PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
waham.
Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/ bertentangan, dapat menimbulkan
nihilistic:
Individu
meyakini
bahwa
dirinya
sudah
tidak
ada
didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kadaan
nyata.
Misalnya: Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.
f. Waham Sisip Pikir: Yaitu waham keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain
yang sisipkan kedalam pikirannya.
g. Waham siar pikir : keyakinan kilen bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun tidak pernah menyatakan pikirannnya kepada orang tersebut.
h. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan
dari luar dirinya.
2.4 Penatalaksanaan
TERAPI :
Terapi individual
-
pekerjaan.
Monitor klien yang mengkonsumsi obat-obatan antipsikotik; efek samping
ekstrapiramidal memerlukan penggunaan obat anti Parkinson dalam waktu yang
bersamaan.
Peran perawat :
Bersikap tenang
Empati terhadap klien
Pertahankan kontak mata
Perkenalkan diri
Buat kontrak yang jelas dengan klien, tepati kontrak yg telah disepakati
Dengarkan ekspresi perasaan klien
Tdk mencoba menjelaskan/membantah klien
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny. R (26 tahun) sejak kecil sangat senang memakai pakaian seperti putri. Teman- teman
klien sering mengejek klien karena klien berperilaku atau berpakaian tidak setara dengan
pekerjaan ayahnya yang hanya seorang buruh serabutan. Klien terkadang sedih dan marah
karena tidak ada yang mengerti perasaan klien. Klien berusaha tidak peduli dengan apa yang
dikatakan teman- temannya karena menurut klien, apa yang klien lakukan benar, namun
karena sikap tidak peduli klien itu, teman- teman klien merasa semakin geram dan sering
berkelahi dengan klien. Tidak jarang klien di pukuli oleh teman- teman klien. Klien tidak bisa
melanjutkan pendidikan sekolah dasar dibangku kelas 6 SD karena terbentur biaya.
Klien baru pertama kali masuk ke rumah sakit jiwa karena sebulan yang lalu klien
berperilaku tidak sewajarnya. Klien menjadi lebih suka mengurung diri, dikamar, mencuri
uang ayahnya dan berbelanja pakaian dalam jumlah yang banyak namun setahu ayahnya
klien tidak memiliki uang sebanyak itu. Klien berusaha terlihat keren dan eksis di depan
teman- teman dan lingkungan klien. Jika ayah klien tidak member klien uang kepada klien,
klien akan mengamuk dan mengunci diri dikamar dan menyakiti diri klien sendiri, karena
menurut klien dengan berperilaku seperti itu ayah klien akan memberi klien uang. Dengan
perilaku yang terus- menerus diulang itu, ayah klien merasa tidak terkontrol dan sering
memukuli klien agar klien berhenti meminta uang.
Namun, ibu klien memutuskan untuk membawa klien ke rumah sakit saat klien mulai
berusaha melukai diri klien sendiri. Namun dokter dirumah sakit merujuk klien ke bagian
psikiatri, namun klien menolak, sehingga orang tua klien dengan paksa membawa klien ke
rumah sakit jiwa. Sering kali dirumah sakit klien merasa seolah- olah terancam
dengankehadiran perawat atau tim medis lainnya. Klien menganggap bahwa perawat dan
teman sejawat lainnya mempunyai maksud buruk kepada dirinya. Menganggap bahwa
mereka dikirim untuk mengusik hidup si putrid seperti yang diyakini oleh klien tersebut.
Dirumah sakit jiwa, menurut laporan dan apa yang diamati perawat, klien sering bercerita
kepada perawat bahwa klien adalah seorang putri yang sedang dicari oleh seorang pangeran
yang hendak mencarinya. Klien meyakini bahwa di rumah sakit jiwa ia disuruh untuk
menunggu jkemputan dari pangeran pujaan hatinya yang sebenarnya tidak ada. Klien
semakin merasa percaya diri karena beberapa pasien lain yang diceritakan cerita yang sama
oleh klien ini seolah percaya. Klien tampak bersih namun selalu menghindar dari keramaian,
pasif dan tidak mau bergaul dengan perawat karena menurut klien seorang putrid sepertinya
tidak selayaknya berteman dengan orang biasa.
M. Eksistensial
M. Psikososial
PSIKOPATOFLOWDIAGRAM
(Ny. R 26thn)
M. Interpersonal
M. Psikoanalitik
HDR
BASIC ANXIETY
KLIEN MENCOBA MELUKAI DIRINYA SENDIRI KARENA TIDAK DIBERI UANG
ANSIETAS MENINGKAT
KOMPENSASI, OVER KOMPENSASI, DAN REGRESI
WAHAM
AFEKTIF
KOGNITIF
Berbicara
Merasa terancam
POHON
MASALAH
berlebihan
Marah
Sedih
Mudah tersinggung
Ketakutan
MOTORIK
Mengamuk
Menyakiti diri sendiri
Berperilaku
selayaknya seorang
putrid
Mengurung diri
dikamar
POHON MASALAH
Isolasi Sosial
Rasional: Klien yang tidak dapat percaya dapat berhadapat dengan satu individu pada
awal intervensi. Mengenalkan orang lain secara bertahan ketika klien dapat
menoleransinya akan kurang mengancam bagi klien.
7. Tunjukkan empati terhadap perasaan klien; yakinkan klien akan keberadaan dan
penerimaan anda.
Rasional: Waham klien dapat menimbulkan distress. Empati menunjukkan penerimaan
anda. Terhadap klien serta perhatian dan kepedulian anda.
8. Jangan bersikap menghakimi atau merendahkan atau membuat lelucon tentang keyakinan
klien
Rasional: waham dan perasaan klien bukan hal yang lucu bagi klien. Klien dapat dapat
merasa ditolak oleh anda atau merasa tidak penting jika didekati melalui humor.
9. Sisipkan keraguan tentang waham secara langsung segera setelah klien tampak siap
menerima hal ini. Jangan berdebat dengan klien, tetapi hadirkan situasi yang faktual saat
andamelihatnya.
Rasional: ketika klien mulai mempercayai anda, ia mulai menggunakan waham waham
jika anda juga memperlihatkan kerja kelompok
10. Upayakan untuk berdiskusi tentang pikiran waham sebagai suatu masalah dalam
kehidupan klien; tanyakan kepada klien apakah ia dapat melihat bahwa waham
mengganggu kehidupannya.
Rasional: Diskusi mengenai masalah yang disebabkan oleh waham, merupakan fokus saat
ini dan berdasarkan realita.
DP 2 Ketidakefektifan koping individu
- Tujuan jangka panjang: klien menggunakan strategi koping yang konstruktif dan dapat
-
Intervensi
1. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan.
R/ memfokuskan upaya klien pada orang dan situasi nyata membuat pembelajaran
keterampilan dalam bersosialisasi menjadi realistis dan sangat bermakna.
2. Diskusikan dengan klien cara-cara untuk memulai interaksi dengan orang lain.
R/ memberi informasi mengenai keterampilan bersosialisasi dan berkomunikasi
memfasilitasi rasa kompetensi klien.
3. Ajarkan klien tentang cara mengekspresikan perasaan dengan cara yang dapat diterima
secara sosial melalui kegiatan bermain peran.
R/ ekspresi perasaan yang sesuai dapat terasa sulit bagi klien yang mempertahankan jarak
emosional dengan orang lain.
4. Bantu klien menyatakan secara verbal perasaan-perasaan yang tidak nyaman atau negatif.
R/ mengungkapkan perasaan secara verbal akan mencegah peningkatan ansietas dan
menurunkan kemungkinan kembalinya pikiran waham.
5. Bantu klien mengidentifikasi situasi-situasi yang jika kurang memiliki keterampilan
sosial yang sesuai akan mengganggu interaksi sosial.
R/ umpan balik membantu klien mengembangkan kesadaran akan adanya masalah dalam
interaksi sosial yang khusus dan memfasilitasi keinginan klien untuk berubah.
6. Ciptakan kesempatan untuk klien agar memiliki interaksi dengan kelompok kecil dan
interaksi dengan teman sebaya.
R/ kontak dengan kelompok kecil dan interaksi dengan teman sebaya dapat meningkatkan
rasa percaya dan berbagi.
7. Beri kesempatan interaksi untuk klien dengan membantu membuat kontak dengan teman
dan anggota keluarga yang diinginkan.
R/ orang yang dekat dengan klien dapat membantunya melakukan keterampilan interaksi
dan meningkatkan pengalaman bersosialisasi.