Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh. Lensa mata yang normal adalah jernih. Bila terjadi proses
katarak, lensa menjadi buram seperti kaca susu. Katarak menyebabkan penderita
tidak bisa melihat dengan jelas. Lensa mata penderita menjadi keruh dan tak
tembus cahaya sehingga cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina. 1,2
Sebagian besar katarak terjadi akibat adanya perubahan komposisi kimia
lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh. Penyebabnya dapat
faktor usia, paparan sinar ultra violet dan faktor gizi. 2
Gejala gangguan penglihatan penderita katarak tergantung dari letak
kekeruhan lensa mata. Bila katarak terdapat di bagian pinggir lensa, maka
penderita akan merasa adanya gangguan penglihatan. Bila kekeruhan terdapat
pada bagian tengah lensa, maka tajam penglihatan akan terganggu. Gejala awal
biasanya ditandai adanya penglihatan ganda, peka atau silau terhadap cahaya
sehingga mata hanya merasa nyaman bila melihat pada malam hari. Dan biasanya
mata mengalami perubahan tajam penglihatan sehingga sering mengganti ukuran
kaca mata.2
Penelitian-penelitian potong-lintang mengidentifikasi adanya katarak pada
sekitar 10 % orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50
% untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70 %
untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Untuk katarak kongenital sendiri,
dari hasil penelitian yang dilakukan di Inggris pada tahun 1995-1996, didapatkan
hasil bahwa insidensi dari katarak kongenital dan infantil tertinggi pada tahun
pertama kehidupan, yaitu 2,49 per 10.000 anak. Insidensi kumulatif selama 5 tahun
adalah 3,18 per 10.000 , meningkat menjadi 3,46 per 10.000 dalam waktu 15
tahun. Insidensi katarak bilateral lebih tinggi jika dibandingkan yang unilateral, akan
tetapi juga didapatkan bahwa insidensi ini tidak diperbedakan oleh jenis kelamin
dan tempat.
3,12
Lensa yang keruh dapat terlihat tanpa bantuan alat khusus dan tampak
sebagai warna keputihan pada pupil yang seharusnya berwarna hitam. Bayi gagal
menunjukkan kesadaran visual terhadap lingkungan di sekitarnya dan kadang
terdapat nistagmus (gerakan mata yang cepat dan tidak biasa). Untuk menegakkan
diagnosis, dilakukan pemeriksaan mata lengkap oleh seorang ahli mata. Untuk
mencari kemungkinan penyebabnya, perlu dilakukan pemeriksan darah dan
rontgen.4
Metode Penulisan
Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada beberapa
literatur berupa buku teks, jurnal dan makalah ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan
usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi
refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning,
lensa menyumbang +18.0- Dioptri.1
2.1.3 Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).
Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa
lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi
dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme
lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan
NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan
aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan
sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
2.2. KATARAK
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutup air
tejun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.2
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Berbagai macam penyakit mata
dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak
juga dapat berhubungan dengan penyakit vascular lainnya.2
Katarak dapat ditemukan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik ( katarak senilis, katarak
juvenile, katarak herediter ) atau kelainan kongenital mata.katarak disebabkan oleh berbagai
macam faktor seperti :
1
Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi
Usia
Katarak kongenital , Katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun
intraokular atau kelainan umum yang menampakan proses penyakit pada janin atau bersamaan
dengan proses penyakit ibu yang sedang mengandung.3,4
Pada
umumnya
katarak
kongenital
bersifat
sporadik
dan
tidak
diketahui
penyebabnya.Dua puluh tiga persen dari katarak kongenital merupakan penyakit keturunan yang
diwariskan secara autosomal dominan. Penyakit penyerta katarak kongenital yang merupakan
penyakit herediter adalah mikroftalmus, aniridia, kolobama iris, keratokonus, lensa ektopik,
displasia retina dan megalokornea. Selain itu katarak kongenital dapat ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi seperti rubella, rubeola, chiken pox, cytomegalo
virus, herpes simpleks, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, Epstein-Barr virus, sifilis dan
toxoplasmosis saat kehamilan terutama pada trimester I. Sementara yang behubungan dengan
penyakit
metabolik
adalah
galaktosemia,
homosisteinuria,
diabetes
mellitus
dan
hipoparatiroidisme.5,6
Katarak kongenital juga ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti
retardasi mental. Katarak kongenital juga mungkin bisa disebabkan oleh Chondrodysplasia
syndrome, Down syndrome (trisomi 21), Pierre-Robin syndrome, Hallerman-Streiff syndrome,
Lowe syndrome, Trisomi 13, Conradi syndrome, Ectodermal dysplasia syndrome dan
Marinesco-Sjogren syndrome.9,10
Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital sebagai berikut :
1
mengecil, sehingga sinar terhalang oleh kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup
tidak terlalu mengganggu, karena pada saat cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih
banyak cahaya yang dapat masuk. Pada umumnya tidak menimbulkan gangguan
stasioner, sehingga tidak memerlukan tindakan operatif. Dengan pemberian midriatika
seperti sulfas atropin 1 % atau homatropin 2% dapat memperbaiki visus, karena pupil
menjadi lebih lebar. Bila timbul gangguan visus yang hebat dan tidak terlihat fundus pada
pemeriksaan oftalmoskop maka dilakukan pembedahan. Dapat dipertimbangkan
iridektomi optis yang dapat dilakukan pada daerah lensa yang masih jernih. Sering terjadi
anisometropi, sehingga perlu diperhatikan refraksi pada penderita.11,12
Katarak Nukleus
Katarak ini jarang ditemukan.Terjadi akibat adanya gangguan kehamilan pada 3 bulan
pertama.Kekeruhan biasanya pada nukleus lensa, biasanya berdiameter 3 mm, dengan
densitas yang bervariasi. Kepadatan biasanya bersifat stabil tetapi dapat juga bersifat
progresif dan menjadi lebih besar dalam ukurannya.Dapat unilateral atau bilateral.
Kelainan ini biasanya disertai oleh mikrokornea, terutama pada kasus yang unilateral.12
Tanda yang sangat mudah untuk mengenali katarak kongenital adalah bila pupil terlihat
berwana putih atau abu-abu. Hal ini disebut dengan leukoria, pada setiap leukoria diperlukan
pemeriksaan yang teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya.Walaupun 60 % pasien
dengan leukoria adalah katarak kongenital. Leukoria juga terdapat pada retiboblastoma, ablasio
retina, fibroplasti retrolensa dan lain-lain.9,12
Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi dalah makula lutea yang tidak
cukup mendapatkan rangsangan. Proses masuknya sinar pada saraf mata sangat penting bagi
penglihatan bayi pada masa mendatang, karena bila terdapat gangguan masuknya sinar setelah 2
bulan pertama kehidupan, maka saraf mata akan menjadi malas dan berkurang fungsinya.
Makula tidak akan berkembang sempurna hingg walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka
biasanya visus tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris.6,11
Selain itu, katarak kongenital dapat menimbulkan gejala nistagmus, strabismus dan
fotofobia. Apabila katarak dibiarkan, maka bayi akan mencari-cari sinar melalui lubang pupil
yang gelap dan akhirnya bola mata akan bergerak-gerak terus karena sinar tetap tidak ditemukan.
9
Katarak metabolik
1
katarak aminoasiduria
Katarak traumatik
Katarak komplikata
1
katarak anoksik
katarak radiasi
Katarak memberikan pengaruh yang berbeda pada anak yang berbeda. Katarak biasanya
menyebabkan buramnya penglihatan. Semakin keruh lensa, semakin buramlah penglihatan.
Banyak anak dengan katarak pada satu mata mempunyai penglihatan yang baik pada mata
lainnya. Anak ini tidak begitu mengeluhkan masalah penglihatannya1,2.
Anak dengan katarak bilateral merasa bahwa penglihatan mereka normal. Awalnya
mereka berpikir bahwa orang lain memiliki penglihatan yang sama dengan mereka. Kekeruhan
penglihatan tergantung pada1,2 :
7
kekeruhan lensa
10
Jika hanya sebagian kecil lensa yang kabur , jauh dari bagian sentral , anak akan memiliki
penglihatan yang bagus. Jika bagian sentral lensa yang keruh , sehingga sangat sedikit cahaya
yang masuk , anak akan memiliki penglihatan yang buruk.
Jika katarak telah timbul pada usia yang lebih kecil , anak kemungkinan akan mengalami
ambliopia. Ambliopia mempengaruhi bagian penglihatan khusus pada otak. Otak hanya dapat
melihat gambaran yang tajam yang diberikan ke mata. Jika otak tidak diberikan gambaran yang
tajam karena katarak pada mata , otak tidak dapat belajar untuk melihat dengan jelas. Walaupun
katarak telah diangkat dengan operasi , penglihatannya akan tetap kabur karena otak tidak
mengembangkan kemampuannya untuk melihat dengan jelas1,2.
Katarak senilis terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Insidensi katarak di
dunia mencapai 5-10 juta kasus baru tiap tahunnya.Di Afrika katarak senile merupakan penyebab
utama kebutaan. Katarak senilis sangat sering ditemukan pada manusia, bahkan dapat dikatakan
sebagai suatu hal yang dapat dipastikan timbulnya dengan bertambahnya usia penderita.
Horlacher mendapatkan bahwa 65% dari seluruh individu antara usia 51-60 tahun menderita
katarak, sedangkan Barth menemukan bahwa 96% dari individu di atas usia 60 tahun mempunyai
kekeruhan lensa yang dapat terlihat jelas pama pemeriksaan slitlamp. Di negara berkembang
katarak merupakan 50-70% dari seluruh penyebab kebutaan, selain kasusnya banyak dan
munculnya lebih awal. Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan
kebutaan katarak sebesar 0,67%, dan tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%.
Penyebab katarak senilis, antara lain :
1
Sebab-sebab imunologik
Badan manusia mempunyai kemampuan membentuk antibodi spesifik terhadap protein
lensa
Gangguan lokal pada lensa : gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul, efek
radiasi cahaya matahari
Katarak Nuklear
Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus.Nukleus cenderung
menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Biasanya
mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk
yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat
(pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik, suli menyetir pada malam
hari .Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan ungu.
Katarak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul
sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Terdapat wedge-shape opacities/cortical
spokes atau gambaran seperti ruji.Banyak pada penderita DM. Keluhan yang biasa terjadi yaitu
penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.
Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis posterior lebih
sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal dan katarak nuklear. Biasanya
mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya cepat. Bentuk ini lebih sering
menyerang orang dengan diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang.Katarak ini
menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.
Berdasarkan stadium perjalanan penyakitnya, katarak senilis digolongkan menjadi
4 stadium: Katarak insipien, katarak imatur, katarak matur,dan katarak hipermatur .
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.Kekeruhan
biasanya terletak di korteks anterior dan posterior.Kekeruhan ini pada awalnya hanya
nampak jika pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai seluruh
lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.Terjadi
penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif.
Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma
sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangn iris
pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
Stadium Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap
air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak dan besar yang
akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibandingkan dalam keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan myopia
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah yang memberikan miopisasi. Pada pemerikasaan slitlamp
terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang
berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui
kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga
uji bayangan iris negatif.
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami degenerasi akan
mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila
proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan
cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang
terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.Uji bayangan iris
memberikan gambaran pseudopositif.Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut
menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya
dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat
akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran
cairan bola mata.1
2.2.5. DIAGNOSIS
Tanda yang sangat mudah untuk mengenali katarak congenital adalah bila pupil atau
bulatan hitam pada mata terlihat berwana putih atau abu-abu. Hal ini disebut dengan leukokoria,
pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk menyingkirkan diagnosis
banding lainnya. Walaupun 60 % pasien dengan leukoria adalah katarak congenital. Leukoria
juga terdapat pada retinoblastoma, ablasio retina, fibroplasti retrolensa dan lain-lain.2,3
Anamnesa:
Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)
Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:
1
Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter tangan, kaca
pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya saat pupil berdilatasi.
Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan
mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ).
2.2.6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan yang diberikan
biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan proses degenerasi lensa.
Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk menghambat proses katarak adalah vitamin dosis
tinggi, kalsium sistein, iodium tetes 2,3.
Tindakan pembedahan dilakukan dengan indikasi:
1. Indikasi optik : pasien mengeluh gangguan penglihatan yang mengganggu kehidupan
sehari-hari , dapat dilakukan operasi katarak.
2. Indikasi medis : Kondisi katark harus dioperasi diantaranya katarak hipermatur, lensa
yang menginduksi glaukoma, lensa yang menginduksi uveitis, dislokasi/subluksasi
lensa, benda asing intraretikuler, retinopati diabetik, ablasio retina atau patologi
segmen posterior lainnya.
3. Indikasi kosmetik : Jika kehilangan penglihatan bersifat permanen karena kelainan
retina atau saraf optik, tetapi leukokoria yang diakibatkan katarak tidak dapat diterima
pasien, operasi dapat dilkukan meskipun tidak dapat mengembalikan penglihatan.
Pada katarak kongenital , sebaiknya operasi dilakukan sebelum pasien berumur 17
minggu guna meminimalkan atau meniadakan deprivasi. Para ahli mata memilih untuk
melakukan operasi lebih awal, idealnya sebelum pasien berumur 2 bulan, untuk mencegah
terjadinya ambliopia yang reversible dan nistagmus sensoris.2
Sejak zaman kedokteran purba katarak telah dikenal oleh para tabib kuno. Dengan
berkembangnya teknologi dan ilmu kedokteran maka teknik dan cara operasi katarak pun mengalami
perubahan demi perubahan. Susruta dan Characa ahli pengobatan India kuno melakukan operasi
penusukan katarak dengan jarum dan mendorong lensa yang katarak tersebut ke rongga vitreous sehingga
pupil menjadi bebas. Demikian juga Celsus seorang tabib Yunani kuno dalam bukunya "De Medicina libri
octo" mengemukakan teknik operasi yang hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Susruta. Cara ini
masih tetap dianut berabab-abad kemudian misalnya oleh Johann Christian Juengken di Charite Hospital
Berlin (1863).
Awal dari pembedahan katarak modern dimulai oleh Jaques Daviel (1696 - 1762) dimana ia
memperkenalkan teknik sayatan pada limbus kornea bagian bawah dan dengan pinset yang halus katarak
tersebut diekstraksi keluar. Iridektomi hanya dilakukannya jika lensa dianggapnya terlalu besar. Hal ini
dilakukan tanpa mengindahkan dasar-dasar aseptic maupun antiseptik sehingga sudah tentu banyak terjadi
penyulit-penyulit pasca bedah. Cara-cara pembedahan yang asepsis dan penggunaan obat-obat antiseptik
pada pembedahan katarak pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Carl Graefe (1830 - 1899) seorang
kemenakan dari Prof. Albrecht von Graefe. Dari 1074 operasi katarak yang dilakukannya hanya
ditemukan 10 kasus dengan penyulit infeksi pasca bedah.
Sangat sulit mengetahui siapa yang sesungguhnya menjadi pelopor pembedahan katarak intrakapsuler, sebab pada masa sebelumnya biasanya operasi katarak intra- maupun ekstra-kapsuler dilakukan
para pembedah tergantung pada keadaan dan ketrampilan pembedahnya.
Georg Joseph Beer (1795) secara rutin melakukan pembedahan katarak intrakapsuler. Albert
Terson (1870) adalah yang pertama menggunakan forceps lensa untuk mengeluarkan lensa. Alat ini
diperbaiki oleh berbagai ahli yang kemudian disempurnakan oleh Arruga sehingga menjadi sangat
terkenal di Eropa pada saat itu.
Ignacio Barraquer memperkenalkan alat yang dinamakannya erisiphake yaitu suatu alat yang
memegang lensa dengan daya vakum. Lensa yang terhisap dengan cara ini dapat ditarik keluar. Operasi
ini dinamakannya phacoerisis. Pada tahun 1961 terjadi revolusi dalam cara melakukan ekstraksi katarak.
Tadeuz Krwawics memperkenalkan cara ekstraksi dengan pendinginan ("cryoextraction").
Alat ini disempurnakan oleh Dutch Bellow. Mula-mula pendinginan dilakukan dengan CO2
kemudian dipergunakan juga N2 cair dan Freon, sebagai gas pendingin. Cara ekstraksi lensa ini banyak
dipakai oleh dokter mata saat ini dalam melakukan pembedahan katarak. Alat ini terdiri dari suatu tabung
berisi gas pendingin dengan pipa yang menyalurkan gas pendingin tersebut ke sebuah jarum ekstraksi.
Sesudah dilakukan sayatan sehingga kornea terbuka, maka jarum pendingin dilekatkan pada permukaan
lensa sambil gas pendingin dialirkan. Beberapa saat kemudian sebagian lensa yang bersentuhan dengan
jarum menjadi turut membeku dan lekat pada jarum. Dengan cara ini lensa tersebut diekstraksi keluar.
Metoda pembedahan katarak yang paling mutakhir dan masih terus diteliti hingga saat ini adalah
penggunaan getaran suara ultra untuk menghancurkan nukleus lensa, dikombinasi dengan penghisapan
atau irigasi massa lensa. Cara ini dikenal dengan nama "Phaco emulsification and aspiration" atau Cermin
Dunia Kedokteran No. 21, 1981 27 "Phacofragmentation and irrigation". Pelopor teknik operasi ini antara
lain Kelman di Amerika Serikat dan Dardenne di Eropa. Mereka menggunakan jarum yang dapat
menimbulkan getaran ultra sonik yang dapat menghancurkan nukleus lensa yang padat. Sebelum itu
dengan pisau yang tajam, kapsul anterior lensa dikoyak. Lalu jarum ultrasonik ditusukkan ke dalam lensa,
sekaligus menghancurkan dan menghisap massa lensa keluar. Cara ini dapat dilakukan sedemikian halus
dan teliti sehingga kapsul posterior lensa dapat dibiarkan tanpa cacat. Dengan teknik ini maka luka
sayatan dapat dibuat sekecil mungkin sehingga penyulit maupun iritasi pasca bedah sangat kecil.
Berbagai teknik telah dikembangkan oleh para ahli sesuai dengan kemajuan teknologi, dimana
semakin lama operasi katarak semakin baik hasilnya. Kelak pada suatu ketika mungkin operasi katarak
hanyalah merupakan- operasi ringan dimana penderita setelah dioperasi dapat langsung pulang dan dapat
bekerja kembali tanpa perawatan di rumah sakit
dikeluarkan, intraocular lense implant diletakkan di depan iris. Beberapa jahitan dilakukan
untuk menutup insisi hingga sembuh yang mana penyembuhan membutuhkan waktu 6
minggu.18
Teknik operasi ini sudah lama ditinggalkan karena banyaknya penyulit yang dapat
timbul setelah operasi, seperti 18 :
Astigmatisme
Inkarserasi iris
Inkarserasi vitreus
dikeluarkan dari kapsulnya. Setelah insisi selesai dibuat, kemudian dibuat sebuah lubang di
depan kapsul lensa, teknik ini dinamakan capsulorhexis. Ahli bedah kemudian dengan hatihati membuka kapsul lensa dan mengeluarkan nucleus pada lensa dengan menggunakan alat
khusus. Setelah nucleus terlihat, ahli bedah menggunakan alat hisap untuk membuang
kortekas yang halus pada lensa.
Sebuah material viskoelastis khusus disuntikkan ke kapsul lensa yang kosong untuk
mempertahankan bentuk sampai ahli bedah memasukkan IOL. Setelah IOL diletakkan pada
posisi yang tepat, substansi viskoelastis itu dibuang lali insisi ditutup dengan 2 atau 3 jahitan.
Persiapan
ECCE merupakan suatu tindakan bedah elektif, pembuangan katarak darurat hanya dilakukan jika
katarak menyebabkan glaucoma atau mata terluka atau infeksi.
Setelah pembedahan dijadwalkan pasien membutuhkan pemeriksaan keratometri jika IOL akan
dipasang. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kekuatan IOl yang akan dipasang.
IOL adalah pengganti untuk lensa pasien bukan untuk memperbaiki lensa pasien. Jika pasien
menggunakan kaca mata atau kontak lens sebelum katarak muncul, ia akan tetap menggunakannya setelah
IOL dipasang.
Resiko ECCE termasuk :
1
Edema kornea
Uveitis
Infeksi
Hifema bergantung pada munculnya darah pada COA dan biasanya sering terjadi 1, 2 atau 3
hari setelah operasi katarak
Ablatio retina
Fakoemulsifikasi ,6,20,21
Fakoemulsifikasi berasal dari 2 kata phako yang artinya lensa dan emulsification yang
artinya menghancurkan menjadi bentuk yang lebih lunak. Cara kerja system fakoemulsifikasi
untuk menghancurkan lensa adalah melalui ultrasonic probe yang mempunyai tip jarum (needle)
yang mampu bergetar dengan frekuensi yang sangat tinggi (28-60 kHz), setara dengan frekuensi
gelombang ultrasound. Tujuan utama fakoemulsifikasi pada bedah katarak adalah untuk
menghancurkan nucleus lensa agar dapat dikeluarkan dari mata melalui sayatan yang sangat
kecil, yaitu dengan cara menyedot massa lensa yang sudah hancur tersebut ke dalam mesin
dengan memanfaatkan aliran cairan. Operasi katarak dengan fakoemulsifikasi hanya memerlukan
luka insisi dengan lebar 2,5 3,0 mm, sehingga diupayakan agar IOL dapat dimasukkan pada
luka tersebut. Luka sayatan tidak perlu dijahit karena diharapkan tetap kedap dan sembuh dengan
sendirinya.
1
Penurunan visus harus sesuai dengan kataraknya. Prognosis prbaikan visus harus
dijelaskan pada pasien terutama jika terdapat penyakit lain seperti glaucoma maupun
Age Related Macular Degeneration.
Tekanan Intra Okuler (TIO) harus normal. Jika terdapat glaucoma TIO harus
terkontrol dengan obat.
Prosedur Operasi
Terdapat beberapa langkah prosedur operasi fakoemulsifikasi. Masing-masing langkah
harus dikuasai agar memperoleh hasil yang diinginkan. Langkah-langkah tersebut antara
lain :
1
Anastesi
Anastesi yang dipakai dapat tetes mata topical maupun melalui injeksi peribulber dan
retrobulber. Anastesi umum jarang dipakai kecuali pada pasien anak maupun dewasa
yang memiliki masalah medis tertentu maupun masalah psikiatri. Anastesi topical
berupa tetes lidokain merupakan pilihan anastesi paling aman dan ekonomis tetapi
tidak bisa dilakukan oleh dokter bedah pemula karena efek anastesinya lebih singkat.
Capsulorhexis
Capsulorhexis adalah tindakan merobek kapsul anterior lensa. Untuk memudahkan
prosedur ini kadang digunakan trypan blue untuk mewarnai kapsul anterior. Pada
fakoemulsifikasi digunakan teknik continuous circular capsulorhexis (CCC) yang
mempunyai banyak sekali keuntungan diantaranya elastisitas yang kuat karena tidak
mempunyai titik lemah yang menyebabkan robekan radial ke posterior. Posisi IOL
pun akan lebih sentral pada CCC
Hidrodiseksi
Adalah cara untuk memisahkan kapsul dari korteks lensa dengan memanfaatkan
dorongan tenaga dari air yang disemprotkan melalui kanula hidrodiseksi.
Hidrodiseksi akan memberikan tekanan yang bisa menyebabkan robekan kearah
posterior. Hal ini dapat dicegah bila kita melakukan CCC.
Hidro-delineasi
Adalah cara untuk memisahkan nucleus dari epinukleus dengan memanfaatkan
dorongan tenaga dari air yang disemprotkan melalui kanula hidrodelineasi. Tindakan
ini berhasil dilakukan bila terdapat golden ring yang menunjukkan seluruh nucleus
terpisah dari epinukleus. Tindakan ini tidak mutlak dilakukan pada fakoemulsifikasi.
10
Perdarahan retrobulber
Prolaps vitreus
Expulsive hemorargik
Edema kormea
Atonik pupil
Choroidal detachment
Ablatio retina
10
Endoftalmitis
Pada suatu prosedur phacoemulsification, suatu insisi mula-mula dibuat di limbus (A). Suatu alat
phacoemulsification menggunakan gelombang ultrasonic untuk mengurai komponen katarak (B).
Komponen katarak tersebut kemudian disedot keluar (C). Untuk memperbaiki penglihatan pasien, suatu
lensa intraokuler yang terlipat dimasukkan melalui insisi pertama (D) dan lipatan kemudian dibuka (E).
2.3.3 PROGNOSIS
Prognosis penglihatan pasien katarak anak anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik
prognosis pasien katarak terkait usia. Adanya ambliopia dan terkadang anomali pada nervus
optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien tersebut.
Angka keberhasihan operasi bedah katark mencapai 98%. Prognosis untuk perbaikan ketajaman
penglihatan pascaoperasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada
katarak kongenital bilateral inkomplit yang progresif lambat. Pada umumnya komplikasi dapat
diatasi dengan baik Pemulihan pasca operasi dapat tercapai dalam waktu beberapa bulan.
Sedangkan aktivitas sehari hari sudah dapat dilakukan dalam beberapa hari setelah operasi.
Penggunaan kacamata dibutuhkan untuk mengoreksi kelaian visus residual, contohnya tidak
mempunyai kemampuan untuk membaca dekat 7,22.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.2
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan
kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Berbagai macam penyakit mata dapat
mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak juga
dapat berhubungan dengan penyakit vascular lanilla.
Berdasarkan usia dapat diklasifikasikan dalam : Katarak kongenital , Katarak yang sudah terlihat pada
usia dibawah 1 tahun, Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun, dan Katarak
3.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya refrat ini, dapat menambah wawasan pembaca tentang
katarak dan juga dapat menjadi referensi untuk pembelajaran lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. Katarak (Lensa Mata Keruh). Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2003
Wijana S.D, Nana. Ilmu Penyakit Mata
Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. Hlm
172-3, 199, 200-13.
Rahl JS. Congenital and Infantile Cataract. Evidence Based Ophtalmology. Chapter 8.
Wormald. Diakses dari www.wormaldChapter8/htm pada tanggal 14 september 2011. 4751.
Royal National Institute of Blind People (RNIB). Cataract Congenital. Diakses dari http :
// www.eyehealth@rnib.org.uk. 2007.
Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Lensa (dalam: Oftalmologi Umum, Suyono JK,
ed). Ed 14. Jakarta: Widya Medika. 2000: 175-184.
Bashour
M.
Cataract
Congenital.
Diakses
dari
www.emedicine.Com/oph/TopicCataractCongenital . 2006.
10
11
12
13
Kanski J.J
Delhi,New
Philadelphia,Sydney,Tokyo,Toronto.2005. 699 70
York,
Oxford,
15
Braham U Pendit; Editor, Y. Joko suyono. Oftalmologi Umum. Ed 14. Jakarta: Widya
Medika.2000.hal 175-83
16
Akman, S.M., Azhar, Zainal. Katarak dan Perkembangan operasinya dalam Cermin dunia
Kedokteran No.21, 1981.
17
Pesudovs, Konrad, dan David B. Elliott. "The Evolution of Cataract Surgery." Optometry Today
(Oktober 19, 2001): 30-32.
18
19
20
21
Minassian, D. C., et al. "Extracapsular Cataract Extraction Compared with Small Incision Surgery
by Phacoemulsification: A Randomised Trial." British Journal of Ophthalmology 85 (Juli 2001):
822-829.
22