Fisiologi
Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin dan elektrolit, ekskresi mucus,
serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya ke luar. Dari 700-1000 ml
cairan usus halus yang diterima dari kolon, hanya 150-200 mlyang dikeluarkan
sebagai feses setiap harinya.
Udara ditelan sewaktu makan, minum atau menelan ludah. Oksigen dan CO2
didalamnya diserap usus, sdangkn nitrogen bersama gas hasil pencernaan dan
peragian dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas dalam usus mencapai 500 ml
sehari. Pada infeksi usus, produksi gas meningkat dan apabila terjadi obstruksi usus
gas tertimbun di saluran cerna yang menimbulkan flatulensi.
Epidemiologi
Secara epidemiologis, kanker kolorektal mencapai urutan ke4 dalam hal
kejadian, dengan jumlah pasien laki-laki sedikit lebih banyak daripada perempuan
dengan perbandingan 19,4 dan 15,3 per 100.000 penduduk.
Penyakit tersebut paling banyak ditemukan di amerika utara, Australia,
selandia baru, dan sebagian eropa. Kejadiaannya beragam diantara berbagai
populasi etnik, ras atau populasi multietnik rasial. Secara umum didapatkan
kejadian kanker meningkat tajam setelah usia 50 tahun. Suatu fenomena yang
dikaitkan dengan pajanan terhadap berbagi karsinogen dan gaya hidup.
Kanker kolorektal adalah peyebab kematian kedua teranyak dari seluruh
pasien kanker di USA. Lebih dari 150.000 kasus baru terdiagnosis setiap tahunnya di
AS dengan angka kematian per tahun mendekati angka 60.000.
Di Indonesia, seperti yang terdapat di alporan registrasi kanker yang
dikeluaran oleh Direktorat pelayanan medic departemen kesehatan bekerja sama
dengna perhimpunan patologi anatomi Indonesia, didapatkan angka yang berbeda.
Hal ini menarik disini adalah kecenderugan untuk umur yang lebih muda dibanding
dengan laporan dari negara barat. Untuk usia dibawah 40 tahun data dari bagian
Patologi Anatomik FKUI didapatkan angka 35,265%.
Etiologi dan pathogenesis
Kanker kolorektal timbul melalui interkasi yang kompleks antara factor
lingkungan dan faktor genetic. Faktor genetic mendominasi yang lainnya pada
kasus sindrom herediter seperti faimilial Adenomatous polyposis (FAP) dan herediter
nonpolyposis colorectal cancer (HNPC), kanker kolorektal yang sporadic muncul
setelah melewati rentang masa yang lebih panjangvsebagai akbiat factor
lingkungan yang menimbulkan perubahan genetic yang berkembang menjadi
kanker. Kedua jenis kanker kolorektal (herediter vs sporadic) tidak muncul secara
mendadak melainkan melalui proses yang dapat diindentifikasi pada mukosa kolon
(seperti displaia adenoma).
Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lingkungan berpera penting pada
sejumlah kanker kolorekkal. Risiko medapat kanker kolorektal meningkat pada
masyarkat yang bermigrasi dari wilayah dengan insidennya tinggi. Hal ini
menambah bukti bahwa lingkungan serta perbedaan pola makan berpengaruh pada
karsinogenesis.
Patologi
Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma koln dan rectum. Tipe
polipoid atau vegetatif tubuh menonjol kedalam lumen usus berbentuk bunga kol
dan ditemukan didalam caecum dan kolon ascenden. Tipe skirus mengakibatkan
penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan di
kolon desendens, sigmoid, dan rectum. Bentuk ulceratif terjadi karena nekrosis
dibagian sentral terdapat di rectum. Pada tahap lanjut, sebagian besar karsinoma
kolon mengenai ulserasi menjadi tukak maligna.
Klasifikasi tumor
Derajat keganasan karsinoma kolon dan rectum berdasarkan gambaran histologis
dibagi menurut klasifikasi Dukes. Klasifikasi dukes dibagi berdasarkan dalamnya
infiltrasi karsinoma dinding usus.
Stadium
A
B1
B2
C1
C2
D
Dalamnya Infiltrasi
Tumor terbatas pada mukosa
Tumor memasuki muscularis propria, Tidak menembus,
Lmn (-)
Tumor menembus muscularis propria , sampai pericolonic
fat, Lmn (-)
B1 dengan Lmn (+)
B2 dengan Lmn (+)
Metastase jauh
Gambaran Klinis
Gejala tergantung jenis kegansan , penyebaran, dan komplikasi (perforasi,
obstruksi, dan perdarahan). Gejala klinis karsinoma pada kolon kiri berbeda dengan
yang kanan. Karsinoma kolon kiri sering bersifat skirotik sehingga lebih banyak
menimbulkan stenosis dan obstruksi, terlebih karena feses sudah menjadi padat.
Pada karsinoma kolon kanan jarang terjadi stenosis dan feses sehigga tidak ada
factor obstruksi.
o
Pemeriksaan
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba,
menunjukkan keadaan sudah lanjut. Massa didalam sigmoid lebih jelas teraba
dibandingkan massa dibagian kanan kolon. Pemerikaan colok dubur merupakan
keharusan dan dapat disusul dengan pemeriksaan rektosigmoidoskopi. Foto kolon
dengan barium merupakan kelengkpan dalam menegakkan diagnosis. Biopsi
dilakukan melalui endoskopi.
Diagnosis
Diagnosis karsinoma kolorektal ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, colok dubur, dan rektosigmoidoskopi atau foto kolon dengan
kontras ganda. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap tiga tahun untuk usia
diatas 45 tahun. Kepastian diagnosis ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi
anatomi.
Prognosis
Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis
penyebaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor.
jauh,
yaitu
klasifikasi
Untuk tumor yang terbatas pada dinding usus tanpa penyebaran, angka
keangsungan hidup lima tahun adaah 80%, yang menembus dinding tanpa
penyebaran 75%, dengan penyebaran kelenjar 32%, dan dengan metastasis jauh
satu persen. Bila disertai diferensiasi sel tumor buruk. Prognosisnya sangat buruk.