Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HEWAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Hewan

(Preferensi Terhadap Suhu Lingkungan dan Makanan)

Asisten Koordinator : Rusnia J. Robo


Disusun Oleh :
Nama

: Lely Shulthonnah

NIM

: 201310070311149

Kelas

: Biologi - 4D

Kelompok

: 2 (Dua)

LABORATORIUM BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

A. Pendahuluan
1) Latar Belakang

Setiap organisme memiliki respon tersendiri terhadap perubahan yang


terjadi di lingkungannya, karena setiap organisme tersebut memerlukan tingkat
kondisi optimum yang berbeda-beda. Kondisi optimum tersebut bisa saja
terganggu, salah satunya karena terjadi perubahan suhu pada lingkungan yang
tidak sesuai dengan organisme satu dan yang lainnya. Respon yang
ditunjukkan oleh organisme yang kondisi optimumnya terganggu dapat
ditunjukkan melalui tingkah laku atau perilakunya (Campbell., dkk,2004).
Organisme atau makhluk hidup yang dapat dijadikan sebagai bahan
percobaan yang dapat digunakan dalam praktikum preferensi suhu, yaitu ikan.
Ikan merupakan hewan yang sangat rentan terhadap perubahan faktor
lingkungan seperti suhu (Zooneveld dalam H. Arfah., dkk,2005). Salah satu
spesies yang dapat dijadikan hewan percobaan yaitu seperti ikan-ikan
berukuran kecil yang mudah di amati, seperti salah satunya jenis ikan ekor
pedang (Xiphophorus helleri) atau swordtail fish.
Xiphophorus helleri akan memberikan respon fisiologis terhadap
perubahan lingkungan sebagai tempat hidupnya. Perubahan suhu yang terjadi
dari keadaan normal menjadi lebih panas atau sebaliknya menjadi dingin di
suatu perairan dapat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti pemanasan oleh
matahari, perubahan musim, bencana alam seperti letusan gunung merapi
bawah laut dan sebagainya (Sumaworto,2001). Xiphophorus helleri ini
mempunyai kisaran suhu optimum, yaitu 29-30C, mengingat bahwa ikan
termasuk ke dalam hewan berdarah dingin (cold-blood animals) atau biasa
disebut ektoterm, yaitu hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan
(menyerap panas lingkungan) (Kindersley,2000). Dalam keadaan suhu normal
tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi
perubahan suhu, perilaku merupakan respons terkoordinasi yang dibuat hewan
terhadap stimulus (Starr., dkk,2013). Begitu pula yang terjadi pada preferensi
makanan. Semut hitam (Camponotus caryae) yang digunakan dengan diberi
empat macam makanan berbeda akan membuat pilihan yang sesuai ketika
berada pada kondisi tertentu.
2) Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana efek membatasi dari faktor suhu terhadap
sebaran individu-individu dari sejenis hewan akuatik yang mobil khusunya
ikan pedang (Xiphophorus helleri).
2. Dapat menentukan kisaran suhu preferendumnya (kotak percobaan).
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh aklimasi
terhadap pola sebaran individu dan preferensi itu.
3) Dasar Teori

Faktor lingkungan merupakan sumber rangsangan bagi hewan yang


kemudian akan ditanggapi atau direspon oleh hewan tersebut baik oleh
individu secara sendiri-sendiri dan akhirnya akan menjadi respon kelompok
(Ningsih., dkk,2015). Faktor lingkungan bisa jadi secara abiotik maupun
biotik. Faktor lingkungan abiotik seperti tanah, air, udara, dan lain-lain
sedangkan faktor lingkungan biotik seperti suhu, iklim, topografi, dan
sebagainya. Salah satu faktor yang dominan mempengaruhi kehidupan hewan
adalah suhu. Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul, suhu memiliki
variasi secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal menurut
dengan kedalaman (Aliza., dkk,2013). Suhu juga merupakan salah satu faktor
yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.
Suhu lingkungan memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada individu
hewan. Variasi suhu lingkungan alami dan dampak yang ditimbulkannya
mempunyai

peranan

potensial dalam menentukan

proses

kehidupan,

penyebaran serta kelimpahan populasi hewan. Oleh karena itu, suhu akan
menjadi faktor pembatas bagi kehidupan hewan (Tresna., dkk,2012).
Preferensi suhu yakni tingkat kesukaan suatu organisme terhadap suatu
kondisi tempat hidupnya. Preferensi suhu setiap individu memiliki perbedaan.
Menurut Sukarsono (2012), jika terjadi perubahan pada tempat hidupnya,
organisme seperti hewan memiliki tiga bentuk respon dalam menanggapi
perubahan pada tempat hidupnya, yakni meliputi :
a) Respon fisiologis, hewan akan menanggapi rangsang dengan cara
pengaturan metabolisme tubuh.
b) Respon perilaku, berupa gerak atau perpindahan tempat untuk menghindari
rangsangan yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidupnya
tersebut.
c) Respon menghentikan seluruh aktivitas metabolismenya yang disebut mati.
Preferensi makanan memiliki pengertian yang sama dengan preferensi
suhu, yang membedakan hanya pada faktor apa yang berpengaruh. Jika suhu
merupakan faktor lingkungan biotik, sedangkan makanan merupakan faktor
pemenuhan kebutuhan energi yang diperlukan. Melalui preferensi makanan
dapat diketahui jenis makanan apa yang paling disukai oleh suatu individu
maupun dalam kelompok. Menurut (Rahmi dalam Amalia., dkk,2010), tingkat
preferensi pakan dapat dipengaruhi oleh bau dari pakan itu sendiri, oleh karena
itu respon yang dapat diterima oleh hewan ialah bau atau aroma dari makanan
tersebut yang akan menstimulus perilaku hewan tersebut.

B. Metode Praktikum

1) Alat dan Bahan Preferensi Suhu


No.

Gambar Alat

Keterangan

1.

Preferendum (Kotak Percobaan)

2.

Termometer

3.

Baskom

No.

Gambar Bahan

Keterangan

1.

15 Ekor Xiphophorus helleri

2.

Air ledeng biasa

3.

Air Es / Dingin

4.

Air Hangat

2) Alat dan Bahan Preferensi Makanan


No.

Gambar Alat

1.

No.

Keterangan
Kotak Percobaan yang
Mempunyai Empat Ujung

Gambar Bahan

Keterangan

1.

15 Ekor Camponotus
caryae

2.

Gulali

3.

Wafer

4.

Permen

5.

Gula

3) Cara Kerja Preferensi Suhu


No.

Gambar

Keterangan

1.

Menyiapkan Alat dan Bahan


yang akan digunakan.

2.

Memasukkan air hangat yang


bersuhu 30 derajat celcius ke
dalam kotak sebelah kanan yang
dekat dengan zona III. Dan
untuk memastikan ketepatan
suhu selalu diukur menggunakan
termometer.

3.

Memasukkan air dingin yang


bersuhu 18 derajat celcius ke
dalam kotak sebelah kiri yang
dekat dengan zona I. Dan untuk
memastikan ketepatan suhu
selalu diukur menggunakan
termometer.

4.

Kemudian memasukkan air


ledeng atau air biasa ke dalam
kotak bagian tengah setinggi
5cm.

5.

Memasukkan 15 Ekor
Xiphophorus helleri ke dalam
kotak bagian tengah. Setiap 3
menit dari 9 menit mencatat
pergerakan ikan yang
menunjukkan preferensi suhu
pada ikan.

4) Cara Kerja Preferensi Makanan


No.

Gambar

Keterangan

1.

Memasukkan bahan atau jenis


makanan yang disukai hewan
percobaan (Camponotus caryae)
yaitu permen pada salah satu
ujung kotak percobaan.

2.

Memasukkan bahan atau jenis


makanan yang disukai hewan
percobaan (Camponotus caryae),
yaitu gulali pada salah satu
ujung berikutnya yang belum
terisi.

3.

Memasukkan bahan atau jenis


makanan yang disukai hewan
percobaan (Camponotus caryae),
yaitu gula pada ujung yang
belum terisi.

4.

Memasukkan bahan atau jenis


makanan terakhir yang
digunakan dan yang disukai
hewan percobaan (Camponotus
caryae), yaitu remah-remah
wafer pada ujung terakhir yang
belum terisi.

5.

Kemudian memasukkan hewan


percobaan (Camponotus caryae)
pada kotak percobaan bagian
tengah setelah 5 menit
peletakkan empat jenis makanan
tersebut di setiap ujung kotak.

6.

Mengamati dan mencatat


pergerakan hewan sebagai
preferensi jenis makanan setiap
5 menit dari 15 menit waktu
percobaan, untuk mengetahui
jenis makanan mana yang paling
banyak dihampiri oleh
Camponotus carya.

C. Pembahasan

Pada praktikum ekologi hewan bab dua, membahas tentang preferensi atau
tingkat kesukaan suatu organisme terhadap suhu dan lingkungan. Organisme yang
digunakan kali ini ialah hewan. Untuk preferensi suhu kelompok dua
menggunakan ikan ekor pedang (Xiphophorus helleri) dan preferensi makanan
menggunakan semut hitam (Camponotus caryae).
Pada percobaan pertama yaitu tentang preferensi suhu pada Xiphophorus
helleri yang berjumlah 15 ekor, dengan pemberian rangsangan yang berupa
perbedaan suhu mulai dari air yang bersuhu dingin, normal sampai air yang
bersuhu panas dalam satu preferendum. Setelah diamati pergerakan atau perilaku
ikan setiap 3 menit selama 9 menitnya, dapat diketahui bahwa ikan tersebut lebih
menyukai berada pada zona 3 yang bersuhu 28 C, zona tersebut merupakan zona
yang dekat dengan air hangat dengan suhu 30 C. Xiphophorus helleri memang
cocok berada pada kisaran suhu antara 29-30C. Hasil dari percobaan tersebut
membuktikan bahwa tingkah laku atau peregrakan ikan tersebut menunjukkan
respon perilaku, yaitu berupa gerak atau perpindahan tempat untuk menghindari
rangsangan yang tidak menguntungkan kelangsungan hidupnya. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Sukarsono (2012), dalam bukunya bahwa jika ikan atau
makhluk hidup tidak menunjukkan respon fisiologi maka berikutnya ikan akan
menunjukkan respon perilaku berupa gerak.
Pada percobaan ke dua yaitu tentang preferensi makanan pada Camponotus
caryae yang berjumlah 18 ekor, perlakuan diberikan dengan cara pemberian empat
jenis makanan yang berbeda yang diletakkan pada kotak percobaan yang memiliki
empat kotak disetiap ujungnya. Lima menit setelah makanan dimasukkan ke dalam
kotak barulah kemudian Camponotus caryae tersebut dimasukkan. Mendahulukan
peletakkan makanan ialah bertujuan agar aroma makanan menyebar ke seluruh
kotak percobaan. Dari hasil percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa
Camponotus caryae cenderung untuk tidak menghampiri makanan dengan jumlah
17 ekor dari 18 ekor. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, yakni
Camponotus caryae tersebut hampir tidak merespons stimulus yang diberikan atau
semut sedang dalam keadaan stres. Keadaan stres tersebut dapat terjadi karena
adaptasi pada lingkungan yang baru dan semut hitam tersebut terlalu lama berada
dalam wadah plastik tertutup sebelum digunakan untuk percobaan, sehingga
Camponotus caryae hanya menunjukkan pergerakan menghindar dari lingkungan
yang tidak menguntungkannya (Kindersley,2000).

D. Kesimpulan dan Saran

1) Kesimpulan
a. Suhu juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur
proses

kehidupan

dan

penyebaran

organisme.

Suhu

lingkungan

memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada individu hewan. Variasi


suhu lingkungan alami dan dampak yang ditimbulkannya mempunyai
peranan potensial dalam menentukan proses kehidupan, penyebaran serta
kelimpahan populasi hewan. Oleh karena itu, suhu akan menjadi faktor
pembatas bagi kehidupan hewan.
b. Preferensi suhu yakni tingkat kesukaan suatu organisme terhadap suatu
kondisi tempat hidupnya. Dari hasil percobaan, ikan ekor pedang lebih
menyukai berada pada zona 3 yang bersuhu 28 C. Hal tersebut
membuktikan bahwa ikan tersebut menunjukkan respon perilaku, yaitu
berupa gerak atau perpindahan tempat untuk menghindari rangsangan yang
tidak menguntungkan kelangsungan hidupnya.
c. Melalui preferensi makanan dapat diketahui jenis makanan apa yang paling
disukai oleh suatu individu maupun dalam kelompok. Respon yang dapat
diterima oleh hewan ialah bau atau aroma dari makanan tersebut yang akan
menstimulus perilaku hewan tersebut. Dari hasil percobaan tersebut
didapatkan hasil bahwa Camponotus caryae cenderung untuk tidak
menghampiri makanan dengan jumlah 17 ekor dari 18 ekor. Hal tersebut
dapat terjadi karena beberapa faktor, yakni Camponotus caryae tersebut
hampir tidak merespons stimulus yang diberikan atau semut sedang dalam
keadaan stres. Keadaan stres tersebut dapat terjadi karena adaptasi pada
lingkungan yang baru.
2) Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum
kali ini tidak ada, karena menurut saya pada saat praktikum kemarin sudah
berjalan dengan cukup baik. Instruktur dan asisten pendamping sudah
melakukan tugas dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Aliza, Dwinna., dkk. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap Perubahan
Perilaku, Patologi Anatomi, dan Histopatologi Insang Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. (7) 2. Agustus
2013.
Amalia, Herma., dkk. 2010. Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana (L.)
(Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi Umpan. Jurnal
Perhimpunan Entomologi Indonesia. September 2010. (7) 2 : 67-77.
Arfah, H., dkk. 2005. Pengaruh Suhu Terhadap Reproduksi Dan Nisbah Kelamin
Ikan Gapi (Poecilia Reticulata Peters). Jurnal Akuakultur Indonesia, (1)
4 : 1-4.
Kindersley, Dorling. 2000. Jendela Iptek : Ekologi. Jakarta : Balai Pustaka
Neil A. Campbell., et all. 2004. Biologi jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Ningsih, Yelfi Dwi., dkk. 2015. Pertumbuhan Juvenil Labi-Labi
(Amyda Cartilaginea) Berdasarkan Uji Coba Preferensi Pakan Di
Penangkaran Pt. Arara Abadi, Kabupaten Siak. Jurnal Jom Faperta.
(2) 1 Februari 2015.
Sukarsono. 2012. Pengantar Ekologi Hewan. Malang : UMM Press.
Sumaworto, Otto. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta :
Djambatan.
Starr, Cecie., et all. 2013. Biologi : Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup.
Jakarta : Salemba Empat.
Tresna, Lena K., dkk. 2012. Kebiasaan Makanan Dan Luas Relung Ikan Di Hulu
Sungai Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. September 2012. (3) 3 : 163-173.

Anda mungkin juga menyukai