Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien.keyakinan ini akan terus dipertahankannya walaupun telah ditunjukan beberapa
bukti yang kuat untuk mengoreksi pernyataannya. Pasien ini tidak memperlihatkan
gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang ditemukan pada kondisi psikotik
lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham
aneh yang nyata. Diagnosis mungkin sulit karena pasien sangat tidak percaya pada
pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara sukarela. mereka sering sangat sensitif,
argumentatif. meskipun ia dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan dalam hal hal
di luar waham mereka, ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan
mereka sendiria tau akibat ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering
mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini
merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang akan diungkap dalam makalah mengenai asuhan
keperawatan jiwa pada pasien Waham adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Waham ?
1.2.2 Apa etiologi Waham ?
1.2.3 Apa tanda dan gejala Waham ?
1.2.4 Bagaimana penatalaksanaan Waham ?
1.2.5 Bagaimana proses pohon masalah Waham
12.6 Bagaimana psikopatoflowdiagram dari Waham ?
1.2.7 Bagaimana proses asuhan keperawatan untuk pasien dengan Hipoglikemia?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah asuhan keperawatan jiwa pada pasien Waham yaitu
menjelaskan apa itu Waham, penyebab dari Waham, jenis Waham pada pasien gangguan
jiwa, menjelaskan pohon masalah dan psikopatoflowdiagram Waham, tanda dan gejala
Waham, dan menjelaskan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan gangguan
Waham.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu bab pendahuluan, bab
pembahasan, dan bab penutup.
Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab pembahasan ini berisi tentang pengertian dari
keperawatan kesehatan jiwa, peran dan fungsi perawat kesehatan dalam kesehatan jiwa,
dan kode etik keperawatan dalam keperawatan jiwa. Bab penutup berisi tentang
kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Waham


Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin aneh (misal, mata saya adalah komputer yang dapat
mengontrol dunia) atau bisa pula tidak aneh (hanya sangat tidak mungkin, misal, FBI
mengikuti saya) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang
jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan
beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut
psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.
(David A. Tomb, 2004)
Waham adalah keyakinan yang salah, dan dipertahankan yg tidak memiliki dasar
dalam realitas (Sheila, 2008).
Waham adalah keyakinan palsu yang merupakan kesalahan persepsi atau tidak
didasarkan pada realitas (Schultz & Videbeck : 2009).
Waham adalah keyakinan pribadi palsu yang tidak sesuai dengan pendapat orangorang intelijen atau berdasarkan latar belakang budaya (Townsend : 2014).
2.2 Etiologi Waham
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta benda,
keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan stress bagi mereka
yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan
jiwa dan waham. (Budi Anna Keliat, 2006)
2.2.1 Faktor Predisposisi

Faktor perkembangan hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan


interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga

pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.


Faktor Sosial Budaya

Seseoarang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya

waham.
Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/ bertentangan, dapat menimbulkan

ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.


Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau

perubahan pada sel kortikal dan limbik.


Faktor Genetik

2.2.2 Faktor Presipitasi

Faktor Sosial Budaya


Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau

diasingkan dari kelompok.


Faktor Biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinugen lainnya diduga dapat menjadi

penyebab waham pada seseorang.


Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenangkan.

2.3 Tanda dan Gejala Waham


Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya
sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien
menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien
menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan
isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang
berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan,
ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada
orang lain, gelisah.
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):

a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan


khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya: saya ini pejabat departemen kesehatan lho! atau, saya punya tambang
emas.
b. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Contoh: saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka iri dengan kesuksesan saya.
c. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh: kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian
putih setip hari.
d. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh: saya sakit kanker. (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit
kanker.)
e. Waham

nihilistic:

Individu

meyakini

bahwa

dirinya

sudah

tidak

ada

didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kadaan
nyata.
Misalnya: Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.
f. Waham Sisip Pikir: Yaitu waham keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain
yang sisipkan kedalam pikirannya.
g. Waham siar pikir : keyakinan kilen bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun tidak pernah menyatakan pikirannnya kepada orang tersebut.
h. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan
dari luar dirinya.

2.4 Penatalaksanaan
TERAPI :

Terapi individual
-

Bekerjasama dengan klien untuk mengurangi penggunaan pertahanan diri berupa


penyangkalan, proyeksi, dan distorsi pikiran dengan meminta klien mengatasi

perasaan tidak aman dan konflik dasarnya


Berfokus pada perasaan
Eksplorasi bagaimana pikiran waham mempengaruhi gaya hidup klien
Sediakan umpan balik yang berhubungan dengan realita
Bantu klien mengenali bagaimana stress yang hebat bisa memperburuk gejala
Ajarkan ketrampilan untuk membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan
ketrampilan bernegoisasi karena beberapa klien cenderung memiliki perilaku
argumentatif.
PENGOBATAN :

Obat-obatan antipsikotik dapat menyediakan cara untuk menangani agitasi hebat,


memodifikasi pikiran waham, dan memfasilitasi fungsi dalam situasi social dan

pekerjaan.
Monitor klien yang mengkonsumsi obat-obatan antipsikotik; efek samping
ekstrapiramidal memerlukan penggunaan obat anti Parkinson dalam waktu yang
bersamaan.
Peran perawat :

Bina hubungan saling percaya dengan klien


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bersikap tenang
Empati terhadap klien
Pertahankan kontak mata
Perkenalkan diri
Buat kontrak yang jelas dengan klien, tepati kontrak yg telah disepakati
Dengarkan ekspresi perasaan klien
Tdk mencoba menjelaskan/membantah klien

Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi


1.
2.
3.
4.

Diskusikan harapan-harapan klien selama ini


Diskusikan harapan yang tercapai dan tidak tercapai
Diskusikan perasaan klien terhadap harapan yang tidak tercapai tersebut
Diskusikan hubungan antara perasaan klien dengan keyakinan (waham) klien

Bantu klien mengontrol waham


1. Diskusikan perasaan takut, cemas, dan marah yang dirasakan oleh klien.
2. Diskusikan kaitan perasaan klien dengan keyakinan klien (yang salah)

3. Diskusikan konsekuensi keyakinan klien terhadap kehidupan sehari-hari klien.


4. Paparkan klien pada realita sesuai kondisi lingkungan.
Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk mengatasi waham klien
1. Jelaskan masalah waham yang dialami oleh klien
2. Jelaskan adanya kebutuhan / harapan klien yang tidak terpenuhi sehingga muncul
waham
3. Jelaskan cara berkomunikasi verbal dan non verbal dengan klien
4. Jelaskan perlunya dukungan keluarga agar klien minum obat secara teratur

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Ny. R (26 tahun) sejak kecil sangat senang memakai pakaian seperti putri. Teman- teman
klien sering mengejek klien karena klien berperilaku atau berpakaian tidak setara dengan
pekerjaan ayahnya yang hanya seorang buruh serabutan. Klien terkadang sedih dan marah
karena tidak ada yang mengerti perasaan klien. Klien berusaha tidak peduli dengan apa yang

dikatakan teman- temannya karena menurut klien, apa yang klien lakukan benar, namun
karena sikap tidak peduli klien itu, teman- teman klien merasa semakin geram dan sering
berkelahi dengan klien. Tidak jarang klien di pukuli oleh teman- teman klien. Klien tidak bisa
melanjutkan pendidikan sekolah dasar dibangku kelas 6 SD karena terbentur biaya.
Klien baru pertama kali masuk ke rumah sakit jiwa karena sebulan yang lalu klien
berperilaku tidak sewajarnya. Klien menjadi lebih suka mengurung diri, dikamar, mencuri
uang ayahnya dan berbelanja pakaian dalam jumlah yang banyak namun setahu ayahnya
klien tidak memiliki uang sebanyak itu. Klien berusaha terlihat keren dan eksis di depan
teman- teman dan lingkungan klien. Jika ayah klien tidak member klien uang kepada klien,
klien akan mengamuk dan mengunci diri dikamar dan menyakiti diri klien sendiri, karena
menurut klien dengan berperilaku seperti itu ayah klien akan memberi klien uang. Dengan
perilaku yang terus- menerus diulang itu, ayah klien merasa tidak terkontrol dan sering
memukuli klien agar klien berhenti meminta uang.
Namun, ibu klien memutuskan untuk membawa klien ke rumah sakit saat klien mulai
berusaha melukai diri klien sendiri. Namun dokter dirumah sakit merujuk klien ke bagian
psikiatri, namun klien menolak, sehingga orang tua klien dengan paksa membawa klien ke
rumah sakit jiwa. Sering kali dirumah sakit klien merasa seolah- olah terancam
dengankehadiran perawat atau tim medis lainnya. Klien menganggap bahwa perawat dan
teman sejawat lainnya mempunyai maksud buruk kepada dirinya. Menganggap bahwa
mereka dikirim untuk mengusik hidup si putrid seperti yang diyakini oleh klien tersebut.
Dirumah sakit jiwa, menurut laporan dan apa yang diamati perawat, klien sering bercerita
kepada perawat bahwa klien adalah seorang putri yang sedang dicari oleh seorang pangeran
yang hendak mencarinya. Klien meyakini bahwa di rumah sakit jiwa ia disuruh untuk
menunggu jkemputan dari pangeran pujaan hatinya yang sebenarnya tidak ada. Klien
semakin merasa percaya diri karena beberapa pasien lain yang diceritakan cerita yang sama
oleh klien ini seolah percaya. Klien tampak bersih namun selalu menghindar dari keramaian,
pasif dan tidak mau bergaul dengan perawat karena menurut klien seorang putrid sepertinya
tidak selayaknya berteman dengan orang biasa.

M. Eksistensial

M. Psikososial

PSIKOPATOFLOWDIAGRAM
(Ny. R 26thn)
M. Interpersonal

Klien sering diejek


temannya.
Klien sering
mengurung diri.

Klien merasa sedih


dan marah.
Klien merasa
percaya dirinya
tinggi.

Ayah klien seorang


buruh serabutan.
Klien putus
sekolah sejak kelas
6 sd.

M. Psikoanalitik

Klien sering dipukili dan


dijambak oleh teman-teman
sebayanya.
Klien meminta uang tetapi
klien malah dipukuli oleh
ayahnya.

Sedih dan marah

Minder dan sedih

Malu dan sedih

Marah dan sedih

HDR
BASIC ANXIETY
KLIEN MENCOBA MELUKAI DIRINYA SENDIRI KARENA TIDAK DIBERI UANG
ANSIETAS MENINGKAT
KOMPENSASI, OVER KOMPENSASI, DAN REGRESI
WAHAM

AFEKTIF

KOGNITIF

Berbicara

Merasa terancam

POHON
MASALAH
berlebihan

Marah
Sedih
Mudah tersinggung
Ketakutan

MOTORIK

Mengamuk
Menyakiti diri sendiri
Berperilaku
selayaknya seorang
putrid
Mengurung diri
dikamar

POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan : terhadap diri sendiri

Perubahan Pola Pikir : Waham

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri : HDR

Rencana Asuhan Keperawatan untuk klien Waham


DP 1: Pola Pikir (Suatu keadaan individu mengalami gangguan operasi kognitif dan
aktivitas)
Kriteria Hasil:
- Klien akan Bebas dari cedera,
- Memperlihatkan penurunan tingkat ansietas,
- Berinteraksi dengan topic yang berdasarkan realitas.
Intervensi:
1. Bersikap tulus dan jujur ketika berkomunikasi dengan klien. Hindari ucapan yang tidak
jelas atau mengelak.
Rasional: Klien yang mengalami waham sangat sensitive terhadap orang lain dan dapat
mengenali ketidaktulusan. Komentar yang mengelak atau ragu-ragu memperkuat rasa
ketidakpercayaan atau waham.
2. Konsisten dalam menetapkan harapan, menjalankan peraturan, dan sebagainya.
Rasional: Batasan yang jelas dan konsisten member struktur yang aman bagi klien.
3. Dorong klien untuk berbicara dengan anda, tetapi jangan memata-matai atau menyelidiki
untuk memperoleh informasi.
Rasional: Tindakan menyelidiki akan meningkatkan rasa curiga klien dan mengganggu
hubungan terapeutik. Apabila klien mengetahui prosedur, secara keseluruhan, klien
kurang mungkin merasa ditiou oleh staff.
4. Beri umpan balik positif untuk keberhasilan klien
Rasional: Umpan balik positif terhadap keberhasilan klien meningkatkan perasaan
sejahtera dan membantu membuat realitas tanpa waham pada situasi yang lebih positif
bagi klien.
5. Kenali waham klien sebagai persepsi klien terhadap lingkungan
Rasional: Penting untuk mengenali persepsi klien terhadap lingkungan guna memahami
perasaan klien Mula-mula jangan berdebat dengan klien atau mencoba meyakinkan klien
bahwa wahamnya salah atau tidak nyata.
6. Mula-mula libatkan klien dalam aktivitas satu-satu, kemudian aktivitas dalam kelompok
kecil, dan secara bertahap aktivitas dalam kelompok yang lebih besar

Rasional: Klien yang tidak dapat percaya dapat berhadapat dengan satu individu pada
awal intervensi. Mengenalkan orang lain secara bertahan ketika klien dapat
menoleransinya akan kurang mengancam bagi klien.
7. Tunjukkan empati terhadap perasaan klien; yakinkan klien akan keberadaan dan
penerimaan anda.
Rasional: Waham klien dapat menimbulkan distress. Empati menunjukkan penerimaan
anda. Terhadap klien serta perhatian dan kepedulian anda.
8. Jangan bersikap menghakimi atau merendahkan atau membuat lelucon tentang keyakinan
klien
Rasional: waham dan perasaan klien bukan hal yang lucu bagi klien. Klien dapat dapat
merasa ditolak oleh anda atau merasa tidak penting jika didekati melalui humor.
9. Sisipkan keraguan tentang waham secara langsung segera setelah klien tampak siap
menerima hal ini. Jangan berdebat dengan klien, tetapi hadirkan situasi yang faktual saat
andamelihatnya.
Rasional: ketika klien mulai mempercayai anda, ia mulai menggunakan waham waham
jika anda juga memperlihatkan kerja kelompok
10. Upayakan untuk berdiskusi tentang pikiran waham sebagai suatu masalah dalam
kehidupan klien; tanyakan kepada klien apakah ia dapat melihat bahwa waham
mengganggu kehidupannya.
Rasional: Diskusi mengenai masalah yang disebabkan oleh waham, merupakan fokus saat
ini dan berdasarkan realita.
DP 2 Ketidakefektifan koping individu
- Tujuan jangka panjang: klien menggunakan strategi koping yang konstruktif dan dapat
-

berfungsi tanpa mendapat gangguan dari pikiran waham.


Tujuan jangka pendek #1: kesibukan klien dengan pikiran wahamnya berkurang.
Tujuan jangka pendek #2: klien mengembangkan strategi koping yang adaptif.

Intervensi
1. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan.

R/ mengungkapkan secara verbal perasaan memampukan klien mengidentifikasi


masalah/isu pribadi secara mendalam, dan memfasilitasi penanganan perasaan-perasaan
klien dengan cara selain dengan wahamnya.
2. Interaksi secara langsung, jujur, dan konsisten dengan klien.
R/ pendekatan yang jujur, tidak ambigu membantu klien mengusir ketakutan, curiga, dan
waham paranoid.
3. Jangan berisik, tertawa, atau bercakap-cakap secara rahasia dengan staf lain saat berada
dalam jangkauan pandangan klien.
R/ klien mungkin menjadi curiga dan membentuk kesimpulan yang salah tentang menjadi
subyek yang dibicarakan, yang akan menyebabkan peningkatan paranoid.
4. Jangan sentuh klien secara tiba- tiba atau terkesan halus.
R/ sentuhan dapat dianggap sebagai ancaman bagi klien yang curiga dan sebagai invasi
terhadap batas wilayah klien.
5. Beri umpan balik berdasarkan realita kepada klien.
R/ pikiran waham membuat klien sulit menghubungkan situasi atau kejadian nyata
dengan perasaan pribadi yang timbul dari situasi ini.
6. Dorong melakukan aktivitas sendiri yang menyenangkan, seperti kerajinan dan hobi, atau
aktivitas satu persatu antara perawat dan klien.
R/ aktivitas yang kompetitif dapat mengancam dan memperburuk ketakutan dan rasa
curiga.
DP 3. Hambatan interaksi sosial
- Tujuan jangka panjang: klien menunjukkan kompetensi dalam situasi sosial.
- Tujuan jangka pendek : klien mempraktikkan keterampilan dasar dalam berinteraksi
sosial.
Intervensi :
1. Bantu klien mennsurvei kenalan-kenalannya dan mengidentifikasi siapa saja dari mereka
yang berpotensi menjadi teman.

R/ memfokuskan upaya klien pada orang dan situasi nyata membuat pembelajaran
keterampilan dalam bersosialisasi menjadi realistis dan sangat bermakna.
2. Diskusikan dengan klien cara-cara untuk memulai interaksi dengan orang lain.
R/ memberi informasi mengenai keterampilan bersosialisasi dan berkomunikasi
memfasilitasi rasa kompetensi klien.
3. Ajarkan klien tentang cara mengekspresikan perasaan dengan cara yang dapat diterima
secara sosial melalui kegiatan bermain peran.
R/ ekspresi perasaan yang sesuai dapat terasa sulit bagi klien yang mempertahankan jarak
emosional dengan orang lain.
4. Bantu klien menyatakan secara verbal perasaan-perasaan yang tidak nyaman atau negatif.
R/ mengungkapkan perasaan secara verbal akan mencegah peningkatan ansietas dan
menurunkan kemungkinan kembalinya pikiran waham.
5. Bantu klien mengidentifikasi situasi-situasi yang jika kurang memiliki keterampilan
sosial yang sesuai akan mengganggu interaksi sosial.
R/ umpan balik membantu klien mengembangkan kesadaran akan adanya masalah dalam
interaksi sosial yang khusus dan memfasilitasi keinginan klien untuk berubah.
6. Ciptakan kesempatan untuk klien agar memiliki interaksi dengan kelompok kecil dan
interaksi dengan teman sebaya.
R/ kontak dengan kelompok kecil dan interaksi dengan teman sebaya dapat meningkatkan
rasa percaya dan berbagi.
7. Beri kesempatan interaksi untuk klien dengan membantu membuat kontak dengan teman
dan anggota keluarga yang diinginkan.
R/ orang yang dekat dengan klien dapat membantunya melakukan keterampilan interaksi
dan meningkatkan pengalaman bersosialisasi.

Anda mungkin juga menyukai