sebagai emisi thermionic. Filament disesuaikan pada mangkok reflector
cekung bermuatan negative dari molybdenum. Mangkok ini mengfokuskan
elektron yang dipanaskan oleh filament incandensensi kedalam berkas pipih.

Universitas Sumatera Utara

Mangkok persegi digunakan di dalam tempat mangkok bulat. Muatan negatif


tinggi pada katoda menolak elektron bermuatan negatif sementara muatan
positif anoda akan menariknya. Tabung hampa udara memfasilitasi geraknya
sebaliknya elektron akan menubruk molekul gas.
c. Anoda.
Dimana terdapat bidang fokus (focal spot) yang merupakan sasaran (target)
yang akan ditubruk oleh elektron-elektron. Anoda terdiri dari batang tembaga
dimana akan menempel pada target tungsten.

Sifat-sifat logam target yaitu :


a. Harus memiliki jumlah atom yang tinggi. Semakin tinggi jumlah atom semakin
padat logamnya. Kita membutuhkan logam yang padat untuk menghentikan
elektron berkecepatan tinggi. Meskipun jumlah atom tungsten (74) adalah lebih
rendah dari platinum dan timah tetapi sifat tungsten lain membuat logam ini lebih
baik dibandingkan dengan yang lain.
b. Harus memiliki tekanan uap rendah pada suhu tinggi. Karena berkas elektron
diarahkan pada area yang sangat kecil maka beberapa atom dapat mencapai
keadaan uap sehingga blister atau lepuhan dapat terjadi.
c. Memiliki titik lebur yang tinggi. Karena sebagaian energi dikonversi menjadi
panas. Titik lebur logam target harus tinggi. Tungsten yang memenuhi sebagai
MP adalah 3370 C yang lebih tinggi dari yang lain.
d. Memiliki tingkat konduktivitas panas yang tinggi, karena sebagian panas yang
dihasilkan dikirimkan ke radiator atau alat pendingin yang lain. Konduktivitas
panas tungsten lebih rendah, target tungsten disesuaikan pada batang yang
merupakan konduktor panas yang baik.
Percepatan gerakan elektron diperoleh dari generator tegangan tinggi (transformator).

Universitas Sumatera Utara

Gambar2.5 Tabung Rontgen (Rasad, 2000)

Keterangan :
1. Katoda

7. Rumah tabung (tube housing)

2. Anoda

8. Expansion

3. Rotor

9. Tombol (switch)

4. Stator (diluar insert tube)

10. Tube window (jendela tabung)

5. Target (piring anoda) dari wolfarm

11. Minyak pendingin

6. Tangki Molybdenum

Pesawat rontgen juga memiliki beberapa aksesoris yang dilibatkan dalam set
up yaitu:
a. Time
Pesawat rontgen dilengkapi dengan alat kontrol waktu guna mengontrol waktu
kontak dengan sinar X. Umumnya alat ini dilengkapi dengan timer yang
dikalibrasi dalam hitungan detik. Beberapa mesin lain memiliki timer menurut
pangaturan per ekspose. Jumlah imput dibagi dengan 60 (frekwensi sumber daya)
akan memberikan waktu ekspose dalam fraksi detik. 30 imput adalah ekuivalen
dengan separuh kontak atau ekspose kedua. Sebelum waktu yang diatur habis
maka filament harus pada suhu operasi yang tepat guna memastikan nilai emisi
elektron yang tepat. Filament tidak mengalami pemanasan yang lama yang
mengarah pada luka bakar filament yang merupakan penyebab umum bagi
kegagalan tabung sinar X. Timer harus memiliki kabel yang panjang yang
menjauhkan operator dari mesin sinar X.
b. Transformator
Arus yang tepat untuk memanaskan filament dan perbedaan potensial antara
anoda dan katoda dilengkapi dengan transformator step up dan step down.
Transformator menyesuaikan aliran arus melalui filament memanaskannya dan

Universitas Sumatera Utara

jumlah elektron yang dipancarkan oleh filamen. Amperemeter mengukur arus


intensitas arus tabung. Autotranformator juga digunakan untuk

mengontrol

tegangan antara anoda dan katoda tabung sinar X (Sikri, 2001).


Urutan proses terjadinya sianr X adalah sebagai berikut:
1. Katoda (filamen) dipanaskan (lebih dari 20000C) sampai menyala dengan
mengalirkan listrik yang berasal dari tranformator.
2. Karena panas, elektron-elektron dari katode (filamen) terlepas.
3. Sewaktu dihubungkan dengan trasformator tegangan tinggi, elektron-elektron
akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan kealat pemusat
(focusing cup).
4. Filament dibuat relative negatif terhadap sasaran (target) dengan memiliki
potensial tinggi.
5. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga
terbentuk panas (>99 %) dan sinar X (< 1 %).
6. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar X dari tabung,
sehingga sinar X yang terbentuk hanya dapat keluar dari jendela.
7. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan
oleh radiator pendingin (Rasad, 2000).
Sinar-X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu :
1. Daya tembus.
Sinar X dapat menembus bahan dengan daya tembus yang sangat besar dan
digunakan dalam radiografi. Sinar X dapat menembus udara, kayu, daging dan
aluminium. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan makin
besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda
makin besar daya tembus sinarnya.
2.Pertebaran.
Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut
akan bertebaran ke segala jurusan menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur)
pada bahan/zat yang dilaluinya. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya gambar
radiograf pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk
mengurangi akibat radiasi hambur maka di antara subjek dengan film rontgen
diletakkan grid. Grid terdiri dari potongan-potongan timah tipis yang letaknya
sejajar, masing-masing dipisahkan oleh bahan tembus sinar. Jika grid tidak

Universitas Sumatera Utara

bergerak selama pemotretan maka timah akan menyebabkan garis-garis sejajar


yang jelas pada film. Untuk menghindari ini maka grid digerakkan dengan arah
tegak lurus terhadap garis-garis. Sehingga garis-garis ini akan mengabur dan
hilang.

Kerugian menggunakan grid yaitu :


a. Waktu untuk pemotretan harus ditambah.
b. Gambar menjadi kurang tajam.
Pengurangan sinar hambur dapat dilakukan dengan menurunkan jumlah kilovolt yang
dipakai untuk itu digunakan waktu pemotretan yang lebih panjang. Cara lain untuk
mengurangi sinar hambur yaitu dengan membatasi daerah penyinaran.
3. Penyerapan.
Sinar X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya
makin besar penyerapannya. Ini merupakan sifat dasar sejauh mengenai usaha
memperoleh gambar karena tulang yang mengandung kadar tinggi kalsium
menyerap sinar lebih banyak dari pada kulit dan otot yang mempunyai kadar
rendah kalsium.
4. Efek fotografi.
Sinar X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak bromida) setelah
diperoses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap. Bagian yang hanya
sedikit sinar yang diserap maka film yang sudah dicuci menjadi gelap. Tetapi
bagian dimana sedikit sekali sinar mencapai film seperti setelah diserap oleh
tulang maka film yang telah dicuci menjadi terang.
5. Pendar fluor (fluoresensi).
Sinar X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau Zinksulfid memendarkan cahaya (liminisensi) bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar
X. Tabir pendar fluor terbuat dari bahan semacam itu yang diletakkan sebagai
lapisan tipis diatas karbon (cardboard). Bagian yang akan diperiksa ditempatkan
di antara tabung sinar X dan tabir ini agak jauh dari tabung dan sedekat mungkin
pada tabir. Bila tabung sinar X mengeluarkan sinar maka tabir itu berpendar
didaerah yang dicapai oleh sinar bagian dimana sinar banyak diserap oleh suatu
benda padat maka sinar hambur akan lemah atau tidak ada.

Universitas Sumatera Utara

6. Ionisasi.
Efek primer sinar X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan
ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.
7. Efek biologi.
Sinar X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi yang merugikan salah satunya yaitu eritema kulit yang lain jika dosisnya
cukup besar berkosa kulit yang hebat (hangus akibat sinar X). Efek biologi ini
dipergunakan dalam pengobatan radioterapi (Simon, 1981).

Jenis pemeriksaan dengan sinar rontgen (sinar X) ada 2 macam yaitu :


1. Pemeriksaan sinar tembus (Fluoroskopi)
Pemeriksaan sinar tembus adalah pemeriksaan radiologik dimana ahli radiologi secara
langsung dapat melihat alat-alat dalam tubuh yang bergerak. Sinar X yang melalui
tubuh penderita dan mengenai Kristal-kristal pendar, fluor (fluorescent), pada layar
(screen) sehingga bagian-bagian tersebut dapat terlihat. Karena sinar X yang diterima
oleh penderita dan pemeriksa cukup tinggi maka pemeriksaan sinar tembus untuk
paru-paru tidak diperbolehkan lagi sehingga gantinya digunakan image intensifier
dengan kamera TV tanpa menggelapkan ruangan pemeriksaan.
2. Pemeriksaan foto rontgen (radiografi)
Untuk mengasilkan gambaran rontgen yang baik ada hal-hal yang harus diperhatikan
yaitu :
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sinar X yaitu faktor eksposi dan jarak
pemotretan, kolimasi, dan filtrasi.
Faktor eksposi sangat bervariasi bergantung pada berbagai hal, antara lain:
1) Ukuran/tebal objek atau pasien yang difoto.
2) Kelainan patologi yang akan diperiksa, pemotretan dengan atau tanpa grid.
3) Pada objek yang selalu bergerak, objek yang pergerakannya tidak dapat dikontrol,
anak kecil, dan lain-lain. Untuk hal yang perlu diperhatikan waktu eksposi yang
sesering mungkin.
Faktor eksposi terdiri atas :
1) Besaran kilovoltage (kV).
Besaran kV pada umumnya dikaitkan dengan daya tembus sinar. Makin tinggi
besaran kV yang digunakan makin besar pula daya tembus sinar. Umumnya jumlah

Universitas Sumatera Utara

kV menunjukkan kualitas radiasi. Bila kV dinaikkan, maka densitas foto tinggi,


kontras rendah,dan sinar hambur meningkat.
2) Milliampere seconde (mAs).
mAs adalah perkalian antara besaran nilai ampere dengan waktu eksposi. mAs ini
menunjukkan kualitas radiasi.
Waktu ekspose terutama mempengaruhi:
1) Densitas.
Densitas adalah perubahan gambaran radiografi terang dan gelap. Ketika waktu
ekspose meningkat maka densitas akan meningkat dan demikian sebaliknya.
2) Kontras radiografi.
Kontras meningkat seiring dengan peningkatan ekspose film. Kontras adalah
perbedaan cara mata melihat antara objek yang satu dengan objek yang lain dengan
variasi kerapatan.
Jarak film ke tabung atau jarak dari target ke film akan mempengaruhi
intensistas cahaya. Hubungan ini dinyatakan dalam hukum kuadrat terbalik. Intensitas
radiasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang diukur dari sumber radiasi ke
titik intensitas radiasi yagn terukur. Bila intensitas berkurang, waktu ekstope
meningkat untuk mengkompoensasi mutu gambar. Dengan kata lain waktu ekspose
adalah sebanding dengan kuadrat jarak yang diukur dari tabung ke film.
Jarak-jarak dalam pemotretan terdiri atas :
1) Jarak fokus ke film.
2) Jarak objek ke film.
3) Jarak fokus ke objek.
Kolimasi mengacu pada pengendalian ukuran dan bentuk berkas sinar X.
Ketika berkas sinar X diarahkan kepada pasien sebagian energi dibuang dan sisanya
akan membentuk bayangan atau gambar pada film. Radiasi yang menyebar dihasilkan
oleh energi yang terbuang akan mencapai film tetapi tidak memiliki tujuan. Radiasi
ini mengakibatkan fog pada film yang akan mengurangi mutu film secara
keseluruhan.
Filtrasi ditempatkan pada ujung inner dari kolimator silindris. Kontras dan
mutu film meningkat dengan penggunaan filter sementara kerapatan terpengaruhi
karena peningkatan filtrasi menghasilkan daya serap dari beberapa penetrasi atau daya
tembus sinar X yang bermanfaat. Ketika filtrasi meningkat maka peningkatan waktu
ekspose juga dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan objek.


Mutu gambar film rontgen tergantung pada :
1) Ketebalan objek.
Sinar X dilewatkan pada film setelah beberapa energi diserap oleh objek. Bila
ketebalan objek meningkat maka dibutuhkan energi yang lebih besar guna melewati
objek tersebut untuk sampai ke film. Gambar laten terbentuk hanya bila sejumlah
radiasi terbentuk jatuh pada film. Ketika ketebalan objek meningkat maka disarankan
menggunakan kV yang tinggi. Semakin tinggi mA atau peningkatan waktu ekspose
dapat membantu. Tetapi dengan peningkatan kV maka waktu ekspose dapat di
kurangi sehingga pengaburan pada gambar yang disebabkan karena pergerakan pasien
dapat diminimumkan. Peningkatan ketebalan objek umumnya menghasilkan
peningkatan radiasi sekunder. Screen penyerap digunakan dengan film sinar X yang
meminimumkan pangaruh radiasi sekunder.
2) Densitas objek.
Densitas atau kerapatan objek dapat didefenisikan sebagai massa persatuan volume
objek. Sinar X diserap sebanding dengan total massa.

c. Faktor yang berhubungan dengan perekam gambar.


1) Radiasi sekunder.
Radiasi sekunder mencapai semua bagian film dan menghasilkan fog film dalam
radiografi. Gambar akan memperlihatkan kontras yang kurang baik dari berbagai
objek
2) Pembuatan dan penyimpana film
Mutu film tergantung dari ukuran butiran emulsi. Film yang dilapisi pada kedua sisi
membutuhkan separuh ekspose yang dibutuhkan oleh film emulsi tunggal untuk
menghasilkan kerapatan film yang sama. Secara umum terlihat bahwa semakin tebal
emulsi semakin kecil waktu ekspose yang dibutuhkan. Penyimpanan film juga
penting. Film yang disimpan ketika kontak dengan kelembaban, suhu eksesif dan
radiasi menghasilkan fogging. Ini dapat disimpan ditempat yang dingin terutama
dalam ruang gelap yang ditutupi dengan kotak timah atau alat lain yang dapat
melindungi film radiasi . Kadaluarsa film juga harus diperhatikan.
3) Penggunaan intensifying screen.
Ini digunakan guna meningkatkan gambar dan mengurangi waktu ekspose.
4) Pemprosesan film.

Universitas Sumatera Utara

Semua faktor lain dan kehati-hatian diperlukan selama ekspose. Radiografi dengan
mutu yang baik tidak akan dapat dihasilkan tanpa peralatan kamar gelap yang baik
dan teknik yang baik (Sikri, 2001).

Untuk pembuatan foto rontgen diperlukan beberapa perlengkapan yaitu :


1. Film rontgen (film X-Ray).
Film radiografi merupakan lembar radiograf yang digunakan sebagai media pencatat
hasil
gambar setelah ditembus oleh sinar-X. Menurut strukturnya ada dua macam yaitu
double emulsi (emulsi terdapat pada kedua sisi film) dan single emulsi ( emulsi hanya
terdapat pada satu sisi film saja). Di bawah ini akan diterangkan film double emulsi.
Adapun struktur film double emulsi adalah :

Gambar 2.6 Struktur film Doubel Emulsi (Meredith, 1972)


a. Supercoat (Lapisan Pelindung).

Bahan

: Gelatin bening.

Fungsi

: Sebagai proteksi emulsi yang sensitif terhadap


kerusakan mekanik serta menjaga lapisan emulsi dari
cahaya yang merusak

Letak

: Di atas emulsi film.

b. Emulsi.

Bahan

: Kristal perak halide + glatin (yang terbuat dari kulit


dan tulang hewan yang dipadatkan)

Fungsi

: Media perekam bayangan.

Universitas Sumatera Utara

Letak

: Di atas supercoat dan substratum layer.

c. Subratum Layer.

Bahan

: Celulosa Acetat + gelatin.

Fungsi

: Perekat antara emulsi dan film base.

Letak

: Di antara emulsi dan base film.

d. lapisan Dasar Film.

Bahan

: Polyester.

Fungsi

: Lapisan dasar film yang dapat menstransmisikan


cahaya sehingga gambaran dapat dilihat.

Keuntungan dan Kerudian Dari Film Doubel Emulsi.


Menurut Rasad (2000) keutungan dan kerugian dari jenis film double emulsi
adalah sebagai berikut :
Keuntungan dari double emulsi:
a. Sensitifitas film lebih tinggi akibatnya eksposi rendah, dan waktu ekspose
singkat.
b. Kontras film tinggi.
c. Memudahkan mengisi film dalam kaset.
d. Mengurangi resiko melengkungnya film akibat pencucian khususnya di
autometic processing).
Kerugian dari double emulsi:
a. Cairan mudah lemah.
b. Hasil gambaran menjadi berbayang.
2. Intensifying screen.
Intensifying screen adalah alat yang terbuat dari kardus (card board) khusus yang
mengandung lapisan tipis emulsi fosfor dengan bahan pengikat yang sesuai. Yang
banyak digunakan adalah kalsium tungstat. Lapisan fosfor terdiri dari Kristal fosfor
yang sensitive terhadap cahaya. Foton sinar X yang diserap dalam intensifying screen
akan menghasilkan beberapa foton cahaya. Yang secara langsung akan mempengaruhi
plat fotografi. Pada awalnya digunakan platinocyanida barium. Cadmium tungstate
dan seng sulfide dan lain-lain. Kalsium tungstate seringkali digunakan dengan kondisi
stabil dan tidak mendeteriorasi dalam bardemen sinar X. Namun dalam beberapa

Universitas Sumatera Utara

tahun belakangan ini sejumlah fosfor baru digunakan terutama terbium lanthanum
oxybromida. Ini empat kali lebih efisien dari pada layar tungstate kalsium dalam
mengkonfirasi foton sinar X kedalam cahaya tampak.
Jenis intensifying screen ada bermacam-macam , antara lain:
a. Fast screen.
b. Medium screen.
c. Slow screen.
Cara kerjanya yaitu: bila Kristal kalsium tungstat terkena sinar X maka terbentuklah
sinar-sinar ultraviolet dan sinar terlihat mata. Kejadian (efek) ini dinamakan pendar
fluor (Fluoresensi). Pada umumnya memendarkan warna biru violet dan ada juga
yang green emitting (hijau). Intensifying screen menambah efek sinar X pada film
sehingga memperpendek masa penyinaran. Keburukan intensifying screen adalah
partikel-partikel debu, bercak-bercak, goresan-goresan, atau gangguan lainnya, dapat
menimbulkan artefak pada film (Rasad, 2000).

Gambar 2.7 Lapisan pada Intensifying screen (Rasad, 2000)


Keterangan :
a.Tranparant supercoat.
b.Fluorescent layer.
c.Reflecting layer.
d.Plastic/card support.
3

Kaset

Menurut Rasad (2000) kaset sinar X adalah suatu tabung (container) tahan cahaya
yang berisi dua buah intensifying screen yang memungkinkan film rontgen diantara
keduanya dengan mudah. Kaset kedap cahaya ketika tertutup. Kaset sangat fleksibel
digunakan tetapi biasanya kaset adalah kaku. Kaset dapat diperincikan sebagai berikut
(dari sisi tabung pesawat ke luar).

Universitas Sumatera Utara

a. Bakelit, ini tahan cahaya tetapi relative radiolusen dan terbuat dari aluminium.
b. Intensifying screen atas (upper) dengan lapis fosfor yang lebih tipis.
c. Tempat meletakkan film rontgen.
d. Intensifying screen bawah (lower intensifying screen).
e. Lapisan timah (lead foil back) yang akan menyerap sinar X yang menembus
lapisan screen paling luar.
f. Per dari baja yang membuat film dan screen berhubungan dengan rapat.
Kaset harus dijaga agar tidak lekas rusak dengan cara :
a. Hindari kaset jatuh atau mengalami pukulan.
b. Hindari kaset dari bahan kimia, terutama jangan sampai mengenai screen.
c. Harus tetap kering.
d. Tidak boleh dibiarkan terbuka.
e. Jangan ditumpuk-tumpuk.
f. Periksa secara rutin kalau ada bagian yang rusak.
g. Jaga agar screen dan film berhubungan rapat.

Gambar 2.8 Urutan lembaran-lembaran penguat dan film rontgen


di kaset (Hoxer, 1973)

Keterangan :
1.Tutup kaset.
2.Lembaran depan.

Universitas Sumatera Utara

3.Film rontgen.
4.Lembaran belakang.
5.Lapisan tekanan karet busa (untuk memperoleh persentuhan yang kuat dan
peraturan antara lembar-lembaran penguat dan film).
6.Alas kaset berlapis timbal atau bahan sejenis (pada karet khusus untuk exploratory
alas kaset tidak diberi lapisan timbal supaya dapat dilakukan pembuatan spotfilm..

4. Grid (kisi-kisi)
Menurut Rasad (2000) grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi
hambur agar tidak sampai ke film rontgen. Grid terdiri atas lajur-lajur lapisan tipis
timbal yang disusun tegak diantara bahan-bahan yang tembus radiasi (misalnya
plastic, kayu).
Jenis-jenis grid :
a. Grid diam (stationary grid atau lisholm).
b. Grid bergerak (moving grid atau bucky).
Dari susunannya dibagi dalam :
a. Parallel
b. Focused
c. Pseudo focused
d. Cross-grid
Cara kerjanya : sebagian sinar X (radiasi primer) akan tersebar kesegala arah pada
waktu mengenai suatu benda. Sinar tersebar ini dinamakan sinar hambur (radiasi
sekunder) walaupun sinar hambur mempunyai panjang gelombang yang lebih tetapi
efek fotografinya tetap ada sehingga dapat menimbulkan gangguan pada film rontgen.
Sinar hambur ini harus dikendalikan dengan menggunakan grid (kisi-kisi) (Rasad,
2000).
Cara menggunakan grid yaitu :
a. Tidak boleh terbalik, kecuali jika parallel.
b. Jarak focus-film (FFD = Focus Film Distance) harus tetap.
c. Tidak boleh diluar pusat.
d. Faktor eksposi dinaikkan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.9 Perletakan grid (Rasad, 2000)


Keterangan
a.Radiasi primer
b.Radiasi hambur
c. Alat-alat fiksasi
Menurut Rasad (2000) gunanya alat-alat fiksasi ini adalah agar objek yang difoto
tidak bergerak. Alatnya antara lain :
a. Bantal pasir (sand bags)
b. Bantal spons (sponge atau soft bags)
c. Ikat pinggang penekan (compressor band)
d. Klem kepala (head clamps)
6. Alat-alat pelindung (proteksi)
a. Diafragma cahaya
b. Konus
c. Pelindung gonad
d. Pelindung ovarium
e. Apron timbal
f. Sarung tangan timbale
g. Pencegah-pelindung
h. Kaca timbal
i. Karet timbal
7. Marker (tanda atau kode)
Tanda atau kode ini digunakan untuk :
a. Identitas pasien
b. Tanda letak anatomi

Universitas Sumatera Utara

R = right = kanan = Ka
L = left = kiri = Ki

2.3 Proses pencucian film


Pengolahan film yang dilakukan di kamar gelap merupakan tahap akhir dari proses
pembuatan radiograf. Oleh karena itu diperlukan pekerjaan yang teliti karena proses
bayangan laten yang dihasilkan oleh sinar X sampai menghasilkan bayangan tampak
sangat sensitive terhadap cahaya tampak.
Pengolahan film pada tahap akhir ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
automatic processing dan manual processing, tetapi keduanya memiliki prinsip yang
sama dalam tahap-tahapnya yaitu :
1. Tahap developing
2. Tahap rinsing (tahap ini hanya di manual processing)
3. Tahap fixing
4. Tahap washing
5. Tahap drying

2.3.1 Tahap Developing


Tahap ini adalah tahap pembangkitan yang merupakan tahap awal dari proses
pencucian dari radiograf. Fungsi utamanya adalah mengubah bayangan laten menjadi
gambaran tampak yang dapat dilihat oleh mata.
Larutan developer terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Bagian A yang berisi Hidroquinone.
b. Bagian B yang berisi Acetic acid.
c. Bagian C yang berisi Qlutaraldehyde.
Prosesnya adalah mereduksi butiran

perak halida yang terkena eksposi

menjadi perak metalik, sedangkan butiran perak

halida yang tidak tereksposi

sebagian besar tidak berubah.


Kristal halida yang terkena eksposi memiliki bintik kepekaan yang
mengandung atom-atom perak. Fungsi atom-atom perak didalam bintik kepekaan
menyebabkan elektron dari pembangkit bergabung dengan ion perak positif. Setiap
Krista perak bromida di dalam emulsi dikelilingi oleh benteng ion-ion bromida
bermuatan negatif dan cenderum menolak elektron dari pembangkit. Kristal yang

Universitas Sumatera Utara

terkena eksposi memiliki celah dalam benteng elektron dimana bintik bayangan
laten terbentuk. Hal ini menyebabkan ion pembangkit menembus melalui celah yang
rawan tersebut. Atau secara singkat dapat dilihat:
Perak Bromide (Agbr) Br

+ Ag

Br + cahaya dipancarkan elektron ( -)


Elektron (e - ) + Ag + atom perak
Developer memberikan elekton kepada ion silver
Elektron (e - ) + Ag + Silver atom (Sikri, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja developer yaitu (Chesney, 1990):
a. Keadaan larutan pembangkit
Densitas radiograf yang dihasilkan

tergantung pada logam perak yang

dibentuk pada emulsi film. Mutu pembangkitan tergantung pada dua hal
yaitu karakteristik emulsi dan aktivitas developer.
b. Suhu larutan pembangkit
Suhu larutan pembangkit memiliki pengaruh yang nyata terhadap keaktipan
bahan yang digunakan. Pembangkitan semakin aktif jika suhu semakin tinggi.
Secara umum aktivitas developer naik akibat suhu, sehingga densitas dan
kontras radiograf pun dapat berubah. Film akan menghasilkan gambar standar
jika suhu developer yang konstan dapat dipertahankan. Kontrol suhu dapat
disesuaikan dengan jenis dari system pencuciannya. Untuk manual processing
pengontrolan tersebut tersebut dapat dilakukan secara manual (oleh operator)
sedangkan untuk automatic processing diatur oleh alat.

Hasil gambaran dari penambahan suhu developer


kenaikan (misalnya 0,50C) ataupu kenaikan

walaupun

mengalami

suhu yang tinggi tampa

menyelaraskan dengan waktu pembangkitan maka terjadi :


1) Besarnya penambahan densitas.
2) Peningkatan chemical fog pada film.
3) Pengurangan kontras.
Pabrik-pabri developer untuk manual processing merekomendasikan bahwa
suhu 200 C adalah suhu yang mampu menghasilkan gambaran optimal
(Chesney, 1990).

Universitas Sumatera Utara

c. Waktu pembangkit
Faktor yang menentukan waktu pembangkit yang dikehendaki untuk
mendapatkan kualitas gambar yang optimal ditentukan oleh :
1) Aktivitas developer meliputi keadaan developer dan suhu developer. Oleh
karena itu kondisi dan suhu developer adalah satu kesatuan yang membuat
kerja developer berpengaruh besar. Pada proses manual kerelatifan aktifitas
pembangkitan dapat dilakukan selama empat menit untuk mencapai
pembangkitan secara optimal pada rekomendasi suhu 20 0 C.
2). Tipe emulsi film (Chesney, 1990).
2.3.2. Tahap rinsing
Tahap ini pembilasan yang hanya terdapat pada manual processing. Isi tanki dari
larutan pembilas adalah air. Fungsinya untuk menetralisir sisa cairan developer yang
masih menempel pada film supaya tidak masuk kelarutan fixer. Artinya developer
yang bersifat basa akan dinetralkan oleh air sebelum masuk kelarutan fixer yang
bersifat asam.
2.3.3. Tahap fixing
Tahap fixing sebagai tahap penetapan radiograf

berfungsi untuk menetapkan

gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida tampa merubah


perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan diubah menjadi perak yang komplek.
Tujuan lain dari tahapan

ini adalah menghentikan aksi lanjutan dari larutan

pembangkit dan sekaligus mengeraskan kembali emulsi film. Pengerasan ini sangat
diperlukan untuk melindungi film dari kerusakan.
Larutan fixer terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Bagian A berisi Ammonium thiosulphate, Ammonium sulphite, Acetic acid,
Sodium bisulphate.
b. Bagian B berisi Almunium sulphate.
2.3.4. Tahap washing
Tahap ini adalah tahap pencucian yang dilakukan setelah tahap penetapan. Fungsinya
untuk menghilangkan sisa-sisa bahan yang terbawa oleh emulsi dipermukaan film saat
proses penetapan terjadi. Apabila cairan kimiawi itu tidak dihilangkan maka emulsi
akan berwarna kuning kecoklatan. Ini merupakan akibat dari sisa-sisa garam yang
mengkristal pada film, sehingga hal ini mengganggu hasil gambaran radiograf.

Universitas Sumatera Utara

2.3.5 Tahap drying


Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari siklus pengolahan film. Tujuannya
mengeringkan air di permukaan film. Produk akhir dari proses pengolahan film adalah
radiograf yang tidak rusak , bebas dari partikel debu, endapan kristal , noda dan
artepak . Tahap pengeringan pada manual processing menggunakan alat pengeringan
(Dryer).

Gambar 2.10 Susunan cairan pengolahan film (Hoxer, 1973)

Keterangan :
a.Tangki pembangkit dengan penutup
b.Tangki pembilas
c.Tangki penetap dengan tutup
d.Tangki pembasuh akhir

Gambar 2.11 Prosesing pencucian secara automatic (Mckinney,1988)

Universitas Sumatera Utara

2.4 Suhu
Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukka n derajat panas atau dingin
suatu benda (Indrajati, 2000). Alat ukurnya disebut thermometer. Suatu benda baik
padat, cair, maupun gas terdiri atas partikel-partikel yang sangat kecil dan molekul.
Jika suatu benda dipanaskan maka molekul-molekul itu bergerak lebih cepat. Gerakan
antara molekul-molekul itu menyebabkan saling dorong sehingga jarak antara
molekul tersebut semakin lebar sehingga perlu ruang besar. Hal tersebut dinamakan
bahwa benda tersebut memuai. Tetapi sebaiknya jika suatu benda didinginkan maka
molekul tersebut daya geraknya menurun sehingga menyebabkan daya tarik antara
molekul semakin kecil, hal tersebut dinamakan bahwa benda tersebut menyusut.
Pada zat cair kenaikan suhu hanya akan mempengaruhi perubahan volume.
Perubahan tersebut akibat terjadinya pemuaian akibat panas. Oleh karena itu suhu
erat kaitannya dengan kalor (panas). Kalor adalah bentuk energy yang dapat
berpindah dari suatu benda ke benda yang lain. Apabila kedua benda yang suhunya
berbeda disatukan maka suatu saat akan terjadi keseimbangan ternal atau mengalami
suhu yang sama (Azas Black) keseimbangan ternal terjadi karena adanya perpindahan
kalor.
2.5 Densitas
Densitas adalah derajat kehitaman suatu film radiograf yang disebabkan oleh
pancaran cahaya tampak ataupun sinar X yang mengenai butiran-butiran perak helida
penyusun emulsi film (Chesney, 1976). Densitas dapat diukur dengan sebuah alat
ukur yang disebut densitometer. Densitometer adalah instrument yang digunakan
membaca tingkat penghitaman pada film. Alat tersebut dilengkapi dengan sensor
cahaya yang didesain untuk menangkap jumlah cahaya yang keluar dari sumber
cahaya setelah melalui film. Sebelum pengukuran densitometer harus dikalibrasi
dengan cara mengukur jumlah cahaya dari sumber. Hal ini dilakukan dengan menekan
sensor sehingga menempel pada sumber cahaya dan untuk itu dilakukan pengukuran
layar baca dimulai dari angka nol. Densitas suatu radiograf adalah nilai kehitaman
dari gambar radiograf atau banyaknya cahaya yang diserap pada daerah tertentu pada
film. Densitas akan berbanding lurus dengan faktor eksposi (intensitas radiasi yang
sampai ke film) artinya apabila intensitas radiasi yang sampai ke film banyak , nilai
densitas akan tinggi. Rentang densitas yang dijumpai pada gambar radiograf secara
umum berkisar antara 0,25 -2,5 (Meredith, 1972).

Universitas Sumatera Utara

D=

(2.4)

D = Densitas
I0 = Intensitas cahaya mula-mula
I1 = Intensitas cahaya setelah melalui objek

Menurut Meredith (1977) jumlah radiasi sinar X yang ditangkap film dipengaruhi
oleh:
1. Tegangan tabung (kV)
Tegangan tabung dinaikkan maka intensitas sinar X yang dihasilkan juga meningkat,
yang akan meningkatkan energi sinar X. Energi sinar X meningkat maka kemampuan
menembus bahan akan tinggi sehingga sinar X yang sampai ke film pun akan
meningkat. Jadi dengan meningkatkan tegangan tabung maka meningkatkan intensitas
radiasi dengan demikian densitas akan meningkat.
2. Arus tabung (mA)
Arus tabung merupakan banyaknya arus dalam tabung. Maka dengan meningkatkan
arus tabung maka jumlah jumlah elektron yang bergerak ke katoda menuju anoda
semakin banyak. Dengan demikian sinar X yang dihasilkan semakin banyak dimana
akan meningkatkan radiasi sinar X menuju film yang akan meningkatkan densitas.
3. Waktu eksposi (s)
Dengan menaikkan waktu eksposi maka densitas yang dihasilkan akan meningkat.
Dengan waktu eksposi yang lama akan menyebabkan sinar X yang ditangkap film
semakin banyak.
Beberapa kesalahan umum dalam radiografi yaitu (Simon, 1981) :
1. Terlalu gelap
Ini disebabkan karena penyinaran yang berlebihan.
2. Terlalu terang
Ini disebabkan oleh penyinaran yang kurang.
3. Terlalu kelabu
Ini disebabkan oleh beberapa sebab yaitu :
a. Teknik kamar gelap yang salah, misalnya obat pencuci terlau banyak
dipakai, tidak cukup waktu pencuciannya, tidak dipergunakannya alat
pengukur waktu, suhu yang tidak tepat dari obat pencucian, tidak

Universitas Sumatera Utara

menggunakan thermometer, salah membuat cairan pencuci, tidak tersedia


pengukur cairan yang teliti.
b. Film yang sudah habis masa pakainya.
c. kV terlalu tinggi.

4. Gambar terlalu kabur


Ini disebabkan oleh karena :
a. Fokus terlalu besar pada tabung sinar X.
b. Objek yang bergerak.
c. Kaset yang rusak.
d. Jarak antara tabung dan film kurang atau bagian tubuh yang hendak di foto terlalu
jauh dari film.

2.6 Kamar gelap


Kamar gelap adalah tempat proses pencucian film radiograf. Kamar gelap harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain (Hoxter, 1973) :
1. Ukuran kamar gelap ditentukan menurut kapasitas bagian rontgen dan beban
kerja harian yang diperlukan. Luas ruangan tidak boleh kurang dari 4 m
persegi.
2. Kamar gelap harus terlindungi dari cahaya matahari dan cahaya dari ruanganruangan sebelahnya.
3. Kamar gelap harus terlindungi dari sinar X.
4. Ventilasi udaha yang cukup.
5. Pengaturan udara

(air-Conditioning) hendaknya diatur sedemikian rupa

sehingga cairan-cairan pencuci film mempertahankan suhu tetap sebesar 200C.


6. Persediaan air yang cukup dan system pembuangan air yang efisien.
7. Lantai kamar gelap hendaknya dilapisi dengan ubin.
8. Lampu kamar gelap (safe light) yang aman dan tidak bocor.
Kamar gelap terdiri atas (Rasad, 2000)
1. Daerah basah meliputi:
a. Bak yang berisi air yang mengalir.
b. Tanki berisi developer.
c. Tanki berisi fixer.

Universitas Sumatera Utara

2. Daerah kering meliputi:


a. Lemari untuk menyimpan film .
b. Kaset.
c. Penggantung film (film hanger).

Gambar 2.12 Kamar gelap (ErwiHoxer, 1973)


Keterangan :
Disebelah kiri : bagian kering
1. Loker untuk kaset.
2. Meja kerja dengan laci berengsel untuk film, lemari tempat penyimpanan bahanbahan.
3. Lampu dinding dengan filter pengaman.
4. Kaitan tempat mengumpulkan gantungan film.
5. Lampu gantung dengan cahaya hijau yang terang.
Disebelah kanan : bagian basah
6. Lampu dinding dengan filter pengaman.
7. Alat pengolahan film.
8. Alat pembasuh.

Universitas Sumatera Utara

9. Kotak melihat film basah yang baru dikeluarkan dari cairan penetap.
10. Rak gantungan film untuk film yang basah.
11. Lemari pengering.

2.7 Radiobiologi
Cabang ilmu yang mempengaruhi efek radiasi terhadap tubuh manusia atau jaringan
yang hidup disebut radiobiology. Pengaruh ini dapat berupa pengaruh fisika, kimia
atau keduanya. Radiasi mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung (Sikri,
2001).
a. Langsung
Volume sensitif dalam sel (seperti molekul, atom) dirubah oleh absorpsi energi
langsung dari radiasi. Aksi langsung ini dijelaskan dalam teori target. Dimana volume
sensitif adalah diasumsikan sebagai target dan produksi ionisasi akan terjadi.
Tubrukan tunggal terjadi cukup menghasilkan inaktivasi. Jumlah sel yang bertahan
hidup akan berkurang secara eksponensial dengan dosis.

b. Tidak langsung
Volume yang tidak aktif bukan volume yang menyerap energi. Radiasi yang
menyebabkan uraian kimia dari berbagai enzim yang mengarah pada kehancurannya.
Umumnya sel akan mati pada saat pembelahan mitotic akibat radiasi.
Berikut ini adalah jaringan yang sensitive terhadap radiasi :
a. Sel pembuluh darah
b. Organ reproduksi
c. Jaringan tulang dan granula
d. Epithelium dari canal alimentary
e. Skin dan otot
f. Jaringan saraf
Ada gap waktu antara ekspose dan gejala klinis. Ini dikenal sebagai periode laten.
Periode laten dapat berbentuk jam hingga beberapa tahun. Secara persial tergantung
pada dosis. Semakin besar dosisnya semakin kecil periode latennya.
Penyinaran sel dapat mengakibatkan hal sebagai berikut (Sikri, 2001) :
1. Menghambat bitosis

Universitas Sumatera Utara

Ini mengacu kepada keterlambatan mitosis yaitu pembelahan sel. Tingkat keparahan
efek tergantung kepada tingkat dosis dan jumlah dosis. Efek ini dapat bersifat
temporer atau permanen.
2. Aberasi kromosom
Radiasi dapat menyebabkan putusnya kromosom. Umumnya ini dapat terjadi dan
kerusakan tidak dapat dilihat. Ini menghasilkan beberapa bagian bahan yang tidak
ditransferkan ke sel belahan.
Tipe aberasi :
a. Kelengketan
Ini mengarah pada pembentukan jembatan temporer atau permanen dan mencegah
pemisahan kromosom bersih selama pembelahan sel.
b. Kromosom asentrik atau disentrik
Sebagai hasil uraian kromosom dan pengaturan selama pembelahan satu kromosom
tidak memiliki sentrome (asentrik) sementara yang lain memiliki dua sentromer
(disentri). Disentrik mengarah pada jembatan dan asentrik akan hilang dari sel selama
pembelahan.
c. Translokasi
Bagian yang putus akan menyatukan kromosom lain atau dua kromosom yang
merubah potongan uraian.
d. Delesi atau penghapusan
Bagian terminal dari kromosom dapat di putus dan diperlambat.
3. Mutasi sel
Ini merupakan perubahan dalam karakteristik gen yang termanifestasi sebagai efek
genetika.
4. Kematian sel akibat penyinaran dapat mengakibatkan kematian sel dan ini
mengarah pada perubahan dalam sifat fisik struktur sel yang vital.
Efek biologi dapat dikategorikan ke dalam (Sikri, 2001):
a. Somatic
Efek somatic adalah efek yang terjadi pada indifidu yang kontak langsung.
b. Genetika
Efek ini dipertahankan dalam genetikan yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

c. Stokastik
Dimana kemungkinan efek berlangsung selain dari pada tingkat keparahannya
sebagaimana dinyatakan sebagai fungsi dosis tampa ambang batas. Contohnya
karsinoma, leukemia, efek hereditas.
d. Non stokastik
Dimana tingkat keparahan efeknya berfariasi dengan dosis ambang batasnya terjadi.
Contohnya katarak, memperpendek rentang hidup, kemandulan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai