Teori Terbentuknya Alam Semesta
Teori Terbentuknya Alam Semesta
meledak dengan hebat karena adanya reaksi inti (George Lemaitre, 1930). Massa
itu kemudian berserak mengembang dengan sangat cepatnya menjauhi pusat
ledakan. Setelah berjuta-juta tahun, massa yang bergerak itu membentuk kelompokkelompok galaksi yang ada sekarang. Massa-massa tersebut harus bergerak
menjauhi titik pusatnya. Teori ini didukung oleh kenyataan dari pengamatan bahwa
galaksi-galaksi itu memang bergerak menjauhi titik pusat yang sama. Selain itu,
teori ini didukung oleh pakar astronomi Arno Penzias dan Robert Wilson yang
menemukan radiasi gelombang mikro.
5. Teori Planetisimal
Teori Planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin
(1843-1928) dan Forest R. Moulton pada tahun (1878-1952) seorang astronom.
Disebut Planetisimal yang berarti planet kecil karena planet terbentuk dari benda
padat yang memang telah ada. Matahari telah ada sebagai salah satu dari bintangbintang yang banyak, pada satu waktu ada sebuah bintang yang berpapasan pada
jarak yang tidak terlalu jauh, akibatnya terjadi pasang naik antara bintang tadi dan
matahari. Pada waktu bintang tiu menjauh sebagian massa matahari itu jatuh
kembali kepermukaan matahari dan sebagian lain berhamburan disekeliling
matahari, maka inilah yang disebut dengan planetisimal yang kenal menjadi planetplanet yang eredar pada orbitnya dan mengelilingi matahari.
cerutu, maka besar planet-planet tersebut berbeda-beda antara yang terdekat dan
yang terjauh dan besar di bagian tengahnya.
8. Teori Kondensasi
Teori kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang
bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi
menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.
Bumi tempat tinggal saat ini merupakan salah satu anggota tata surya
dengan matahari sebagai pusatnya. Jarak bumi dengan matahari sekitar 150 juta km.
Bumi berbentuk bulat pepat dengan jari-jari 6.370 km. Bumi merupakan planet
dengan
urutan
ketiga
dari
delapan
planet
yang
dekat
dengan matahari.Bumi diperkirakan telah terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun yang
lalu, dan merupakan satu-satunya planet yang dapat dihuni oleh berbagai jenis
mahluk hidup. Permukaan bumi terdiri dari daratan dan lautan. Jika bumi diiris
maka akan tampak lapisan-lapisan seperti pada Gambar 2.1.
Lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Kerak bumi
Kerak bumi adalah lapisan terluar bumi yang terbagi menjadi dua kategori,
yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar
5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km. Tebal
lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan tanah dan batuan.
Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian
bawah kerak bumi mencapai 1.100 derajaT Celcius. Lapisan kerak bumi dan bagian
di
bawahnya
hingga
kedalaman
100
km
dinamakan
litosfer.
Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak bumi adalah: Oksigen (46,6%), Silikon
(27,7%), Aluminium (8,1%), Besi (5,0%), Kalsium (3,6%) Natrium (2,8%), Kalium
(2,6%) dan Magnesium (2,1%). Unsurunsur tersebut membentuk satu senyawa
yang disebut dengan batuan.
3. Inti Bumi
Inti bumi terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi
(90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 29005200 km.
NI PUTU RATIH NOVYANTI DEWI (1491561017)
Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti
luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai
200o C. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar
2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4500 oC.
Berdasarkan penyusunnya lapisan bumi terbagi atas litosfer, astenosfer, dan
mesosfer. Litosfer adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira 100 km) dan
terdiri dari kerak bumi dan bagian atas selubung. Litosfer memiliki kemampuan
menahan beban permukaan yang luas misalkan gunungapi.Litosfer bersuhu dingin
dan kaku. Di bawah litosfer pada kedalaman kira-kira 700 km terdapat
astenosfer.Astenosfer hampir berada dalam titik leburnya dan karena itu bersifat
seperti fluida.Astenosfer mengalir akibat tekanan yang terjadi sepanjang waktu.
Lapisan berikutnya adalah mesosfer. Mesosfer lebih kaku dibandingkan
astenosfer namun lebih kental dibandingkan litosfer. Mesosfer terdiri dari sebagian
besar selubung hingga inti bumi. Permukaan bumi ini terbagi atas kira-kira 20
pecahan besar yang disebut lempeng. Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan
lempeng kira-kira hampir sama dengan litosfer yang merupakan kulit terluar bumi
yang padat. Litosfer terdiri dari kerak dan selubung atas. Lempengnya kaku dan
lempeng-lempeng itu bergerak diatas astenosfer yang lebih cair. Arus konveksi
memindahkan panas melalui zat cair atau gas, yang membuat lempeng-lempeng
dapat bergerak, yang dapat menimbulkan getaran yang terjadi dipermukaan
bumi.zat cair atau gas, yang membuat lempeng-lempeng dapat bergerak, yang dapat
menimbulkan getaran yang terjadi dipermukaan bumi.
Pada saat ini ditemukan sebuah fakta bahwa bumi tidak lagi hanya
mempunyai 3 lapisan, tapi 7 lapisan. Pengukuran-Pengukuran dan percobaanpercobaan terbaru menunjukkan bahwa artikel yang berisi nukleus dari bumi itu
berada di bawah tekanan yang sangat tinggi, tiga juta kali lebih dari permukaan
bumi. Di bawah tekanan seperti itu, zat berubah bentuk menjadi solid, dan hal ini
pada waktunya membuat inti bumi itu sangat solid. Inti bumi ini dikelilingi suatu
lapisan zat cair dengan suhu yang sangat tinggi. Ini berarti bahwa ada dua lapisan
di dalam inti bumi, bukan satu. Satu lapisan di dalam pusat yang dikelilingi lapisan
zat cair. Hal itu diketahui sesudah alat-alat pengukur dikembangkan dan memberi
para ilmuwan suatu perbedaan yang jelas antar lapisan-lapisan bumi bagian dalam.
Jika turun ke bawah bumi yang keras, maka akan ditemukan lapisan batu-batu yang
sangat panas, yaitu batu yang berfungsi untuk membungkus. Setelah itu ada tiga
lapisan terpisah, di mana masing-masing itu berbeda kepadatan, tekanan dan suhu
yang berbeda-beda.
Gambar 2.2 menunjukkan tujuh lapisan bumi, dimana kerak bumi adalah
lapisan sangat tipis yang disusul dengan mantel dengan berbeda-beda ketebalannya,
lalu disusul lapisan-lapsan yang terdiri zat cair, dan diakhiri dengan yang lapisan
ketujuh, yaitu nukleus padat. Para ilmuwan juga menemukan bahwa atom terdiri
dari tujuh lapisan atau tingkatan, dan hal ini membuktikan keseragaman ciptaan, di
mana bumi mempunyai tujuh lapisan dan atom-atom mempunyai tujuh lapisan juga.
Tujuh lapisan bumi itu sangat berbeda-beda dari segi struktur, kepadatan, suhu dan
bahannya.
Lapisan luar bumi secara keseluruhan sering disebut atmosfer. Atmosfer
adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan
planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di bumi, atmosfer terdapat dari
ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas
permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut
fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan
yang lain berlangsung bertahap. Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk
memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit dan
tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang.
Dengan peralatan yang sensitif yang dipasang di wahana luar angkasa, dapat
diperoleh pemahaman yang lebih baik tentang atmosfer berikut fenomenafenomena yang terjadi di dalamnya. Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%)
dan oksigen (20.97%), dengan sedikit argon (0.9%), karbondioksida (variabel,
tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan
di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari dan mengurangi
suhu ekstrem di antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada dalam 11 km dari
permukaan planet. Lapisan atmosfer terdiri dari beberapa lapisan berikut ini.
1. Troposfer
Lapisan Troposfer berada pada level yang terendah, campuran gasnya
paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan
terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain.
Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang paling
tipis (kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Dalam lapisan ini, hampir
semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin tekanan dan kelembaban
NI PUTU RATIH NOVYANTI DEWI (1491561017)
lebih besar daripada gerakan tegak. Hawa panas dan dingin yang beradu
di sini mengakibatkan kondisi suhu yang berubah-ubah.
d. Lapisan Udara Tropopouse
Merupakan lapisan transisi antara lapisan troposfer dan stratosfer
terletak antara 8 12 km di atas permukaan laut (dpl). Pada lapisan ini
terdapat derajat panas yang paling rendah, yakni antara 46o C sampai
80o C pada musim panas dan antara 57o C sampai 83o C pada
musim dingin. Suhu yang sangat rendah pada tropopouse inilah yang
menyebabkan uap air tidak dapat menembus ke lapisan atmosfer yang
lebih tinggi, karena uap air segera mengalami kondensasi sebelum
mancapai tropopouse dan kemudian jatuh kembali ke bumi dalam
bentuk cair (hujan) dan padat (salju, hujan es).
2. Stratosfer
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari
ketinggian sekitar 11 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif stabil
dan sangat dingin yaitu 70oF atau sekitar 57oC. Pada lapisan ini angin yang
sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang tertentu.Disini juga tempat
terbangnya pesawat. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang terjadi di lapisan
paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi pada lapisan
ini. Dari bagian tengah stratosfer ke atas, pola suhunya berubah menjadi semakin
bertambah semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon
yang bertambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada
lapisan ini bisa mencapai sekitar 18oC pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan
stratopause memisahkan stratosfer dengan lapisan berikutnya.
Lapisan stratosfer dibagi dalam tiga bagian yaitu:
a. Lapisan udara isoterm; terletak antara 12 35 km dpl, dengan suhu
udara 50o C sampai -55o C.
b. Lapisan udara panas; terletak antara 35 50 km dpl, dengan suhu 50o
C sampai + 50o C.
10
3. Mesosfer
Kurang lebih 25 mil atau 40km di atas permukaan bumi terdapat lapisan
transisi menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika
ketinggian bertambah, sampai menjadi sekitar 143oC di dekat bagian atas dari
lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km diatas permukaan bumi. Suhu serendah ini
memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang terbentuk dari kristal es. Daerah
transisi antara lapisan mesosfer dan termosfer disebut mesopouse dengan suhu
terendah 110o C.
4. Termosfer
Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km.
Dinamai termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada
lapisan ini yaitu sekitar 1982oC. Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi sinar
ultra ungu. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan
bermuatan listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat memantulkan
gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini berguna untuk
membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh. Molekul oksigen akan
terpecah menjadi oksegen atomik di sini. Proses pemecahan molekul oksigen dan
gas-gas atmosfer lainnya akan menghasilkan panas, yang akan menyebabkan
meningkatnya suhu pada lapisan ini. Suhu pada lapisan ini akan meningkat dengan
meningkatnya ketinggian. Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan lagi, yaitu:
a. Lapisan Udara E
Terletak antara 80 150 km dengan rata-rata 100 km dpl. Lapisan
ini tempat terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini dinamakan juga
lapisan udara Kennely dan Heaviside dan mempunyai sifat memantulkan
gelombang radio. Suu udara di sini berkisar 70o C sampai +50o C .
11
b. Lapisan udara F
Terletak antara 150 400 km. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara
Appleton.
c. Lapisan udara atom
Pada lapisan ini, benda-benda berada dalam lbentuk atom. Letaknya
lapisan ini antara 400 800 km. Lapisan ini menerima panas langsung dari
matahari, dan diduga suhunya mencapai 1200o C. Fenomena aurora yang
dikenal juga dengan cahaya utara atau cahaya selatan terjadi di lapisan ini.
5. Eksosfer
Merupakan lapisan atmosfer yang paling tinggi. Pada lapisan ini, kandungan
gas-gas atmosfer sangat rendah. Batas antara ekosfer (yang pada dasarnya juga
adalah batas atmosfer) dengan angkasa luar tidak jelas. Daerah yang masih
termasuk ekosfer adalah daerah yang masih dapat dipengaruhi daya gravitasi bumi.
Garis imajiner yang membatasi ekosfer dengan angkasa luar disebut magnetopause.
Adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu meteoritik.
Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut juga disebut sebagai cahaya Zodiakal.
Berdasarkan penyebabnya gempabumi dapat terjadi akibat runtuhnya guagua dalam bumi, tabrakan (impack), peledakan, gunungapi, kegiatan tektonik.
12
2. Tabrakan (Impack)
Awalnya banyak juga yang percaya bahwa gempabumi disebabkan adanya
meteor atau shooting star yang menabrak bumi pada tahun 1908 di Rusia, suatu
bintang beralih (meteor) jatuh dan mengakibatkan terjadinya lubang yang sangat
besar menyerupai sebuah kawah. Walaupun gelombang tekanan akibat jatuhnya
meteor tersebut tercatat sampai ke kota London di Inggris, akan tetapi efeknya sama
sekali tidak terekam pada alat pencatat getaran gempabumi (seismograf). Ini berarti
getaran yang ditimbulkan akibat tabrakan meteor dengan bumi kekuatannya sangat
kecil sekali. Lagi pula tabrakan yang demikian sebenarnya sangat jarang terjadi di
bumi.
13
14
15
kontinen merupakan lempeng benua yang secara kimia bersifat relatif asam dan
mempunyai berat jenis lebih rendah dibandingkan lempeng samudera.
Lempeng-lempeng tadi bergerak satu sama lain di mana Lempeng
Samudera India bergerak relatif ke arah utara dengan kecepatan 7 cm per tahun,
Lempeng Laut Filipina bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan 8 cm per
tahun dan lempeng Eurasia yang cenderung stabil. Pergerakan lempeng-lempeng
ini kemudian bertemu pada satu zona tumbukan yang disebut dengan zona
subduksi.
Interaksi ketiga lempeng tadi mengakibatkan pengaruh pada hampir seluruh
kepulauan yang ada di Indonesia, kecuali Kalimantan. Pengaruh dari pergerakan
lempeng tadi ada yang langsung berupa pergerakan kerak bumi di batas pergerakan
lempeng tadi, yang akan menimbulkan gempa bumi dan tsunami apabila
pergerakannya terdapat di dasar laut, maupun tidak langsung. Gempa bumi dan
tsunami yang terjadi setahun lalu di Aceh dan Sumatera Utara merupakan contoh
nyata.
Gempa dan tsunami Aceh dihasilkan tunjaman Lempeng Samudera India ke
bawah Lempeng Eurasia. Tunjaman tersebut menghasilkan getaran yang
menimbulkan gempa bumi berkekuatan sekitar 8,9 skala richter. Pusat gempa
tersebut terdapat di Samudera Hindia, tepatnya sekitar 200 km sebelah barat daya
Pulau Sumatera. Getaran gempa yang sangat keras itu kemudian sampai ke
permukaan laut dan menimbulkan gerakan osilasi pada air laut dengan kecepatan
sekitar 700/800 km/jam (setara dengan kecepatan pesawat komersil), yang akhirnya
sampai ke daerah Aceh dan Sumatera Utara dalam bentuk tsunami.
Selain itu pertemuan Lempeng Samudera India dengan Lempeng Eurasia
juga menghasilkan lajur gunung api yang memanjang dari Sumatera sampai Nusa
Tenggara dan membentuk sebuah rangkaian gunung api. Rangkaian gunung api ini
dikenal dengan istilah busur vulkanik dan berhenti di Pulau Sumbawa, kemudian
berbelok arah ke Laut Banda menuju arah utara ke daerah Maluku Utara, Sulawesi
Utara dan terus ke Filipina. Busur gunung api ini sendiri ada yang masih aktif
seperti Gunung Merapi, Gunung Krakatu di Selat Sunda, Gunung Galunggung dan
Gunung Papandayan di Jawa Barat, Gunung Merapi di Jogjakarta, Gunung Agung
di Bali, Gunung Rinjani dan Tambora di Nusa Tenggara, Gunung Gamalama dan
16
Tidore di Maluku Utara, dan Gunung Klabat di Sulawesi Utara. Sebaran gunung
berapi di Indonesia dtunjukkan pada gambar berikut.
Pergerakan ketiga lempeng tadi juga dapat menimbulkan patahan atau sesar
yaitu pergeseran antara dua blok batuan baik secara mendatar, ke atas maupun
relatif ke bawah blok lainnya. Patahan atau sesar ini merupakan perpanjangan gaya
yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan lempeng utama. Patahan atau sesar inilah
yang akan menghasilkan gempa bumi di daratan dan tanah longsor. Akibatnya,
bangunan yang ada di atas zona patahan ini sangat rentan mengalami runtuhan.
Patahan atau sesar-sesar ini akan mempengaruhi resistensi atau kekuatan
pada batuan yang dilewatinya, menyebabkan batuan- batuan tadi menjadi rapuh dan
mudah mengalami erosi. Apabila jenis batuan tersebut merupakan batuan yang
porous( berongga), maka akan menimbulkan hal yang lebih fatal lagi. Curah hujan
yang tinggi akan menyebabkan air hujan masuk ke dalam rongga batuan dan
menyebabkan lama kelamaan batuan tersebut akan menjadi jenuh yang berujung
pada terjadinya pergerakan massa batuan dalam bentuk blok besar yang
menimbulkan tanah longsor, terutama daerah dengan kemiringan lereng yang
curam.
Gambar 4.1 Sebaran Gunung api dan titik pusat gempa di Kepulauan Indonesa.
NI PUTU RATIH NOVYANTI DEWI (1491561017)
17
Menurut teori yang ada, kerak bumi (lithosfer) dapat diterangkan ibarat
suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel
astenosfer yang liat dan sangat panas, atau bisa juga disamakan dengan pulau es
yang mengapung di atas air laut. Ada dua kjenis kerak bumi yakni kerak samudera
yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera
sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak
samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya
aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerakbumi ini pecah
menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerakbumi.
Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau
keduanya. Arus konvensi tersebut merupakan sumber kekuatan utama yang
menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng.
Pergerakan lempeng kerak bumi ada 3 macam yaitu pergerakan yang saling
mendekati, saling menjauh dan saling berpapasan.
18
antar
gunung
dan
cekungan
busur
belakang.
Pada
jalur
dengan
lainnya
(plate
boundaries)
terbagi
dalam
jenis,
yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup
kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga
lempeng kerak bertemu.
a. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling
memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan
litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen.
Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar
laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini
menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah
antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu
contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di
19
b. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah
kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu
sama lain (one slip beneath another).
Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah
lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona
tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi
gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic
trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
Batas konvergen ada 3 macam, yaitu:
i) antara lempeng benua dengan lempeng samudra (Oceanic
Continental)
20
meleleh.
Pada
lapisan
litosfer
tepat
di
atasnya,
c. Batas Transform
Terjadi
bila
dua
lempeng
tektonik
bergerak
saling
21
22
perambatannya.Sedangkan
gelombang
sekunder
merupakan
1. Hukum Snellius
Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik
yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan
terbagi. Gelombang tersebut sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan
sebagian diteruskan merambat dibawah permukaan. Penjalaran gelombang seismik
mengikuti Hukum Snellius yang dikembangkan dari Prinsip Huygens, menyatakan
bahwa sudut pantul dan sudut bias merupakan fungsi dari sudut datang dan
kecepatan gelombang. Gelombang P yang datang akan mengenai permukaan
bidang batas antara dua medium berbeda akan menimbulkan gelombang refraksi
dan refleksi.
23
2. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang
merupakan sumber bagi gelombang baru. Posisi dari muka gelombang dalam dapat
seketika ditemukan dengan membentuk garis singgung permukaan untuk semua
wavelet sekunder. Prinsip Huygens mengungkapkan sebuah mekanisme dimana
sebuah pulsa seismik akan kehilangan energi seiring dengan bertambahnya
kedalaman (Asparini, 2011).
3. Prinsip Fermat
Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat
waktu penjalarannya. Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium
yang memiliki variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut
akan cenderung melalui zona-zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona
kecepatan rendah.
Di bumi ini ada 7 lempeng yang besar yaitu Pacific, North America, South
America, African, Eurasian (lempeng dimana Indonesia berada), Australian, dan
Antartica. Di bawah lempeng-lempeng inilah arus konveksi berada dan
astenosphere (lapisan dalam dari lempeng) menjadi bagian yang terpanaskan oleh
peluruhan radioaktif seperti Uranium, Thorium, dan Potasium. Bagian yang
terpanaskan inilah yang menjadi sumber dari lava yang ada di gunung berapi dan
NI PUTU RATIH NOVYANTI DEWI (1491561017)
24
juga sumber dari material yang keluar di pematang tengah samudera dan
membentuk lantai samudera yang baru. Magma ini terus keluar keatas di pematang
tengah samudera dan menghasilkan aliran magma yang mengalir kedua arah
berbeda dan menghasilkan kekuatan yang mampu membelah pematang tengah
samudera. Pada saat lantai samudera tersebut terbelah, retakan terjadi di tengah
pematang dan magma yang meleleh mampu keluar dan membentuk lantai samudera
yang baru.
Kemudian lantai samudera tersebut bergerak menjauh dari pematang tengah
samudera sampai dimana akhirnya bertemu dengan lempeng kontinen dan akan
menyusup ke dalam karena berat jenisnya yang umumnya berkomposisi lebih berat
dari berat jenis lempeng kontinen. Penyusupan lempeng samudera kedalam
lempeng benua inilah yang menghasilkan zona subduksi atau penunjaman dan
akhirnya lithosphere akan kembali menyusup ke bawah astenosphere dan
terpanaskan lagi.
Daerah pertemuan lempeng ini umunya banyak menghasilkan gempa bumi
dan apabila sumber gempa bumi ini ada di samudera maka besar kemungkinan
terjadi tsunami. Pertemuan dari lempeng-lempeng tersebut adalah zona patahan dan
bisa dibagi menjadi 3 kelompok. Mereka adalah patahan normal (normal fault),
patahan naik (thrust fault), dan patahan geser (strike slipe fault). Selain ketiga
kelompok ini ada satu lagi yang biasanya disebut tumbukan atau obduction dimana
kedua naik berhubungan dengan compressional atau tegasan atau dorongan.
Patahan geser banyak berhubungan dengan gaya transformasi.
Indonesia terletak di pertemuan lempeng Australian dan Eurasian dimana
lempeng Australian menyusup ke dalam zona eurasian sehingga membentuk zona
subduksi sepanjang Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, Timur dan
melingkar di Banda. Sedangkan Irian Jaya adalah tempat bertemunya beberapa
lempeng yaitu Australian, Eurasian, Pasific, dan Philipine. Akibat dari terbentunya
zona subduksi inilah maka banyak sekali ditemukan gunung berapi di Indonesia.
Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:
a. Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua
b. Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua
25
26
ialah
batas
konvergen
dengan
lempeng
Eurasia
yang
membentuk
batas
timur
laut
lempeng
Australia
27
ke
Myanmar
(bekas
Burma)
ke
barat
daya
28
29
30
konstruksi bangunan yang kurang memenuhi syarat, baik itu dalam segi
perencanaan maupun pada waktu pelaksanaan.
Berikut ini ditampilkan beberapa kejadian-kejadian kegagalan struktur
bangunan akibat gempa.
31
Gambar 7.2 (a) Bangunan ruko di Padang akibat gempa Tahun 2009
Gambar 7.2 (b) Bangunan ruko di Padang akibat gempa Tahun 2009
32
33
34
VIII. TSUNAMI
Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air
bawah laut karena pergeseran lempeng, tanah longsor, erupsi gunungapi, dan
jatuhnya meteor. Tsunami dapat bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan dapat
mencapai daratan dengan ketinggian gelombang hingga 30 meter. Tsunami berasal
dari bahasa jepang, yaitu tsu : pelabuhan dan nami : gelombang.
Tsunami sangat berpotensi bahaya meskipun tsunami ini tidak terlalu
merusak garis pantai. Gempa yang disebabkan pergerakan dasar laut atau
pergeseran lempeng yang paling sering menimbulkan tsunami. Pada tahun 2006
Indonesia mengalami tsunami dahsyat setelah gempabumi berskala 8.9 SR terjadi
di sekitar Aceh. Area yang memiliki risiko tinggi jika gempa bumi besar atau tanah
longsor terjadi dekat pantai gelombang pertama dalam seri bisa mencapai pantai
dalam beberapa menit, bahkan sebelum peringatan dikeluarkan. Area berada pada
risiko yang lebih besar jika berlokasi kurang dari 25 meter di atas permukaan laut
dan dalam beberapa meter dari garis pantai.
35
36
Kekuatan atau magnitudo gempa biasa dinyatakan dalam skala Richter atau
skala lain yang merupakan pengembangan skala Richter. Gempa diukur dengan alat
yang disebut seismograf. Alat ini mencatat getaran yang ditimbulkan oleh
pergerakan permukaan tanah dalam bentuk garis-garis zig-zag yang menunjukkan
variasi amplitudo gelombang yang ditimbulkan oleh gempa. Kenaikan satu unit
magnitudo (misalnya dari 4.6 ke 5.6) menunjukkan 10 kali lipat kenaikan besar
gerakan yang terjadi di permukaan tanah atau 30 kali lipat energi yang dilepaskan.
Jadi gempa berkekuatan 6.7 skala Richter menghasilkan 100 kali lipat lebih besar
gerakan permukaan tanah atau 900 kali lipat energi yang dilepaskan pada gempa
berskala 4.7. Gempa besar berskala 8 atau lebih secara statistik terjadi rata-rata satu
kali tiap tahun di dunia. Gempa berskala sedang (5-5.9) terjadi rata-rata 1319 kali
dalam setahun di dunia. Gempa berskala 2.5 atau kurang terjadi jutaan kali dan
biasanya tidak dapat dirasakan oleh manusia.
Selain dinyatakan dalam magnitudo besaran gempa juga sering dinyatakan
dalam intensitas. Intensitas gempa adalah ukuran efek gempa di suatu tempat
terhadap manusia, tanah dan struktur atau bangunan. Standar intensitas yang sering
digunakan adalah Modified Mercalli. Dalam standar ini skala I adalah gempa yang
tidak terasa, skala II gempa yang dirasakan oleh beberapa orang yang sedang dalam
posisi istirahat, terutama di bangunan tinggi, demikian seterusnya sampai
meningkat ke skala VII untuk gempa yang merusakkan bangunan yang tidak
dibangun dengan struktur yang baik tetapi hanya sedikit merusakaan bangunan
yang dibangun dengan baik, dan skala XII untuk gempa yang menyebabkan
kerusakan total, dan melemparkan benda-benda ke udara.
Beberapa skala gempa yang sering digunakan adalah sebagai berikut.
1. Skala Mercalli
Skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe
Mercalli pada tahun 1902. Skala Mercalli terbaagi menjadi 12 pecahan berdasarkan
informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebutdan juga dengan
37
melihat dan membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Oleh
itu skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan
perhitungan magnitudo gempa yang lain. Oleh karena itu, saat ini penggunaan skala
Richter lebih luas digunakan untuk untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Tetapi
skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi Harry
Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan terutama apabila tidak terdapat
peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat
kejadian.
Skala Modifikasi Intensitas Mercalli mengukur kekuatan gempa bumi
melalui tahap kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi itu. Satuan ukuran
skala Modifikasi Intensitas Mercalli adalah seperti di bawah :
a. Skala Modifikasi Keamatan Mercalli
b. Tidak terasa
c. Terasa oleh orang yang berada di bangunan tinggi
d. Getaran dirasakan seperti ada kereta yang berat melintas.
e. Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak dinding
rumah, benda tergantung bergoyang.
f. Dapat dirasakan di luar rumah, hiasan dinding bergerak, benda kecil di
atas rak mampu jatuh.
g. Terasa oleh hampir semua orang, dinding rumah rusak.
h. Dinding pagar yang tidak kuat pecah, orang tidak dapat
berjalan/berdiri.
i. Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan.
j. Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan tekuk.
k. Jambatan dan tangga rusak, terjadi tanah longsor.
l. Rel kereta api rusak.
m. Seluruh bangunan hancur dan hancur lebur.
38
3. Skala Richter
Skala Richter atau SR didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari
amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa
oleh instrumen pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100
km dari pusat gempanya. Sebagai contoh, misalnya rekaman gempa bumi
(seismogram) dari seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat
gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut
adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter. Skala ini
diusulkan oleh fisikawan Charles Richter.
Untuk memudahkan orang dalam menentukan skala Richter ini, tanpa
melakukan perhitungan matematis yang rumit, dibuatlah tabel sederhana seperti
gambar di samping ini. Parameter yang harus diketahui adalah amplitudo
maksimum yang terekam oleh seismometer (dalam milimeter) dan beda waktu
tempuh antara gelombang-P dan gelombang-S (dalam detik) atau jarak antara
seismometer dengan pusat gempa (dalam kilometer). Dalam gambar di samping ini
dicontohkan sebuah seismogram mempunyai amplitudo maksimum sebesar 23
milimeter dan selisih antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik maka
dengan menarik garis dari titik 24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di sebelah kanan
maka garis tersebut akan memotong skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut sebesar
5,0 skala Richter.
Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi
di daerah Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini banyak
diadopsi untuk gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya. Skala Richter ini
NI PUTU RATIH NOVYANTI DEWI (1491561017)
39
hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo gempa di bawah
6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi tidak
representatif lagi.
Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai
teknik Richter seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam
pemberitaan di media tentang magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai
kadang tidak disebutkan dalam pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara
instansi yang satu dengan instansi yang lainnya mengeluarkan besar magnitudo
yang tidak sama. Berikut ini ditampilkan efek yang dirasakan dari gempa dalam
Skala Richter.
Skala
Richter
Efek gempa
< 2.0
2.0-2.9
3.0-3.9
4.0-4.9
5.0-5.9
6.0-6.9
7.0-7.9
8.0-8.9
9.0-9.9
10.0-10.9
11.0-11.9
40
Skala
Richter
Efek gempa
Bisa terasa di seluruh dunia. Hanya terekam sekali, saat tumbukan
12.0-12.9
> 13.0
41