Anda di halaman 1dari 27

TELAAH

ILMIAH

EKSTRAKSI KATARAK
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh:

Tiara Eka Mayasari, S.Ked.

(04111001035)

Pembimbing:

dr. Alie Solahuddin, Sp.M(K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

RUMAH SAKIT DR. MOH. HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa
dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang
dapat timbul pada berbagai usia. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan
serat lensa masih berlangsung atau setelah berhenti perkembangannya dan telah
memulai proses degenerasi.1
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), katarak merupakan
penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia memiliki angka penderita
katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1.5% atau
lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar penderita katarak
adalah lansia berusia 60 tahun ke atas.
Cara terbaik untuk mengobati katarak adalah dengan tindakan bedah,
disebut juga dengan ekstraksi katarak, yaitu dengan mengeluarkan lensa mata
yang keruh, kemudian menggantinya dengan lensa buatan. Ekstraksi katarak
mempunyai tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Menurut laporan, 9 dari 10
orang yang menjalani ekstraksi katarak, pulih penglihatannya seperti sedia kala.
Walaupun di antaranya masih memerlukan kacamata. Ekstraksi katarak dilakukan
di rumah sakit atau pada fasilitas kesehatan mata lainnya. Operasi berlangsung
singkat, dan biasanya tidak perlu menjalani rawat inap.2,3
Dua jenis ekstraksi katarak yang paling sering digunakan dunia saat ini
adalah fakoemulsifikasi (phacoemulsification—phaco) dan ekstraksi katarak
ekstrakapsular (extracapsular cataract extraction—ECCE). Modifikasi ECCE
yang sekarang juga sudah sering dilakukan adalah ekstraksi yang disebut dengan
ekstraksi insisi kecil manual (manual small incision cataract surgery—MSICS).
Sedangkan teknik ekstraksi katarak intrakapsular (intracapsular cataract
extraction—ICCE) sudah jarang dilakukan, hanya dilakukan dalam keadaan
tertentu.
Penulisan ini ditujukan untuk mengetahui tentang sejarah ekstraksi katarak,
memahami kelebihan, kekurangan, indikasi dan kontraindikasi dari tiap teknik
ekstraksi katarak, serta prosedur pelaksanaan ekstraksi katarak. Selain itu
penyusunan referat ini juga dapat meningkatkan kemampuan dalam menulis
ilmiah di bidang ilmu kedokteran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan


transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9-10 mm. Dibelakang iris lensa
digantung oleh zonula (Zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus
siliar. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior
terdapat vitreous.4
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air
dan elektrolit. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa
lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat
lamelar sub-epitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi
kurang elastik. 4
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit
sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah atau pun saraf di lensa. 4

Gambar 1. Penampang Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk


memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya. 1
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. 1,4

Gambar 2. Akomodasi pada mata normal

Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola
mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang 18-20
Dioptri. Oleh karena itu, lensa harus dijaga tetap jernih dan transparan. Beberapa
faktor yang menjaga transparansi lensa adalah:5
 Avaskular
 Struktur sel dalam lensa
 Pengaturan protein lensa
 Karakter kapsul lensa yang semipermeabel
 Mekanisme pompa yang mengatur keseimbangan elektrolit dan air dalam
lensa
Gambar 3. Keseimbangan elektrolit dan air dalam lensa

Metabolisme Lensa Normal5


Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium
dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar
kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar
natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan
keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke
bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase
Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%).
Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose,
juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse
adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah
menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.

2.2. Katarak
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga
menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan. Katarak menyebabkan
penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa
dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut dan penurunan
progresif kejernihan lensa sehingga menyebabkan ketajaman penglihatan
berkurang.6 Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana
lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat
timbul pada berbagai usia.1

Gambar 4. Lensa mata keruh

Biasanya katarak mengenai kedua mata dan berjalan progresif atau pun
dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya
merupakan penyakit pada usia lajut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan
kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam
penyakit dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan
retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit
intraokuler lainnya.1

Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein,


peningkatan proliferasi, dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa.
Secara umum, edema lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak.4
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita1:

1. Katarak Kongenital

Katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang
kurang tepat. Sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis,
inklusi sitomegalik, dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai
katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti
mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa
ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.

Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan


pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan
trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang
terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu
hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin
katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan
pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental. Pada
pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau
suatu leukokoria.

Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, ada tidaknya


kelainan pada mata, dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital
prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak
dan mungkin sekali pada mata terebut telah terjadi ambliopia. Bila terjadi
nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk pada katarak
kongenital. Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital:

 Katarak polar (piramidalis) anterior


 Katarak polar (piramidalis) posterior

 Katarak lamellar atau zonular

 Katarak sentral

2. Katarak Juvenil

Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan
penyakit lainnya. Tindakan bedah yang dilakukan adalah ekstraksi linear
atau ekstraksi lensa ekstrakapsular (ECCE) dengan menanam lensa
intraokular.

3. Katarak Senil

Katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak


senil biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun. Kekeruhan lensa
dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan


apabila penurunan penglihatan menganggu aktivitas normal pasien. Apabila
timbul glaukoma akibat pembengkakan lensa (intumensensi lensa),
diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah.4

Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun,


dan pasien mungkin meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan.
Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa secara definitif
memperbaiki ketajamana penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sisanya
(10% kasus) mungkin mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya
glaukoma, ablasio retina, perdarahan korpus vitreous, infeksi atau
pertumbuhan epitel ke bawah ke kamera anterior yang menghambat
pemulihan visual. Katarak senilis secara klinis dikenal dalam 4 stadium
yaitu insipien, imatur, matur dan hipermatur.

Tabel 1. Perbedaan karakteristik katarak senil1


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Besar Lensa Normal Lebih besar Normal Kecil
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma
Visus (+) < << <<<

4. Katarak Traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di


lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Pasien mengeluh penglihatan
kabur secara mendadak. Mata menjadi merah, lensa opak, dan mungkin
terjadi perdarahan intraokular. Apabila humor aquos atau korpus vitreous
keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi,
uveitis, ablatio retina dan glaukoma.4

Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau


setelah peradangan mereda. Apabila terjadi glaukoma selama periode
menunggu, bedah katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat
peradangan. Beberapa waktu setelah tindakan ekstraksi kaatarak, mungkin
masih terdapat suatu membran opak tipis; yang mungkin memerlukan disisi
dengan laser neodymium atau pisau untuk memperbaiki penglihatan. 4
5. Katarak Komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain,
proses degenerasi, akibat suatu trauma, atau pasca bedah mata. Katarak
komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin dan
keracunan obat. Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana
mulai katarak selamanya di darah bawah kapsul atau pada lapis korteks,
kekeruhan dapat difus, pungtata atau pun linear. Dapat berbentuk rosete,
reticulum, dan biasnaya terlihat vakuol.1

2.3. Ekstraksi Katarak


Ekstraksi katarak adalah penghapusan atau pengangkatan lensa keruh dari
mata. Perubahan metabolik dari serat lensa kristal dari waktu ke waktu
menyebabkan perkembangan katarak, sehingga hilangnya transparansi. Hal ini
menyebabkan penurunan atau bahkan hilangnya penglihatan selama operasi
katarak, lensa kristal pasien dihapus/diangkat dan diganti dengan lensa sintetis
untuk mengembalikan transparansi lensa. Lebih dari 90% ekstraksi katarak sukses
mengembalikan fungsi visus, dengan tingkat komplikasi yang rendah.3

2.3.1. Sejarah Ekstraksi Katarak


Pada tahun 800 Sebelum Masehi para dokter di India menggunakan cara
Couching, suatu cara operasi katarak dengan sebuah jarum tumpul melalui daerah
sekitar 4 mm di belakang limbus (sekarang dikenal dengan pars plana), berusaha
untuk mendorong lensa ke belakang atau ke bawah, dibantu seorang asisten untuk
fiksasi kepala penderita. Pada saat itu, operasi dianggap berhasil bila penderita
dapat menerka bentuk atau seseorang di depannya, yang tidak lagi dapat dilihat
sebelum dilakukan operasi.7,8
Celcus (25 SM – 50 Masehi) pertama kali menulis tentang operasi lensa dan
mencoba menggambar lensa mata. Lensa mata diperkirakan berada di tengah
bola mata. Andreas Vesalius (1543 M), seorang anatomist Belgia masih
menggambar lensa berada di tengah bola mata. Barulah seorang anatomist dari
Italia, Fabricius ab Aquapendente (1600 M) dapat menggambarkan posisi lensa
mata dengan lebih tepat.7,8
Istilah katarak diadopsi dari bahasa Arab kedalam bahasa Latin, yang arti
aslinya adalah air terjun atau arus yang terbendung (Constantius Africanus, 1018
M). Seorang bangsa Irak, Ammar (990 – 1020 M) mulai menggunakan cara
aspirasi untuk katarak yang lunak. Sedangkan cara aspirasi yang sebenarnya baru
diperkenalkan oleh seorang bangsa Syria pada abad ke 12 – 13. Sebagian besar
cara operasi katarak tersebut sudah tidak pernah dilakukan lagi pada saat ini.7,8
Jacques Daviel (1696-1762) dari Perancis menulis tentang operasi katarak
ekstra-kapsuler (ECCE) pertama kali, cara ini dianggap lebih baik dari Couching
dengan menurunnya angka kejadian endoftalmitis, tetapi masih terjadi komplikasi
uveitis khronis, katarak sekunder maupun glaucoma dengan blok pupil. Kemudian
seorang dokter mata dari Jerman, Albrecht von Graefe (1828 – 1870)
menggunakan pisau, sehingga angka kejadian infeksi dan prolaps uvea menjadi
sangat menurun. 7,8
Samuel Sharp di London, 1753 M, memperkenalkan cara intra-kapsuler
(=ICCE) dalam usahanya untuk mengurangi komplikasi pada ECCE. Tetapi
kesulitan yang timbul adalah cara untuk melepaskan lensa dari tempatnya. Hal ini
dapat diatasi oleh Henry Smith, seorang kolonel yang berdomisili di India,
memakai muscle-hook untuk melepaskan lensa di bagian inferior dan mendorong
lensa ke atas melalui insisi di superior. Cara ini dikenal dengan operasi Smith-
Indian dan dilakukan pada 50.000 penderita selama 25 tahun pada akhir abad 19..
Frederick Verhoeff dan Jean Baptiste Kalt, menggunakan forsep untuk memegang
kapsul lensa dan menarik lensa dengan gerakan kiri-kanan. Stoewer dan Ignacio
Barraquer (1884-1965) memperkenalkan mangkuk penghisap yang dinamakan
erysiphake untuk tujuan yang sama. 7,8
ICCE yang dikenal sampai sekarang, pertama kali ditulis oleh Tadeusz
Krwawicz, seorang Polandia, pada tahun 1961, dengan penggunaan Krio.
Sedangkan alpha-chemotripsin yang dipakai untuk memutus serat2 Zonula
diperkenalkan oleh Joaquin Barraquer pada tahun 1957. Hingga tahun 1944, 85 %
operasi ICCE mempunyai tajam penglihatan 20/30 atau lebih baik. Meskipun
demikian masih ada sekitar 5% yang mengalami komplikasi buta oleh karena:
infeksi, perdarahan, ablasio retina maupun CME.7,8
Ekstraksi katarak ekstra-kapsuler (ECCE modern) menawarkan angka
kejadian komplikasi yang lebih kecil dan memungkinkan insersi lensa intra okuler
(=IOL). Hal ini dimungkinkan oleh penemuan mikroskop operasi dan tehnik
aspirasi korteks yang lebih baik.7,8
Pada akhirnya, Charles D. Kelman, pada tahun 1967 menemukan cara
Fako-emulsifikasi untuk menghancurkan inti lensa sehingga hanya diperlukan
luka insisi yang sangat kecil pada operasi katarak.7,8
Sejak saat itu, sampai sekarang, telah terjadi kemajuan sangat pesat dalam
operasi katarak, antara lain penemuan Manual phaco-fragmentation (Kansas
1988), Phaco-sandwich (Fry, 1990), Mini Nuc (Blumental 1992), Claw vectis
(Akura, 2000),Cara Mc Intyre, Irrigating vectis, Manual Multi-fragmentation dan
Quarters extraction (Akura, 2000), yang semuanya menggunakan Manual Small
Incision Cataract Surgery (=Manual SICS).7

2.3.2. Teknik Ekstraksi Katarak


2.3.2.1. Ekstraksi Intrakapsular (ICCE)
Ekstraksi intrakapsular (intracapsular cataract extraction—ICCE)
adalah pengangkatan lensa secara in toto, yakni pembedahan dengan
mengelarkan seluruh lensa bersama kapsul, melalui insisi limbus superior
160o-180o, panjang insisi sekitar 12 mm. Cara ini sudah sangat jarang
dilakukan. Dilakukan pada zonula zinii yang telah rapuh atau berdegenerasi
dan mudah diputus. Ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan tindakan pembedahan yang sangat lama
popular.4 Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan
pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak. Jenis ekstraksi ini
tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, yang
mempunyai ligament hialoidea kapsular. Penyulit yang biasa terjadi pada
pembedahan ini adalah astigmatisme, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan
pembedahan.1
Indikasi:
Dilakukan pada daerah yang mempunyai peralatan bedah yang
terbatas. ICCE sangat berguna pada kasus dimana kondisi pasien tidak
stabil, intumescent, hipermatur, dan luxated katarak. Jika zonula tidak cukup
untuk menampung daya tahan pada pembedahan nukleus dan korteks lensa
melalui teknik ECCE, maka ICCE dapat dilakukan.8
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut ICCE adalah pada anak-anak, pasien usia
kurang dari 40 tahun, dan pada kasus traumatik ruptur kapsular. Di samping
itu, kontraindikasi relatifnya adalah pasien miopia berat, sindrom marfan,
katarak morgagnian, dan vitreous pada segmen anterior.7
Kelebihan:
a. Mengeluarkan seluruh lensa tanpa meninggalkan kapsul sehingga
tidak memerlukan operasi tambahan.
b. Tidak memerlukan peralatan yang canggih sehingga pembedahan
ekstraksi intrakapsular dapat dilakukan hampir semua kondisi.
c. Rehabilitasi penglihatan dapat dilakukan setelah pembedahan dengan
lensa kacamata sementara +10.00D.
Kekurangan:
Kekurangan pada ICCE yang signifikan jika dibandingkan dengan
ECCE menyebabkan teknik pembedahan ini sudah jarang digunakan. Insisi
yang besar pada ICCE, yaitu sekitar 160o-180o. Hal ini bisa menyebabkan
terjadinya risiko sebagai berikut:
a. Proses pemulihan yang lambat.
b. Proses rehabilitasi penglihatan yang lambat.
c. Berisiko terjadinya astigmatisme.
d. Bisa terjadi luka pasca operasi dengan filtrasi secara tidak sengaja.
e. Tidak dapat dilakukan insersi IOL kamera posterior di bilik mata
belakang.
f. Tidak dapat dilakukan untuk penderita berumur kurang dari 35
tahun, karena ligamen kapsulo-hyaloid masih intak dan alfa-
khemotripsin tidak dapat mencapai jaringan ini.
g. Risiko ablasio retina lebih tinggi dibandingkan dengan ECCE.
Prosedur:
Dilakukan insisi pada daerah periferal kornea atau limbus. Biasanya
sekitar 160o-180o (panjang 12-14 mm). Teknik operasi:
a. Jahitan kendali muskulus rektus superior, bertujuan untuk
menstabilisir bola mata dan mempertahankan bola mata tetap
mengarah ke bawah, sehingga limbus tampak selebar mungkin.
b. Insisi dibuat sejauh mungkin dengan zonula yang ruptur (pada kasus
subluksasi lensa) untuk menghindari prolaps vitreous. Jenis insisi: stab
dengan super blade, kemudian dilanjutkan dengan gunting korneo-
sklera kiri dan kanan.
c. Iridektomi perifer, untuk mencegah blok vitreous. Dilakukan dengan
forsep Mc Pherson, gunting de Wecker dan jahitan nilon 10-0 untuk
menarik kornea.
d. Zonulisis dilakukan bila tidak terjadi subluksasi dan usia penderita <
60 tahun. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengeluaran lensa dan
mencegah ruptur kapsul. Caranya dengan irigasi Alfa-khemotripsin
menggunakan kanula kedalam bilik mata belakang melalui lubang
iridektomi, kadang kadang dilakukan irigasi juga pada jam 6. Tetapi
enzim ini harus diirigasi dengan BSS selama 2 menit. Secara teoritis
hal ini juga akan membersihkan zonula yang telah lisis dan mencegah
kenaikan tekanan intra-okuler.
e. Pengeluaran lensa dengan krio, spons segitiga, kanula dan asetil-
kholin khlorida. Caranya: rucingkan ujung spons, kendurkan jahitan
kendali dan speculum untuk menghilangkan tekanan positip, Krio
ditest untuk pembekuan dan perlekatan. Asisten menarik kornea, bila
insisi kurang lebar, dilakukan pelebaran dengan gunting korneo-
sklera. Keringkan permukaan lensa dengan spons. Bila kurang kering
akan mempercepat pelebaran bunga es. Iris disingkirkan dengan spons
baru, ujung krio ditempelkan pada daerah pre-ekuator jam 12.
Pembekuan dilakukan dengan pedal, tunggu 2 detik, kemudian terjadi
perlekatan, lensa ditarik keatas sedikit, lalu ke kiri dan kanan. Bila
bunga es telah sampai diluar bola mata, asisten mengendurkan jahitan
kornea untuk mencegah prolaps vitreous.
f. Irigasi asetil-kholin khlorida dengan kanula.
g. Luka di jahit.
2.3.2.2. Ekstraksi Ekstrakapsular (ECCE)
Ekstraksi ekstrakapsular (extracapsular cataract extraction—ECCE)
juga dilakukan insisi limbus posterior 160o, panjang insisi sekitar 8 mm.;
bagian kapsul anterior dipotong dan diangkat; nukleus diekstraksi; dan
korteks lensa dibuang dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi,
sehingga menyisakan kapsul posterior.9 Ekstraksi linear, aspirasi, dan irigasi
termasuk ke dalam golongan ini. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, keratoplasti, implantasi lensa
intraokular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intraokuler,
ablasio retina, pasca bedah ablasi, mata sebelahnya telah mengalami prolaps
vitreous, atau mata dengan sitoid makula edema. Penyulit yang dapat timbul
pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.5

Gambar 5. Prosedur ekstraksi ekstrakapsular (ECCE): A. Insisi midlimbus; B. Lensa ditarik


keluar; D. IOL dimasukkan melalui insisi yang sama dengan insisi sebelumnya 9
Indikasi:
Hard nuclei-cataract dan katarak pada bayi Pemilihan teknik ini
bergantung pada instrumen yang ada, kemahiran ahli bedah, dan densitas
nukleus lensa.7
Kontraindikasi:
Ekstraksi ekstrakapsular memerlukan keutuhan zonula sewaktu
pelepasan nukleus dan bahan kortikal. Jadi jika zonula tidak cukup tahan
untuk menampung daya tahan pada pembedahan nukleus dan korteks lensa
melalui teknik ECCE, harus mempertimbangkan teknik ekstraksi katarak
yang lain.7
Kelebihan:
a. Trauma lebih sedikit pada endotelium kornea.
b. Menghindari terjadinya astigmatisme.
c. Risiko kehilangan cairan vitreous saat operasi lebih sedikit.
d. Posisi anatomi yang baik untuk insersi IOL kamera posterior.
e. Insiden CME, pelepasan retina, dan edema kornea dapat dihindari.
f. Membentuk lapisan yang mengahalangi terjadinya pertukaran
molekul antara aqueous dan vitreous.
g. Mengurangi akses bakteri ke vitreous pada endoftalmitis.
h. Mengeliminasi komplikasi jangka pendek dan jangka panjang.
i. Dapat dilakukan pada penderita usia <35 tahun.
Kekurangan:
a. Perlu learning curve lebih lama (dibandingkan dengan ICCE)
b. Memiliki 10-50% terjadi katarak sekunder setelah 3-5 tahun.
c. Tidak dapat dilakukan pada penderita dengan uveitia kronis yang
aktif.
Prosedur:
Pada pembedahan ECCE, lensa dan korteks dilepaskan melalui
pembukaan pada kapsul anterior, meninggalkan kapsul (capsular bag).
Teknik ini mempunyai banyak keuntungan jika dibandingkan dengan ICCE,
karena teknik ini melakukan insisi yang lebih kecil dibandingkan ICCE.
Dilatasi pupil perlu dilakukan pada ECCE, mydiatic/cyclopegic tetes
mata digunakan sebelum operasi, bertujuan untuk mendilatasi pupil.
Antiinflamasi nonsteroid topikal digunakan untuk mempertahankan supaya
pupil tetap berdilatasi sepanjang operasi.7
Insisi
Sebelum melakukan pengeluaran nukleus perlu dilakukan insisi
sekitar 8 mm pada midlimbus (lebih kecil dari ICCE). Pada permulaan insisi
biasanya memerlukan alur pada limbus. Insisi dilakukan dengan
menggunakan rond-tipped steel blade, microknife atau diamond knife. Insisi
ini biasanya pada superior. Satu tusukan insisi dilakukan ke dalam bilik
mata depan untuk persiapan kapsulotomi, sistotom dimasukkan untuk
memulai operasi. 7
Kapsulotomi anterior
Tujuan utama kapsulotomi anterior adalah untuk melepaskan katarak,
tetapi meninggalkan kapsulnya. Tujuannya adalah untuk mengfiksasikan
IOL yang akan ditanam. Terdapat berbagai teknik untuk membuka kapsul
anterior. Jarum sistotom diperlukan untuk membuat lubang koneksi pada
kapsulotomi. Selain itu, lubang yang dibentuk dapat digunakan untuk
membut capsulorrhexis. Pada tepi robekan ini kemudian dibersihkan dengan
cytotome tip atau forceps, ditarik dengan pelan untuk melepaskan circular
portion pada kapsul anterior. Teknik ini menghasilkan struktur yang sangat
baik untuk mempertahankan stabilitas dari lensa implan.
Pelepasan nukleus
Terdapat berbagai teknik untuk mengeluarkan nukleus. Pelepasan
manual dengan melakukan penekanan pada limbus inferior sampai ke
bagian limbus posterior, nukleus kemudian diangkat dan dikeluarkan.
Sedangkan penekanan tambahan mengeluarkan nukleus dibantu dengan
instrumen untuk memegang sklera posterior. Nukleus dikeluarkan dengan
dilonggarkan dan diangkat dengan menggunakan hook dan dibantu dengan
dengan menggunakan lens loop, spoon, atau vectis yang akan mendorong
nukleus keluar. Nukleus juga dapat dikeluarkan dengan menggunkan
forceps atau nucleus splitter.7
Korteks lensa dibersihkan dan diaspirasi. Kapsul posterior digosok
dengan menggunakan abrasive-tipped irrigation cannacula, lalu
dibersihkan dengan silicone-lined “squeegee” atau vakum dengan
menggunakan aspirasi rendah untuk mengeluarkan jaringan epitel dan
korteks dari permukaan kapsul.7
Insersi IOL
Lensa intraokuler (IOL) yang dimasukkan di bilik anterior biasanya
terisi dengan viscoelastic. Viscoelastic berfungsi sebagai proteksi endotel
kornea. Sedangkan IOL yang diletakkan di kamera posterior dilekatkan di
sulkus atau kapsular. Fiksasi sulkus biasanya memerlukan lensa intraokular
yang besar (sekurang-kurangnya 12.5 mm) dan diameter optik yang besar
(sekurang-kurangnya 6.0 mm).
Penutupan
Bekas robekan pada pasien yang melakukan teknik bedah ECCE
biasanya ditutup dengan 10 jahitan atau dengan satu jahitan yang panjang.
Jahitan yang baik dapat dapat membantu mengurangi terjadinya
astigmatisme pasca-operasi, jahitan yang longgar dapat menyebabkan
astigmatisme perpendicular ke arah axis jahitan.
2.3.2.3. Ekstraksi Katarak Insisi Kecil (SICS)
Ekstraksi katarak insisi kecil manual (Manual Small Incision Cataract
Surgery—MSICS) merupakan pengembangan dari teknik ECCE, ekstraksi
inti lensa utuh atau difragmentasi lebih dulu. MSICS atau yang juga biasa
disingkat SICS memiliki kelebihan luka insisi yang lebih kecil daripada
teknik ECCE, meskipun masih jauh lebih besar daripada luka teknik fako.
Pada teknik ini luka tidak perlu dijahit, karena mengalami self-healing.12
Dari segi hasil tidak ada beda antara MSICS dan fako, hanya saja MSICS
lebih unggul dalam waktu operasi yang lebih singkat dan lebih murah.10,13
Indikasi:

Katarak slightly hard- moderately hard.


Kelebihan:
a. Lebih murah dibandingkan dengan fakoemulsifikasi.
b. Risiko astigmatisme lebih kecil dibandingkan dengan ECCE.
c. Rehabilitasi tajam penglihatan hampir sama dibandingkan dengan
fakoemulsifikasi.
d. Komplikasi seperti nukleus tenggelam ke vitreous dan keratopati
bulosa lebih sedikit.
e. Jika dilakukan oleh ahli, operasi hanya membutuhkan waktu 6-8 menit
dan hampir tidak tergantung dari kekerasan nukleus.
Kekurangan:
a. Insisi lebih besar daripada fakoemulsifikasi.
b. Komplikasi kornea lebih sering daripada fakoemulsifikasi.
Prosedur:
a. Anestesi, jahitan kendali dan insisi khusus, sehingga insisi 6 mm tanpa
jahitan bias kedap air, antara lain bentuk Chevron, bentuk Frown atau
bentuk Lurus, semua dengan struktur 3 bidang, termasuk membuat
“sleral tunnel” dengan pisau khusus.
b. Visko-elastik
c. Kapsuloreksis
d. Hidro-diseksi (tidak memerlukan hidro-delineasi)
e. Visko-elastik
f. Nukleus diprolaps (prolapsing, flipping) ke bilik mata depan
dengan kanula hidro-diseksi atau dengan Sinskey hook.
g. Visko-elastik sebagai “bantal” di depan dan belakang nucleus.
h. Irrigating-vectis, nucleus diekstraksi
i. Pada tiap tahap di atas, bila tidak tercapai tujuan yang
dimaksudkan, dapat dilakukan konversi ke ECCE dengan beberapa
jahitan luka operasi. Hal ini perlu diingat oleh operator, karena jika
operator terlalu menuruti ego-nya akan berakibat terjadi trauma pada
endotel yang berat, terjadi komplikasi vitreous prolaps, maupun
komplikasi lain yang amat berbahaya bagi penderita kelak.
j. Irigasi dan aspirasi sisa masa lensa
k. Visko-elastik
l. Lensa intra-okuler.
m. dan seterusnya.

2.3.2.4. Fakoemulsifikasi (Fako)


Metode ekstraksi katarak yang paling mutakhir dan masih terus diteliti
hingga saat ini adalah penggunaan getaran ultrasound untuk menghancurkan
nukleus lensa, dikombinasi dengan aspirasi atau irigasi massa lensa. Cara ini
dikenal dengan nama “fakoemulsi dan aspirasi” atau “fakofregmentasi
dan irigasi”. Insisi 5-6 mm bila menggunakan IOL non-foldable atau 3,2-
3,5 mm dengan foldable-IOL.Teknik ini adalah teknik ekstraksi katarak
yang paling sering digunakan di negara maju. Pelopor teknik ekstraksi ini
antara lain Kelman di Amerika Serikat dan Dardenne di Eropa.
Teknik ini melibatkan penggunaan mesin dengan ultrasonik yang
dilengkapi dengan titanium dan baja. Menghasilkan getaran ultrasonik
(frekuensi ultrasonik 40.000 Hz) yang dapat menghancurkan nukleus lensa
yang padat. Sebelum itu dengan pisau yang tajam, kapsul anterior lensa
dirobek. Lalu jarum ultrasonik ditusukkan ke dalam lensa, sekaligus
mengfragmentasi dan mengaspirasi massa lensa. Setelah fakoemulsi inti
lensa dan bahan kortikal selesai, dual irigasi-aspirasi (IA) probe atau sistem
IA bimanual digunakan untuk aspirasi, mengeluarkan sisa bahan kortikal.
Cara ini dapat dilakukan sedemikian halus dan teliti sehingga kapsul
posterior lensa dapat dibiarkan tanpa cacat. Dengan teknik ini maka luka
sayatan dapat dibuat sekecil mungkin sehingga penyulit maupun iritasi
pasca bedah kemungkinannya sangat kecil.8

Gambar 6. Prosedur Fakoemulsifikasi: A. Insisi pada kornea; B. Instrumen fako


menggunakan gelombang ultrasonik untuk memecah katarak; C. Fragmen katarak
diaspirasi; D. Implantasi IOL melalui celah insisi yang sama. 11
Berbagai teknik telah dikembangkan oleh para ahli sesuai dengan
kemajuan teknologi, dimana semakin lama operasi katarak semakin baik
hasilnya. Kelak pada suatu ketika mungkin operasi katarak hanyalah
merupakan operasi ringan dimana penderita setelah dioperasi dapat
langsung pulang dan dapat bekerja lagi tanpa perawatan di rumah sakit.8
Indikasi:
Insisi kecil pada katarak slightly hard – moderately hard.
Kelebihan:
a. Insisi kecil.
b. Risiko rendah astigmatisme.
c. Penutupan luka mudah.
d. Rehabilitasi tajam peglihatan cepat.
Kekurangan:
a. Instrumen mahal.
b. Tidak semua senter mata mempunyai alat fakoemulsifikasi.
c. Biaya pemeliharaan alat lebih tinggi.
d. Learning curve lebih lama.

Tabel 2. Pemilihan teknik ekstraksi14


Teknik
ECCE Fako-emulsifikasi Lensektomi ICCE

Bayi +++ - +++ -

Anak2 +++ +++ +++ -

Dewasa Muda +++ +++ - -

Dewasa +++ +++ - -

Tua +++ +++ - -

Grade 5 +++ - - -

Uveitis khronis +++ - - -

PHPV - - +++ +

Luksasi lensa - - +++ -

“Insisi kecil” - - +++ +++

Teknik operasi di masa mendatang, memungkinkan insisi lebih kecil, waktu


operasi lebih cepat, menggunakan teknologi mekanik yang lebih sederhana
daripada ultrasound, namun tidak merusak jaringan sekitar operasi, sebagai
berikut:

Tabel 3. Perkembangan teknik ekstraksi15


ECCE Fako-emulsifikasi
Catarex
Lebar insisi 6 – 10 mm 3 – 5 mm 1 – 2 mm
Lama operasi 30 – 45 menit 20 – 30 menit 10 menit
Learning curve Sedang Lama Minimal
Trauma operasi Besar Sedang Ringan/tidak ada
Keuntungan/ Penyembuhan Indikasi: katarak Sembuh cepat dan
Kerugian
tidak tepat / tidak Grade 2,3 dan 4 indikasi semua
sempurna grade
Jaringan parut Kerusakan Astigmatisme (-),
luas, jaringan sekitar kerusakan
astigmatisme operasi
jaringan (-)
tinggi Kapsul anterior
Kapsul anterior
Kapsul anterior (-)
tetap ada dan
(-) memungkinkan
berfungsi, IOL
memungkinkan IOL migrasi
stabil
IOL migrasi
Injectable IOL,
Akomodasi (-) memungkinkan
Akomodasi (-) akomodasi

2.3.3. Hasil Ekstraksi Katarak


Keberhasilan ekstraksi katarak sangat baik. Ekstraksi katarak dapat
mengembalikan fungsi penglihatan. Lebih dari 90% pasien membaik dengan
koreksi mata, meningkat 20/40 ke atas setelah operasi. Studi prospektif
menunjukkan bahwa pasien yang melakukan ekstraksi katarak mempunyai
peningkatan kualitas hidup.

2.3.4 Perawatan Pasca-Ekstraksi Katarak


Jika yang digunakan adalah teknik insisi kecil, maka masa penyembuhan
pasca-operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas dari rawat inap pada hari
operasi itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan
menghindari perengangan atau mengangkat benda berat selama sekitar 1 bulan.
Dianjurkan mata dibalut selama beberapa hari pasca-operasi. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien melihat
dengan cukup baik melalui lensa intraokuler. 7 Pemeriksaan: visus dengan koreksi,
apposisition luka, kejernihan kornea, kedalaman bilik mata depan, pupil, letak
IOL, kapsul posterior dan sisa korteks, TIO; Topical antibiotic-steroid tetes mata
tiap 4-6 jam selama 4-6 minggu.

BAB III

PENUTUP

Penatalaksanaan bagi penyakit katarak adalah dengan tindakan bedah, yaitu


dengan mengeluarkan lensa mata yang keruh, kemudian menggantinya dengan
lensa buatan. Operasi katarak mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Studi
prospektif menunjukkan bahwa pasien yang melakukan ekstraksi katarak
mempunyai peningkatan kualitas hidup. Teknik insisi pada katarak memengaruhi
masa penyembuhan pasca-operasi. Semakin kecil insisi semakin cepat
penyembuhan. Seiring perkembangan teknik ekstraksi katarak, terdapat 4 teknik
ekstraksi katarak, antara lain:
1. Ekstraksi intrakapsular (intracapsular cataract extraction—ICCE)
2. Ekstraksi ekstrakapsular (extracapsular cataract extraction—ECCE)
3. Ekstraksi insisi kecil manual (manual small incision cataract surgery—
MSICS)
4. Fakoemulsifikasi (phacoemulsification—phaco)
Teknik operasi di masa mendatang, memungkinkan insisi lebih kecil, waktu
operasi lebih cepat, menggunakan teknologi mekanik yang lebih sederhana
daripada ultrasound, namun tidak merusak jaringan sekitar operasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M. Penuntun Ilmu Penyakit Mata ed. 3. Jakarta
Fakultas Kedokteran Indonesia. 2008.
2. Warta Medika. Operasi Katarak. 2010.
http://www.wartamedika.com/2008/09/operasi-katarak.html
3. University of Illinois Eye Center. "Cataracts". Accessed on April 2015.
http://www.uic.edu/com/eye/LearningAboutVision/Cataracts.shtml
4. Daniel G. Vaughan, MD; Taylor Asbury, MD: Oftalmologi Umum. San
Fransisco, Widya Medika
5. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic approach
[ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011.
6. Elizabeth J. corwin. buku saku patofisiologi, EGC. Jakarta. 2000.
7. The Eye M.D Assosiation. American Academy of Opthalmology. Lifelong
Education for Opthalmology (LEO). San Fransisco. 2007-2008.
8. dr. S.M. Akmam, dr. Zainal Azhar: Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: Pusat
Penelitian dan Pengembangan. PT. Kalbe Farm.
9. Encyclopedia of Surgery “Extracapsular Cataract Extraction - Definition,
Purpose, Demographics, Description, Diagnosis/preparation, Aftercare,
Risks, Normal results, Morbidity and mortality rates, Alternatives”
Accessed on April 2015. http://www.surgeryencyclopedia.com/Ce-
Fi/Extracapsular- Cataract-Extraction.html

10. Ruit, S et al. A prospective randomized clinical trial of phacoemulsification


vs manual sutureless small-incision extracapsular cataract surgery in Nepal.
Am J Ophth 2007.

11. Encyclopedia of Surgery: “Phacoemulsification” Accessed on April 2015.


http://www.surgeryencyclopedia.com/Pa-St/Phacoemulsification-for-
Cataracts.html

12. AAO: Manual Small Incision Cataract Surgery. Accessed on April 2015.
http://eyewiki.aao.org/Manual_Small_Incision_Cataract_Surgery

13. Riaz Y, de Silva SR, Evans JR. Manual small incision cataract surgery
(MSICS) with posterior chamber intraocular lens versus
phacoemulsification with posterior chamber intraocular lens for age-
related cataract. Cochrane Database Syst Rev, 2103;10.

14. Packard RBS, Kinnear FC: Manual of Cataract and Intra-ocular Lens
Surgery, Churchill Livingstone, Longman Group (FE) Ltd, 1 st ed, 1991, pp.
5

15. Sorensen JT, Mirhashemi S, Mittelstein M: Easier, Less invasive Cataract


Surgery, Optex Ophthalmologics Inc, http://www.atlan.com/catarex/,
January/25/02

16. American Academy of Ophthalmology: Lens and Cataract. 2011.

Anda mungkin juga menyukai