: 19 November 2012
Tanggal Pemeriksaan
: 19 November 2012
Identitas
Nama
Umur
Pekerjaan
Agama
Alamat
: Ny. N
: 79 tahun
: IRT
: Islam
: Jl. Merdeka Gg. Otok Samarinda
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan umum
Kesadaran
: Sakit sedang
: Compos mentis
Tanda-tanda vital :
o Tekanan Darah
o Nadi
o RR
: 150/90 mmHg
: 80 x/menit
: 20 x/menit
Pemeriksaan Penunjang
FNAB (19/11/2012) :
FNAB (04/12/2012) :
keganasan.
Kesimpulan
: Verruca Vulgaris
Status Dermatologis
Lokalisasi
Diagnosa Banding
Verruca Vulgaris
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel basal
Diagnosa Kerja
Verruca Vulgaris
Penatalaksanaan
Cauterisasi
Post cauterisasi:
o Cefadroxil 500mg 2x1 tab
o Asam mefenamat 500mg 2x1 tab
o Ranitidine tab 2x1 pc
Advise
Menjaga kebersihan diri dengan rajin mencuci tangan setelah melakukan aktivitas
Segera obati jika terdapat luka pada bagian tubuh
Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad fungsionam
Quo ad cosmeticam
: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Kasus ditelaah pada pasien Ny. N usia 79 tahun dengan keluhan benjolan pada bibir
bawah sebelah kiri sejak 3 bulan sebelum kunjungan ke klinik kulit dan kelamin RSUD A.
W. Sjahranie. Pasien didiagnosis menderita Verucca vulgaris.
Berdasarkan anamnesis, timbul benjolan pada bibir bawah yang awalnya berupa bintil
sesuai warna bibir yang tiba-tiba membesar dalam 3 bulan dan disertai nyeri. Menurut teori,
umumnya veruka berukuran kecil, permukaannya kasar, biasanya pada tangan dan kaki,
namun pada daerah lain dapat menyerupai cauliflower maupun solid blister. Veruka dapat
bertambah besar, tidak menimbulkan nyeri dan gatal. Dari anamnesis juga didapatkan bahwa
pasien memiliki riwayat menginang sirih untuk waktu yang cukup lama. Berdasarkan teori,
penyebaran virus HPV dapat berasal dari kontak kulit, autoinokulasi, maupun adanya trauma
minor pada epitel yang menyebabkan virus HPV dapat masuk ke lapisan sel basal1,2,3.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bentukan tumor dengan permukaan verukosa warna
kuning kecoklatan dengan diameter 3cm, batas jelas, tampak ulkus dengan debris putih di
atasnya. Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis dari veruka berupa papul hiperkeratotik
dengan permukaan kasar, dengan ukuran sampai 1 mm atau biasanya 1-10 mm dan dapat
tumbuh hingga >1 cm. Pada lesi mukokutan oleh HPV dapat ditemukan flat-topped papules /
plaques1,3.
Pemeriksaan penunjang pada pasien ini adalah dengan Fine Needle Aspiration Biopsy
(FNAB), dan didapatkan kesimpulan verucca vulgaris. Pemeriksaan penunjang yang
disebutkan dalam kepustakaan yaitu dengan pemeriksaan histopatologi jika gambaran klinis
tidak jelas. Gambaran histopatologis dapat membedakan bermacam-macam papiloma4.
Diagnosis banding dari kasus ini adalah karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel
basal. Diketahui bahwa karsinoma sel skuamosa paling sering berasal dari radiasi UV dan
infeksi HPV dengan effloresensi makula soliter atau multiple, papula, atau plak, yang
mungkin hiperkeratotik atau scaling. Pada lesi mukokutan, gambarannya dapat berupa
leukoplaki- like plaque. Lokasi yang paling sering adalah lokasi yang paling banyak terpapar
matahari seperti wajah, telinga, bibir bawah, tangan dan tungkai bawah5,6.
Diagnosis banding lainnya (disesuaikan dengan bentuk dan lokasi lesi) adalah karsinoma
sel basal. Distribusi dari karsinoma sel basal tersering pada wajah, batang tubuh, penis, vulva
atau kulit perianal. Bentuk klinis yang banyak ditemukan adalah bentuk nodulus, kistik,
superficial, siktarik, atau berpigmen5. Bentuk nodul yang berukuran cukup besar, pada
perabaan teraba keras dan berbatas tegas, dapat melekat ke dasarnya bila telah berkembang
lebih lanjut. Dengan trauma ringan atau bila krustanya diangkat, mudah terjadi perdarahan.
Sedangkan pada verucca vulgaris merupakan penyakit infeksi HPV tipe 1,2,4, 26, 27, 29, 41,
57, 65, 77. Manifestasi klinis berupa papul hiperkeratotik dengan permukaan kasar, dengan
ukuran sampai >1mm atau biasanya 1-10 mm dan kadang berukuran lebih besar. Tempat
predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor, walaupun demikian, dapat menyebar
ke bagian tubuh lain termasuk mukosa hidung dan mulut1.
Pada pasien ini dilakukan kauterisasi. Berdasarkan teori, sebagian veruka dapat
mengalami involusi/sembuh secara spontan dalam 1-2 tahun. Pengobatan dapat berupa
tindakan bedah maupun non bedah. Pengobatan veruka dapat berupa terapi topical dengan
pemberian bahan kaustik seperti larutan AgNO3 25%, asam trikloroasetat 50% dan fenol
likifaktum. Selain itu untuk tindakan pembedahan dapat dilakukan bedah beku, bedah skapel,
bedah listrik dan bedah laser yang dapat dipetimbangkan sebagai pilihan terapi4.
Prognosis penyakit ini sering residif walaupun telah diterapi secara adekuat. Walaupun
residif, prognosisnya baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. K. Pandurengan, N. R.M, R. Chidambaram, S. T.K: Giant Verruca Vulgaris-Rare
Presentation. The Internet Journal of Dermatology. 2011 Volume 8 Number 2. DOI:
10.5580/1cdf 2. Murtiastutik, D et al. 2010. Veruka vulgaris. Terdapat dalam: Penyakit Kulit dan
Kelamin. Departemen/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR Surabaya Hal.
20.
3. Wolff K. & Johnson RA. 2009. Human Papilloma Virus: mucosal Infections. In:
Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology 6th Edition. New
York: Mc Graw Hill. Page: 900-10.
4. Djuanda, A; Hamzah; Aisah S. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
keempat, cetakan pertama, Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Halaman 125-125.
5. Wolff K. & Johnson RA. 2009. Human Papilloma Virus: Cutaneous Infections. In:
Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology 6th Edition. New
York: Mc Graw Hill. Page: 788-94.
6. Partogi, Donna. Karsinoma Sel Skuamosa. Departemen/SMF Kesehatan Kulit dan
Kelamin FK USU: Medan. 2008.
Verruca Vulgaris
Oleh
Oleh :
Giena Tiara Werdhianti
06.55389.00332.09
Pembimbing
dr. Daulat Sinambela, Sp.KK
Refleksi Kasus