Coal Bed Methane (CBM) Sebagai Energi Alternatif Terbarukan Untuk Menunjang Terciptanya Indonesia Yang Mandiri
Coal Bed Methane (CBM) Sebagai Energi Alternatif Terbarukan Untuk Menunjang Terciptanya Indonesia Yang Mandiri
Diusulkan oleh:
Hafidha Dwi Putri Aristien
NIM 12111003
LEMBAR PENGESAHAN
3. Penulis
Nama Lengkap
NIM
: 12111003
Program Studi
: Teknik Pertambangan
Universitas/Institut
4. Dosen Pembimbing
Nama Lengkap
NIP
Dosen Pembimbing
Penulis
NIM 12111003
Menyetujui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan ITB
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga karya tulis ilmiah dengan judul Coal Bed Methane (CBM)
sebagai Energi Alternatif Terbarukan untuk Menunjang Terciptanya Indonesia
yang Mandiri ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Salah satu ciri negara maju adalah mampu memanfaatkan sumber daya alam
yang dimiliki secara optimal. Negara maju mampu memanfaatkan sumber daya
alamnya dengan baik, menemukan sumber daya alam baru, ataupun memanfaatkan
sumber daya alam yang telah tersedia sebagai energi alternatif. Indonesia dengan
kekayaan alamnya yang melimpah, seharusnya mampu memanfaatkannya menjadi
salah satu cara untuk memandirikan negeri, dan menjadi negara yang maju. Salah
satu potensi yang dimiliki Indonesia adalah coal bed methane (CBM), untuk
dijadikan energi alternatif terbarukan dalam menunjang terciptanya Indonesia yang
mandiri.
Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dr. Ir. Rudy Sayoga Gautama B. sebagai dosen pembimbing dan teman-teman
mahasiswa Teknik Pertambangan ITB yang telah membantu dalam penulisan karya
tulis ilmiah ini.
Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan sebagai bahan pembelajaran
untuk menjadi lebih baik. Penulis berharap karya tulis ini bermanfaat untuk
pengembangan energi alternatif di Indonesia, serta turut berperan dalam
menciptakan Indonesia yang mandiri.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
ii
Kata Pengantar
iii
Daftar Isi
iv
Daftar Tabel
Daftar Gambar
vi
Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
1.4
Metode
2.2
2.3
3.2
11
12
Simpulan
14
4.2
Rekomendasi
14
Daftar Pustaka
15
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Metode Studi Pustaka ............................................................................ 3
Gambar 2. Energi primer yang dipakai di dunia ................................................................. 5
Gambar 3. Pembentukan CBM (Sumber: sekitan no hon, hal. 109) ................................... 8
Gambar 4. Potensi CBM di Indonesia ................................................................................. 8
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kemandirian negara tersebut. Salah
satu cirinya adalah mampu memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara
optimal. Indonesia telah dibekali menjadi negara yang kaya akan sumber daya alam.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 pun dinyatakan bahwa bumi,
air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pernyataan tersebut
mengamanatkan bahwa setiap kegiatan eksploitasi sumber daya alam harus
menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk masyarakat.
Energi primer yang digunakan di Indonesia saat ini masih tergantung pada
energi fosil, terutama minyak bumi. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
penggunaan minyak bumi sebesar 50% dalam satu dekade terakhir. Akibatnya,
cadangan minyak bumi Indonesia pun diperkirakan akan habis dalam waktu 20
tahun.
Di samping itu, kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah masih
banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal. Kebijakan di Indonesia saat ini
masih terfokus pada penggunaan energi fosil. Untuk menjadi negara yang mandiri,
Indonesia harus berani untuk melepaskan diri dari ketergantungan akan minyak
bumi ataupun energi fosil yang lain (batubara dan gas alam) dengan
mengoptimalkan pemanfaaan sumber daya alam yang lain. Oleh karena itu,
diperlukan suatu energi alternatif terbarukan yang dapat menggantikan penggunaan
energi fosil sebagai salah satu cara untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri.
1.2
Perumusan Masalah
Dalam karya tulis ini, penulis akan membahas mengenai:
a. Potensi energi terbarukan, coal bed methane (CBM) sebagai salah satu hasil
teknologi gasifikasi batubara, untuk menggantikan penggunaan energi fosil
1.3
1.4
Metode
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi literatur,
pengumpulan data, dan analisis data. Studi literatur dilakukan untuk memperkuat
basis analisis yang dilakukan dengan mengetahui proses pembentukan coal bed
methane (CBM). Proses pengumpulan data dilakukan terhadap data penggunaan
energi di Indonesia, jumlah cadangan CBM, serta data-data yang mendukung
pemanfaatan CBM sebagai sumber energi alternatif. Kemudian analisis dilakukan
untuk mengetahui peran CBM sebagai sumber energi alternatif untuk menunjang
terciptanya Indonesia yang mandiri.
Metode studi pustaka yang dilakukan dapat dijelaskan dalam bagan berikut.
Penggunaan energi fosil di Indonesia saat ini
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1
tumbuhan yang sudah mati tertimbun di dalam tanah selama berjuta-juta tahun.
Karena proses pembentukannya yang membutuhkan waktu sangat lama, energi
fosil tergolong energi yang tidak dapat diperbarui. Energi fosil pada umumnya
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dalam bentuk batubara, minyak, dan gas alam.
Saat ini Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil, khususnya
minyak bumi. Hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa 95% penduduk maupun
pelaku industri di Indonesia menggunakan bahan bakar fosil, dengan konsumsi
energi meningkat 7% setiap tahunnya. Berdasarkan data yang dimiliki opeh PT
Pertamina (Persero), konsumsi energi primer Indonesia telah meningkat sebesar
50% dalam 1 dekade terakhir. Pada 2012, produksi minyak Indonesia hanya
mencapai 861.000 barel per hari, dari produksi puncaknya sebesar 1,6 juta barel per
hari. Selain itu, 30% dari total konsumsi energi primer Indonesia masih mengimpor
dari negara luar.
Hal tersebut sejalan dengan data yang dikeluarkan oleh Balai Besar Teknologi
Energi (B2TE) BPPT bahwa kebutuhan bahan bakar minyak untuk diversifikasi
energi saat ini sebesar 1,4 juta ton bbm/tahun, dengan revenue yang mampu
dihasilkan sebesar 0,9 juta ton bbm/tahun. Dengan kata lain, Indonesia akan
mengimpor sebesar 500 ribu ton bbm. Jika melihat dari potensi sumber daya yang
ada, terdapat 89 milyar barel dalam tahap eksplorasi, namun cadangan terbukti
hanya mencapai 9 milyar barel. Untuk memenuhi kebutuhan 1,4 juta ton
bbm/tahun, cadangan minyak Indonesia hanya akan bertahan kurang dari 20 tahun.
2.2
di dunia tetap akan memakai minyak, batubara dan gas sebagai energi primer.
Energi matahari
PT PLN (Persero) memanfaatkan energi ini untuk menerangi 1.000 pulau
terpencil pada 2012.
b.
c.
d.
e.
Energi angin
Potensi angin sebagai energi terbarukan dengan menggunakan turbin angin
untuk menghasilkan listrik.
f.
Energi geothermal
Di dalam perut negeri ini, tersimpan 40 persen cadangan panas bumi di dunia.
Mayoritas masih tidur di bumi Andalas atau Sumatra. Cadangan panas bumi
di Sumatra sebesar 6.645 Megawatt electric (MWe) atau hampir 50 persen
dari total cadangan nasional, sebesar 15.882 MWe.
g.
Hidrogen
Hidrogen memiliki potensi yang amat besar sebagai bahan bakar dan sumber
energi.
h.
Biodiesel
Saat ini, pengembangan biodiesel yang bersumber dari tanaman jarak
(Jatropha) terus dilakukan. Sayang, energi ini belum dikembangkan secara
maksimal.
i.
Bioetanol
Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari
pengolahan tumbuhan) di samping biodiesel.
j.
Sumber: Statistik Ekonomi Energi Indonesia 2004, Pusat Informasi Energi dan Sumber Daya
Mineral, Jakarta, 2004.
Saat ini pengembangan EBT mengacu kepada Perpres No. 5 tahun 2006
tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres disebutkan kontribusi EBT
dalam bauran energi primer nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan
komposisi Bahan Bakar Nabati sebesar 5%, Panas Bumi 5%, Biomasa, Nuklir, Air,
Surya, dan Angin 5%, serta batubara yang dicairkan sebesar 2%. Namun, terdapat
energi terbarukan lain yang belum menjadi daftar energi alternatif pemerintah, yaitu
coal bed methane (CBM).
2.3
b.
c.
d.
Ramah lingkungan
Sesungguhnya gas metana darimanapun asalnya (termasuk CBM) termasuk
gas rumah kaca, bahkan 23 kali lebih buruk dibanding CO2 dalam hal
menyebabkan pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim
global (climate change) jika terlepas ke udara. Namun, jika dimanfaatkan
maka CBM ini akan menghasilkan lebih sedikit emisi karbondioksida, tidak
mengandung timbal dan SOx, dan lebih rendah kandungan NOx-nya.
e.
10
f.
CBM juga mempunyai multi guna antara lain dapat dijual langsung sebagai
gas alam, bisa dijadikan energi listrik, ataupun sebagai bahan baku industri.
Jika dibandingkan dengan sumber energi terbarukan yang lain, CBM masih
dianggap lebih berpotensi untuk dimanfaatkan dalam waktu dekat. Oil shale dan
shale gas dapat dikatakan sulit untuk diproduksi. Untuk menentukan keberadaan
cadangan shale gas, harus dilakukan eksplorasi dari awal, karena keberadaannya
tidak dapat ditentukan hanya dengan data eksplorasi migas saat ini.
Sementara untuk energi alternatif biomassa, biodiesel, dan bioetanol, tidak
akan terkembangkan di daerah yang telah terjangkau oleh listrik. Hal tersebut
dikarenakan masyarakat tidak merasa membutuhkan energi lain sebagai pengganti
listrik. Hal ini berkaitan dengan konsep geopolitik, dimana suatu energi akan
terkembangkan di suatu daerah yang membutuhkan dan belum terjangkau oleh
energi yang memiliki kegunaan yang sama.
11
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
3.1
Aspek lingkungan
Teknik pengeboran dengan metode hydraulic fracture
Aplikasi teknologi perekahan (fracturing) merupakan terobosan dalam rangka
memproduksi akumulasi CBM. Penggunaan teknologi fracturing yang sangat
intensif melalui injeksi air dan zat kimia tambahan ke dasar sumur dengan
volume besar diduga dapat menyebabkan kerusakan dan kontaminasi air
tanah serta masalah lingkungan lainnya.
Terjebaknya gas bersama dengan air di dalam batubara
Dalam mengeksploitasi CBM, air dalam batubara harus dipompa keluar
terlebih dahulu agar terjadi proses terlepasnya metana dari batubara dan
kemudian dialirkan keluar.
Air ini perlu dianalisis karakteristiknya, jika belum memenuhi standar maka
perlu rencana penanganan dan pengolahan agar tidak membahayakan
lingkungan. Semakin dalam lapisan batubara sebagai target CBM maka
kemungkinan airnya terlalu asin (saline) sehingga perlu dinetralisir, namun
jika masih dekat permukaan, mungkin air yang dikeluarkan mungkin masih
termasuk kategori freshwater.
b.
Aspek Kebijakan
Pengadaan tanah
Untuk memproduksi CBM dalam jumlah cukup besar, pengeboran tidak
cukup dilakukan hanya pada satu tempat. Jumlah CBM yang keluar di setiap
pengeboran tidak terlalu banyak, sehingga harus dilakukan pengeboran lagi.
Banyaknya pengeboran yang dilakukan berimbas pada lahan yang harus
12
Aspek geopolitik
Dalam artian luas, geopolitik mencakup praktik analisis, prasyarat, perkiraan,
dan pemakaian kekuatan politik terhadap suatu wilayah. Secara tradisional,
geopolitik menunjukkan hubungan antara kekuatan politik dan ruang
geografis.
Faktor geopolitik adalah tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia dalam
mengajukan sumber energi alternatif baru. Hampir 70% investasi di Indonesia
masih berada di sektor batubara dan migas. Hal ini juga diakibatkan oleh
penerimaan pada sektor ekonomi makro yang masih didominasi oleh sektor
energi. Meskipun pada kenyataannya produksi migas saat ini turun drastis,
namun kontribusi penerimaannya tetap signifikan karena menyumbang
hampir sepertiga dari keseluruhan penerimaan negara.
Selama batubara dan migas belum habis, sebagian besar investasi akan tetap
berada pada sektor tersebut. Penemuan dan alternatif lain sebagian besar
hanya akan menjadi arsip, tanpa adanya pengembangan khusus.
d.
Aspek teknologi
Pemanfaatan coal bed methane (CBM) harus disertai dengan perubahan
teknologi yang dapat menyesuaikan dengan penggunaan CBM. Seperti kita
ketahui, saat ini teknologi yang ada di Indonesia, seperti kendaraan bermotor
dan berbagai macam mesin, didesain untuk menggunakan bahan bakar
minyak atau batubara. Dengan kata lain, penggunaan CBM akan menuntut
adanya perubahan besar dalam teknologi yang digunakan.
3.2
13
14
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis potensi coal bed methane (CBM) di Indonesia,
4.2
Rekomendasi
Rekomendasi yang penulis berikan dalam pemanfaatan coal bed methane
b.
c.
d.
e.
15
DAFTAR PUSTAKA
International Energy Agency. 2012. Golden Rules for a Golden Age of Gas. Jakarta.
Kazuo, Fujita (ed.). 2009. Sekitan No Hon. Nikkan Kogyo Shinbunsha.
Kementerian ESDM. 2013. Potensi CBM Indonesia. www.esdm.go.id.
Kementerian
ESDM.
2011.
Buku
Investasi
ESDM
Indonesia.
http://prokum.esdm.go.id.
Miller, Bruce G. 2005. Coal Energy Systems. California.
Pusat Informasi Energi Migas Review. 2013. Mengenal Potensi Coal Bed Methane
di Indonesia. http://migasreview.com.
Sukhyar, et.al. 2013. Unconventional Oil and Gas Potential in Indonesia with
Special Attention to Shale Gas and Coal-bed Methane. Jakarta.