DASAR TEORI
2.1 Sinar X
Wilhelm Conrad Rontgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg , Jerman,
pertama kali menemukan sinar rontgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan
eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang
berasal kristal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik.
Kemudian dia melanjutkan penelitiannya dan menemukan sinar yang diseburnya
sebagai sinar baru atau sinar X. Baru kemudian hari orang menamakan sinar tersebut
sinar Rontgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Rontgen (Rasad, 2000).
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang
panas,
radio,
IX = I0 . e -x (Chesney,1990)
(2-1)
Sinar X adalah radiasi elektromagnetik dengan sifat yang tetap sama dengan
cahaya kecuali panjang gelombang yang pendek. Panjang gelombang sinar
elektromagnetik dinyatakan dalam satuan Angstrom. 1 A = 10-8 cm (1/100.000.000
cm).
Gelombang yang digunakan dalam dunia kedokteran antara 0,5 2.5 A
sementara panjang gelombang cahaya tampak adalah 6000 A (Cullity, 1977).
Gelombang/ sinar elektromagnetik terdiri atas listrik, radio, inframerah, cahaya,
ultraviolet, sinar X, sinar gamma, dan sinar kosmik.
(2-2)
Ketika sinar yang berasal dari target dianalisa maka ditemukan sinar itu terdiri
dari berbagai panjang gelombang yang berbeda dan variasi intensitas tergantung pada
tegangan tabung.
Gambar 2.3 Spektrum sinar X dengan target molybdenum dengan voltase yang
berbeda (Cullity, 1977)
Kurva pada gambar di atas lebih tinggi dan berjalan ke kiri ketika tegangan
dinaikkan itu karena jumlah foton yang dihasilkan per detik dan energi rata-rata per
foton juga meningkat. Total energi sinar X yang dipancarkan perdeti, yang sebanding
dengan luas di bawah kurva gambar (2-2) juga tergantung pada bilangan atom Z dari
target pada arus tabung. Total intensitas sinar X dihitung dengan :
I con spectrum = AiZVm (Cullity, 1977)
i
(2-3)
= Arus tabung
A = Konstanta perbandingan
m = Konstanta tetap (2)
Z = Nomor atom target
Oleh karena itu penting untuk menggunakan logam berat seperti tungsten
(Z=74) sebagai target dan voltase yang tinggi. Bahan dari target mempengaruhi
intensitas.
Tabung filament ditemukan oleh Coolidge tahun 1913. Terdiri dari lapisan
kaca yang mengisolasi anoda dan katoda. Salah satu timah dari transformator
tegangan tinggi terhubung dengan filament dan yang lain terhubung ke tanah.
Filament dipanaskan dan memancarkan elektron dengan kecepatan tinggi. Elektron di
pancarkan terfokus pada satu titik yang disebut dengan fokus. Sinar X dari fokus
dipancarkan kesegala arah melalui jendela yang ada pada tabung. Jendela tersebut
dibuat dari beryllium.
Keterangan :
1. Katoda
2. Anoda
8. Expansion
3. Rotor
9. Tombol (switch)
6. Tangki Molybdenum
Pesawat rontgen juga memiliki beberapa aksesoris yang dilibatkan dalam set
up yaitu:
a. Time
Pesawat rontgen dilengkapi dengan alat kontrol waktu guna mengontrol waktu
kontak dengan sinar X. Umumnya alat ini dilengkapi dengan timer yang
dikalibrasi dalam hitungan detik. Beberapa mesin lain memiliki timer menurut
pangaturan per ekspose. Jumlah imput dibagi dengan 60 (frekwensi sumber daya)
akan memberikan waktu ekspose dalam fraksi detik. 30 imput adalah ekuivalen
dengan separuh kontak atau ekspose kedua. Sebelum waktu yang diatur habis
maka filament harus pada suhu operasi yang tepat guna memastikan nilai emisi
elektron yang tepat. Filament tidak mengalami pemanasan yang lama yang
mengarah pada luka bakar filament yang merupakan penyebab umum bagi
kegagalan tabung sinar X. Timer harus memiliki kabel yang panjang yang
menjauhkan operator dari mesin sinar X.
b. Transformator
Arus yang tepat untuk memanaskan filament dan perbedaan potensial antara
anoda dan katoda dilengkapi dengan transformator step up dan step down.
Transformator menyesuaikan aliran arus melalui filament memanaskannya dan
mengontrol
6. Ionisasi.
Efek primer sinar X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan
ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.
7. Efek biologi.
Sinar X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi yang merugikan salah satunya yaitu eritema kulit yang lain jika dosisnya
cukup besar berkosa kulit yang hebat (hangus akibat sinar X). Efek biologi ini
dipergunakan dalam pengobatan radioterapi (Simon, 1981).
Semua faktor lain dan kehati-hatian diperlukan selama ekspose. Radiografi dengan
mutu yang baik tidak akan dapat dihasilkan tanpa peralatan kamar gelap yang baik
dan teknik yang baik (Sikri, 2001).
Bahan
: Gelatin bening.
Fungsi
Letak
b. Emulsi.
Bahan
Fungsi
Letak
c. Subratum Layer.
Bahan
Fungsi
Letak
Bahan
: Polyester.
Fungsi
tahun belakangan ini sejumlah fosfor baru digunakan terutama terbium lanthanum
oxybromida. Ini empat kali lebih efisien dari pada layar tungstate kalsium dalam
mengkonfirasi foton sinar X kedalam cahaya tampak.
Jenis intensifying screen ada bermacam-macam , antara lain:
a. Fast screen.
b. Medium screen.
c. Slow screen.
Cara kerjanya yaitu: bila Kristal kalsium tungstat terkena sinar X maka terbentuklah
sinar-sinar ultraviolet dan sinar terlihat mata. Kejadian (efek) ini dinamakan pendar
fluor (Fluoresensi). Pada umumnya memendarkan warna biru violet dan ada juga
yang green emitting (hijau). Intensifying screen menambah efek sinar X pada film
sehingga memperpendek masa penyinaran. Keburukan intensifying screen adalah
partikel-partikel debu, bercak-bercak, goresan-goresan, atau gangguan lainnya, dapat
menimbulkan artefak pada film (Rasad, 2000).
Kaset
Menurut Rasad (2000) kaset sinar X adalah suatu tabung (container) tahan cahaya
yang berisi dua buah intensifying screen yang memungkinkan film rontgen diantara
keduanya dengan mudah. Kaset kedap cahaya ketika tertutup. Kaset sangat fleksibel
digunakan tetapi biasanya kaset adalah kaku. Kaset dapat diperincikan sebagai berikut
(dari sisi tabung pesawat ke luar).
a. Bakelit, ini tahan cahaya tetapi relative radiolusen dan terbuat dari aluminium.
b. Intensifying screen atas (upper) dengan lapis fosfor yang lebih tipis.
c. Tempat meletakkan film rontgen.
d. Intensifying screen bawah (lower intensifying screen).
e. Lapisan timah (lead foil back) yang akan menyerap sinar X yang menembus
lapisan screen paling luar.
f. Per dari baja yang membuat film dan screen berhubungan dengan rapat.
Kaset harus dijaga agar tidak lekas rusak dengan cara :
a. Hindari kaset jatuh atau mengalami pukulan.
b. Hindari kaset dari bahan kimia, terutama jangan sampai mengenai screen.
c. Harus tetap kering.
d. Tidak boleh dibiarkan terbuka.
e. Jangan ditumpuk-tumpuk.
f. Periksa secara rutin kalau ada bagian yang rusak.
g. Jaga agar screen dan film berhubungan rapat.
Keterangan :
1.Tutup kaset.
2.Lembaran depan.
3.Film rontgen.
4.Lembaran belakang.
5.Lapisan tekanan karet busa (untuk memperoleh persentuhan yang kuat dan
peraturan antara lembar-lembaran penguat dan film).
6.Alas kaset berlapis timbal atau bahan sejenis (pada karet khusus untuk exploratory
alas kaset tidak diberi lapisan timbal supaya dapat dilakukan pembuatan spotfilm..
4. Grid (kisi-kisi)
Menurut Rasad (2000) grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi
hambur agar tidak sampai ke film rontgen. Grid terdiri atas lajur-lajur lapisan tipis
timbal yang disusun tegak diantara bahan-bahan yang tembus radiasi (misalnya
plastic, kayu).
Jenis-jenis grid :
a. Grid diam (stationary grid atau lisholm).
b. Grid bergerak (moving grid atau bucky).
Dari susunannya dibagi dalam :
a. Parallel
b. Focused
c. Pseudo focused
d. Cross-grid
Cara kerjanya : sebagian sinar X (radiasi primer) akan tersebar kesegala arah pada
waktu mengenai suatu benda. Sinar tersebar ini dinamakan sinar hambur (radiasi
sekunder) walaupun sinar hambur mempunyai panjang gelombang yang lebih tetapi
efek fotografinya tetap ada sehingga dapat menimbulkan gangguan pada film rontgen.
Sinar hambur ini harus dikendalikan dengan menggunakan grid (kisi-kisi) (Rasad,
2000).
Cara menggunakan grid yaitu :
a. Tidak boleh terbalik, kecuali jika parallel.
b. Jarak focus-film (FFD = Focus Film Distance) harus tetap.
c. Tidak boleh diluar pusat.
d. Faktor eksposi dinaikkan.
R = right = kanan = Ka
L = left = kiri = Ki
terkena eksposi memiliki celah dalam benteng elektron dimana bintik bayangan
laten terbentuk. Hal ini menyebabkan ion pembangkit menembus melalui celah yang
rawan tersebut. Atau secara singkat dapat dilihat:
Perak Bromide (Agbr) Br
+ Ag
dibentuk pada emulsi film. Mutu pembangkitan tergantung pada dua hal
yaitu karakteristik emulsi dan aktivitas developer.
b. Suhu larutan pembangkit
Suhu larutan pembangkit memiliki pengaruh yang nyata terhadap keaktipan
bahan yang digunakan. Pembangkitan semakin aktif jika suhu semakin tinggi.
Secara umum aktivitas developer naik akibat suhu, sehingga densitas dan
kontras radiograf pun dapat berubah. Film akan menghasilkan gambar standar
jika suhu developer yang konstan dapat dipertahankan. Kontrol suhu dapat
disesuaikan dengan jenis dari system pencuciannya. Untuk manual processing
pengontrolan tersebut tersebut dapat dilakukan secara manual (oleh operator)
sedangkan untuk automatic processing diatur oleh alat.
walaupun
mengalami
c. Waktu pembangkit
Faktor yang menentukan waktu pembangkit yang dikehendaki untuk
mendapatkan kualitas gambar yang optimal ditentukan oleh :
1) Aktivitas developer meliputi keadaan developer dan suhu developer. Oleh
karena itu kondisi dan suhu developer adalah satu kesatuan yang membuat
kerja developer berpengaruh besar. Pada proses manual kerelatifan aktifitas
pembangkitan dapat dilakukan selama empat menit untuk mencapai
pembangkitan secara optimal pada rekomendasi suhu 20 0 C.
2). Tipe emulsi film (Chesney, 1990).
2.3.2. Tahap rinsing
Tahap ini pembilasan yang hanya terdapat pada manual processing. Isi tanki dari
larutan pembilas adalah air. Fungsinya untuk menetralisir sisa cairan developer yang
masih menempel pada film supaya tidak masuk kelarutan fixer. Artinya developer
yang bersifat basa akan dinetralkan oleh air sebelum masuk kelarutan fixer yang
bersifat asam.
2.3.3. Tahap fixing
Tahap fixing sebagai tahap penetapan radiograf
pembangkit dan sekaligus mengeraskan kembali emulsi film. Pengerasan ini sangat
diperlukan untuk melindungi film dari kerusakan.
Larutan fixer terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Bagian A berisi Ammonium thiosulphate, Ammonium sulphite, Acetic acid,
Sodium bisulphate.
b. Bagian B berisi Almunium sulphate.
2.3.4. Tahap washing
Tahap ini adalah tahap pencucian yang dilakukan setelah tahap penetapan. Fungsinya
untuk menghilangkan sisa-sisa bahan yang terbawa oleh emulsi dipermukaan film saat
proses penetapan terjadi. Apabila cairan kimiawi itu tidak dihilangkan maka emulsi
akan berwarna kuning kecoklatan. Ini merupakan akibat dari sisa-sisa garam yang
mengkristal pada film, sehingga hal ini mengganggu hasil gambaran radiograf.
Keterangan :
a.Tangki pembangkit dengan penutup
b.Tangki pembilas
c.Tangki penetap dengan tutup
d.Tangki pembasuh akhir
2.4 Suhu
Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukka n derajat panas atau dingin
suatu benda (Indrajati, 2000). Alat ukurnya disebut thermometer. Suatu benda baik
padat, cair, maupun gas terdiri atas partikel-partikel yang sangat kecil dan molekul.
Jika suatu benda dipanaskan maka molekul-molekul itu bergerak lebih cepat. Gerakan
antara molekul-molekul itu menyebabkan saling dorong sehingga jarak antara
molekul tersebut semakin lebar sehingga perlu ruang besar. Hal tersebut dinamakan
bahwa benda tersebut memuai. Tetapi sebaiknya jika suatu benda didinginkan maka
molekul tersebut daya geraknya menurun sehingga menyebabkan daya tarik antara
molekul semakin kecil, hal tersebut dinamakan bahwa benda tersebut menyusut.
Pada zat cair kenaikan suhu hanya akan mempengaruhi perubahan volume.
Perubahan tersebut akibat terjadinya pemuaian akibat panas. Oleh karena itu suhu
erat kaitannya dengan kalor (panas). Kalor adalah bentuk energy yang dapat
berpindah dari suatu benda ke benda yang lain. Apabila kedua benda yang suhunya
berbeda disatukan maka suatu saat akan terjadi keseimbangan ternal atau mengalami
suhu yang sama (Azas Black) keseimbangan ternal terjadi karena adanya perpindahan
kalor.
2.5 Densitas
Densitas adalah derajat kehitaman suatu film radiograf yang disebabkan oleh
pancaran cahaya tampak ataupun sinar X yang mengenai butiran-butiran perak helida
penyusun emulsi film (Chesney, 1976). Densitas dapat diukur dengan sebuah alat
ukur yang disebut densitometer. Densitometer adalah instrument yang digunakan
membaca tingkat penghitaman pada film. Alat tersebut dilengkapi dengan sensor
cahaya yang didesain untuk menangkap jumlah cahaya yang keluar dari sumber
cahaya setelah melalui film. Sebelum pengukuran densitometer harus dikalibrasi
dengan cara mengukur jumlah cahaya dari sumber. Hal ini dilakukan dengan menekan
sensor sehingga menempel pada sumber cahaya dan untuk itu dilakukan pengukuran
layar baca dimulai dari angka nol. Densitas suatu radiograf adalah nilai kehitaman
dari gambar radiograf atau banyaknya cahaya yang diserap pada daerah tertentu pada
film. Densitas akan berbanding lurus dengan faktor eksposi (intensitas radiasi yang
sampai ke film) artinya apabila intensitas radiasi yang sampai ke film banyak , nilai
densitas akan tinggi. Rentang densitas yang dijumpai pada gambar radiograf secara
umum berkisar antara 0,25 -2,5 (Meredith, 1972).
D=
(2.4)
D = Densitas
I0 = Intensitas cahaya mula-mula
I1 = Intensitas cahaya setelah melalui objek
Menurut Meredith (1977) jumlah radiasi sinar X yang ditangkap film dipengaruhi
oleh:
1. Tegangan tabung (kV)
Tegangan tabung dinaikkan maka intensitas sinar X yang dihasilkan juga meningkat,
yang akan meningkatkan energi sinar X. Energi sinar X meningkat maka kemampuan
menembus bahan akan tinggi sehingga sinar X yang sampai ke film pun akan
meningkat. Jadi dengan meningkatkan tegangan tabung maka meningkatkan intensitas
radiasi dengan demikian densitas akan meningkat.
2. Arus tabung (mA)
Arus tabung merupakan banyaknya arus dalam tabung. Maka dengan meningkatkan
arus tabung maka jumlah jumlah elektron yang bergerak ke katoda menuju anoda
semakin banyak. Dengan demikian sinar X yang dihasilkan semakin banyak dimana
akan meningkatkan radiasi sinar X menuju film yang akan meningkatkan densitas.
3. Waktu eksposi (s)
Dengan menaikkan waktu eksposi maka densitas yang dihasilkan akan meningkat.
Dengan waktu eksposi yang lama akan menyebabkan sinar X yang ditangkap film
semakin banyak.
Beberapa kesalahan umum dalam radiografi yaitu (Simon, 1981) :
1. Terlalu gelap
Ini disebabkan karena penyinaran yang berlebihan.
2. Terlalu terang
Ini disebabkan oleh penyinaran yang kurang.
3. Terlalu kelabu
Ini disebabkan oleh beberapa sebab yaitu :
a. Teknik kamar gelap yang salah, misalnya obat pencuci terlau banyak
dipakai, tidak cukup waktu pencuciannya, tidak dipergunakannya alat
pengukur waktu, suhu yang tidak tepat dari obat pencucian, tidak
9. Kotak melihat film basah yang baru dikeluarkan dari cairan penetap.
10. Rak gantungan film untuk film yang basah.
11. Lemari pengering.
2.7 Radiobiologi
Cabang ilmu yang mempengaruhi efek radiasi terhadap tubuh manusia atau jaringan
yang hidup disebut radiobiology. Pengaruh ini dapat berupa pengaruh fisika, kimia
atau keduanya. Radiasi mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung (Sikri,
2001).
a. Langsung
Volume sensitif dalam sel (seperti molekul, atom) dirubah oleh absorpsi energi
langsung dari radiasi. Aksi langsung ini dijelaskan dalam teori target. Dimana volume
sensitif adalah diasumsikan sebagai target dan produksi ionisasi akan terjadi.
Tubrukan tunggal terjadi cukup menghasilkan inaktivasi. Jumlah sel yang bertahan
hidup akan berkurang secara eksponensial dengan dosis.
b. Tidak langsung
Volume yang tidak aktif bukan volume yang menyerap energi. Radiasi yang
menyebabkan uraian kimia dari berbagai enzim yang mengarah pada kehancurannya.
Umumnya sel akan mati pada saat pembelahan mitotic akibat radiasi.
Berikut ini adalah jaringan yang sensitive terhadap radiasi :
a. Sel pembuluh darah
b. Organ reproduksi
c. Jaringan tulang dan granula
d. Epithelium dari canal alimentary
e. Skin dan otot
f. Jaringan saraf
Ada gap waktu antara ekspose dan gejala klinis. Ini dikenal sebagai periode laten.
Periode laten dapat berbentuk jam hingga beberapa tahun. Secara persial tergantung
pada dosis. Semakin besar dosisnya semakin kecil periode latennya.
Penyinaran sel dapat mengakibatkan hal sebagai berikut (Sikri, 2001) :
1. Menghambat bitosis
Ini mengacu kepada keterlambatan mitosis yaitu pembelahan sel. Tingkat keparahan
efek tergantung kepada tingkat dosis dan jumlah dosis. Efek ini dapat bersifat
temporer atau permanen.
2. Aberasi kromosom
Radiasi dapat menyebabkan putusnya kromosom. Umumnya ini dapat terjadi dan
kerusakan tidak dapat dilihat. Ini menghasilkan beberapa bagian bahan yang tidak
ditransferkan ke sel belahan.
Tipe aberasi :
a. Kelengketan
Ini mengarah pada pembentukan jembatan temporer atau permanen dan mencegah
pemisahan kromosom bersih selama pembelahan sel.
b. Kromosom asentrik atau disentrik
Sebagai hasil uraian kromosom dan pengaturan selama pembelahan satu kromosom
tidak memiliki sentrome (asentrik) sementara yang lain memiliki dua sentromer
(disentri). Disentrik mengarah pada jembatan dan asentrik akan hilang dari sel selama
pembelahan.
c. Translokasi
Bagian yang putus akan menyatukan kromosom lain atau dua kromosom yang
merubah potongan uraian.
d. Delesi atau penghapusan
Bagian terminal dari kromosom dapat di putus dan diperlambat.
3. Mutasi sel
Ini merupakan perubahan dalam karakteristik gen yang termanifestasi sebagai efek
genetika.
4. Kematian sel akibat penyinaran dapat mengakibatkan kematian sel dan ini
mengarah pada perubahan dalam sifat fisik struktur sel yang vital.
Efek biologi dapat dikategorikan ke dalam (Sikri, 2001):
a. Somatic
Efek somatic adalah efek yang terjadi pada indifidu yang kontak langsung.
b. Genetika
Efek ini dipertahankan dalam genetikan yang akan datang.
c. Stokastik
Dimana kemungkinan efek berlangsung selain dari pada tingkat keparahannya
sebagaimana dinyatakan sebagai fungsi dosis tampa ambang batas. Contohnya
karsinoma, leukemia, efek hereditas.
d. Non stokastik
Dimana tingkat keparahan efeknya berfariasi dengan dosis ambang batasnya terjadi.
Contohnya katarak, memperpendek rentang hidup, kemandulan.