Anda di halaman 1dari 3

KRANIOTOMI

A. Definisi
Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk
meningkatkan akses pada struktur intrakanial. Prosedur ini dilakukan untuk
menghilangkan tumor, mengurangi TIK, mengevakuasi bekuan darah, dan mengontrol
hemoragi. Flap tulang dibuat ke dalam tengkorak dan dipasang kembali setelah
pembedahan, ditempatkan dengan jahitan periosteal atau kawat. Secara umum, ada dua
pendekatan melalui tengkorak yang digunakan : (1) di atas tentorium (kraniotomi
supratentorial) ke dalam kompartemen supratentorial dan (2) di bawah tentorium ke
dalam kompartemen infratentorial (fossa posterior). Pendekatan transfenoidal melalui
sinus mulut dan hidung digunakan untuk membuat akses ke kelenjar hiposifisis.
Struktur intracranial dapat menjadi pendekatan melalui lubang burr, yang adalah
lubang sirkular yang dibuat tengkorak baik melalui drill tangan atau kraniotom automatik
(yang mempunyai system kendali sendiri untuk menghentikan drill ketika tulang
ditembus). Lubang burr dibuat untuk eksplorasi atau diagnosis. Lubang-lubang ini dapat
digunakan untuk menentukan adanya pembengkakan serbral dan cedera serta ukuran dan
posisi ventrikel. Lubang ini juga suatu cara evakuasi hematoma intracranial atau abses
dan untuk tujuan dekompresi, ventrikulografi, atau prosedur pirau (shunting).
Prosedur kranial lain meliputi kraniektomi (eksisi suatu bagian tengkorak) dan
kranioplasti (perbaikan defek kranial dengan penggunaan plat logam atau plastik)
B. Evaluasi Diagnostik
Prosedur diagnostic praoperasi dapat meliputi tomografi koputer (pemindaian CT) untuk
menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak sekitarnya, ukuran ventrikel,
dan perubahan posisinya. Pencitraan resonans magnetic (MRI) memberikan informasi
serupa dengan pemindaian CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi
dipotongan lain. Angiografi serebral dapat digunakan untuk meneliti suplai darah tumor
atau member informasi mengenai lesi vascular. Pemeriksaan aliran Doppler transkranial
mengevaluasi aliran darah pembuluh darah intracranial.

22

C. Penatalaksanaan
Penatalaksaan praoperasi
Biasanya pasien diterapi dengan medikasi (fenitoin) sebelum pembedahan untuk
mengurangi resiko kejang pascaoperasi. Sebelum pembedahan,steroid (deksametason)
dapat diberikan untuk mengurangi edema serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens
hiperosmotik (manitol) dan diuretic (furosemid) dapat diberikan secara intravena segera
sebelum dan kadang selama pembedahan bila pasien cenderung menahan air , yang
terjadi pada individu yang mengalami disfungsi intracranial. Kateter urinarius menetap
dipasang sebelum pasien dibawa ke ruang operasi untuk mengalirkan kandung kemih
selama pemberian diuretik dan untuk memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien
dapat diberikan antibiotic bila serebral sempat terkontaminasi pada pra operasi untuk
menghilangkan ansietas. Kulit kepala dicukur segera sebelum pembedahan sehingga
adanya abrasi superficial tidak semua mengalami infeksi.
Pentalaksanaan pascaoperasi
jalur arteri dan jalur tekanan vena sentral (CVP) dapat dipasang untuk memantau tekanan
darah dan mengukur CVP. Pasien mungkin atau tidak diintubasi dan mendapat terapi
oksigen tambahan.
Mengurangi edema serebral, terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral
meliputi pemberian manitol, yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air
bebas dari area otak. Cairan ini kemudian diekskresikan melalui dieresis osmotic.
Deksametason dapat diberikan melalui intravena setaip 6 jam selama 24 sampai 72 jam ;
selanjutnya dosisnya dikurang secara bertahap.
Meredakan nyeri dan mencegah kejang. Asitaminofen biasanya diberikan
selama suhu diatas 37,5 derajat celcius dan untuk nyeri. Sering kali pasien akan
mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya sebagai akibat saraf kulit kepala
diregangkan dan diiritasi selama pembedahan. Kodein , diberikan lewat pariental.
Medikasi antikonvulsan diresepkan untuk pasien yang telat menjalani kraniotomi
23

supratentorial, karena resiko tinggi epilepsy setelah prosedur bedah neuro supratemorial.
Kadar serum dipantau untuk mempertahankan medikasi dalam rentang terapeutik.
Memantau TIK. Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang
pada pasien yang menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter
disambungkan ke system drainase eksternal. TIK dalam dipantau dengan memutar
stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin bahwa system tersebut kencang pada
semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi yang tepat untuk menghindari
drainase cairan serebrospinal, yang dapat mengakibatkan kolaps ventrikel bila cairan
terlalu banyak dikeluarkan. Kateter diangkat ketika tekanan ventrikel normal dan stabil.
Pirau ventrikel kadang dilakukan sebelum prosedur bedah tertentu untuk mengontrol
hipertensi intrakanial, terutama pada pasien dengan tumor fossa posterior.

D. Komplikasi
Komplikasi bedah intrakanial meliputi peningkatan TIK, infeksi, dan deficit neurologik.
Peningkatan

TIK

dapat

terjadi

sebagai

akibat

edema

serebral

atau

pembengkakan dan diatasi dengan manitol, diuretik osmotic. Pasien juga memerlukan
intubasi dan penggunaan agens paralisis.
Infeksi mungkin karena insisi terbuka. Pasien harus mendapat terapi antibiotic,
dan balutan serta sisi luka harus dipantau untuk tanda infeksi,peningkatan drainase, bau
menyemangat, drainase purulen, dan kemerahan serta bengkak sepanjang garis insisi.
Deficit neurologik dapat diakibatkan oleh pembedahan. Pada pascaoperasi status
neurologic pasien dipantau dengan ketat untuk adanya perubahan.

24

Anda mungkin juga menyukai