Nama PPDS
: Priyo Budi S
Nomor Mahasiswa
: S5909004
Hari/Tanggal Presentasi
: An. M
: 5 tahun 6 bulan
(Tanggal lahir : 22 Januari 2005)
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: 15 Juli 2010
: 15 Juli 2010
: 01018801
Ibu
Nama
Umur
40 tahun
34 tahun
Pendidikan
SMA
SMP
Pekerjaan
Wiraswasta
Suku / Agama
Jawa / Islam
Jawa / Islam
Sabtu 17.00
10 Juli 2010
Mingg
u
Senin Selas
Rabu
Kami
s
10/7/2010
12/7/2010 - 15/7/2010
1111.30.00
Terapi:
1. O2 nasal 2 liter per menit
2. Resusitasi RL 20 cc/kgbb: 320 cc
secepatnya ( 2 jalur )
T: 100/80 mmhg
N: 120x/menit
T : 100/70 mmHg
RR: 30 x / menit
S: 36,1 C
N : 88x/menit
RR : 24x/menit
IVFD 10cc/kgbb/jam
3. Inj Ampicillin 400mg/ 6 jam
4. Parasetamol 160 mg bila demam
Rencana:
DL3 / 8 jam, DL2, U/F , IgM-IgG dengue,
GDT
Monitor:
Assesment:
BCD/8 jam
KUVS/1 jam
DL/8jam
2. Gizi baik
POHON KELUARGA
II
III
An, M, 5 th 6 bl/ 16
kg
: Kesan lemah
Kesadaran
: E4V5M6, Komposmentis
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu aksilla
: 36,5oC
: 16 kg
: 102 cm
LLA
Status gizi
: Gizi baik
b. Status general
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
: tidak ada napas cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada
perdarahan.
Tenggorok
Mulut
IV. RINGKASAN
Seorang anak perempuan berumur 5 tahun 6 bulan dirawat di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Moewardi (RSDM) Surakarta sejak tanggal 15 Juli
2010 dengan keluhan utama panas. Tanggal 10 Juli 2010 pukul 17.00, lima hari
sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh panas tinggi terus menerus. Tidak
didapatkan batuk, pilek, nyeri sendi, nyeri telan, nyeri perut, maupun nyeri telinga.
Pasien mengeluh nyeri kepala dan nafsu makan menurun. Tidak ada mimisan, gusi
berdarah, bintik merah pada kulit, BAB warna hitam. BAK tidak nyeri warna kuning
jernih. Kemudian dibawa ke bidan desa dan diberi obat penurun panas. Panas turun
setelah diberi obat penurun panas tetapi kemudian naik lagi.
Sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan nyeri perut
sebelah kanan atas terutama bila ditekan, dan muntah 2-3 kali per hari sebanyak
seperempat gelas aqua setiap muntah berisi air dan makanan. Pasien masih panas,
lesu, nyeri kepala, serta nafsu makan menurun. Pasien dibawa berobat ke puskesmas
dan mendapat sirup turun panas serta obat puyer.
Empat jam sebelum masuk rumah sakit pasien dibawa berobat lagi ke
puskesmas karena keadaan belum membaik, kaki dan tangan teraba dingin, keringat
dingin, sudah tidak panas, muntah satu kali sebanyak seperempat gelas aqua berisi
makanan dan air, nyeri perut pada bagian kanan atas masih dirasakan, lesu, nyeri
kepala. BAB terakhir 1 hari sebelum masuk rumah sakit, BAK sedikit dan berwarna
kuning pekat. Kemudian pasien dirujuk ke RSDM dengan diagnosa tersangka demam
berdarah dengue.
Pasien dibawa ke RSDM, saat diperiksa di IGD pasien tampak lemah dan
mengantuk, tangan dan kaki penderita teraba dingin, keringat dingin. Kemudian
dilakukan pemasangan oksigen dan infus pada kedua tangan untuk penambahan
cairan. Setelah mendapat infus sebanyak 320 cc, tangan dan kaki mulai teraba hangat,
dan tanda vital membaik, kemudian penderita dibawa ke bangsal melati 2.
Pemeriksaan fisik saat dijadikan kasus tanggal 15 Juli 2010 (hari pertama
perawatan) didapatkan penderita tampak lemah. Kesadaran komposmentis, gizi kesan
baik. Tekanan darah 100/70 mmHg, laju nadi 88 kali/menit isi dan tegangan cukup,
laju jantung 88 kali/menit, laju napas 24 kali/menit. Suhu aksila 36,5oC. Dari status
antropometri dan klinis didapatkan gizi baik. Pada pemeriksaan fisik abdomen nyeri
10
X.
RENCANA KERJA
a. Rencana kerja saat ini
1.
serta tanda
perdarahan
2.
3.
perdarahan saluran cerna dan perdarahan lain dapat dicegah. Apabila syok dapat
diatasi dengan baik maka pasien akan sembuh dalam 2 sampai 3 hari.
b. Rencana jangka panjang
Edukasi keluarga tentang pencegahan demam berdarah dengan 3M yaitu
menguras tempat penampungan air secara teratur seminggu sekali atau menabur
abate, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mengubur atau menyingkir
kaleng bekas, plastik dan barang bekas lainnya.
XI. PEMANTAUAN SETELAH DIJADIKAN KASUS
Pada tanggal 16 Juli 2010 ( hari perawatan ke 2 ) keadaan umum penderita
lemah, komposmentis, penderita tidak demam dan tidak muntah. Nyeri kepala, nyeri
pada perut kanan atas dan mual masih dirasakan. Nafsu makan menurun. BAK lancar
warna kuning jernih, tidak BAB . Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
100/70 mmHg, laju nadi 100 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, laju napas
24x/menit, reguler, kedalaman cukup. Suhu aksila 37oC. Pemeriksaan mata tampak
udem palpebra pada kedua mata, konjungtiva tidak pucat. Pada pemeriksaan dada
tidak ditemukan retraksi, pada pemeriksaan paru tidak ditemukan suara nafas
tambahan. Pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan pada hipokondrium
kanan, terdapat pembesaran hepar 1 cm bawah arcus costa dekstra. Lingkar perut
57,5 cm. Pada ekstremitas tidak ditemukan tanda perdarahan, capilari refill time < 2 ,
arteri dorsalis pedis teraba kuat. Terapi diet nasi lauk 1500 kalori, infus RL
5cc/kgbb/jam, injeksi ampisilin 400 mg/ 8 jam, parasetamol 160 mg bila demam.
Hasil monitoring tanda vital: tensi stabil, suhu tidak pernah ada periodik demam,
denyut nadi dan denyut jantung stabil. Dilakukan pemeriksaan darah rutin dan IgGIgM dengue. Direncanakan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit
tiap 12 jam. Pada pemeriksaan darah pk 06.00 hemoglobin 10,2 g/dl, hematokrit 33,5
%, angka leukosit 13.000 /ul, trombosit 38.000/ul, balance cairan pk 00.06 yaitu +
374 cc, diuresis 3,9 cc/kg/jam, terapi oksigenasi dilepas, infus RL 5 cc/kg/jam dan
injeksi ampisilin dilanjutkan. Hasil pemeriksaan darah lengkap rutin hemoglobin 10,2
g/dl, hematokrit 31 %, angka leukosit 15.400/ul, trombosit 62.000/ul, MCV 76,7/um,
MCH 25,5 pg, MCHC 33,2 g/dl. SI 67 ug/dl, TIBC 171 ug/dl, saturasi transferin 39
%. Dengue IgG ( + ), dengue IgM ( + ). Hasil urinalisis warna jernih, berat jenis
1,010, pH 6,0, protein (-), nitrit (-), eritrosit (-), leukosit (-), glukosa normal, keton
12
150 mg/dl, bilirubin (-), urobilinogen normal. Mikroskopis leukosit 1/LPB, leukosit
4,9/uL, eritrosit 1/LPB, eritrosit 3,6/uL, epitel 2,9/uL, epitel squamous 0-1/LPB. Pada
pemeriksaan darah pk 22.00 hemoglobin 9,6 g/dl, hematokrit 29,0 %, angka leukosit
13.200 /ul, trombosit 41.000/ul, balance cairan + 444 cc, diuresis 3.9 cc/kg/jam. Infus
RL diturunkan 3 cc/kg/jam, terapi lain lanjut.
Tanggal 17 Juli 2010 ( hari perawatan ke 3 ) keadaan umum penderita
baik, komposmentis, penderita tidak demam, tidak nyeri kepala dan tidak muntah.
Nyeri pada perut kanan atas dan mual berkurang. Nafsu makan membaik. BAB 1 kali
warna kuning konsistensi lembek dan BAK lancar warna kuning muda. Pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, laju nadi 92 x/menit, reguler, isi dan
tegangan cukup, laju napas 24x/menit, reguler, kedalaman cukup. Suhu aksila 37oC.
Pemeriksaan mata tampak udem palpebra pada kedua mata berkurang, konjungtiva
tidak pucat. Pada pemeriksaan dada tidak ditemukan retraksi, pada pemeriksaan paru
tidak ditemukan suara nafas tambahan. Pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri
tekan pada hipokondrium kanan, terdapat pembesaran hepar 1 cm bawah arcus costa
dekstra. Lingkar perut 57,5 cm. Pada ekstremitas tidak ditemukan tanda perdarahan,
capilari refill time < 2 , arteri dorsalis pedis teraba kuat. Terapi diet nasi lauk 1500
kalori, infus RL 3cc/kgbb/jam, injeksi ampisilin 400 mg/ 8 jam, parasetamol 160 mg
bila demam. Hasil monitoring tanda vital: tensi stabil, suhu tidak pernah ada periodik
demam, denyut nadi dan denyut jantung stabil. Hasil pemeriksaan feses makroskopis
warna coklat, lunak, lendir (-), pus (-), darah (-), kuman (+), tidak ditemukan parasit
maupun jamur patogen. Hasil pemeriksaan GDT eritrosit : hipokromik-mikrositikpolikromasi-acantosit, lekosit : jumlah dalam batas normal-dominasi netrofilhipergranulasi netrofil-sel muda (-), trombosit : jumlah menurun-penyebaran meratagiant trombosit(+), simpulan : anemia mikrositik hipokromik dengan trombositopenia
suspek et causa proses kronis/ defisiensi Fe bersamaan dengan proses infeksi. Pukul
18.00 hemoglobin 10,2 gr/dl, hematokrit 31,1%, angka leukosit 7300/ul, angka
trombosit 133.000/ul, balance + 424 cc dengan diuresis 2,3 cc/kg/jam, terapi RL 3
cc/kg/jam, terapi lain tetap.
Tanggal 18 Juli 2010 ( hari perawatan ke 4 ) keadaan umum penderita baik,
komposmentis, penderita tidak demam, tidak nyeri kepala, tidak mual dan tidak
muntah. Nyeri pada perut kanan atas berkurang. Nafsu makan membaik. BAB dan
BAK lancar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, laju
nadi 90 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, laju napas 26 x/menit, reguler,
13
kedalaman cukup. Suhu aksila 36,5oC. Pemeriksaan fisik mata edema palpebra pada
kedua mata berkurang. Pada pemeriksaan abdomen nyeri tekan pada hipokondrium
kanan berkurang, terdapat pembesaran hepar 1 cm bawah arcus costa dekstra.
Lingkar perut 57 cm. Pada ekstremitas tidak ditemukan akral dingin, capillari refill
time < 2 , arteri dorsalis pedis teraba kuat. Pasien diperbolehkan pulang dengan
terapi roboransia, dan dianjurkan kontrol 3 hari kemudian di poliklinik anak RSDM.
XII. PROGNOSIS
Prognosis dengue syok syndrom pada kasus ini baik. Pada pasien ini syok telah diatasi
dengan baik sehingga curah jantung dan perfusi sistem sirkulasi tetap adekuat. Pada
dengue syok sindrome bila syok tertangani dengan adekuat maka dalam 2 sampai 3
hari akan sembuh kembali, selain itu nafsu makan merupakan indikator baiknya
prognosis.
dewasa, dari sebagian besar penderita Demam Berdarah Dengue derajat berat
maupun yang meninggal diketahui disebabkan oleh Virus dengue tipe 3 yang
berhasil diisolasi dari darah penderita. WHO menyatakan kasus demam
berdarah dengue yang berat terestimasi sebanyak 500.000 dengan proporsi
terbanyak menjangkit pada anak-anak dan membutuhkan hospitalisasi tiap
tahunnya, kematian didapatkan 2,5% dari seluruh kasus dan dapat meningkat
dua kalinya.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit ialah
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah yang mengakibatkan
kehilangan plasma dari ruang vaskular dan menimbulkan hemokonsentrasi,
tekanan nadi merendah, menurunnya volume plasma, terjadi hipotensi,
trombositopenia dan diathesis hemoragik. Meningginya nilai hematokrit pada
penderita dengan syok menimbulkan dugaan bahwa syok terjadi akibat
kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak.
Peerubahan pokok patofisiologi yang terjadi pada DBD/DSS adalah terjadinya
vaskulopati, trombositopati, koagulopati, perubahan imunologi humoral dan
seluler, yang mana perubahan tersebut disebabkan tidak hanya satu faktor
tetapi multifaktorial.
Banyak teori tentang cara demam berdarah dengue atau dengue syok
sindrom berkembang di individu yang terinfeksi dengue. Hipotesis tentang
infeksi dengue sebagian besar berasal dari data yang diperoleh pada penelitian
yang dilakukan di dalam wilayah negara dari percobaan secara in vitro dimana
penyakit ini terjadi dalam bentuk epidemi dan atau sampai batas tertentu
dimana yang termasuk didalamnya adalah antibody-mediated pathogenesis,
atau yang disebut juga antibody-dependent enhancement, patogenesis sel
mediator (cell mediated pathogenesis), fenomena badai sitokin (cytokine
storm phenomenon), latar belakang genetik dari individu (individuals genetic
background), perbedaan strain virus (virus strain differences), tingkat virus
yang beredar pada individu selama fase akut (levels of virus circulating in
individuals during the acute phase), dan status gizi individu yang terinfeksi
(nutritional status of the infected individual). Selain hipotesis tersebut terdapat
faktor-faktor lain yang sangat erat berhubungan dengan infeksi virus dengue,
15
yaitu faktor hipertermal, status fisik dari virus dalam viremia individu,
penetralan antibody assay dalam infeksi virus dengue, konsep transmisi dari
vektor, dan innate immune system.
Teori infeksi sekunder ( teori secondary heterologous infection ) atau
hipotesis immune enhancement merupakan patogenesis yang paling diminati
oleh peneliti dari berbagai macam patogenesis demam berdarah. Respon imun
host yang sensitif merupakan mekanisme primer. Penyakit akan muncul dan
resiko terjadinya infeksi yang berat yaitu demam berdarah atau dengue syok
sindrom semakin lebih besar bila seseorang terinfeksi virus dengue untuk
pertama kali kemudian mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengan jenis
serotipe yang lain. Wibha (1984) dan Burke (1988) membuktikan bahwa
faktor resiko yang penting adalah infeksi berurutan virus. Infeksi primer pada
umumnya menyebabkan penyakit ringan dan infeksi sekunder pada individu
yang telah mempunyai antibodi heterolog merupakan kondisi kritis untuk
terjadinya DBD/DSS. Mekanismenya yaitu antibodi yang telah ada didalam
tubuh akan mengenali infeksi virus lain yang menginfeksi, kemudian
terbentuk komplek antigen antibodi yang akan berkaitan dengan Fc reseptor
membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena adanya antibodi
heterolog, maka virus tidak dinetralisir oleh tubuh dan bebas melakukan
replikasi didalam sel makrofag. Dihipotesiskan pula mengenai antibody
dependent enhancement (ADE) yaitu suatu proses yang akan meningkatkan
replikasi dan infeksi virus didalam mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap
infeksi tersebut maka akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian
menyebabkan
peningkatan
permeabilitas
pembuluh
darah,
sehingga
16
Gambar 2: innate immune menginhibisi saat virus masuk pada capilary vessel
17
Asimptomati
k
Tanpa Pendarahan
Demam
Simptomati
k
Dengan
Pendarahan yang
Luar Biasa
Demam Dengue
Tanpa Syok
Demam berdarah
Dengue
Sindrom Syok
Dengue (DSS)
permeabilitas
sehingga
terjadi
perembesan
plasma,
18
betathromboglobulin
(BTG) serta
memendeknya
umur
19
20
21
4. Syok, ditandai dengan nadi yang cepat dan lemah serta tekanan nadi yang
menurun (20 mmHg atau kurang), hipotensi, kulit yang lembab, dingin dan
gelisah.
Kriteria laboratoris penegakan diagnosis dari demam berdarah dengue :
1 . Trombositopenia (< 1 0 0 . 0 0 0 / L )
2. Hemokonsentrasi dengan peningkatan Ht 20 % atau lebih.
Ditemukannya dua atau tiga kriteria klinis pertama disertai trombositopenia
dan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit cukup untuk klinis
menegakkan diagnosa DBD.
WHO (1997) membagi derajat atau tingkat keparahan penyakit demam
berdarah dengue menurut menjadi 4 yaitu :
Derajat I: Demam disertai gejala umum tidak spesifik, dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah uji tourniket yang positif.
Derajat II: Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lain.
Derajat III: Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi yang bermanifestasi
sebagai nadi cepat dan lenah, tekanan nadi menurun (20 mmHg)
atau hipotensi, disertai dengan kulit dingin, lembab dan pasien
menjadi gelisah.
Derajat IV: Syok yang sangat berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat diukur.
Derajat III dan IV disebut juga Dengue Shock Syndrom (DSS)
Pengobatan
demam
berdarah
dengue
bersifat
suportif,
dan
22
kebocoran plasma secara dini dapat mencegah terjadinya syok. Fase peralihan
ini biasanya terjadi pada hari ketiga sampai hari kelima masa sakit tetapi tidak
menutup kemungkinan terjadi selain hari demam tersebut.
Pada kasus ini kreteria dengue syok sindrom didapatkan pada keterangan
gejala klinis yaitu:
1. Demam tinggi terus menerus selama 4 hari.
2. Uji torniquet positif.
3. Terdapat hepatomegali yaitu 1 cm bawah arkus kosta.
4. Syok yaitu nadi kecil dan cepat, dengan tensi 100/80 mmhg, akral
dingin, keringat dingin dan tampak mengantuk.
Kreteria laboratorium yaitu:
1. Trombositopeni 33.000/ul.
2. Hemokonsentrasi > 20% dari normal.
3. IgG (+), IgM (+) anti dengue.
b. Penatalaksanaan
Pada kasus demam berdarah dengue yang penting dilakukan
(destran dengan berat molekul 40.000 di dalam larutan normal garam faali
atau HES atau plasma) dapat diberikan dalam jumlah 10-20ml/kg/BB. Pada
alur tatalaksana DBD diberikan infus kristaloid (ringer laktat atau NaCl 0,9%)
20ml/kgBB secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen
2 liter/ menit. Untuk DSS berat (DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi
tidak terukur), diberikan ringer laktat 20ml/kgBB bersama koloid. Observasi
tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam, periksa
elektrolit dan gula darah.
Pada pasien ini diagnosis ditegakkan secara klinis dan
laboratoris berdasarkan kriteria WHO 1997, yaitu pasien mengalami
demam tinggi terus menerus selama 4 hari, muncul manifestasi
perdarahan berupa petekie pada lengan volar kanan dan terdapat
hepatomegali,
sedangkan
secara
laboratoris
terdapat
antibodi
anti-dengue
seperti
Haemagglutination
24
balans
cairan
selama
Syok teratasi
pemberian
cairan
Kesadaran membaik
Kesadaran menurun
Distres pernafas/sianosis
Evaluasi ketat
Tanda vital
Tanda perdarahan
1.
Lanjutkan cairan
20 ml/kgBB/jam
2.
Tambahkan
koloid/plasma
Dekstran/FPP
10-20 (max 30) ml/kgBB/jam
Evaluasi 1 jam
Diuresis
Pantau
Hb, Ht, tromboit
Stabil dalam
24 jam
Tetesan 5 ml/kgBB/jam Syok teratasi
Ht stabil
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Infus stop tidak melebihi 48 jam setelah
syok teratasi
Ht tetap
Ht turun
Transfusi darah segar
10 ml/kgBB diulangKoloid 20ml/kgBB
25
sesuai kebutuhan
Kasus yang berat dari demam berdarah dengue dapat berlanjut sebagai
dengue syok sindrom, dimana bila penegakan diagnosis terlambat dan
penatalaksanaan yang diberikan tidak optimal dan sesuai maka akan
mengakibatkan kematian bagi penderita. Penatalaksanaan yang baik harus
selalu disertai pemantauan dan evaluasi yang baik, hal-hal yang terutama harus
diperhatikan adalah :
1. Tanda vital (vital sign): tekanan darah ,nadi, laju nafas dan suhu harus
dicatat dan diperhitungkan dengan cermat setiap 15-30 menit atau
bahkan lebih sering sampai syok teratasi serta pemantauan balance
cairan dan diuresis harus dihitung dan dicatat dengan teliti dengan
formulir pemantauan mengenai jenis cairan, jumlah dan tetesan yang
diberikan untuk menghindari kekurangan maupun kelebihan dalam
memberikan cairan.
2. Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis
pasien stabil.
Pada kasus ini karena pasien datang dalam kondisi syok maka terapi yang
digunakan adalah pemberian cairan kristaloid 20 ml/kg/hari. Kemudian setelah
dilakukan pemantauan, keadaan umum membaik, kesadaran compos mentis, tanda
vital dimana tekanan nadi lebih dari 20 mmhg, nadi teraba kuat, dan capilary refil
time yang < 2 detik, serta diuresis diatas 1 cc/kg/ jam. Hasil pemeriksaan
laboratorium yang menunjukkan penurunan hematokrit, peningkatan trombosit
maka terapi cairan diturunkan menjadi 10cc/kg/jam. Dan selanjutnya keadaan
umum semakin membaik maka diturunkan menjadi 7 cc/kg/jam. Setelah hari
ketiga cairan telah maintenance, dan pada hari keempat infus telah dilepas.
Kriteria memulangkan pasien demam berdarah yaitu:
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
2. Nafsu makan membaik.
26
2. SYOK
A. Definisi
Syok adalah sindroma klinis akibat kegagalan sistem sirkulasi dalam
mencukupi kebutuhan nutrien dan oksigen baik dari segi pasokan maupun
utilisasinya untuk metabolisme seluler jaringan tubuh, sehingga terjadi
defisiensi akut oksigen ditingkat seluler. Syok merupakan salah satu
kedaruratan pediatrik yang sering ditemukan dan mempunyai mortalitas dan
morbiditas yang tinggi bila tidak tertangani dengan cepat dan tepat.
Dengue syok sindrom adalah sindrom penyakit infeksi virus dengue
yang menunjukkan manifestasi klinis gangguan fungsi sirkulasi darah ditandai
dengan nadi yang cepat, lemah sampai tidak teraba, jarak sistol dan diastol
menjauh atau mendekat disertai petanda tensi menurun sampai 0, pada
perabaan ujung tangan dan kaki teraba dingin sekali.
Dengue syok sindrom muncul bila kebocoran plasma terjadi dalam
jumlah lebih dari 30% volume darah sehingga mengakibatkan penderita
seakan-akan kekurangan cairan seperti terserang diare.
B. Pembagian syok
Etiologi syok pada anak:
1. Kekurangan volume intravaskuler (hipovolemik).
27
28
bantuan
ventilasi
mekanik
dangan
PEEP
mungkin
diperlukan.
c. Depresi miokard: untuk memperbaiki kontraktilitas jantung obat
inotropik positif dan pemantauan intensif.
d. DIC dilakukan pemeriksaan PT/APTT, trombosit, fibrinogen, dll.
e. SSP dan organ lain: evaluasi gejala sisa, SSP sangat penting
mengingat organ ini sangat sensitif terhadap hipoksik iskemik yang
terjadi pada prolonge syok.
29
Pada pasien ini syok yang terjadi yaitu syok hipovolemik karena
terjadi
kekurangan
volume
intravaskuler
akibat
adanya
peningkatan
30
baik. Tekanan darah 120/90 mmHg, laju nadi 82 kali/menit isi dan tegangan cukup,
laju jantung 82 kali/menit, laju napas 24 kali/menit. Suhu aksila 36,5oC. Dari status
antropometri dan klinis didapatkan gizi baik. Pada pemeriksaan fisik abdomen nyeri
tekan didaerah hipokondrium kanan, didapatkan pembesaran hepar 1 cm bawah arkus
kosta, tepi tajam, permukaan rata. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan
hemoglobin 14,4 g/dL, hematokrit 45,1 %, eritrosit 5.700.000/uL, lekosit 10.100/uL,
dan trombosit 33.000/uL.
Pemeriksaan fisik saat dijadikan kasus tanggal 16 Juli 2010 ( hari perawatan
ke 2 ) keadaan umum penderita lemah, komposmentis, penderita tidak demam dan
tidak muntah. Nyeri kepala, nyeri pada perut kanan atas dan mual masih dirasakan.
Nafsu makan menurun. BAK lancar warna kuning jernih, tidak BAB . Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, laju nadi 100 x/menit,
reguler, isi dan tegangan cukup, laju napas 24x/menit, reguler, kedalaman cukup.
Suhu aksila 37oC. Pemeriksaan mata tampak udem palpebra pada kedua mata,
konjungtiva tidak pucat. Pada pemeriksaan dada tidak ditemukan retraksi, pada
pemeriksaan paru tidak ditemukan suara nafas tambahan. Pada pemeriksaan abdomen
terdapat nyeri tekan pada hipokondrium kanan, terdapat pembesaran hepar 1 cm
bawah arcus costa dekstra. Lingkar perut 57,5 cm. Pada ekstremitas tidak ditemukan
tanda perdarahan, capilari refill time < 2 , arteri dorsalis pedis teraba kuat. Hasil tes
serologi IgG dan IgM positif.
DIAGNOSIS:
1. Dengue syok sindrom ec syok hipovolemik.
PERMASALAHAN
Pada dengue syok sindrom memerlukan penatalaksanaan yang adekuat. Pada syok
terjadi perembesan plasma karena terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
terjadi hipovolemia. Apabila syok tidak secepatnya diatasi maka menyebabkan terjadi
anoksia kemudian terjadi asidosis dan akhirnya menimbulkan kematian. Pada
sebagian besar pasien DSS, syok dapat teratasi dengan cepat tetapi sebagian kecil
pasien DSS mengalami perburukan. Pada pasien ini mengalami perbaikan dengan
32
cepat memakai cairan kristaloid. Apakah pemberian koloid efektif dan aman pada
anak-anak?
PICO
Dari masalah yang ada maka dapat dijabarkan dalam bentuk komponen PICO sebagai
berikut:
P Popolation/problem
I Intervention
C Comparator
O Outcome
pemberian HES 130/0,4. Terjadi perbaikan tekanan nadi dan frekuensi nadi lebih
cepat pada HES 130/0,4 meskipun tidak berbeda secara signifikan dibanding RL.
Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal jumlah kebutuhan cairan untuk
resusitasi antara HES 130/0,4 dan RL. Pada penelitian ini terjadi 3 kejadian syok
berulang pada pemberian RL dan 1 syok berulang pada pemberian HES 130/0,4,
angka ini terlalu kecil untuk dinilai secara statistic. Meskipun terapi dengan RL
menghasilkan perbaikan yang kurang cepat pada hematokrit dan bertambah lama
masa penyembuhan dibanding terapi dengan HES 130/0,4, tetapi tidak ada perbedaan
pada respon terapi yang lain..
YA
YA
Obyektif : YA
Tersamar: TIDAK ADA KETERANGAN
YA
YA
Apakah kita dapat menerapkan bukti tentang prognosis yang valid ini pada pasien kita?
1. Apakah pasien dalam studi ini mirip dengan pasien kita?
2. Apakah bukti ini akan bermanfaat bila disampaikan kepada pasien kita?
YA
YA
34
Kepada Yth :
UJIAN INFEKSI YUNIOR
Selasa, 27 Juli 2010
Oleh:
35