EKOLOGI HEWAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Hewan
: Lely Shulthonnah
NIM
: 201310070311149
Kelas
: Biologi - 4D
Kelompok
: 2 (Dua)
LABORATORIUM BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
A. Pendahuluan
1) Latar Belakang
peranan
proses
kehidupan,
penyebaran serta kelimpahan populasi hewan. Oleh karena itu, suhu akan
menjadi faktor pembatas bagi kehidupan hewan (Tresna., dkk,2012).
Preferensi suhu yakni tingkat kesukaan suatu organisme terhadap suatu
kondisi tempat hidupnya. Preferensi suhu setiap individu memiliki perbedaan.
Menurut Sukarsono (2012), jika terjadi perubahan pada tempat hidupnya,
organisme seperti hewan memiliki tiga bentuk respon dalam menanggapi
perubahan pada tempat hidupnya, yakni meliputi :
a) Respon fisiologis, hewan akan menanggapi rangsang dengan cara
pengaturan metabolisme tubuh.
b) Respon perilaku, berupa gerak atau perpindahan tempat untuk menghindari
rangsangan yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidupnya
tersebut.
c) Respon menghentikan seluruh aktivitas metabolismenya yang disebut mati.
Preferensi makanan memiliki pengertian yang sama dengan preferensi
suhu, yang membedakan hanya pada faktor apa yang berpengaruh. Jika suhu
merupakan faktor lingkungan biotik, sedangkan makanan merupakan faktor
pemenuhan kebutuhan energi yang diperlukan. Melalui preferensi makanan
dapat diketahui jenis makanan apa yang paling disukai oleh suatu individu
maupun dalam kelompok. Menurut (Rahmi dalam Amalia., dkk,2010), tingkat
preferensi pakan dapat dipengaruhi oleh bau dari pakan itu sendiri, oleh karena
itu respon yang dapat diterima oleh hewan ialah bau atau aroma dari makanan
tersebut yang akan menstimulus perilaku hewan tersebut.
B. Metode Praktikum
Gambar Alat
Keterangan
1.
2.
Termometer
3.
Baskom
No.
Gambar Bahan
Keterangan
1.
2.
3.
Air Es / Dingin
4.
Air Hangat
Gambar Alat
1.
No.
Keterangan
Kotak Percobaan yang
Mempunyai Empat Ujung
Gambar Bahan
Keterangan
1.
15 Ekor Camponotus
caryae
2.
Gulali
3.
Wafer
4.
Permen
5.
Gula
Gambar
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
Memasukkan 15 Ekor
Xiphophorus helleri ke dalam
kotak bagian tengah. Setiap 3
menit dari 9 menit mencatat
pergerakan ikan yang
menunjukkan preferensi suhu
pada ikan.
Gambar
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Pembahasan
Pada praktikum ekologi hewan bab dua, membahas tentang preferensi atau
tingkat kesukaan suatu organisme terhadap suhu dan lingkungan. Organisme yang
digunakan kali ini ialah hewan. Untuk preferensi suhu kelompok dua
menggunakan ikan ekor pedang (Xiphophorus helleri) dan preferensi makanan
menggunakan semut hitam (Camponotus caryae).
Pada percobaan pertama yaitu tentang preferensi suhu pada Xiphophorus
helleri yang berjumlah 15 ekor, dengan pemberian rangsangan yang berupa
perbedaan suhu mulai dari air yang bersuhu dingin, normal sampai air yang
bersuhu panas dalam satu preferendum. Setelah diamati pergerakan atau perilaku
ikan setiap 3 menit selama 9 menitnya, dapat diketahui bahwa ikan tersebut lebih
menyukai berada pada zona 3 yang bersuhu 28 C, zona tersebut merupakan zona
yang dekat dengan air hangat dengan suhu 30 C. Xiphophorus helleri memang
cocok berada pada kisaran suhu antara 29-30C. Hasil dari percobaan tersebut
membuktikan bahwa tingkah laku atau peregrakan ikan tersebut menunjukkan
respon perilaku, yaitu berupa gerak atau perpindahan tempat untuk menghindari
rangsangan yang tidak menguntungkan kelangsungan hidupnya. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Sukarsono (2012), dalam bukunya bahwa jika ikan atau
makhluk hidup tidak menunjukkan respon fisiologi maka berikutnya ikan akan
menunjukkan respon perilaku berupa gerak.
Pada percobaan ke dua yaitu tentang preferensi makanan pada Camponotus
caryae yang berjumlah 18 ekor, perlakuan diberikan dengan cara pemberian empat
jenis makanan yang berbeda yang diletakkan pada kotak percobaan yang memiliki
empat kotak disetiap ujungnya. Lima menit setelah makanan dimasukkan ke dalam
kotak barulah kemudian Camponotus caryae tersebut dimasukkan. Mendahulukan
peletakkan makanan ialah bertujuan agar aroma makanan menyebar ke seluruh
kotak percobaan. Dari hasil percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa
Camponotus caryae cenderung untuk tidak menghampiri makanan dengan jumlah
17 ekor dari 18 ekor. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, yakni
Camponotus caryae tersebut hampir tidak merespons stimulus yang diberikan atau
semut sedang dalam keadaan stres. Keadaan stres tersebut dapat terjadi karena
adaptasi pada lingkungan yang baru dan semut hitam tersebut terlalu lama berada
dalam wadah plastik tertutup sebelum digunakan untuk percobaan, sehingga
Camponotus caryae hanya menunjukkan pergerakan menghindar dari lingkungan
yang tidak menguntungkannya (Kindersley,2000).
1) Kesimpulan
a. Suhu juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur
proses
kehidupan
dan
penyebaran
organisme.
Suhu
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Aliza, Dwinna., dkk. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap Perubahan
Perilaku, Patologi Anatomi, dan Histopatologi Insang Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. (7) 2. Agustus
2013.
Amalia, Herma., dkk. 2010. Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana (L.)
(Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi Umpan. Jurnal
Perhimpunan Entomologi Indonesia. September 2010. (7) 2 : 67-77.
Arfah, H., dkk. 2005. Pengaruh Suhu Terhadap Reproduksi Dan Nisbah Kelamin
Ikan Gapi (Poecilia Reticulata Peters). Jurnal Akuakultur Indonesia, (1)
4 : 1-4.
Kindersley, Dorling. 2000. Jendela Iptek : Ekologi. Jakarta : Balai Pustaka
Neil A. Campbell., et all. 2004. Biologi jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Ningsih, Yelfi Dwi., dkk. 2015. Pertumbuhan Juvenil Labi-Labi
(Amyda Cartilaginea) Berdasarkan Uji Coba Preferensi Pakan Di
Penangkaran Pt. Arara Abadi, Kabupaten Siak. Jurnal Jom Faperta.
(2) 1 Februari 2015.
Sukarsono. 2012. Pengantar Ekologi Hewan. Malang : UMM Press.
Sumaworto, Otto. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta :
Djambatan.
Starr, Cecie., et all. 2013. Biologi : Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup.
Jakarta : Salemba Empat.
Tresna, Lena K., dkk. 2012. Kebiasaan Makanan Dan Luas Relung Ikan Di Hulu
Sungai Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. September 2012. (3) 3 : 163-173.