Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU


(KET)

Disusun Oleh:
1. Syefi Barirotul Muna (160070500111012)
2. Theresia Sulistyaningrum (160070500111029)
3. Triana Handayani (160070500111005)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

SATUAN ACARA PENYULUHAN


KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)

0
Topik : Kehamilan Ektopi Terganggu
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Tempat : Ruang 4 RSSA Malang
Hari/tanggal : Kamis/26 Januari 2017
Pemateri : Syefi Barirotul Muna, Theresia S, Triana Handayani

A. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan
memahami tentang kehamilan ektopik terganggu (KET)

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan Penyuluhan diharapkan ibu-ibu hamil dapat :

1. Mengetahui pengertian kehamilan ektopik terganggu (KET)

2. Mengetahui penyebab kehamilan ektopik terganggu (KET)

3. Mengetahui patologis kehamilan ektopik terganggu (KET)

4. Mengetahui diagnosis kehamilan ektopik terganggu (KET)

5. Mengetahui tanda gejala kehamilan ektopik terganggu (KET)

6. Mengetahui penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET)

7. Mengetahui komplikasi kehamilan ektopik terganggu (KET)

B. Strategi
Media (Alat bantu)
1. Leaflet
2. Ppt
3. LCD

Metode
1. Persentasi/Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Peragan senam hamil
C. Persiapan

1
1. Menyiapkan pokok bahasan
2. Menyiapkan alat presentasi
3. Menyiapkan tempat, waktu, dan sasaran
D. Rencana Kegiatan Penyuluhan (POA)

NO Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh

1 Pembukaan 3 menit a. Membuka/ memulai


kegiatan dengan
mengucapkan salam

b. Memperkenalkan diri

c. Menjelaskan tujuan dari


penyuluhan

d. Menyebutkan materi
penyuluhan

e. Menggali pengetahuan
pasien dan keluarga tentang
KET

2 Pelaksanaan 12 menit Isi Materi Penyuluhan


1. pengertian kehamilan
ektopik terganggu (KET)

2. penyebab kehamilan
ektopik terganggu (KET)

3. patologis kehamilan
ektopik terganggu (KET)

4. diagnosis kehamilan
ektopik terganggu (KET)

5. tanda gejala kehamilan


ektopik terganggu (KET)

6. penanganan kehamilan

2
ektopik terganggu (KET)

7. komplikasi kehamilan
ektopik terganggu (KET)

3 Evaluasi 3 menit Menanyakan kepada ibu


apakah sudah mengerti
tentang penyuluhan yang di
berikan mengenai KET

Memberi kesempatan kepada


peserta untuk bertanya

4 Penutup 2 menit
a. Mengucapkan terima
kasih atas peran sertanya
b. Mengucapkan salam
penutup

E. Evaluasi
Struktur :
- mahasiswa menyiapkan alat dan bahan dalam penyuluhan:
a. LCD dan proyektor
b. Laptop
c. Tempat duduk
d. Leaflet
- Peserta mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengikuti penyuluhan
- Peserta menempati tempat yang telah disediakan
Proses :
- Penyaji menguasai materi
- Penyaji menjaga kontak mata
- Peserta mendengarkan informasi penyuluhan dengan baik
- Peserta mengikuti jalannya penyuluhan dengan tertib

3
- Peserta memberikan timbal balik ketika diberi pertanyaan
Hasil :
Peserta mampu mengerti dan memahami:
1. pengertian kehamilan ektopik terganggu (KET)

2. penyebab kehamilan ektopik terganggu (KET)

3. patologis kehamilan ektopik terganggu (KET)

4. diagnosis kehamilan ektopik terganggu (KET)

5. tanda gejala kehamilan ektopik terganggu (KET)

6. penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET)

7. komplikasi kehamilan ektopik terganggu (KET)

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

A. PENGERTIAN
Menurut Buku Obatetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung, 1984
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan ektopik dapat terjadi di
luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut. Tetapi dapat juga
terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dengan servik atau
dalam tanduk rudimeter rahim.
B. PENYEBAB

4
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976) dan Ilmu
Kandungan 1989 adalah penyebab kehamilan ektopik banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak di ketahui, tiap kehamilan dimulai dengan
pembuahan telur di bagian ampula tuba dan di dalam perjalanan ke uterus terus
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masaih di tuba.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976),Di antara sebab-
sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga mengadakan
implantasi di tuba:
a. Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk trofoblast sebelum
telur ada cavum uteri.
b. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di
sertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab
lumen tuba menyempit
d. Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada
endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan ovum ke
uterus lambat.
e. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat panjang dsb.
f. Gangguan fisilogis tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba. Tumor
yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
g. Abortus buatan

C. PATOLOGI
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan (1976). Proses
implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada
yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan kemudian di resorbsi.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena
tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin

5
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba
terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan
tidak di ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya
ovum, di anggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan
menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan
pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga
peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan hematokele
retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan
yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi
koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
D. GAMBARAN KLINIK.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kebidanan (1976). Gejala
dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda: Dari perdarahan banyak yang
tiba-tiba dalam ronga perut sampai terdapat nya gejala yang tidak jelas, sehingga
sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya
kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan ektopik
terganggu, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum
hamil.
E. DIAGNOSIS
Menurut Sarwono Prawirohardjo, , Buku Ilmu Kandungan (1989).
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik, gejala-gejala
kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-
kadang menimbulkan kesukaran yang terpenting dalam pembuatan diagnosis
kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada
terhadap kemungkinan kehamilan ini.

6
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal 2002. Pemeriksaan untuk membantu diagnosis:
a. Tes kehamilan
Apa bila tes nya positip, itu dapatv membantu diaknosis.
b. Pemriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat: pada perdarahan dalam rongga perut tanda
syok dapat di temukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya
sedikit mengembung dan nyeri tekan.
c. Anamnesis
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang terdapat gejala
subyektif kehamilan muda nyeri perut bagian bawah.
d. Pemeriksaan ginekologi
Tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebabkan
rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan
kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
e. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakan
diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam
ronggan perut.
f. Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam
kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis
kehamilan ektopik terganggu.
g. Pemeriksaan ultra sonografi
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pastinya
ialah apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak
denyut jantung janin.
h. Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic terahir untuk kehamilan ektopik.
F. GEJALA
Menurut buku obstetri patologi universitas padjajaran 1984 Kisah yang
has dari kehamilan ektopik terganggu ialah seorang wanita yang sudah terlambat

7
haid nya, sekonyong-konyong nyeri perut kadang-kadang jelas lebih nyeri sebelah
kiri atau sebelah kanan. Selanjutnya pasien pening dan kadang-kadang pinsan
sering keluar darah pervaginam.
Gejala-Gejala Yang Terpenting:
a. Nyeri perut: nyeri perut ini paling sering dijumpai biasanya nyeri datang setelah
mengangkat benda yang berat. Buang air besar namun kadang-kadang bisa juga
pada waktu sedang istirahat.
b. Adanya amenorea: amenorea sering di temukan walaupun hanya pendek saja
sebelum di ikuti oleh perdarahan.
c. Perdarahan: perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna
hitam.
d. Shock karena hypovoluemia.
e. Nyeri Bahu dan Leher (iritasi diafragma)
f. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya tegang dan agak kembung.
g. Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
h. Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena
perangsangan peritonium oleh darah di dalam rongga perut.
i. Perubahan darah: dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada
kehamilan tuba yang terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga
perut.

G. DIAGNOSIS BANDING
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal (2002) :
a. Abortus imminens
b. Penyakit radang panggul (akut / kronik)
c. Torsi kista ovaril
H. PENATALAKSANAAN ATAU PENANGANAN
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal (2002):

8
a. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif
gawat darurat.
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan
operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan
larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l dalam
dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
d. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini
1) Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat pengisap
dan wadah penampung yang steril
2) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam
kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam
botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan
sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
3) Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan pada
bagian tabung tetesan.
e. Tindakan dapat berupa :
1) Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung
hasil konsepsi.
2) Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut
merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada
satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko
tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi
(hasil ektopik ulangan).
f. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi
tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri anti
biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
g. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
1) Ketoprofen 100 mg supositoria.
2) Tramadol 200 mg IV.
3) Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
h. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.

9
i. Konseling pasca tindakan
1) Kulanjutan fungsi reproduksi.
2) Resiko hamil ektopik ulangan.
3) Kontrasepsi yang sesuai.
4) Asuhan mandiri selama dirumah.
5) Jadwal kunjungan ulang.
I. KOMPLIKASI POTENSIAL
Menurut Ben-Zion Buku Kedaruratan Obstetri dan ginekologi 1994.
Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus
tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara
mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada
pars ismikus tuba yang sempit, abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis,
reaksi peradangan lokal dan infeksi skunder dapat berkembang dalam jaringan
yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.
J. PROGNOSIS
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan 1976. Kematian karena
kehamilan ektopik terganggu cenderung dengan diagnosis dini dan persediaan
darah yang cukup, Hellman dkk, (1971) 1 kematian diantara 826 kasus, dan
Willson dkk. (1971) 1 antara 591. Tetapi bila pertolongan terlambat angka
kematian dapat tinggi, Sjahid dan Martohoesodo (1970) Mendapat angka
kematian 2 dari 120 kasus, Sedangkan Tarjamin dkk (1973) 4 dari 138 kehamilan
ektopik.
DAFTAR PUSTAKA

Zion-ben taber. 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.


Bagian obgin fakultas kedokteran universitas padjadjaran. 1984. Obstetri Patologi,
Bandung: Elstar off set.
Prawirohardjo. Sarwono. 1989. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo. Sarwono. 1976. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Binapustaka.
Bari, Abdul Saifuddin. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: JNPKKR-Po GI

10
11

Anda mungkin juga menyukai