Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.

LATAR BELAKANG
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama di dunia, 15 juta orang
meninggal yaitu 30% dari total kematian di dunia. Sedangkan kematian akibat
penyakit jantung koroner adalah 7,2 juta (World Health Report, 1997, WHO).
Untuk di Indonesia sendiri penyakit jantung koroner penyebab kematian utama
(SKRT, 2000, Depkes RI).
Penyakit jantung koroner atau Coronary Hearth Disease merupakan Cause of
Death. Penyakit ini tak lepas dari gaya hidup individu dan faktor-faktor yang
terkait. Dalam hal ini faktor nutrisi, aktifitas dan stressor memegang peranan
penting terjadinya penyakit jantung koroner.
Melihat kenyataan di atas, perawat sebagai tenaga kesehatan untuk dapat bisa
menekan angka kejadian penyakit jantung koroner. Usaha kita sebagai
perawatan adalah promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk dapat
menekan angka kejadian tersebut salah satunya dengan mencegah agar tidak
terjadi penyakit tersebut yaitu dengan memberikan penyuluhan. Upaya yang
dilakukan harus berawal dari individu itu sendiri dengan merubah gaya
hidupnya yang tidak sehat, seperti memperhatikan asupan nutrisi tiap hari,
melakukan aktivitas secara teratur dan dapat mengenal dan mengatasi stressor
yang ada dengan tepat. Dengan demikian penyakit jantung koroner dapat
ditekan dan masyarakat dapat hidup sehat dan sejahtera, sehingga dapat
terlaksananya program pemerintah yaitu Indonesia Sehat tahun 2010.

2.

TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas sebagai karyawan Orienti.
2. Memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Coronary Heart Disease.
3. Menambah pengetahuan pembaca tentang Coronary Heart Disease.

3.

METODE PENULISAN
1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengambil beberapa literatur yang
berhubungan dengan Coronary Hearth Disease.
2. Studi lapangan, yaitu dengan pengamatan langsung pada pasien dengan
Coronary Heart Disease di unit Carolus Kamar 304-1 di PKSC.

4.

SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang dipakai dalam menyusun makalah ini adalah Bab I
berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisi Tinjauan Teoritis
yang terdiri dari konsep medik dan konsep asuhan keperawatan, konsep medik
terdiri definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test
diagnostik, terapi dan komplikasi. Sedangkan konsep dasar keperawatan terdiri
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan diakhiri dengan
patoflowdiagram.
Bab III berisi Pengamatan kasus, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Bab IV berisi
Pembahasan kasus, Bab V berisikan Kesimpulan dan diakhiri dengan daftar
pustaka.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
CAD adalah kondisi patologis arteri coroner ditandai dengan penimbunan
abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh
darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan
aliran darah ke jantung. (Brunner & Suddarth, 2000).
2. Anatomi Fisiologi
Arteri koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung, yang
mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi.
Jantung menggunakan 70% sampai 80% oksigen yang diantarkan melalui
arteri koronaria. Sebagai perbandingan, organ lain hanya menggunakan ratarata seperempat oksigen yang diantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta
dekat hulunya di ventrikel kiri. dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian
yang lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah
menjadi dua cabang besar ke bawah (arteri asendens anterior sinistra) dan
melintang (arteri sirkumfleksia) sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok
seperti itu pula dari arteri koronaria dekstra. Tidak seperti arteri lain, arteri
koronaria di perfusi selama diastolik.
3. Etiologi
Penyebab CAD adalah penyakit aterosklerosis, mungkin disebabkan akibat
kelainan metabolisme lipid, koagulasi darah dan keadaan biokimia dinding
arteri.
Faktor resiko CAD ada 2 yaitu yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat
dimodifikasi.
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :
-

Riwayat keluarga positif

Peningkatan usia

Jenis kelamin, terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibandingkan wanita.

Ras : insiden lebih sering terjadi pada penduduk Amerika keturunan Afrika.

Faktor resiko yang dapat dimodifikasi :


-

Kolesterol darah tinggi

Tekanan darah tinggi

DM, obesitas, inaktivitas fisik

Stress

Penggunaan kontrasepsi oral

Kepribadian, seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.

Geografi : insiden lebih tinggi pada daerah industri.

4. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri
besar. Timbunan ini dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi
nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh
darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen
pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami
nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin
sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan
berdinding kasar akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini
menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh
penyakit tromboemboli yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
5. Tanda dan Gejala
Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat
penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. Sumbatan
aliran darah ke jantung berlangsung progresif dan suplai darah yang tidak
adekuat (iskemia) yang ditimbulkannya akan membuat sel-sel otot kekurangan
komponen darah yang dibutuhkan untuk hidup. Kerusakan sel akibat iskemia
terjadi dalam berbagai tingkat. Manifestasi utama iskemia miokardium adalah
nyeri dada. Angina pektoris adalah nyeri dada yang hilang timbul, tidak
disertai kerusakan ireversibel sel-sel jantung. Iskemia yang lebih berat disertai
kerusakan sel dinamakan infark miokardium. Jantung yang mengalami
kerusakan ireversibel akan mengalami degenerasi dan kemudian diganti
dengan jaringan parut. Bila kerusakan jantung sangat luas, jantung akan

mengalami kegagalan, tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan


darah dengan memberikan curah jantung yang adekuat. Manifestasi akhir
penyakit arteri koroner dapat berupa perubahan pada EKG, aneurisma
ventrikel, disritmia dan kematian mendadak.
6. Tes Diagnostik

Elektrokardiografi

Pemeriksaan Enzim dan Isoenzim


Creatinin Kinase (CK), dengan isoensimnya CK-MB)

Thorax foto, echocardiografi.

7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantung
sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.
Kerusakan jantung diperkecil dengan cara :
a. Segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
jantung.
b. Terapi obat-obatan
c. Pemberian oksigen
d. Bed rest
e. Colaborasi therapy
-

Nitroglycerin (sub lingual, iv)

Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA)

Atherectomy

Coronary Artery By Pass Graft (CABG).

8. Komplikasi
a. Aritmia
b. Congestive Heart Failure
c. Cardiogenik Syok
d. Perikarditis
e. Emboli paru
f. Ventrikuler aneurysme.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Data subyektif :
Informasi kesehatan yang penting
Riwayat kesehatan : penyakit miokard infark sebelumnya, angina, aortic
stenosis, cardiomyopati, hipertensi, DM, anemia, penyakit paru dan
hiperlipidemia.
Obat-obatan : penggunaan nitrat adrenergic bloker, obat anti hipertensi, agen
penurun lipid.
Pola fungsi kesehatan :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Riwayat keluarga yang sakit jantung, gaya hidup kurang gerak, merokok.
b. Nutrisi dan metabolik
Konsumsi lemak/kolesterol, garam
Mual, sendawa, rasa panas dalam perut, nyeri ulu hati saat makan.
c. Aktivitas dan latihan
Palpitasi, dyspnea, dizziness, lemah, nyeri dada bila bekerja.
d. Persepsi kognitif
Nyeri dada atau tekan berakhir dalam 20 menit, ke lengan, dagu, leher,
pundak, punggung dan biasanya dihubungkan dengan faktor pencetus,
hilang dengan istirahat atau dengan nitrogliserin.
e. Koping toleransi terhadap stress
Hidup penuh stress, kecemasan.
Data obyektif :
-

Kecemasan

Kulit dingin, lembab, kulit pucat.

Cardiovaskuler : takikardi, aritmia, ventrikel gallop, atrial gallop.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri dada b.d penurunan aliran darah koroner.
b. Menurunnya cardiac output b.d perubahan kontraktilitas miokardium.
c. Kecemasan b.d ketakutan akan kematian.
d. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan.

3. Perencanaan Keperawatan
a. Nyeri dada b.d penurunan aliran darah koroner
HYD : Nyeri dada berkurang sampai dengan hilang.
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri dada, lokasi, durasi, intensitas dan faktor yang
mempengaruhi.
R/ Untuk mengetahui temuan klinis yang khas pada nyeri iskemik.
2. Beri oksigen sesuai dengan instruksi.
R/ Meningkatkan suplai oksigen ke jantung.
3. Kolaborasi untuk pemberian obat vasodilator dan anti koagulan.
R/ Therapi obat merupakan pertahanan pertama untuk mempertahankan jaringan jantung.
4. Anjurkan untuk istirahat yang cukup, tempat tidur dengan bagian
kepala ditinggikan.
R/ Istirahat dapat mengurangi konsumsi oksigen ke jantung.
5. Tingkatkan kenyamanan fisik pasien yaitu dengan posisi tidur yang
nyaman dan memenuhi kebutuhan dasar.
R/ Kenyamanan

fisik

memperbaiki

kesejahteraan

pasien

dan

mengurangi kecemasan.
b. Menurunnya cardiac output b.d perubahan kontraktilitas miokardium.
HYD :

Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan pompa jantung


dengan kriteria :
-

Tekanan darah, nadi dalam batas normal

Toleran terhadap peningkatan aktivitas tanpa dispnea, sinkop


atau sakit dada.

Bebas dari efek samping obat yang digunakan untuk


memulihkan output jantung.

Intervensi :
1. Observasi tanda sakit dada : lokasi, penyebaran, lama, faktor presipitasi
dan pembesarannya.
R/ Untuk mengetahui temuan klinis yang khas pada nyeri iskemik.
2. Observasi tanda-tanda vital, tekanan darah, kualitas nadi.

R/ Takikardia dapat terjadi karena nyeri, cemas dan menurunnya curah


jantung.
3. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, lama dan bunyi tambahan.
R/ BJ3 dan BJ4 atau crackles terjadi dengan dekompensasi jantung,
terjadinya murmur dapat menunjukkan katup karena nyeri dada.
4. Observasi perubahan status mental : disorientasi, bingung, gelisah,
kurang peka terhadap rangsang, pingsan.
R/ Menurunnya perfusi otak dapat menghasilkan perubahan sensoris.
5. Catat suhu, warna kulit dan capillary refill.
R/ Curah jantung turun membuat sirkulasi perifer menurun dan kulit
pucat.
6. Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut.
R/ Menurunkan konsumsi kebutuhan oksigen, menurunkan kerja
miokard.
7. Berikan periode istirahat yang adekuat.
R/ Penghematan energi, menurunkan kerja jantung.
8. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan, observasi adanya penurunan
pengeluaran.
R/ Penurunan pengeluaran menunjukkan penurunan curah jantung.
9. Berikan oksigen sesuai program medik.
R/ Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard.
10. Lakukan pemeriksaan sesuai program dokter : enzym jantung, AGD,
elektrolit dan pantau hasilnya.
11. Berikan obat sesuai program medik dan monitor efek pembesarannya.
12. Ajarkan cara mengurangi stres: teknik relaksasi, cara mengontrol
pernapasan.
R/ Mengurangi kecemasan.
c. Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akan kematian.
HYD :

Kecemasan menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.


-

Menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan


masalah.

Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan pasien, keluarga dan mekanisme koping.

R/ Merupakan informasi mengenai perasaan sehat secara umum dan


psikologis.
2. Kaji kebutuhan bimbingan spiritual bila perlu dirujuk.
R/ Akan membantu mengurangi kecemasan.
3. Biarkan pasien mengekspresikan kecemasannya.
R/ Kecemasan yang tidak dapat dihilangkan meningkatkan konsumsi
oksigen jantung.
4. Libatkan dukungan dan kehadiran keluarga.
R/ Mengurangi kecemasan pasien.
5. Berikan obat sedatif, koaguilizer sesuai program medik.
R/ Untuk membantu pasien rileks.
d. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplasi oksigen miokard
dan kebutuhan.
HYD :

Peningkatan toleransi aktivitas yang maju dengan frekuensi


jantung/irama dan TD dalam batas normal.

Intervensi :
1. Kaji frekuensi jantung, irama, perubahan TD sebelum, selama dan
sesudah aktivitas.
R/ Menentukan respon pasien.
2. Tingkatkan istirahat, berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
R/ Menurunkan konsumsi oksigen, menurunkan

kerja miokard,

menurunkan resiko komplikasi.


3. Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh
mengejan saat defekasi.
R/ Valsava manuver dapat mengakibatkan penurunan curah jantung,
takikardia dan peningkatan TD.
4. Anjurkan untuk meningkatkan tingkat aktivitas secara bertahap.
R/ Aktivitas yang meningkat memberikan kontrol jantung.

4. Discharge Planning
1. Menghindari aktivitas yang berat, yang menyebabkan nyeri dada, kelelahan
yang berlebihan.
2. Menghindari panas dan dingin yang berlebihan.
3. Menurunkan berat badan bila perlu.
4. Hindari/berhenti merokok.
5. Aktivitas harus diselingi istirahat yang cukup.
6. Mematuhi diit yang dianjurkan, menyesuaikan kalori, lemak dan garam
sesuai yang dianjurkan.
7. Mematuhi aturan pengobatan, dalam hal minum obat.
8. Melakukan aktivitas yang dapat membebaskan dari tekanan stress.
9. Melakukan penyesuaian fisik dengan peningkatan bertahap tingkat
aktivitas, berjalan-jalan setiap hari dengan meningkatkan jarak dan
lamanya sesuai dengan yang dianjurkan.
10. Menghindari aktivitas yang menegangkan otot, angkat berat, setiap
aktivitas yang memerlukan energi mendadak.
11. Segera ke fasilitas kesehatan bila nyeri dada tidak menghilang, napas
pendek, denyut jantung cepat/lambat dan pingsan.

10

PATOFLOWDIAGRAM CORONARY HEART DISEASES


Faktor yang dapat dimodifikasi :
kolesterol tinggi, tekanan darah
tinggi, DM, obesitas, inaktivitas
fisik. stress, kepribadian tipe A

Faktor yang tidak dapat


dimodifikasi : keturunan,
peningkatan
usia,
jenis
kelamin, (pria)

Kelainan metabolisme lipid, koagulasi darah


keadaan biofisika serta biokimia dinding arteri
Aterosklerosis
Penyempitan lumen arteri coronary
Suplai darah ke jantung tidak adekuat
Sel-sel otot jantung kekurangan komponen darah
yang dibutuhkan untuk hidup
Kerusakan sel jantung
DP : Nyeri dada
DP : Kecemasan

Nyeri dada/angina pektoris

Perubahan pada EKG,


depresi pada segmen ST

Iskemia yang lebih berat (infark miokardium)

DP : Penurunan
Cardiac output
DP : Kecemasan

Kerusakan ireversibel
Mengalami degenerasi
Diganti dengan jaringan parut
Kerusakan jantung yang luas

DP : Penurunan
Cardiac output
DP : Kecemasan
DP : Intoleransi
Aktivitas
DP : Kecemasan

Tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan


tubuh akan darah
Gagal jantung
( Brunner & Suddarth, 2000 )

11

BAB III
PENGAMATAN KASUS

Pengamatan kasus yang dilakukan pada pasien Tn. B, umur 58 tahun, masuk unit
Carolus tanggal 26 November 2003, dengan diagnosa medis Coronary Heart
Diseases. Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri sejak semalam, tangan dan
kaki terasa dingin kemudian paginya dibawa ke UGD Sint Carolus, dan dianjurkan
opname oleh dokter. Pasien mempunyai riwayat Darah Tinggi sejak 5 tahun yang
lalu. Dari hasil laboratorium menunjukkan normal/baik. Hasil EKG di UGD
iskemik di V2, V2 dan V4, hasil Thorax foto jantung dan paru dalam batas
normal.
Pada saat pengkajian tanggal 26 November 2003 keadaan umum pasien tampak
sakit sedang, kesadaran composmentis, pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri
dengan intensitas 3-4, observasi tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg, Nadi : 86
x/menit, HR : 86 x/menit, Suhu 36 oC, pernapasan 16 x/menit, pasien mendapat
pengobatan Diblok 2x6,25 mg, Ketosteril 3x1, Blopus 1x1, Zyloric 100 1x1,
Cedocard 4x10 mg dan Renaquil 5 mg kalau perlu. Pasien batasan cairan 1500
cc/24 jam.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. B adalah nyeri dada berhubungan
dengan penurunan aliran darah koroner. Menurunnya kemampuan pompa jantung/
output jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardium dan
tidak toleransi beraktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
Rencana keperawatan dibuat dari masing-masing diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien. Semua rencana keperawatan yang dibuat kemudian
dilaksanakan pada pelaksanaan keperawatan. Pada pelaksanaan keperawatan
pasien diobservasi tentang keluhan nyeri dada, observasi tanda-tanda vital,
penyuluhan untuk mobilisasi secara bertahap, penyuluhan untuk tetap diit rendah
lemak dan rendah garam.
Pada evaluasi diagnosa yang distop adalah intoleransi beraktivitas pada hari ke-3,
karena pasien sudah dapat mobilisasi secara bertahap, diagnosa yang masih
berlanjut adalah nyeri dada dan penurunan kemampuan pompa jantung.

12

Pasien pulang tanggal 9 Desember 2003, pasien dirawat 13 hari, semua diagnosa
keperawatan dan rencana keperawatan distop. Sebelum pulang pasien diberikan
penyuluhan discharge planning yaitu untuk tidak melakukan aktivitas yang berat,
mematuhi diit rendah lemak dan rendah garam, mematuhi pengobatan yang
didapat, kontrol ke dokter tepat waktu.

13

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Setelah melakukan pengamatan langsung di bangsal selama 13 hari pada pasien


Tn. B dengan Coronary Heart Diseases dan dibandingkan dengan teori maka
ditemukan adanya persamaan dan perbedaan.
1. Pengkajian
Pada kasus yang diamati, CHD yang dialami oleh Tn. B disebabkan karena
pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, ini sesuai
dengan teori karena di dalam teori disebutkan bahwa tekanan yang tinggi terus
menerus menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat. Pada
pasien juga ditemukan IMT: 29,76, ini menunjukkan berat badan berlebih yang
merupakan faktor resiko dari CHD. Pasien juga mengalami nyeri dada sebelah
kiri, hal ini sesuai dengan teori, dari hasil pemeriksaan laboratorium enzym
jantung tidak ditemukan peningkatan jadi masih dalam batas normal.
Hasil thorax foto jantung dan paru-paru dalam batas normal, hasil
echocardiografi ventrikel kiri berfungsi baik, hanya pada hasil EKG di UGD
yang menyebutkan iskemik pada gelombang V2, V3, dan V4.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus yang diamati ditemukan masalah nyeri dada kiri berhubungan
dengan penurunan aliran darah koroner, penurunan kemampuan pompa
jantung/output
miokardium

jantung
dan

berhubungan

intoleransi

dengan

beraktivitas

perubahan

kontraktilitas

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Diagnosa tersebut


sesuai dengan teori yang ada.
Sedangkan diagnosa yang tidak ditemukan pada pasien adalah kecemasan
berhubungan dengan ketakutan akan kematian, karena tidak ditemukan tingkat
kecemasan pada pasien, pasien tidak gelisah, pasien terlihat rileks dan dapat
istirahat/tidur dengan tenang tanpa diberikan obat penenang selama pasien
dirawat.

14

3. Perencanaan Keperawatan
Pada perencanaan semua menyesuaikan dengan diagnosa yang diangkat,
dimana perencanaan tersebut sesuai dengan teori. Dalam menyusun rencana
asuhan keperawatan disesuaikan dengan keadaan pasien. Pasien dan keluarga
diikutsertakan dalam perencanaan untuk meningkatkan kerjasama. Semua
rencana asuhan dapat dilaksanakan ke pasien.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pada implementasi mengacu pada intervensi, sebagian besar tindakan yang
dilakukan berupa penyuluhan dan pengajaran pada pasien seperti penyuluhan
untuk bed rest selama serangan nyeri dada berlangsung, penyuluhan mobilisasi
secara bertahap, selalu untuk mematuhi diit yang dianjurkan yaitu rendah
lemak dan rendah garam. Selain penyuluhan juga melanjutkan terapi medik
yang terkait dengan pasien.
5. Evaluasi
Masalah yang dialami pada pasien dapat teratasi semua. Untuk masalah nyeri
dada, pasien sudah tidak mengalami nyeri dada lagi. Pasien juga sudah dapat
toleransi dalam beraktivitas walaupun bertahap, serta tanda-tanda vital pasien
stabil dan dalam batas normal.

15

BAB V
KESIMPULAN

Coronary Heart Disease merupakan penyebab kematian di dunia, ada 2 faktor


resiko yang mendukung yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat
dimodifikasi. Dalam hal ini faktor nutrisi, aktivitas dan stressor memegang
peranan penting.
Pada pasien ini Tn. B penyakit yang dideritanya adalah (HD yang disebabkan oleh
riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, disamping itu juga berat badan pasien
yang

berlebih

merupakan

faktor

resiko

dari

penyakit

tersebut.

Untuk

penatalaksanaannya bed rest dan kolaborasi untuk pemberian obat-obatan serta


untuk selalu mematuhi diit yang dianjurkan.
Untuk itu hidup sehat sangat penting untuk mencegah penyakit CHD, mencegah
lebih baik daripada mengobati merupakan pepatah yang sangat baik guna
mencapai kesehatan yang optimal.

16

DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M., 1997. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for
Continuity of Care. 5 th ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company.
Brunner and Suddarths, 2000. Textbook of Medical Surgical Nursing. Lippincott,
Philadelphia.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed. 3. Jakarta : EGC.
Lewis, Sharon Mantik. 2000. Medical Surgical Nursing : Assessment and
Management of Clinical Problems. Mosby Inc., Missouri.

17

Anda mungkin juga menyukai