Anda di halaman 1dari 7

BAB III

KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN


Tanggal MRS

: untuk mengetahui tanggal klien masuk rumah sakit

Waktu MRS

: untuk mengetahui waktu klien masuk rumah sakit

Tanggal pengkajian

: untuk mengetahui tanggal pemeriksaan saat ini dan untuk menentukan


jadwal pemeriksaan berikutnya.

Waktu pengkajian

: untuk mengetahui waktu pemeriksaan

Nomor Register

: untuk mengetahui nomor register klien sehingga tidak tertukar antar


klien, dan memudahkan pencarian di rekam medik jika ada data yang
dibutuhkan

Tempat

: untuk mengetahui tempat pemeriksaan

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
Data Subjektif adalah data yang didapat berdasarkan persepsi dan pendapat klien tentang
masalah kesehatan mereka. Sumber data pengkajian dapat berasal dari anamnesa klien,
keluarga dan orang terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan medis, dan
catatan lainnya.
1. Biodata
Nama Klien

: untuk mengetahui identitas klien dan memudahkan pelayanan


kesehatan/rumah sakit serta sebagai catatan apakah klien pernah

Nama Suami

dirawat di salah satu tempat tersebut atau tidak.


: untuk mengetahui siapa yang bertanggung

jawab

dalam

pembiayaan dan pemberian persetujuan tindakan medis atau


Umur

perawatan.
: untuk mengetahui usia klien.
Di Indonesia, angka kejadian kista ovarium yang paling sering
terjadi pada wanita berusia 20-50 tahun dan jarang sekali pada

Agama

masa pubertas
: untuk mengetahui gambaran dan spiritual klien sehingga

Pendidikan

memudahkan dalam pemberian bimbingan keagamaan.


: untuk mengetahui tingkat pendidikan klien sehingga akan
memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan

Pekerjaan

tentang gejala atau keluhan selama di rumah atau rumah sakit.


: untuk mengetahui kedaan aktivitas sehari-hari klien sehingga
memungkinkan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya abortus.
24

Suku/Bangsa

: untuk mengetahui suku, adat, daerah, atau budaya sehingga

Alamat

memudahkan terjadinya komunikasi.


: untuk mengetahui gambaran tentang lingkungan tempat tinggal
klien apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya

dalam pemeriksaan kesehatan reproduksi.


2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Untuk mengetahui alasan klien berkunjung ke rumah sakit, bidan atau puskesmas
(misalnya dirujuk dari bidan atau dokter dan lain-lain)
3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui alasan yang membuat klien ingin diperiksa atau keadaan yang
paling mengganggu klien.
4. Riwayat Pernikahan
Untuk mengetahui klien menikah berapa kali (pernikahan beberapa kali dengan klien
yang berbeda berisiko mengalami gangguan reproduksi), lama pernikahan klien dan
usia klien pertama kali menikah (usia menikah <20 tahun atau >35 tahun berisiko
mengalami gangguan reproduksi)
5. Riwayat Menstruasi
Menarche
: untuk mengetahui usia pertama kali klien mengalami
menstruasi. Menstruasi dini (11 tahun atau lebih muda)
merupakan faktor risiko kista ovarium
HPHT
: untuk mengetahui kapan haid terakhir klien
Siklus menstruasi : untuk mengetahui siklus menstruasi yang dialami klien apakah
siklusnya teratur atau tidak dan berapa hari siklus menstruasi
klien. Normal 25-38 hari (28 hari). Siklus haid yang tidak
teratur merupakan faktor risiko dari kista ovarium.
Lama menstruasi : untuk mengetahui lamanya menstruasi klien, perkiraan jumlah
perdarahan yang dialami klien (dihitung melalui jumlah
pembalut yang digunakan klien dalam 1 hari ketika
menstruasi), mengidentifikasi apakah ada kelainan lamanya
menstruasi pada klien atau tidak. Normal 3-8 hari
Keluhan terkait menstruasi: untuk mengetahui adakah keluhan yang dirasakan
klien terkait menstruasi misalnya adakah nyeri haid, adakah
fluor albus (keputihan) yang berlebihan dan lain-lain.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui adanya penyulit pada kehamilan, persalinan atau nifas yang lalu.
7. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah klien pernah mengikuti program KB, berapa lama dan
adakah keluhan selama menggunakan metode KB ataukah Klien pernah mengganti
KB.
25

8. Riwayat Kesehatan Klien


Riwayat gangguan reproduksi seperti infeksi menular seksual, gangguan menstruasi,
tumor dan keganasan pada sistem reproduksi. Atau penyakit menurun seperti asma,
jantung, darah tinggi, diabetus mellitus, maupun penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, atau penyakit lain yang dapat mengganggu kesehatan klien. Sejarah Kanker
serviks sebelumnya, pengobatan infertilitas, hypothyroidism, penggunaan obat
tamoxifen merupakan faktor risiko kista ovarium
9. Riwayat Ginekologi
untuk mengetahui apakah klien pernah memiliki masalah ginekologi, tumor dan
keganasan.
10. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat gangguan reproduksi seperti infeksi menular seksual, gangguan menstruasi,
tumor dan keganasan pada sistem reproduksi. Atau penyakit menurun seperti asma,
jantung, darah tinggi, diabetus mellitus, maupun penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, atau penyakit lain yang dapat mengganggu kesehatan klien. Faktor genetik
juga merupakan faktor risiko kanker serviks.
11. Riwayat Psikososial dan Budaya

Respon pasien dan keluarga terhadap kondisi kesehatan klien saat ini.
Pengaruh budaya terhadap penatalaksanaan gejala gangguan kesehatan
reproduksi misalnya penggunaan ramuan tradisional.

12. Pola Kebiasaan Sehari-hari


a. Pola nutrisi dan cairan
Untuk mengetahui apakah kebutuhan nutrisi terpenuhi yang berpengaruh pada
proses atau gejala terjadinya gangguan menoraghia klien.
Makan: kualitas dan kuantitas makanan, normalnya 3x/hari dengan jenis
umumnya (nasi, sayur, lauk pauk, buah)
Minum: normalnya sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih).
b. Pola istirahat
Bidan perlu menggali informasi mengenai kebiasaan istirahat pada Klien supaya
bidan mengetahui hambatan yang mungkin muncul
Tidur siang normalnya 1 2 jam/hari.
Tidur malam normalnya 6-8 jam/hari.
Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
c. Pola aktifitas
Aktifitas klien bekerja dengan beban kerja tinggi / kegiatan fisik yang
memberatkan klien.
d. Pola eliminasi
26

Untuk mengetahui apakah ada perubahan BAB dan BAK sebelum dan setelah
klien mengalami gejala gangguan reproduksi.
BAK: normalnya 6 8x/hari, jernih, bau khas.
BAB: normalnya kurang lebih 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning.
e. Pola personal hygiene
Mengetahui tingkat kebersihan klien dan beberapa kebiasaan yang dilakukan
dalam perawatan kebersihan diri yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan
reproduksi, antara lain yaitu:
Mandi : normalnya 2 kali dalam satu hari
Keramas : Klien harus tetap keramas sewaktu rambut kotor karena bagian

kepala yang kotor merupakan tempat yang mudah terkena infeksi


Ganti baju dan celana dalam : ganti baju minimal sekali dalam sehari,

sedangkan celana dalam minimal dua kali.


Kebersihan kuku : kuku klien harus selalu dalam keadaan pendek dan
bersih. Kuku selain sebagai sarang kuman, sumber infeksi, juga dapat

menyebabkan trauma pada kulit bayi jika terlalu panjang


Ganti pembalut saat menstruasi : ganti pembalut saat menstruasi umumnya

dalam selang waktu setiap 4 jam sekali.


f. Pola hubungan seksual
Mengetahui pola hubungan seksual klien dengan suami yang dapat berisiko
terhadap terjadinya gangguan reproduksi.
g. Pola kebiasaan
Untuk mengetahui apakah klien merokok, mengkonsumsi alkohol, jamu dan
narkoba. Serta mengetahui apakah klien memelihara hewan peliharaan dan tidak
memiliki tradisi tertentu atau dipijat.
B. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum
: lemah, cukup, baik
Kesadaran
: composmentis, apatis, konfusi
Tekanan darah
: normalnya sistole 100-120, diastole 60-80mmHg
Suhu
: normalnya 36,5 37,50C
Nadi
: 60 100x/menit.
Pernafasan
: 16 24x/menit.
b. Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan klien serta tingkat
kenyamanan fisik klien. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diolah
untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan
rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai dengan kondisi klien.
a. Kepala
Rambut

: bersih, tidak rontok


27

Muka
: tidak pucat, tidak ada flek-flek hitam
Mata
: conjunctiva tidak pucat, sklera putih
b. Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah bendungan vena jugularis, adakah
pembesaran kelenjar limfe

c. Dada/payudara
Kesimetrisan kedua payudara, adakah massa atau pembesaran payudara,
pembesaran kelenjar limfe. Pemeriksaan payudara secara sistematis diperlukan
karena ovarium merupakan metastasis yang umum dijumpai karsinoma payudara.
d. Abdomen
Palpasi : Untuk mengetahui adakah pembesaran hati atau limpa, apakah ada
benjolan, nyeri dan ketidaknormalan disekitar organ reproduksi wanita.
e. Genitalia dan anus
Menentukan daerah lokasi perdarahan, adakah lesi genital eksternal, menentukan
adanya nyeri tekan adnexa (adnexitis), menentukan ukuran, bentuk dan
konsistensi uterus.
c. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan rekto vagina merupakan pemeriksaan pokok
ginekologi yang harus mendapatkan perhatian lebih untuk menegakkan diagnosis
kelainan di daerah rongga pelvis. Bila ukuran kista cukup besar (15 cm), benjolan
dapat teraba dari luar maupun dari dalam. Untuk itu, harus dipastikan apakah benjolan
tersebut merupakan kista atau bukan
d. Pemeriksaan penunjang
a.

Ultrasonografi yaitu dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas
kista, apakah kista berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah
kista kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak. USG pada kista ovarium akan terlihat sebagai struktur
kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan
dinding-dinding yang tipis/tegas/licin dan di tepi belakang kista nampak

b.

bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.


Tes laboratorium dapat membantu dalam diagnosis diferensial kista dan
dalam diagnosis komplikasi kista, antara lain urinary pregnancy test, hitung darah
lengkap (CBC), urinalisis, endocervical swabs, status Rh, dan cancer antigen 125

(CA125).
II INTERPRETASI DATA DASAR
28

Interpretasi data subyektif dan data obyektif yang telah diperoleh, mengidentifikasi
masalah, kebutuhan, dan diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang
dikumpulkan. Diagnosa kebidanan ini dibuat sesuai standard nomenklatur kebidanan.
Dx: Ny .. dengan .
Ds: diperoleh dari keterangan dan keluhan yang disampaikan ibu secara langsung
Do: diperoleh dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah ke diagnosa.
Masalah : yang menyertai diagnosa dan keadaan pasien.
Kebutuhan : kebutuhan yang diberikan sesuai masalah yang ada dan tidak harus segera
dilakukan.
III IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Identifikasi diagnosa atau masalah potensial dibuat setelah mengidentifikasi diagnosa
atau masalah kebidanan yang berdasarkan data ada kemungkinan menimbulkan keadaan
yang gawat. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila mungkin dilakukan
pencegahan.
Masalah potensial kista ovarium :
Torsi kista ovarium
Perdarahan dan ruptur kista
Infeksi
IV IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI, DAN RUJUKAN
Pada tahap ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan konsultasi,
kolaborasi dengan dokter atau rujukan berdasarkan kondisi klien. Tindakan dapat berupa
terapi konservatif, terapi hormonal, atau terapi operatif.
V

INTERVENSI
Pada langkah ini ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Informasi atau
data yang kurang dapat dilengkapi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua
belah pihak sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif karena sebagian dari asuhan
akan dilaksanakan oleh klien.
Dx
: Ny. ........ dengan .....................
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama ... menit diharapkan klien
kooperatif dengan tindakan atau pemberian terapi yang diberikan oleh dokter atau bidan
Kriteria :
Klien mengerti dan memahami penjelasan dari petugas kesehatan
Klien dapat mengambil keputusan yang tepat setelah diberikan penjelasanoleh
petugas kesehatan
Klien tidak cemas
Klien siap untuk dilakukan tindakan medis
Intervensi :
1. Jalin komunikasi terapeutik dengan pasien
R/ pasien lebih kooperatif
2. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
29

R/ pasien mengetahui kondisinya dan ibu merasa lebih tenang


3. KIEM kepada ibu tentang pengertian kista ovarium, penanganan penyakit kista
ovarium, komplikasi apabila tidak segera dilakukan penanganan, serta
prognosisnya dari kista ovarium
R/ ibu dapat memahami keadaannya sekarang, tentang penyakit yang diderita saat
ini, dan ibu dapat mengambil keputusan yang tepat setelah diberikan penjelasan
tentang penyakitnya
4. Berikan informed consent
R/ persetujuan tindakan medis
5. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG dalam penanganan dan pemberian terapi
R/ penanganan dan terapi yang benar dan tepat akan memberikan hasil maksimal
dari penatalaksanaan yang dilakukan
VI IMPLEMENTASI
Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang telah dibuat sebelumnya secara
menyeluruh dengan efisien dan aman.
VII EVALUASI
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya. Meliputi evaluasi tindakan yang dilakukan segera dan evaluasi asuhan
kebidanan yang meliputi catatan perkembangan.

30

Anda mungkin juga menyukai