Anda di halaman 1dari 8

Balok Cuisenaire ini juga dikembangkan sebagai salah satu jenis APE untuk anak

TK walaupun ukuran dan warna telah dimodifikasi sedemikian rupa.


Sebenarnya masih banyak jenis-jenis APE untuk anak TK yang ada. Bahkan
keragaman APE ini dikelompokkan berdasarkan sudut pandang dan cara masing-masing.
Apakah dari segi kegunaannya atau aspek perkembangan yang dipantau maupun dampak
pemakaian dan berdasarkan penempatannya.
Berikutnya akan dikemukakan beberapa contoh jenis APE untuk anak TK yang
dilengkapi dengan spesifikasi alat dan tujuan pengembangannya sebagai berikut.
a. Boneka Jari
Boneka jari ini dibuat dari kain yang tidak mudah bertiras. Kain dibentuk
sesuai dengan figur cerita. Satu narasi cerita dapat 10 boneka. Penyelesaian boneka
dijahit dengan tusuk feston.
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui pengembangan alat permainan
ini yaitu: mengembangkan bahasa anak, mempertinggi keterampilan dan kreatifitas
anak, belajar bersosialisasi dan bergotong royong di samping melatih keterampilan
jari jemari tangan.

Gambar 10. Boneka jari


b. Puzzle Besar
Legpuzzle atau puzzle besar ini dimainkan untuk anak usia 5 tahun. Dibuat
dari dua bagian triplek dengan ukuran yang sama. Satu bagian dibuat lukisan
sederhana, misalnya gambar seekor kelinci atau gambar lainnya, sedangkan bagian
lainnya dijadikan sebagai alas untuk menyusun kepingan gambar yang dibuat.
Lukisan dipotong menjadi 10 12 keping. Alat permainan ini dibuat untuk

mengembangkan kemampuan-kemampuan yaitu mengenal bentuk, melatih daya


pengamatan dan daya konsentrasi serta melatih keterampilan jari-jari anak.

Gambar 11. Puzel Kelinci


c. Kotak Alfabet
Kotak ini berisi huruf-huruf alfabet yang dibuat di atas potongan karton
duplek berukuran 5 x 5 cm. Dibuat untuk anak yang berumur 5 tahun yang sedang
belajar membaca. Tujuan pengembangan alat permainan ini adalah: mengenalkan
huruf, menimbulkan gairah atau semangat untuk belajar membentuk kata-kata dan
belajar membaca.

Gambar 12. Kotak Alfabet


d. Kartu Lambang Bilangan
Kartu ini berisikan tulisan angka dari 1 s.d 50, 1 s.d 100 dsb. Dibuat dari
bahan kertas duplek berukuran 5 x 5 cm Alat ini dimainkan oleh anak berumur 5 s.d
6 tahun. Tujuan: mengenal lambang bilangan, belajar menghitung.

Gambar 13. Kartu Lambang Bilangan


e. Kartu Pasangan
Kartu ini untuk dimainkan anak usia 4 6 tahun. Dibuat dari bahan kertas
duplek berukuran 10 8 cm. Setiap kartu digambari secara berpasangan, misalnya :
ayah-ibu
meja-kursi
sendok-garpu
daun-bunga
sikat-odol
sepatu-kaus
baju-celana
gelas-piring
buku-pinsil
Tujuan : Melatih anak belajar mengelompokkan dengan cara sederhana, anak
sekaligus mengenal lambang-lambang benda.

Gambar 14. Kartu Pasangan


f. Puzzle Jam
Puzzle ini dibuat dari triplek ukuran 30 x 20 cm, sesuai untuk anak usia 5 6 tahun.
Papan didasari dengan bahan yang sama, digambari sebuah jam lengkap diberi jarum
penunjuk. Potongan yang diberi angka dapat dilepas pasang. Tujuan : Anak dapat
mengenal waktu dan mengenal lambang bilangan, mengatur angka-angka
membentuk deretan yang sesuai dengan arah jarum jam.

Gambar 15. Puzel Jam


g. Loto Warna
Permainan ini untuk anak usia 3 4 tahun dibuat dari triplek atau dupleks.
Terdiri dari papan loto berukuran 17,5 x 17,5 cm, 9 kartu loto yang terdiri dari 9
macam warna. Papan loto dibagi menjadi 9 bagian yang masing-masing diberi warna
sesuai dengan warna yang ada pada kartu lotonya. Tujuan : Mengenal warna dan
melatih daya pengamatan, belajar membedakan.

Gambar16. Loto warna


h. Loto Warna dan Bentuk
Permainan ini dapat dimainkan secara perorangan atau kelompok oleh anak
usia 4 tahun ke atas. Dibuat dari tripleks atau dupleks terdiri dari papan loto
berukuran 17,5 x 17,5 cm, 9 kartu loto. Papan loto dibuat 9 bagian, yang masingmasing bagian ditempeli dengan bentuk-bentuk dan warna yang berbeda,
mengembangkan daya konsentrasi dan daya pengamatan anak.

Gambar17. Loto warna dan Bentuk


Guru dapat merancang dan menentukan jenis-jenis APE sesuai dengan
kebutuhan anak dan aspek perkembangan anak dan karena pada dasarnya APE itu
sifatnya multiguna maka satu jenis APE untuk mengembangkan aspek bahasa dapat
juga digunakan untuk menstimulasi aspek perkembangan yang lain contohnya
boneka jari yang dilengkapi dengan cerita anak yang bermuatan pesan moral selain
untuk mengembangkan aspek bahasa anak juga untuk mengembangkan aspek moral.
Guru hendaknya menyediakan APE yang bervariasi sehingga berbagai jenis kegiatan
bermain dapat dilakukan dan yang terpenting adalah mengembangkan berbagai
aspek perkembangan anak TK secara optimal.
2.7 Syarat-syarat dalam Memilih Alat Permainan Edukatif
Pada dasarnya bentuk dan jenis permainan yang edukatif tidaklah terbatas,
namun demikian perlu diperhatikan bahwa dalam memilih permainan edukatif orang
tua perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Usia dan minat anak. Agar bermain benar-benar berfungsi sebagai bagian yang
sangat penting bagi tumbuh kembang anak, jadi tidak justru menghambat
tumbuh kembang mereka.Keamanan dari permainan tersebut (tidak tajam,
tidak ada bagian-bagian yang dapat melukai anak dan tidak mengandung zat
yang berbahaya).
2. Pentingnya keterlibatan orang tua atau anggota keluarga dalam proses
bermain, agar dapat melindungi mereka dari hal-hal yang dapat merugikan
tumbuh kembang mereka atau dari hal-hal yang mematikan kreativitas atau
minat anak terhadap lingkungan.
3. Tidak selalu permainan yang mahal lebih edukatif dari permainan yang
sederhana (BP-4, 1994: 21).

4. Mudah dibongkar pasang. Alat permainan yang mudah dibongkar pasang,


dapat diperbaiki sendiri, lebih ideal daripada mobil-mobilan yang dapat
bergerak sendiri. Alat-alat permainan yang dijual di toko-toko (built-in) lebih
banyak menjadi bahan tontonan daripada berfungsi sebagai alat permainan.
Anak-anak tidak tertarik oleh bagus dan sempurnanya alatalat permainan yang
diproduksi di pabrik tersebut.
5. Dapat mengembangkan daya fantasi. Alat permainan yang sifatnya mudah
dibentuk dan diubah-ubah sangat sesuai untuk mengembangkan daya fantasi,
yang memberikan kepada anak kesempatan untuk mencoba dan melatih dayadaya fantasinya. Sesuai dengan ajaran pendidikan modern, alat-alat yang dapat
menunjang perkembangan fantasi itu misalnya bak pasir, tanah liat, kertas dan
gunting. Jumlah alat-alat itu masih dapat ditambah lagi dengan kapur
berwarna, papan tulis dan sebagainya (Zulkifli, 2002: 43).
Permainan sebagai media bagi pembelajaran bagi anak memiliki persyaratan
penting yaitu perlindungan, stimulasi, dan eksplorasi (Anna Craft, 2003: 78-79).
1. Perlindungan/Pemeliharaan
Bagi perkembangan dalam tahun-tahun pertama, baik bagi manusia maupun
hewan, maka perlindungan dan stimulasi merupakan syarat mutlak. Hal ini
juga berlaku pada tingkah laku bermain. Biasanya yang memberikan
perlindungan dan stimulasi itu hingga tingkah laku anak dapat berkembang
(F.J. Monks, dkk., 2002: 137). Hubungan antara ibu dan anaknya
mempengaruhi dan menciptakan pola bermain bagi anak. Menurut Sutton
Smith (1949) menyatakan bahwa interaksi ibu dan anak merupakan sumber
fundamental permainan dengan aspek-aspek motivasional, kognitif dan afektif.
Permainan mempunyai hubungan spesifik dengan aspek-aspek tersebut karena
permainan baru timbul bila tercipta suasana komunikasi yang aman dan
apabila terjadi ketegangan dan kelonggaran karena tindakan-tindakan yang
bertentangan.
2. Stimulasi (rangsangan)
Pentingnya stimulasi pada anak sebagai optimalisasi pertumbuhan dan
perkembangan anak (Fasli Jalal, 2003: 9).
3. Eksplorasi (jelajah)
Eksplorasi atau penjelajah dalam bermain merupakan syarat penting dalam
permainan . Biasanya tingkah laku bermain dimulai dengan penyelidikan
terhadap suatu benda atau person. Dalam eksplorasi ini anak ingin jawaban
terhadap pertanyaan:Apakah benda ini atau apakah orang itu?. Bila tingkah

laku menyelidiki hal ini telah menghasilkan pengertian-pengertian tertentu,


berubahlah tingkah laku anak dan pertanyaan yang timbul sekarang
adalah:Apakah yang dapat saya perbuat dengan benda atau orang itu?(F.J.
Monks, dkk., 2002: 138-139). Curiosity atau hasrat ingin tahu anak yang besar
perlu dirangsang dan dikembangkan agar anak terdorong untuk mengerti apa
yang dilihat, diraba, dirasa, dicium dan didengar (M. Akilla Malla, 2003: 34).

DAFTAR PUSTAKA
Marmi & Rahardjo, K. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Badru Zaman, dkk. 2007. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka
Ariesta, R. 2009. Alat Permainan Edukatif Lingkungan Sekitar untuk Anak Usia 0-1
Tahun. Bandung: PT Sandiarta Sukses.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar
Mengajar, Penilaian, Pembuatan dan Penggunaan Sarana (Alat Peraga) di Taman
Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. (2003). Pembuatan dan Penggunaan APE
(Alat Permainan Edukatif) Anak Usia 3-6 Tahun. Jakarta : Depdiknas.
Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya
BP-4 Pusat Jakarta. 1994. Majalah Bulanan Nasehat Perkawinan dan
Keluarga, Nomor 260/Tahun XXII, Jakarta: BP-4 Pusat Jakarta.
Freman, John dan Utami Munandar. 1996. Cerdas dan Cemerlang. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Istadi, Irawati. 2003. Mendidik Dengan Cinta, Jakarta: Pustaka.
Craft, Anna. 2003. Membangun Kreativitas Anak. Penterjemah M. Chairul
Anam. Jakarta: Inisiasi Press.

Zulkifli. 2002. Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya.


Monks, F.J. dkk. 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University.
Jalal, Fasli. 2003. Stimulasi Otak Untuk Mengoptimalkan Kecerdasan
Anak. Jakarta: Proyek Pengembangan Anak Dini Usia.
Malla, M. Akilla. 2003. Fungsi Strategi Sarana Pembelajaran Dalam
Pembelajaran Anak Dini Usia. Jakarta: Proyek Pengembangan Anak Usia Dini
Pusat.

Anda mungkin juga menyukai